Anda di halaman 1dari 26

ANESTESI DAN

PENYAKIT HATI
DR SRINAMI DEWI, SPAN
PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN PENYAKIT HEPAR SERING KALI HARUS MENJALANI OPERASI
DIPERKIRAKAN 1 DARI 700 PASIEN YANG AKAN MENJALANI OPERASI ELEKTIF MEMILIKI
GAMBARAN FUNGSI HEPAR YANG ABNORMAL
ANATOMI DAN FUNGSI HEPAR

Hepar adalah organ visera solid yang terbesar dalam tubuh manusia. Pada orang dewasa
beratnya dapat mencapai dua kilogram (lazimnya 1500 – 1800 gram pada pria dan1300 – 1500
gram pada wanita)
Fungsi hepar sangatlah vital bagi kesehatan seseorang. Hepar merupakan pusat dari
metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi tubuh sebanyak 20% serta
menggunakan 20 – 25% oksigen darah. Ada beberapa fungsi hepar yaitu :
1.Metabolisme karbohidrat
2.Metabolisme lemak
3.Metabolisme protein
4.Metabolisme bilirubin
5.Berkaitan dengan pembekuan darah
6.Penyerapan dan penyimpanan vitamin A,D, B12, Fe dan Asam Folat
7.Sebagai organ detoksifikasi
8.Fagositosis dan imunitas
9.Fungsi hemodinamik
EFEK OBAT ANESTESI TERHADAP
HEPAR
anestetik inhalasi akan menurunkan aliran darah ke hati dan umumnya berkisar antara 15
sampai 45% dari aliran darah
halocarbon dan kloroform dapat menyebabkan kerusakan hati
kasus ikterus pascabedah dan nekrosis hati yang berhubungan dengan pemakaian halotan.
Anestetik local golongan amida 55-95% diikat protein plasma terutama á1-
glikoprotein.
Kadar protein ini dapat meningkat pada karsinoma, trauma. Infark miokard,
merokok dan uremia
dapat menurun pada penggunaan pil kontrasepsi.
Perubahan kadar protein ini dapat mengakibatkan perubahan jumlah zat anestetik
local yang dibawa ke hati untuk metabolism
Anestesi lokal diubah dalam hati dan plasma menjadi metabolit yang mudah larut
dalam air dan kemudian diekskresikan ke dalam urin
PENGARUH OPERASI DAN
ANESTESI TERHADAP HEPAR
Pada pasien yang tidak memiliki gangguan fungsi hati, pemberian obat anestesi, analgetik,
sedatif, dan tindakan pembedahan dapat meningkatkan kadar transaminase, alkali fosfatase,
dan kadar bilirubin, yang bersifat sementara
Pasien dengan penyakit hati penurunan pasokan darah ke hati akibat tindakan operasi maupun
anestesi dapat memicu dekompensasi hati
Kerusakan hati yang berat (pada sirosis hati atau hepatitis fulminan) dapat menimbulkan
hipoalbuminemia, trombositopenia, koagulopati, menurunnya imunitas, intoksikasi, perubahan
hemodinamik, ensefalopati dan sindrom hepatorenal. Keadaan tersebut menjadi faktor penyulit
pada saat tindakan operasi dan anestesi.
Hipoalbuminemiamenghambat proses penyembuhan luka
Penurunan sintesis globulin di hati rentan terhadap infeksi
Penurunan produksi faktor pembekuan darah terjadi pada pasien yang mengalami disfungsi hati
Koagulopati dan trombositopenia (akibat hipertensi portal) meningkatkan risiko perdarahan baik
pre maupun pasca-operasi.
SIROSIS HEPATIS
Sirosis adalah penyakit  yang serius dan progresif yang disebabkan oleh kegagalan hepar. Penyebab sirosis
yang paling umum di Amerika adalah alcohol (Lachnac’s cirrhosis
Terjadi perubahan hemodinamik berupa peningkatan curah jantung, menurunnya resistensi vascular
sistemik
Diafragma yang mengalami elevasi karena desakan asites menyebabkan gangguan ventilasi
Aliran darah ke ginjal juga cenderung menurun
Tiga komplikasi utama sirosis hepatis, yaitu ;
(1) perdarahan varises
(2) retensi cairan, dalam bentuk asites dan sindrom hepatorenal,
(3) encephalopathy hepatic atau koma. 
Pertimbangan preoperatif
Pasien dengan sirosis memiliki resiko tinggi mengalami penurunan fungsi hepar karena
terbatasnya reservasi fungsional
Manifestasi gastrointestinalhipertensi portalvarices esofagusperdarahan
Penanganan perdarahan varises umumnya secara suportif. Darah yang hilang harus digantikan
dengan cairan intravena
Manifestasi hematologi : anemia, trombositopenia, koagulopati
Transfusi darah, Faktor-faktor pembekuan harus digantikan dengan produk darah yang tepat
Manifestasi respiratory: foto thorax dan pengukuran gas darah arteri
Manifestasi Renal dan Keseimbangan Cairan: Terapi cairan preoperative,diuresis pre operasi
