Disusun oleh:
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sirkumsisi adalah operasi pengangkatan sebagian preputium dari penis. Sirkumsisi merupakan salah satu prosedur paling
umum di dunia (AAP 2012). Menurut American Medical Association tahun 1999, orang tua di AS memilih untuk
melakukan sunat pada anaknya terutama disebabkan alasan sosial atau budaya dibandingkan karena alasan kesehatan. Akan
tetapi, survey tahun 2001 menunjukkan bahwa 23,5% orang tua melakukannya dengan alasan kesehatan. Sirkumsisi
selain untuk pelaksanaan ibadah dan agama, juga untuk alasan medis yang dimaksudkan untuk menjaga hygiene penis
dari smegma dan sisa-sisa urine serta menjaga terjadinya infeksi pada glands atau preputium penis.
Apapun yang melatar belakanginya, dari sudut pandang medis sangat bermanfaat. Pengorbanan yang dialami oleh anak
dan orang tua saat sirkumsisi atau sunat sama sekali tidak sia - sia di kemudian hari. Sirkumsisi atau sunat tidak hanya
bermanfaat untuk individu yang melakukannya tapi juga bagi orang lain dan komunitas masyarakat secara
keseluruhan. Resiko untuk terjadinya infeksi traktur urinarius (ISK) pada anak-anak umur 1 tahun yang belum disirkumsisi 10
kali lipat dari yang sudah dilakukan sirkumsisi.
Peningkatan resiko ini terjadi akibat kolonisasi kuman-kuman pathogen dari urine diantara glans penis dan lapisan kulit
preputium bagian (Hutcheson, 2004). The American Academy of Pediatrics (AAP) mengakui bahwa sirkumsisi atau sunat
dapat mencegah terjadinya infeksi saluran kencing pada anak - anak (Rabinowitz & hullbert,1995). Sirkumsisi atau sunat
mencegah terjadinya tumor (mencegah menumpuknya smegma yang diduga kuat bersifat karsinogenik)
(Ferguson DG.Kapita Selekta 2014). Bahkan pada beberapa keadaan tertentu yang berkaitan dengan penyakit dan
kelainan bawaan pada alat kelamin, sirkumsisi atau sunat merupakan solusi tindakan yang sangat dianjurkan.
Tindakan sirkumsisi selain dilakukan di kamar operasi dapat juga dilakukan di luar kamar operasi, contohnya seperti
dirumah. Tindakan ini dapat dilakukan dengan tetap menjalankan SOP rumah sakit agar meminimalisir terjadinya resiko -
resiko yang tidak kita inginkan. Sirkumsisi diluar kamar operasi biasa dilakukan pada acara kegiatan-kegiatan agama. Pada
saat ini dimasa pandemi COVID-19 ini lebih disarankan untuk sunat di rumah agar mengurangi risiko paparan virus corona.
Preputium atau kulit penutup depan penis yang menjadi tempat berkumpulnya sisa-sisa air seni dan kotoran lain yang
membentuk zat warna putih disebut smegma, ini sangat potensial sebagai sumber infeksi. Tindakan membuang kulit atau
preputiummaka resiko terkena infeksi dan penyakit lain menjadi lebih kecil (BKKBN, 2006). Namun, masih banyak juga orang
tua yang belum mengetahui apasaja yang harus dilakukan setelah anak mereka menjalani sikumsisi, terutama tentang
perawatan untuk penyembuhan luka. Keluarga khususnya di daerah pedesaan belum mengerti pentingnya nutrisi untuk
penyembuhan luka. Mereka beranggapan bahwa makan makanan seperti tahu, tempe, telur dan makanan yang mengandung
protein akan membuat luka khitan menjadi gatal. Sehingga tarak makan membudaya dikalangan masyarakat. Apabila dalam
suatu wilayah mempunyai budaya tertentu, maka sangat mungkin masyarakat disekitarnya melakukan budaya
tersebut(Mubarak, 2007:30).Angka kejadian pascasirkumsisi yang melakukan tarak (pantang) terhadap makanan di Inggris dan
Kanada dari jumlah penduduk 227,65 juta jiwa tahun 2008 dengan luas wilayah 9.970.610 Km persegi ditemukan sebanyak 5-
15% (Hapsari, 2010). Negara Indonesia tahun 2006 angka kejadian tarak (pantang) terhadap makanan 35-45%
(Suprabowo,2006). Provinsi Jawa Timur tahun 2000 angka kejadian post sirkumsisi 39,6% yang tarak (pantang) terhadap
makanan (Depkes RI, 2008). Data inimenunjukkan bahwa pantang makanan masih banyak dilakukan oleh
masyarakat.Kepercayaan untuk berpantang makan setelah proses sirkumsisi atau khitan dengan tujuan luka khitan menjadi
cepat sembuh masih banyak dianut oleh masyarakat terutama oleh para orang tua(Kopertis, 2012).Tarak (Pantang) terhadap
makanan sebenarnya tidak boleh dilakukan oleh anak pascasirkumsisi karena dapat memperlambat proses penyembuhan luka
sirkumsisi, dan dalam proses penyembuhan luka sangat membutuhkan protein, maka setelah disirkumsisi dianjurkan untuk
makan dalam pola yang benar sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya(Iskandar, 2010).Kejadian ini disebabkan karena kuatnya
pengaruh sosial budaya terhadap kebiasaan sehari-hari. Adat dan tradisi tersebut yang mendasari masyarakat pedesaan dalam
memilih dan menyajikan makanan(Marin, 2009). Selain tarak, sebagian orang tua di desa menyuruh anaknya yang sudah
dikhitan untuk memakai pakaian yang erat, mereka beranggapan agar alat kelamin tidak berubah posisi selama di perban.
