EMANUEL I LEWAR
A. KONSEP MEDIS
• Dislokasi
• Fraktur
• Penatalaksanaan
• Komplikasi
DISLOKASI
• Dislokasi adalah cedera pada sendi yang
terjadi ketika tulang bergeser dan keluar dari
posisi normalnya. Seluruh sendi pada tubuh
dapat mengalami dislokasi, termasuk sendi
bahu, jari, lutut, pinggul, dan pergelangan kaki
( FKUI, 2013)
Penyebab
Cedera, terutama benturan keras yang dialami
oleh sendi, sep :
• Olahraga, seperti ketika bermain basket, sepak
bola, senam, atau gulat.
• Kecelakaan kendaraan bermotor.
• Keturunan : kondisi ligamen yang lebih lemah
• Orang lanjut usia : kecenderungan untuk jatuh
• Anak-anak: aktivitas fisik yang tinggi
Manifestasi Klinis
• Sendi bengkak dan memar.
• Bagian sendi yang terkena berwarna kemerahan atau
menghitam.
• Bentuk sendi menjadi tidak normal.
• Nyeri ketika bergerak.
• Mati rasa di sekitar area sendi.
• Foto Rontgen : menunjukkan adanya dislokasi atau
kerusakan lain di area sendi
• MRI: mendeteksi kerusakan pada jaringan lunak di
daerah yang mengalami trauma.
FRAKTUR
• Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, dan
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa ( FKUI, 2013)
2) Kompartement Syndrom
Karena kerusakan otot, tulang, saraf, dan
pembuluh darah dalam jaringan parut.
Disebabkan oleh:
- Edema atau perdarahan yang menekan
otot, saraf, dan pembuluh darah
- Tekanan dari luar seperti gips dan
embebatan yang terlalu kuat.
Cont.. Komplikasi
b. Komplikasi lanjut
1. Kaku sendi
2. Disuse atropi otot
3. Mall union (sembuh dengan deformitas).
4. Non union (tidak menyambung setelah 20
minggu)
5. Delayed union (sembuh lebih lama dari normal)
6. Gangguan pertumbuhan
7. Osteoporosis.
Stadium Penyembuhan Fraktur
1. Stadium hematom (segera 3. Stadium soft kalus; gerakan
setelah trauma) : 72 jam, fragmen mulai berkurang dan
darah berada di sekitar tidak terasa sakit lagi.
fraktur. Darah tidak 3 – 10 hari, diameter lebih
diserap tetapi berubah besar dari tulang, tetapi
membentuk granulase. belum ada kekuatan.
2. Stadium Fibrocartilago : 4. Stadium konsolidasi /hard
peradangan dan kalus ; pematangan kalus
proliperasi. menjadi keras ( osifikasi )
Proliperasi sel 3-10 minggu.
subperiosteal dan
subendosteal. 5. Stadium remodelling; terjadi
resorpsi dan pembentukan
3 hari 2 minggu, kembali tulang seperti bentuk
osteogenensis dipercepat semula
dengan faktor osteoblast.
Faktor Yg Mempengaruhi Penyembuhan
Fraktur
1. Usia; makin muda usia makin cepat sembuh
2. Inisial displaced (pergeseran dini pada fraktur)
3. Garis fraktur; fraktur oblique lebih cepat sembuh.
4. Faktor aliran darah
5. Immobilisasi yang baik
6. Faktor nutrisi
B. METODE ASKAN
I. PENGKAJIAN
a. Anamnese :
- Manifestasi klinis dislokasi
- Manifestasi klinis fraktur
Cont.. Pengkajian
. Pengkajian Anestesi :
- Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya.
- Riwayat penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi,
kardiovaskuler, tb, asma)
- Riwayat penyakit keluarga
- Pemakaian obat tertentu, seperti anti diabetik, antikoagulan,
kortikosteroid, antihipertensi secara teratur.
