Anda di halaman 1dari 67

MODUL CLINICAL SKILLS LAB

“BLOK GROWTH AND DEVELOPMENT SYSTEM”

PENYUSUN :

Sri Sofyani
Tiangsa Sembiring
Lili Rohmawati
Oke Rina Ramayani
Tri Faranita
Winra Pratista
Ika Citra Dewi Tanjung

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

MODUL KETERAMPILAN KLINIK


BLOK GROWTH DEVELOPMENT SYSTEM

I. Pendahuluan

Setelah mahasiswa memahami tahapan-tahapan pertumbuhan dan perkembangan normal,


mengenal pola pertumbuhan normal melalui suatu miles stone tertentu, mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan, maka selanjutnya
mahasiswa dapat mengenali penyimpangan yang terjadi sedini mungkin dan dapat
menanganinya, serta dapat menangani kedaruratan dalam pertumbuhan dan perkembangan
serta penatalaksanaan farmakoterapi dan upaya promotif, preventif, rehabilitasi pada
penyimpangan tumbuh kembang sejak masa perinatal hingga remaja.
Sesuai dengan pemetaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi FK USU, kegiatan
Clinical Skills Lab blok Growth and Development dilaksanakan pada semester 3.
Keterampilan klinik yang akan diajarkan pada mahasiswa adalah keterampilan untuk
melakukan :
1. History taking penyakit pediatrik yang berhubungan dengan tumbuh kembang dan
Konseling ASI
2. Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang dan Perilaku anak
3. Pengukuran Antropometri
4. Pemberian Imunisasi

II. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan skills lab pada blok Growth and Development ini,
mahasiswa terampil melakukan anamnesis, konseling ASI, pengukuran antropometri,
deteksi dini gangguan tumbuh kembang dan perilaku anak, dan melakukan pemberian
imunisasi.

III. Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis khususnya hal tumbuh kembang sesuai
dengan masalah
2. Mahasiswa mampu melakukan konseling ASI.
3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan perkembangan anak, khususnya
melakukan pemeriksaan skrining perkembangan anak dengan memakai instrumen
KPSP (Kuisioner Pra-Skrining Perkembangan), mampu melakukan deteksi dini
autisme dengan menggunakan daftar tilik modifikasi deteksi dini autis (Modified
Checklist for Autism in Toddler/M-CHAT), mampu melakukan deteksi dini
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas dengan menggunakan formulir
deteksi dini GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas), dan bisa
menentukan tindak lanjut (melakukan prosedur rujukan)
4. Mahasiswa mampu menggambarkan hasil pengukuran berdasarkan umur dan jenis
kelamin pada kurva pertumbuhan anak CDC 2000 dan grafik pertumbuhan WHO,
serta menafsirkan hasil pengukuran antropometri.
5. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik pertumbuhan yaitu pengukuran
antropometri berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dengan teknik yang benar
pada bayi dan anak
6. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pemberian imunisasi, dalam hal ini
imunisasi BCG, DPT-HB-Hib, Polio dan Campak
SL.III. GDS.1
KETERAMPILAN KLINIK
HISTORY TAKING PENYAKIT PEDIATRIK YANG BERHUBUNGAN
DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK DAN
KONSELING ASI
Sri Sofyani, Lili Rohmawati, Tiangsa Sembiring, Tri Faranita

I. PENDAHULUAN

Keterampilan dalam berkomunikasi sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.