Kondisi ini bertentangan dengan teori bahwa disebutkan setelah dikhitan hendaknya memakai pakaian yang longgar agar tidak
terjadi gesekandan mempercepat luka kithan kering.Ada juga orang tua yang beranggapan ketika ingin membuka luka perban,
anaknya disuruh untuk berendam terlebih dahulu agar perban mudah dilepas. Anggapan tentang perawatan khitan itu masih
banyak muncul dikalangan masyarakat desa.
Secara teori proses penyembuhan luka justru membutuhkan nutrisi ekstra untuk menumbuhkan jaringan baru.
Dalamproses penyembuhan luka memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe,
Zn(Ismail, 2005). Begitu juga dengan luka pascasirkumsisi. Persepsi keluarga dalam arti orang tua sangat berpengaruh pada
proses penyembuhan luka sirkumsisi anaknya. Anak biasanya menuruti apa yang di katakan oleh orang tuanya. Hendaknya
orang tua mengetahui hal-hal yang harus dilakukan setelah anaknya disirkumsisi, baik perawatan maupun nutrisi yang
dibutuhkan untuk penyembuhan luka.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sirkumsisi?
2. Apa macam metode yang digunakan pada sirkumsisi?
3. Apa manifestasi klinik dari sirkumsisi?
4. Bagaimana penurunan komplikasi dan penanggulangan pada sirkumsisi di luar kamar operasi ?
5. Bagaimana penatalaksaan dari sirkumsisi di luar kamar operasi?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada tindakan sirkumsisi di luar kamar operasi?
1.3 Tujuan
a. untuk mengetahui pengertian sirkumsisi
b. untuk mengetahui macam metode yang digunakan pada sirkumsisi
c. untuk mengetahui manifestasi klinik dari sirkumsisi
d. untuk mengetahui penurunan komplikasi dan penanggulangan pada sirkumsisi di luar kamar operasi
e. untuk mengetahui penatalaksanaan dari sirkumsisi di luar kamar oprasi
f. untuk mengetahui asuhan keperawatan pada tindakan sirkumsisi di luar kamar oprasi
1.4 Manfaat
Memahami apa yang di maksud dari sirkumsisi ,mengetahui apasaja metode yang digunakan pada sirkumsisi,
mengetahui cara penurunan komplikasi dan penanggulangan pada sirkumsisi di luar kamar operasi , memahami tatalaksaan
dari sirkumsisi di luar kamar operasi, dan mengerti bagaimana asuhan keperawatan pada tindakan sirkumsisi di luar kamar
operasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sirkumsisi
Sirkumsisi adalah tindakan operatif yang ditujukan untuk mengangkat sebagian, maupun seluruh bagian, dari kulup
atau prepusium dari penis. Sirkumsisi termasuk dalam prosedur bedah minor. Prosedur ini merupakan yang paling umum
dilakukan di dunia (WHO, 2010). Di Indonesia sirkumsisi lebih dikenal dengan istilah khitan atau masyarakat sering
menyebutnya sunat (Purnomo, 2011).
2.2 Metode Sirkumsisi
1. Tradisional
Teknik ini mungkin sudah sangat jarang ditemui di daerah perkotaan. Teknik sunat tradisional biasanya dilakukan
oleh bong supit (juru khitan), bengkong (dukun sunat dalam masyarakat Betawi), menggunakan pisau, silet, atau pun
bambu yang telah ditajamkan. Peralatan yang akan dipakai tersebut disterilkan dengan alkohol sebelum penggunaan.