yang sangat berlebihan harus dihindari, dan deficit cairan intravaskuler akut harus dikoreksi
dengan infuse koloid
Manifestasi Sistem Saraf Pusat: perubahan pada status mental dengan tanda-tanda neurologist
Pertimbangan intraoperatif
A.  Respon Obat
Respon terhadap obat anestesi tidak dapat ditebak pada pasien dengan sirosis. Perubahan pada
kepekaan system saraf pusat, volume distribusi, ikatan protein, metabolisme obat, dan eliminasi
obat
Peningkatan volume distribusi untuk obat-obatan dengan ion tinggi, misalnya neuromuscular
blocking agent /muscle relaxan
B. Teknik Anestesi
Anestesi regional bisa dilakukan pada pasien tanpa trombositopenia atau koagulopati
Induksi barbiturate diikuti dengan isofluran dalam oksigen atau campuran oksigen-nitrous oxide
adalah yang paling umum digunakan dalam anestesi pada umumnya
Mual sebelum operasi, muntah, perdarahan gastrointestinal atas, distensi abdomen yang
diakibatkan oleh asites yang sangat banyak, membutuhkan induksi yang dilakukan dengan hati-
hati
C.  Monitoring
 Monitoring yang teliti terhadap system respirasi dan kardiovaskular penting bagi pasien yang
menjalani prosedur abdominal.
Oksimetri denyut nadi harus ditambahkan dengan pengukuran gas darah arteri untuk
mengevaluasi status asam basa
Urinary output juga harus diawasi dengan cermat
D.  Pemberian  cairan
 Sebelum operasi, sebagian besar pasien mengalami retriksi natrium, namun pada intraoperatif,
perawatan terhadap volume intravascular dan urinary output lebih diprioritaskan.
Karena sebagian besar pasien mengalami anemia dan koagulopati sebelum operasi, transfusi
merupakan hal yang sering dilakukan.
HEPATITIS
Hepatitis virus seringkali disebabkan oleh virus hepatitis A, B, atau C
Hepatitis tipe A dan E ditansmisikan melalui rute feco-oral, sedangkan tipe B dan C
ditransmisikan utamanya dengan cara perkutaneus dan melalui kontak dengan cairan tubuh.
Hepatitis karena obat-obatan dapat disebabkan oleh ketergantungan terhadap racun obat-
obatan secara langsung atau metabolit, atau oleh reaksi khusus obat-obatan , atau oleh
kombinasi dari keduanya
Pertimbangan Preoperatif
Operasi harus ditunda sampai hepatitis akutnya sembuh, yang diindikasikan dengan normalnya
tes fungsi hepar.
Pasien hepatitis mempunyai resiko penurunan fungsi hepar dan berkembangnya komplikasi
kegagalan hepar, seperti encephalopathy, coagulopathy, atau hepatorenal syndrome
Pertimbangan intraoperatif
Tujuan penanganan intraoperatif adalah untuk mengembalikan fungsi hepar dan menghindari
factor-faktor yang dapat merugikannya
Anestesi inhalasi biasanya lebih disukai untuk agent intravenous karena kebanyakan obat
intravena bergantung pada hepar untuk metabolisme dan eliminasi.
Isofluran adalah anastesi inhalasi yang dipilih karena mempunyai efek yang paling sedikit pada
aliran darah hepar.
Anastesi regional dapat digunakan bila tidak terdapatnya koagulopati, hipotensi, yang ada harus
dicegah
PENYAKIT HEPATOBILIER
Penyakit hepatobilier ditandai dengan kolestasis, terhambatnya bahkan terhentinya aliran
empedu.
Penyebab utama terjadinya kolestasis adalah obstruksi saluran empedu ekstrahepatik (ikterus
obstruktif). Obstruksi bilier ini bisa disebabkan oleh batu empedu, striktur, atau tumor pada
duktus hepatis kommunis.
Pertimbangan Preoperatif
Kebanyakan pasien dengan kolesistitis akut harus distabilkan dulu sebelum menjalani
kolesistektomi. Terapi medis yang dapat diberikan adalah suction nasogastric, pemberian cairan
infus, antibiotik, dan analgetik opiat.
Pasien yang mengalami obstruksi saluran empedu ekstrahepatik apapun penyebabnya biasanya
menderita defisiensi vitamin K. Sebaiknya diberikan vitamin K parenteral yang mungkin bekerja
optimal setelah 24 jam. Bila sebelum operasi nilai PT belum optimal (tidak dalam batas normal),
maka mungkin harus diberikan FFP
Pertimbangan intraoperatif
Pada pasien dengan obstruksi saluran empedu, pemanjangan durasi obat-obat yang tergantung
pada ekskresi empedu harus diantisipasi. Plihlah obat-obat yang dieliminasi di ginjal. Produksi
urin harus terus dipantau dengan kateter

Anda mungkin juga menyukai