Demikian pula dalam hubungan pasien-dokter, keberhasilan tatalaksana suatu gangguan
atau masalah kesehatan sangat tergantung dari adanya komunikasi yang baik antara dokter-
pasien.
Komunikasi antara pasien anak dengan dokternya mempunyai keunikan tersendiri.
Selain karena pada sebagian masalah yang dikeluhkan atau dirasakan anak tidak dapat
langsung dikomunikasikan si anak secara langsung kepada dokternya (mungkin karena
anak belum bisa berbicara, atau belum bisa menginterpretasikan apa yang dirasakan dengan
baik dan jelas), pasien anak sering kali merasa takut jika berjumpa dengan orang yang
belum dikenalnya, takut diperiksa dokter dan merasa tidak nyaman di lingkungan yang
baru. Oleh karena itu tekhnik untuk berkomunikasi dalam menelaah gangguan pada anak
memerlukan ketrampilan tersendiri dan mahasiswa fakultas kedokteran haruslah
mempelajari dan berlatih untuk melakukannya.
Pada minggu ini mahasiswa dilatih untuk melakukan ketrampilan komunikasi
dokter-pasien untuk penyakit pediatrik yang berhubungan dengan tumbuh kembang.
Latihan berkomunikasi ini dilakukan dengan orangtua pasien (jadi merupakan allo
anamnese) dan pertanyaan yang ditanyakan adalah dalam rangka mengisi rekam medis
tumbuh kembang seperti yang terlampir
Pada pertemuan ini juga diharapkan mahasiswa mampu melakukan konseling
menyusui pada ibu yang mempunyai bayi. Tidak jarang seorang ibu merasa bahwa ASI
tidak cukup untuk pertumbuhan bayinya. Seorang dokter harus mampu mengelaborasi
keterangan ibu yang paling signifikan untuk ditetapkan sebagai keluhan utama. Ada
beberapa pertanyaan yang harus ditanyakan pada ibu dalam mengelaborasi keluhan agar
hasilnya sesuai dengan diharapkan. Pertanyaan tersebut meliputi:
- Bentuk payudara
- Cara menyusui
- Durasi menyusui.

ASI merupakan makanan bayi yang paling baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi dibandingkan dengan susu formula apapun. Komposisi ASI
mengandung energi yang mencukupi kebutuhan bayi selama 6 bulan. ASI juga
mengandung anti kekebalan. Maka untuk bayi 0-6 bulan cukup diberi Asi secara eksklusif
saja. Namun banyak ibu mengeluh tidak bisa memberikan ASI kepada bayinya karena
alasan ASI tidak cukup, puting yang datar atau karena bekerja. Keluhan-keluhan ini dapat
diantisipasi, dan pertanyaan ibu seputar ASI dapat dijawab dengan baik bila dokter mampu
melakukan konseling laktasi yang baik.

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1. TUJUAN UMUM


Setelah selesai latihan ini mahasiswa mampu meningkatkan keterampilan
history taking dan ketrampilan berkonsultasi dalam masalah pemberian ASI dengan
menggunakan teknik komunikasi yang benar pada pasien.

II.2. TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Meningkatkan keterampilan history taking pada anak
2. Menemukan keluhan utama dan keluhan tambahan
3. Menguraikan penyakit secara kronologis dan deskriptif
4. Mendapatkan riwayat penyakit yang berhubungan dgn penyakit dalam keluarga.
5. Mengetahui riwayat kehamilan, kelahiran, makanan, imunisasi, perkembangan dan
riwayat keluarga berperan dalam tumbuh kembang anak.
6. Mahasiswa mampu menguraikan secara deskriptif fungsi, manfaat dan cara
pemberian ASI yang benar.
7. Menerapkan dasar teknik komunikasi dan berperilaku yang sesuai dengan sosio-
budaya pasien dalam hubungan dokter-pasien.

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas Belajar Mengajar Keterangan


(menit)
20 menit Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 mahasiswa) Nara sumber
- Penjelasan tentang history taking keluhan utama,
keluhan tambahan pada kelainan tumbuh kembang
- Pemutaran film tentang history taking penyakit
pediatrik yang berhubungan dengan tumbuh kembang
- Penjelasan narasumber tentang konsultasi menyusui.
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas
10 menit Demonstrasi oleh narasumber. Narasumber
Narasumber memperlihatkan tata cara komunikasi dokter-
pasien pada penyakit pediatrik yang berhubungan dengan
tumbuh kembang

Tahap I : Observasi
Ketika balita/anak masuk ruang periksa perhatikan cara
berjalan, penampilan wajah, bentuk kepala, proporsi tubuh,
pandangan mata, komunikasi, cara bicara, interaksi dengan
lingkungan, perilaku, dan lain-lain.
Tahap II : Menanyakan keluhan utama
Tahap III : Menanyakan riwayat kelahiran/kehamilan,
riwayat sosio ekonomi, riwayat nutrisi, imunisasi, riwayat
perkembangan