Tanpa pembiusan, kulit penis yang akan dipotong diregangkan dengan semacam alat penjepit, baru kemudian dipotong
dengan sekali iris. Setelah itu, bekas luka ditaburi semacam obat antiinfeksi dan dibalut tanpa melalui proses dijahit.
Kelebihan:
a. Prosesnya cepat.
Kekurangan :
a. Berisiko terjadi perdarahan dan infeksi, jika dilakukan dengan tidak benar dan tidak steril.
b. Berisiko terpotongnya saraf di sekitar penis yang bisa memengaruhi hubungan seksual kelak.
2. Konvensional
Metode sunat ini paling banyak digunakan hingga kini oleh banyak tenaga dokter maupun mantri sunat. Alat yang
digunakan telah sesuai dengan standar medis. Sebelum kulit penis dipotong, akan dilakukan pembiusan terlebih dahulu.
Setelah itu, barulah kulit penis diiris melingkar menggunakan gunting atau pisau khusus bedah. Setelah dipotong, kulit
penis disatukan kembali dengan cara dijahit sehingga hasilnya relatif lebih baik.
Kelebihan:
a. Rasa sakit minimal karena menggunakan bius lokal.
b. Risiko infeksi kecil karena menggunakan peralatan yang sudah sesuai dengan standar medis.
c. Biaya cukup terjangkau.
d. Bisa diterapkan pada pasien hiperaktif, autisme, dan anak yang berpenis kecil.
Kekurangan:
a. Proses pengerjaan cukup lama, sekitar 30 - 50 menit.
b. Proses penyembuhan relatif lama.
c. Luka tidak boleh terkena air selama beberapa hari agar proses penyembuhan lebih cepat.
3. Electric cauter
Metode ini menggunakan alat cauter untuk memotong kulit penis. Alat itu berbentuk seperti pistol dengan dua buah
lempeng kawat di ujungnya yang saling berhubungan. Jika dialiri listrik, ujung logam akan panas dan memerah. Elemen
yang memerah itu yang digunakan untuk memotong kulit penis. Alat cauter akan memotong kulit tanpa berdarah, karena
bersifat panas dan langsung membekukan darah di kulit tersebut. Cara ini tergolong aman, selama cauter tidak mengenai
kepala penis. Itu sebabnya, sunat ini harus dilakukan oleh dokter yang sudah berpengalaman melakukan. Banyak yang
berpikir bahwa sunat dengan metode ini tidak memerlukan jahitan. Padahal, tidak demikian. Sunat dengan electro cauter
tetap membutuhkan jahitan untuk merapikan hasil sunat. Dengan dijahit, luka sunat juga akan lebih cepat sembuh.
Kesimpulannya, metode sunat ini sebenarnya serupa dengan sunat konvensional. hanya berbeda di penggunaan alatnya
saja..
Kelebihan:
a. Risiko perdarahan minimal karena menggunakan elemen yang dipanaskan.
b. Cocok untuk anak di bawah usia 3 tahun yang pembuluh darahnya sangat kecil.
c. Waktu penyembuhan relatif lebih cepat dibandingkan metode konvensional.
d. Waktu pengerjaan lebih cepat dibandingkan metode konvensional.
Kekurangan :
a. Menimbulkan bau yang menyengat, seperti daging terbakar, serta dapat menyebabkan luka bakar.
b. Prosedur harus dilakukan oleh dokter ahli karena jika tidak dilakukan dengan benar, kulit penis dikhawatirkan dapat
menutup kembali.
c. Pada anak yang sudah lebih besar, dokter biasanya menyarankan bius total.
4. Klem
Klem adalah tabung plastik khusus yang memiliki ukuran bervariasi sesuai ukuran penis. Metode klem memilik
banyak variasi alat dan nama, walaupun prinsip dan cara kerjanya sama: Kulit penis (kulup) dijepit dengan suatu alat
sekali pakai, kemudian dipotong dengan pisau bedah, tanpa harus dilakukan penjahitan. Setelah itu, klem akan dipasang
pada penis hingga luka mengering sekitar 3-6 hari.
Kelebihan:
a. Perdarahan minimal, tanpa jahitan maupun perban.
b. Luka boleh kena air.
c. Proses cepat, hanya sekitar 7 - 10 menit.
d. Rasa sakit minimal, bisa langsung beraktivitas seperti biasa pasca tindakan.
Kekurangan:
a. Biaya lebih mahal dibandingkan metode konvensional.
b. Klem yang menempel pada penis dapat membuat si kecil merasa tak nyaman.