- Riwayat diet (kapan makan atau minum terakhir. Jelaskan
perlunya puasa sebelum operasi)
- Kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai alkohol
atau obat-obatan)
- Riwayat alergi
- Kehilangan cairan saat dikaji (perdarahan, muntah, diare)
Cont.. Pengkajian
. Status Kesehatan Saat ini :
- Hilangnya gigi - Pingsan
- - Kejang
Masalah leher pendek
- Stroke
- Batuk
- Sedang hamil
- Sesak napas
- Kelainan tulang belakang
- Gangguan saluran napas - Obesitas
atas - Tingkat kecemasan
- Nyeri dada
- Denyut jantung :
normal/tidak
- Muntah
b. Pengkajian Fisik
1. Inspeksi :
Pada inspeksi diperhatikan;
a. Kelainan bentuk
Penonjolan yang abnormal
Angulasi
Rotasi
Pemendekan
b. Functio laesa (gangguan fungsi); tidak
dapat menggerakkan organ yang
mengalami fraktur
2. Palpasi
Didaerah yang mengalami fraktur, hal yang yang
harus dinilai adalah;
a. Nyeri tekan
b. Nyeri sumbu/ tendernes,
c. Nilai sensorik dan motorik
d. Acral dingin atau hangat.
3. Move (gerakan)
a. Krepitasi; fraktur terasa bila digerakkan
b. Nyeri bila digerakkan pada gerakan aktif/ pasif.
Gerakan aktif; dilakukan sendiri oleh pasien
Gerakan pasif; dilakukan oleh orang lain
c. Gangguan fungsi.
Gerakan yang tidak mampu dilakukan
Range of motion dan kekuatan menurun
d. Gerakan abnormal
e. Sendi palsu /pseudo joint; seperti gerakan sendi.
4. Pem /pengukuran status presen, meliputi :
• Kesadaran
• KU : Sakit ringan, sedang, berat . Kesakitan
• Psikis : gelisah, takut
• TTV : RR, TD, N, S
• BB dan TB untuk menilai status gizi/B
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik 6 B :
1) Breath
2) Blood
3) Brain
4) Bowel
5) Bladder
6) Bone
1). Breath :
• Keadaan jalan nafas, bentuk pipi dan dagu,
mulut dan gigi, lidah dan tonsil.
• Kaji frekuensi nafas, tipe napas apakah cuping
hidung, abdominal atau torakal. apakah
terdapat nafas dengan bantuan otot
pernapasan (retraksi kosta).
• Kaji keberadaan ronkhi, wheezing, dan suara
nafas tambahan (stridor).
2). Blood
Tekanan nadi, pengisian nadi, tekanan darah,
perfusi perifer. Nilai syok atau perdarahan.
Lakukan pemeriksaan jantung
3). Brain
Analisis GCS ( Glaslow Coma Scale ), adakah
kelumpuhan saraf atau kelainan neurologist
dan tanda-tanda TIK.
4). Bowel :
Pembesaran hepar bising usus dan peristaltik
usus, cairan bebas dalam perut atau massa
abdominal.
5). Bladder :
Produksi urin dan pemeriksaan faal ginjal
6). Bone :
kaku kuduk atau patah tulang, Periksa bentuk
leher dan tubuh, dan kelainan tulang belakang.
6. Pem diagnostik :
Foto Rontgen : menunjukkan adanya dislokasi,
fraktur, atau kerusakan lain di area sendi
Pemeriksaan radiologi lainnya : Sesuai indikasi, a.l:
radioisotope scanning tulang, tomografi,
artrografi, CT-scan, dan MRI, utk mengidentifikasi
fraktur dan kerusakan jaringan lunak
Pem darah rutin dan gol darah
- Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi)
atau menurun (perdarahan fraktur atau organ
jauh krn trauma multiple).
- Lekositosis : respon stress setelah trauma.
- Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban
kreatinin untuk klirens ginjal.
- Koagulasi : terjadi perubahan krn kehilangan
darah.