Narasumber memperlihatkan cara melakukan konseling


ASI
Tahap I : Perkenalan
- Ketika pasien masuk ke ruang periksa, dokter
berdiri menyambut dengan ramah dan senyum,
kemudian memperkenalkan diri.
- Menanyakan identitas pasien, nama, umur, alamat
sambil mencocokkan dengan data rekam medis.
- Perhatikan penampilan wajah, pandangan mata,
komunikasi , cara berbicara dan interaksi lingkungan.
- Perhatikan pendamping yang menyertai pasien,
interaksi pasien dengan pendamping.

Tahap II : Anamnesis masalah menyusui


Menanyakan keluhan utama, riwayat pemberian ASI sejak
lahir sampai sekarang. riwayat penyakit ibu sebelumnya
yang berhubungan dengan masalah menyusui. Dukungan
keluarga dalam hal pemberian ASI.
Tahap III :

Pemeriksaan lanjutan

20-30 menit Setelah mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 Instruktur,


kelompok terdiri dari 9 mahasiswa). Tiap kelompok kecil Mahasiswa
memiliki 1 instruktur.

Coaching : Mahasiswa melakukan simulasi (2-3 orang)


secara bergantian dengan dibimbing oleh instruktur.
Kepada mahasiswa diberikan 5 kasus simulasi history
taking (Satu mahasiswa hanya mengerjakan satu kasus) dan
satu kasus masalah pemberian ASI. Pasien simulasi akan
diperankan oleh sesama mahasiswa

90 menit Self Practice : Mahasiswa melakukan history taking dan Instruktur,


konseling ASI sendiri secara bergantian dengan fokus pada Mahasiswa
kelainan tumbuh kembang dan masalah pemberian ASI
sesuai dengan formulir.
Sehingga total waktu yang dibutuhkan ± 90 menit
(tergantung jumlah mahasiswa)

IV. SARANA YANG DIPERLUKAN


1. Alat audiovisual
2. Manikin Bayi
3. Phantom payudara
4. Pensil/pulpen
5. Formulir komunikasi dokter-pasien
6. Formulir penilaian konseling ASI

V. SKENARIO KASUS SIMULASI

Kasus History Taking

1. Kasus berat badan tidak naik


Bayi A, laki-laki, umur 11 bulan, dibawa oleh ibu ke Puskesmas dengan keluhan
berat badan tidak naik selama 3 bulan terakhir. Selama ini bayi ditimbang tiap bulan
di posyandu. Berat badan bayi 8 kg.
Lakukan komunikasi dokter-pasien yang berhubungan sesuai formulir history taking
dan faktor penyebab yang mungkin berhubungan dengan berat badan tidak naik

2. Kasus anak belum bisa bicara


Anak C, laki-laki, umur 24 bulan, dibawa oleh ibu ke puskesmas karena belum bisa
bicara. Bayi lahir ditolong bidan, tidak langsung menangis. Lima menit kemudian
bayi baru menangis. Berat lahir 2,7 kg.
Lakukan komunikasi dokter-pasien yang berhubungan sesuai formulir history taking
dan faktor penyebab yang mungkin berhubungan dengan anak belum bisa bicara.

3. Kasus perawakan pendek


Anak E, perempuan, umur 12 tahun, dibawa oleh ibu karena tampak lebih pendek
dibandingkan dengan teman-temannya di sekolah. Berat badan 30 kg, tinggi badan
130 cm
Lakukan komunikasi dokter-pasien yang berhubungan sesuai formulir history taking
dan faktor penyebab yang mungkin berhubungan dengan anak perawakan pendek.

Kasus Konseling ASI


Seorang ibu dan bayi yang berumur 2 minggu datang ke poliklinik Anak dengan
keluhan bayi sering menangis dan tidak mau menyusu pada ibu. Ibu tersebut
bertanya susu apa yang cocok untuk bayi tersebut. ASI ibu bila tidak diberi ke bayi
± 3 jam menetes dan payudara ibu terasa berat dan sakit.
Tugas : Lakukan komunikasi dokter pasien yang berhubungan dengan keluhannya.