5. Laser CO2
Meski masih sangat jarang dilakukan, metode sunat laser sudah tersedia di Indonesia, terutama di kota besar, seperti
Jakarta. Laser yang digunakan adalah laser CO2. Setelah dibius lokal, kulit penis yang hendak dipotong ditarik dan dijepit
dengan klem. Laser CO2 kemudian memotong kulit penis tanpa mengeluarkan setetes darah pun. Meski begitu, kulit tetap
harus dijahit agar proses penyembuhan sempurna.
Kelebihan:
a. Relatif cepat, dalam waktu 10 - 15 menit sudah selesai.
b. Tidak ada perdarahan, kalaupun ada, sangat sedikit.
c. Proses penyembuhan cepat.
d. Rasa sakit minimal.
e. Hasil secara estetika lebih baik.
Kekurangan:
a. Harga relatif mahal dan hanya tersedia di rumah sakit besar.
a. IdentitasKlien
Meliputi nama, jenis kelamin ( Laki-laki ), umur , alamat, agama(islam), bahasa yang dipakai, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
3.1.2. RiwayatKesehatan
Biasanya klien datang dalam keadaan cemas, gelisah dan takut dan
biasanya orang tua klien mengatakan penis anaknya membesar dan menggelembung
akibat tumpukan urin dan anaknya menaggis terus menerus. Setelah operasi biasanya
klien akan mengeluh nyeri dan takut untuk berkemih.
c. Riwayat PenyakitDahulu
Tanyakan pada klien atau orang tua klien apakah klien memiliki penyakit hemofilia
(gangguan pembekuan darah), penyakit diabetes mellitus,
penyakit menular seperti hepatitis dan HIV, dan riwayat ISK/kesulitan
buang air kecil dan retensi urine dan tanyakan apakah klien memiliki riwayat alergi.
d. Riwayat Penyakitkeluarga
Tanyakan pada keluarga apakah ada anggota keluarga yang memiliki
penyakit hemofilia, DM, dan penyakit menular seperti HIV dan hepatitis dan
tanyakan pada keluarga apakah ada yang memiliki riwayat alergi.
3.1.3. PemeriksaanFisik
a. Keadaan Umum:Composmentis
b. TTV:
TD : 80/45-95/65 mmHg T
: 36,5-37,5 x/menit RR
: 30-40x/menit
N :> 110 x/menit (normal :110-120x/menit)
bersih)
3. Hidung :biasanya normal, cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), tidak
terpasangNGT
4. Leher : tidak adanya pembesaran kelenjar tiroid danJVP
5. Paru-paru:
Inspeksi: tidak terdapat tarikan intercostae, bentuk dada simetris, tidak ada
lesi, tidak adasesak.
Palpasi : vokal fremitus dada kanan dan kiri sama
Perkusi : Suara paru sonor pada semua lapangparu
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan ronci (-),
wheezing (-).
6. Jantung
Inspeksi : bulatdatar
d. PolaFungsional
2. PolaNutrisi
3. Polaeliminasi
Biasanya pada pasien sirkumsisi yang normal biasanya tidak ada kelainan pada
eliminasinya (kecuali pada abnormalitas) namun setalah operasi biasanya klien
takut untukberkemih.
4. Pola aktivitas danlatihan
Pada bayi biasanya pola aktivitas tidak terganggu, tapi pada klien sirkumsisi
dengan usia anak-anak akan terjadi gangguan pada pola aktivitasnya, klien akan
cenderung malas melakukan aktivitas karena setelah pembedahan mungkin
agak sedikit sakit untuk dibuat
berjalan.
Klien belum bisa berkomunikasi dengan orang lain sehingga t erjadi gangguan
pada pola hubungan dan peran, namun apabila terjadi pada usia anak-
anak biasanya akanterganggu.
7. Pola persepsi dan konsep diri
Tidak terdapatkelainan
bertanya pada perawat atau tenaga medis lainnya, selain itu menagis jika
merasakan sakit.
11. Pola tata nilai dankepercayaan
Pasien dan keluarga beragama islam. Biasanya orang tua menganggap bahwa
semua penyakit pasti ada obatnya dan semuanya sudah diatur oleh
AllahSWT
e. PemeriksaanPenunjang
Pemeriksaaan darahlengkap
Pemeriksaan pembekuandarah
BilamenungkinkanperiksatiterASO:meningkatseminggusetelah infeksi
Analisa data
Biasanya dibuktikan:
- Cemas
- Wajah tegang
2. Gngguan rasa nyaman nyeri
Ds : biasanya klien mengatakan nyeri pada Bekas luka insisi
luka bekas insisi prepusium
Do :
- TTV:
TD : 80/45-95/65 mmHg
T : >37,5 x/menit
RR : 30-40 x/menit
N :> 110 x/menit (normal)
Diagnosa keperawatan:
Perencanaan
implementasi
Evaluasi