7. Menentukan prognosis pasien perioperatif ,
dengan ASA
8. Pertimbangan Anestesi
a. Premedikasi sesuai kebutuhan
b. Pilihan anestesi : GA : inhalasi, TIVA. RA
c. Pada kasus orthopedi, pilihan anestesi yang
sering dilakukan adalah dengan menggunakan
teknik GA-ETT dan Laringeal mask airway
II. MASALAH KES. ANEST YG SERING
MUNCUL
Masalah kes Anest ( sesuai Starkomnas PA):
A. Pre Anestesi :
1. Kecemasan
2. Nyeri
3. Risiko cedera anestesi
B. Intra Anestesi :
Masalah Intra Anest diperoleh Monitoring Capem Intra Anest
1. Risiko Trauma Pembedahan
2. RK Disfungsi Respirasi ( hipoksia, bronkospasme, edema laring)
3. Tidak efektif fungsi respirasi ( obstruksi jln napas, tidak efektif pola napas,
aspirasi, napas, henti napas )
4. RK Disfungsi KVS ( Penurunan CO, hipotensi, hipertensi, disritmia/aritmia, cardiac
arest )
5. Risiko ketidakseimbangan cairan ( kekurangan, kelebihan )
6. Predarahan
7. Syok
8. RK disfungsi termoregulasi ( hipotermi, hipertermi)
9. RK disfungsi Neuromuskuler ( Peningkatan TIK, Peningkatan TIO, kompresi
medulla spinalis, kejang, keruskan saraf perifer, tangan dan kaki )
10.Rsisko hipersensitifitas agen anestesi
11.Tersadar intra operasi
C. Pasca Anest
Masalah Pasca Anest diperoleh Dari Monitoring Capem Pasca Anest
1. RK Disfungsi Respirasi ( hipoksia, bronkospasme, edema laring)
2. Tidak efektif fungsi respirasi ( obstruksi jln napas, tidak efektif pola
napas, aspirasi, napas, henti napas )
3. RK Disfungsi KVS ( Penurunan CO, hipotensi, hipertensi,
disritmia/aritmia, cardiac arest )
4. Risiko ketidakseimbangan cairan ( kekurangan, kelebihan )
5. Predarahan
6. Syok
7. RK disfungsi termoregulasi ( hipotermi, hipertermi)
8. RK disfungsi
9. Nyeri pasca bedah
10.Risiko terlambatnya pemulihan
III. INTERVENSI
A. Praanestesi :
1. Koreksi gangguan yang mengancam jiwa :
– Pasang cairan atasi kehilangan darah yang
tidak terlihat misalnya pada fraktur pelvis dan
fraktur tulang panjang
– Lakukan stabilisasi fraktur dengan spalk,
waspadai adanya tanda-tanda kompartemen
2. Penanggulangan nyeri
3. Donor darah
4. Periapan Pre operasi :
- Puasakan pasien selama 6- 8 jam
- Kosongkan kandung kemih
- Lepaskan asesoris yang ada di tubuh pasien :
gigi palsu,perhiasan, cat kuku
- Cek personal hygiene
- Kaji kesulitan intubasi dengan metode LEMON
- Tentukan ASA
- KIE pasien tentang prosedur operasi beserta
resiko operasi
5. Premedikasi : sesuai kebutuhan, sep
- Petidin : 1 – 2 mg/kg BB
- Midazolam : 0,04 – 0,10 mg/kgBB
- Atropin : 0,01 mg/ kg BB
Anak :
– Perdarahan >10%, berikan transfusi
– Perdarahan <10%, berikan kristaloid sebanyak 2-3
kali
Cont..terapi cairan
• Kebutuhan cairan :
Rumus, sbb :
a) 10 kg pertama : 4ml/kg/jam
b) 11-20 kg : 40 ml/jam + 2 ml/jam untuk setiap kg
diatas 10
c) 21 kg dan >21 kg : 60 ml/jam + 1ml/jam untuk
setiap kg diatas 20 kg
d) Dewasa: 30 – 40 mm/kg BB/24 jam, kenaikan suhu
1 0C ditambah 10 – 15 %
Cont..terapi cairan
Transfusi :
o Rumus WBC :
Hb Normal - Hb sekarang x BB (kg) x Jenis Darah
(WBC) x 6
Ket :
- Wanita : 12-16 gr/dL
- Pria : 14-18 gr/dL
- Anak : 10-16 gr/dL
- Bayi baru lahir : 12-24gr/dL
o Rumus PRC :
Hb Normal - Hb sekarang x BB (kg) x Jenis Darah
(PRC) x 3
Ket :
- Wanita 12-16 gr/dL
- Pria 14-18 gr/dL
- Anak 10-16 gr/dL
- Bayi baru lahir 12-24gr/dL
Monitoring fungsi renal
Mengetahui sirkulasi ginjal pantau produksi urine
Monitoring Blokade Monitoring Blokade
Mengetahui relaksasi otot dan stelah anestesi apakah
tonus otot sudah kembali normal
Monitoring sistem saraf
Monitoring refleks pupil, respon relaksasi otot cukup
atau tidak dan respon nyeri ditandai dengan
keluarnya air mata.