VI. TEKNIK PELAKSANAAN

HISTORY TAKING
I. PERKENALAN

1. Sapa ibu dan anak, beri salam dan persilahkan duduk diiringi dengan komunikasi
non verbal seperti kontak mata, anggukan kepala dan mimik.
2. Kondisikan suasana nyaman sehingga pasien tidak segan dan takut bercerita.
3. Lakukan observasi ketika balita dibawa masuk ke ruangan periksa dalam hal cara
berjalan, penampilan wajah, bentuk kepala, proporsi tubuh, pandangan mata, cara
berbicara, cara berinteraksi dengan lingkungan, perilaku dll.
4. Perkenalkan diri dan tanyakan identitas pasien

II. MENANYAKAN KELUHAN


1. Tanyakan keluhan utama pasien, berikan penghargaan dan waktu yang cukup
2. Refleksikan balik keluhan ibu dengan menunjukan empati.
3. Gali perjalanan penyakit dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
4. Gali hal-hal /riwayat penyakit terdahulu yang ada hubungannya dengan keluhan
utama, antara lain (faktor-faktor risiko) :
- Riwayat pemberian makanan (ASI/MP ASI, makanan keluarga)
- Riwayat kehamilan dan kelahiran
- Riwayat perkembangan
- Keadaan sosial ekonomi dan budaya keluarga

III. DOKUMENTASI :
1. Catat data-data yang ditemukan.
2. Catat kesimpulan dan jelaskan kemungkinan diagnosa pasien
3. Catat dan jelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan berikutnya antara lain:
menimbang Berat Badan (BB), mengukur Tinggi Badan (TB) dan Lingkar
Kepala (LK).

VII. LEMBAR PENGAMATAN HISTORY TAKING PENYAKIT PEDIATRIK


YANG BERHUBUNGAN DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK

PENGAMATAN
LANGKAH/TUGAS Ya Tidak
I. PERKENALAN

1. Menyapa ibu dan anak, memberi salam dan mempersilahkan


duduk diiringi dengan komunikasi non verbal seperti kontak
mata, anggukan kepala dan mimik.
2. Mengkondisikan suasana nyaman sehingga pasien tidak segan dan
takut bercerita.
3. Melakukan observasi ketika balita dibawa masuk ke ruangan
periksa dalam hal cara berjalan, penampilan wajah, bentuk
kepala, proporsi tubuh, pandangan mata, cara berbicara, cara
berinteraksi dengan lingkungan, perilaku dll.
4. Memperkenalkan diri dan menanyakan identitas pasien
II. MENANYAKAN KELUHAN
1. Menanyakan keluhan utama pasien, berikan penghargaan dan
waktu yang cukup
2. Merefleksikan balik keluhan ibu dengan menunjukan empati.
3. Menggali perjalanan penyakit dengan menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti.
4. Menggali hal-hal /riwayat penyakit terdahulu yang ada
hubungannya dengan keluhan utama, antara lain (faktor-faktor
risiko) :
- Riwayat pemberian makanan (ASI/MP ASI, makanan keluarga)
- Riwayat kehamilan dan kelahiran
- Riwayat perkembangan
- Keadaan sosial ekonomi dan budaya keluarga
III. DOKUMENTASI
1. Mencatat data-data yang ditemukan.
2. Mencatat kesimpulan dan menjelaskan kemungkinan diagnosa
pasien
3.Mencatat dan menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan
berikutnya antara lain: menimbang Berat Badan (BB), mengukur
Tinggi Badan (TB) dan Lingkar Kepala.

Note : Ya = Mahasiswa melakukan


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

VIII. LEMBAR PENGAMATAN KONSULTASI MENYUSUI

LANGKAH / TUGAS PENGAMATAN


Ya Tidak
Tahap I
1. Komunikasi dokter dengan pasien:
- Menyapa dan memperkenalkan diri dengan pasien dan
keluarga pasien.
- Menempatkan pasien pada posisi yang sesuai dengan
kondisinya.
- Menanyakan identitas penderita : nama, umur, alamat.
Tahap II
1. Menanyakan keluhan utama penderita dan menelusuri keluhan
utama
2. Mendengarkan dan memberikan rasa empati terhadap keluhan
ibu
( ya, em, o gitu ya bu )
3. Menanyakan bentuk puting (datar, terbenam dan menonjol )
Tahap III Perhatikan
1. Cara memegang bayi atau posisi bayi sewaktu menyusui :
Seluruh tubuh bayi disanggah jangan hanya leher dan bahu
saja
2. Kepala dan tubuh bayi lurus
3. Hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan
dengan puting susu
4. Dekatkan badan bayi ke badan ibu
5. Posisi perlekatan dagu menempel pada payudara ibu, mulut
bayi terbuka lebar, bibir bawah bayi membuka keluar dan
aerola tampak lebih banyak dibagian atas dari pada bagian
bawah.
6. Isapan bayi efektif jika bayi bayi mengisap secara dalam,
teratur yang diselingi istirahat. Pada saat bayi mengisap Asi,
hanya terdengar suara bayi menelan.
7. Amati apakah perlekatan dan posisi bayi sudah benar dan bayi
sudah mengisap dengan efektif. Jika belum cobalah sekali lagi.
Note : Ya : Mahasiswa melakukan
Tidak : Mahasiswa tidak melakukan

Lampiran 1

FORMULIR HISTORY TAKING PENYAKIT PEDIATRIK YANG BERHUBUNGAN


DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK
Nama Mahasiswa : ................................................
Grup : ................................................
Tanggal anamnesis : ................................................
Instruktur : ................................................
Paraf : ................................................

IDENTITAS PASIEN

Nama pasien :....................................


Kelamin :....................................
Tempat, tanggal lahir :....................................
Pendidikan :....................................
Umur :.....................................
Orang tua/wali
Nama :...........................................
Alamat :...........................................
Pekerjaan :...........................................
Penghasilan :...........................................
Hubungan dengan orang tua : anak kandung/ angkat/ tiri/ asuh

RIWAYAT PENYAKIT

Keluhan utama :

Riwayat perjalanan penyakit :

Riwayat sebelumnya yang ada hubungan dengan penyakit sekarang :

Riwayat penyakit dalam keluarga/lingkungan sekitarnya yang ada hubungan dengan


penyakit sekarang :

RIWAYAT KEHAMILAN/ KELAHIRAN

KEHAMILAN Morbiditas kehamilan


Perawatan antenatal Di setiap minggu/bulan
KELAHIRAN Tempat kelahiran RS/RB/rumah/lain-lain......................
Penolong persalinan Dokter/bidan/dukun/lain-
lain.......................
Cara persalinan • Spontan/tindakan.........
• Penyulit, kelainan..........
Masa gestasi Lebih bulan/cukup bulan/ kurang bulan
Keadaan bayi • Berat lahir : ..............g
• Panjang :.................cm
• Lingkar kepala :........cm
• Langsung menangis/tidak
□ pucat □ biru □ kuning □
kejang
• Nilai Apgar :
• Kelainan bawaan :

RIWAYAT PERKEMBANGAN
Tengkurap :.......................bulan
Berjalan :.......................bulan
Duduk :.......................bulan
Bicara :.......................bulan
Berdiri :.......................bulan
Membaca & menulis :............bulan
Perkembangan Pubertas :
Status pubertas sekarang (sesuai dengan klasifikasi Tanner)................

Gangguan Perkembangan Mental/emosi :................................................


RIWAYAT MAKANAN (tuliskan jenis makanan yang diberikan serta frekwensi dan
jumlahnya setiap hari)

Umur ASI/PASI Buah/Biskuit Bubur susu Nasi tim


0 – 2 bulan
2 – 4 bulan
4 – 6 bulan
6 – 8 bulan
8 – 10 bulan
10 – 12 bulan

Umur di atas 1 tahun


Jenis Makanan Frekuensi/ jumlahnya & keterangan lain
Nasi/ pengganti nasi
Daging/ ikan/ telur
Tahu/ tempe
Sayur/ buah
Susu

Kesulitan makan : ...........................................................................