Mengatasi penyulit yang timbul
Pemeliharaan jalan napas
Pemasangan alat nebulisasi
Pengakhiran tindakan anestesi : reverse dan
ekstubasi
RA
• Dampingi atau delegasi pelaksanaan anestesi sesuai
dgn program kolaboratif spesialis anestesi
- Rehidrasi : infus cairan elektrolit 1.000 – 1.500 ml
atau koloid 500 ml sebelum tindakan.
- Oksigenasi
• Pasang alat monitoring non invasif
• Dampingi pemasangan alat monitoring invasif
Pilihan Anestesi
1) Epidural : 3) Blok Pleksus
blokade saraf dengan • blok pada persarafan perifer
menempatkan obat di sehingga anestesi yang
ruang epidural (peridural, dihasilkan di lokasi tubuh
yang spesifik, bertahan lama
ekstradural).
dan efektif.
2) SAB • Kontraindikasi : asien tidak
blok regional yang kooperatif (anak2,
menyuntikkan obat demensia,, pasien
anestetik lokal ke dalam memberontak),
ruang subaraknoid melalui kecenderungan perdarahan
pungsi lumbal (antikoagulan,hemofilia, dan
koagulasi intravaskular
diseminata), infeksi di lokasi
blok, toksisitas anestesi
lokal, dan neuropati perifer
• Monitoring :
Pemantauan standar, meliputi : airway
oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, suhu , setiap 5 –
10 menit
• Terapi cairan /darah : pemeliharaan dan defisit
selama pembedahan
c. Pascaanestesi
• Penilaian KU pasien dengan aldrete score atau
bromage score
• Mempertahankan jalan nafas : mengatur posisi,
suctioning dan pemasangan OPA
• Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan
bantuan nafas melalui ventilator mekanik atau
nasal kanul
• Monitoring airway, ventilasi dan oksigenasi secara
rutin 5 – 10 menit sampai stabil
• Mempertahankan sirkulasi darah
- Pemantauan akan balance cairan, TD, N, setiap 5 -
10 menit atau sampai stabil
- Pertahankan hidrasi cairan, sesuai dgn kebutuhan
tubuh
- Pantau Jumlah perdarahan
Amati kondisi luka dan jahitannya, pastikan luka
tidak mengalami perdarahan abnormal,
Amati jumlah perdarahan berikan transfusi
• Mempertahankan kestabilan termoregulasi
- Pantau suhu px
- Pantau suhu lingkungan yang stabil
- Berikan selimut ekstra
• Pantau nausea dan vomitus
• Mempertahankan toleransi nyeri
Kolaborasi dengan medis terkait dengan agen blok
nyeri
Tujuan : untuk menurunkan respon stres dan
meredakan nyeri dengan mempertahankan stabilitas
kvs dan hemostasis jaringan.
• Mencegah resiko jatuh
Pasien post anastesi mengalami disorientasi dan
beresiko besar untuk jatuh, maka pasang side rail.
Obat-obatan yg digunakan utk Manajemen
Nyeri Post Op
1) Acetaminophen
– Relatif aman dibandingkan dengan obat anti-
inflamasi lainnya.
– Merupakan adjuvant penting terhadap opioid
karena dapat menurunkan jumlah opioid yang
dibutuhkan sehingga menurunkan efek samping
dari penggunaan dosisi opioid yang berlebihan.
Next.. Obat-obatan yg digunakan utk
Manajemen Nyeri Post Op
2) Opioid
– Pilihan utama untuk manajemen nyeri akut.
– Opioid yang sering digunakan adalah morfin,
meperidine, kodein, fentanyl,, oksikodon,
methadon dan buprenorphine.
– Opioid secara signifikan dapat menurunkan tingkat
nyeri yang dirasakan pasien.
– Pemberian opioid secara titrasi paling sering
digunakan pada kasus trauma.
IV. EVALUASI
Evaluasi akan masalah yang telah diatasi , a.l :
• Patensi jalan nafas efektif
• Ventilasi spontan
• Tidak terjadi aspirasi
• Sirkulasi adekuat
• Termoregulasi normal
• Hidrasi cairan terpenuhi
• Tidak terjadi perdarahan
• Nyeri ditoleransi
• Tidak terjadi alergi
• Tidak terjadinya bahaya jatuh
The End