RIWAYAT KELUARGA

No Tgl lahir/umur L/P Hidup Lahir mati abortus meninggal keterangan


1
2
3
4
5

• Anggota keluarga lain serumah : ...................................................

Rumah :
□ Milik sendiri □ Menyewa □ Menumpang
• Keadaan rumah
: ............................................................................................

• Lingkungan
:..............................................................................................

Ayah/ wali Ibu/ wali


Perkawinan ke
Umur menikah
Pendidikan terakhir
Agama
Suku
Kesehatan
Lampiran 2
SL.III. GDS. 2
KETERAMPILAN KLINIK
DETEKSI DINI GANGGUAN PERTUMBUHAN
Sri Sofyani, Lili Rohmawati, Tiangsa Sembiring, Tri Faranita, Winra Pratista

PENGUKURAN ANTROPOMETRI
I. PENDAHULUAN
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak
konsepsi sampai berakhir masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa dan
anak bukanlah dewasa kecil. Anak yang sehat akan bertumbuh dan berkembang sejalan
dengan bertambahnya usia.
Untuk menilai apakah pertumbuhan anak sesuai maka kita harus melakukan
pemeriksaan antropometri . Pemeriksaan antropometri yang selalu dilakukan pada anak
adalah pengukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala.

A. Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan


Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk mengetahui berapa berat badan dan tinggi
badan anak pada saat/usia tertentu dan menentukan status gizi anak :gizi baik, gizi kurang,
gizi buruk, gizi lebih, atau obesitas. Serta untuk monitoring pertumbuhan dan menilai
prosesnya.

B. Pengukuran Lingkaran Kepala Anak (LKA)


o Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk mengetahui lingkaran kepala
anak dalam batas normal atau di luar batas normal.
o Jadwal, disesuaikan dengan umur anak. Jika umur anak 0-11 bulan, pengukuran
dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar, umur 12-72 bulan, pengukuran
dilakukan setiap enam bulan.

II. TUJUAN KEGIATAN


II.1 TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan terampil dan mampu melakukan
pengukuran antropometri.
II.2 TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu melakukan :
1. Pengukuran Berat Badan (BB) terhadap Umur (BB/Umur)
2. Panjang/Tinggi Badan (PB/TB) terhadap Umur (PB/Umur)
3. Pengukuran Berat badan terhadap Panjang Badan (BB/Umur)
4. Pengukuran Lingkar Kepala (LK)
5. Memplot hasil pengukuran pada grafik pertumbuhan WHO (anak usia 5
tahun kebawah) dan Kurva pertumbuhan CDC 2000 (anak usia diatas 5
tahun)
6. Interpretasi Pengukuran Antropmetri

III. PERALATAN DAN BAHAN


1. Boneka bayi yang berpakaian lengkap
2. Timbangan bayi/timbangan anak
3. Alat ukur panjang badan bayi dan tinggi badan anak
4. Pita ukur lingkar kepala anak
5. Grafik Pertumbuhan WHO
6. Kurva pertumbuhan CDC 2000
7. Grafik Lingkar Kepala Nellhaus
8. Pensil dan penggaris

IV. TEKNIK PELAKSANAAN


I. Pengukuran Berat Badan (BB)
A. Menggunakan Timbangan Bayi
1. Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah goyang
2. Lihat posisi jarum atau angka pada posisi angka nol
3. Buka pakaian bayi, topi,kaus kaki dan sarung tangan
4. Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan
5. Lihat jarum timbangan sampai berhenti, dengan posisi tegak lurus dengan jarum
6. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
7. Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum dan baca angka di
tengah-tengah antara gerakan jarum kekanan dan ke kiri.
8. Catat dan plot hasil pengukuran pada grafik pertumbuhan berat badan (WHO)
(Lampiran 2)

B. Menggunakan Timbangan Injak


1. Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas kaki,
jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang atau mengantongi sesuatu
2. Letakkan timbangan di lantai datar dan keras sehingga tidak mudah bergerak
3. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk angka nol
4. Persilahkan anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi
5. Lihat jarum timbangan sampai berhenti
6. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
7. Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di
tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri
8. Catat dan plot hasil pengukuran pada grafik pertumbuhan berat badan (WHO)
(Lampiran 2)

II. PENGUKURAN PANJANG BADAN ATAU TINGGI BADAN


A. Cara Mengukur dengan Posisi Berbaring (dilakukan 2 orang)
1. Baringkan bayi secara telentang pada alas yang datar
2. Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0
3. Petugas 1: Pegang kepala bayi agar tetap menempel pada pembatas angka 0
(pembatas kepala)
4. Petugas 2: Tekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan menekan batas kaki ke
telapak kaki
5. Baca angka di tepi luar pengukur
6. Catat dan plot hasil pengukuran pada grafik pertumbuhan tinggi badan (WHO)
(Lampiran 2)

B. Cara Mengukur dengan Posisi Berdiri


1. Suruh anak melepaskan alas kaki (sandal,sepatu)
2. Suruh anak berdiri tegak menghadap ke depan
3. Pastikan punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur
4. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun
5. Baca angka pada batas tersebut
6. Catat dan plot hasil pengukuran pada grafik pertumbuhan tinggi badan (WHO)
(Lampiran 2/3)
7. Tentukan status gizi anak dan berikan informasi/saran kepada orang tua.

III. PENGUKURAN LINGKAR KEPALA ANAK (LKA)


1.Lingkarkan alat pengukur pada kepala anak/bayi melewati dahi, menutupi alis mata, di
atas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, kemudian menarik
agak kencang
2. Baca angka pertemuan dengan angka 0
3. Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak
4. Catat dan plot hasil pengukuran pada grafik lingkar kepala Nelhaus menurut umur dan
jenis kelamin anak (Lampiran 4)
5. Interpretasikan hasil pengukuran lingkar kepala anak/bayi dan berikan informasi/
saran kepada orang tua

IV. MENENTUKAN STATUS GIZI


1. Plot hasil penimbangan berat badan pada kurva pertumbuhan CDC 2000 sesuai jenis
kelamin dan usia anak (Lampiran 3)
2. Plot hasil pengukuran tinggi badan sesuai jenis kelamin dan usia anak.
3. Proyeksikan titik tinggi badan aktual ke persentil 50 tinggi badan pada kurva
4. Proyeksikan titik persentil 50 tinggi badan ke grafik berat badan sehingga didapat
berat ideal
5. Cari persentase dari berat badan aktual terhadap berat badan ideal
6. Tentukan status gizi berdasarkan ketentuan dan berikan informasi/saran kepada
orang tua

V.INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN

Interpretasi Hasil Pengukuran dengan Grafik Pertumbuhan WHO :


Interpretasi Status Gizi ditentukan dari BB /TB :
• > 120 % : obesitas
• >110 – 120 % : overweight (gizi lebih)
• > 90 – 110 % : normal (gizi baik)
• > 80 – 90 % : malnutrisi ringan
• > 70 – 80 % : malnutrisi sedang
• < 70 % : malnutrisi berat

Interpretasi Pengukuran Lingkar Kepala (LK) :


o Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam “jalur hijau” atau dalam garis putus-

putus (di antara -2 SD dengan +2 SD) maka lingkaran kepala anak normal.
o Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di luar “jalur hijau” di luar garis putus-putus
maka lingkaran kepala anak tidak normal.
o Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu makrosefal bila berada diatas
“jalur hijau” (diatas +2 SD) dan mikrosefal bila berada di bawah “jalur hijau” (dibawah
-2 SD).

Intervensi:
Bila ditemukan makrosefali maupun mikrosefali segera dirujuk ke rumah sakit.

VI. KASUS SIMULASI PENGUKURAN PERTUMBUHAN (ANTROPOMETRI)

1. Kasus berat badan tidak naik


Bayi A, laki-laki, umur 11 bulan, dibawa oleh ibu ke puskesmas dengan keluhan
berat badan tidak naik selama 3 bulan terakhir. Selama ini bayi ditimbang tiap bulan
di posyandu. Berat badan bayi 8 kg. Tinggi badan 70 cm. Lingkar kepala 44 cm.
Tugas :
1. Gambarkan pada grafik pertumbuhan WHO berat dan tinggi badan bayi A
menurut umur dan jenis kelamin.
2. Tentukan status gizi bayi A
3. Gambarkan lingkar kepala bayi A pada grafik lingkar kepala Nellhaus
4. Apakah lingkar kepala bayi normal?

2. Kasus anak belum bisa berdiri


Bayi B, perempuan, umur 12 bulan, dibawa oleh ibu ke puskesmas dengan keluhan
belum bisa berdiri. Bayi lahir ditolong bidan, tidak langsung menangis. Lima menit
kemudian bayi baru menangis. Berat lahir 2,6 kg. Berat badan sekarang 8,8 kg.
Tinggi badan 72 cm. Lingkar kepala 40 cm.
Tugas :
1. Gambarkan pada grafik pertumbuhan WHO berat dan tinggi badan bayi B
menurut umur dan jenis kelamin.
2. Tentukan status gizi bayi B
3. Gambarkan lingkar kepala bayi pada grafik lingkar kepala Nellhaus.
4. Apakah lingkar kepala bayi normal?

3. Kasus anak belum bisa bicara


Anak C, laki-laki, umur 24 bulan, dibawa oleh ibu ke puskesmas karena belum bisa
bicara. Bayi lahir ditolong bidan, tidak langsung menangis. Lima menit kemudian
bayi baru menangis. Berat lahir 2,7 kg. Berat badan sekarang 11 kg. Tinggi badan 83
cm. Lingkar kepala 45 cm.
Tugas :
1. Gambarkan pada grafik pertumbuhan WHO berat dan tinggi badan anak C
menurut umur dan jenis kelamin.
2. Tentukan status gizi bayi
3. Gambarkan lingkar kepala bayi pada kurve Nellhaus.
4. Apakah lingkar kepala bayi normal?

4 . Kasus anak dengan kelebihan berat badan


Anak D, laki-laki, umur 10 tahun dengan keluhan kegemukan, dan tidak mau makan
karena merasa kegemukan. Berat badan saat ini 55 kg, tinggi badan 140 cm.
Tugas :
1. Gambarkan pada kurve pertumbuhan CDC 2000 berat dan tinggi badan menurut
umur dan jenis kelamin.
2. Tentukan status gizi anak D

5. Kasus perawakan pendek


Anak E, perempuan, umur 12 tahun, dibawa oleh ibu karena tampak lebih pendek
dibandingkan dengan teman-temannya di sekolah. Berat badan 30 kg, tinggi badan
130 cm.
Tugas :
1. Gambarkan pada kurve pertumbuhan CDC 2000 berat dan tinggi badan menurut
umur dan jenis kelamin.
2. Tentukan status gizi anak

VII. LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN ANTROPOMETRI

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
I. PENGUKURAN BERAT BADAN (BB)
A. Menggunakan Timbangan Bayi
1. Meletakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak
mudah goyang
2. Melihat posisi jarum atau angka pada posisi angka nol
3. Membuka pakaian bayi, topi,kaus kaki dan sarung tangan
4. Membaringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan
5. Melihat jarum timbangan sampai berhenti, dengan posisi
tegak lurus dengan jarum
6. Membaca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan
atau angka timbangan
7. Bila bayi terus menerus bergerak, memperhatikan gerakan
jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum
kekanan/ kiri
8. Mencatat dan memplot hasil pengukuran pada grafik
pertumbuhan (Lampiran 2/3)
B. Menggunakan Timbangan Injak
1. Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak
memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak
memegang atau mengantongi sesuatu
2. Meletakkan timbangan di lantai datar dan keras sehingga
tidak mudah bergerak
3. Melihat posisi jarum atau angka harus menunjuk angka nol
4. Mempersilakan anak berdiri di atas timbangan tanpa
dipegangi
5. Melihat jarum timbangan sampai berhenti
6. Membaca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan
atau angka timbangan
7. Bila anak terus menerus bergerak, memperhatikan gerakan
jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke
kanan dan ke kiri
8. Mencatat dan memplot hasil pengukuran pada grafik
pertumbuhan (Lampiran 2/3)
II. PENGUKURAN PANJANG BADAN ATAU TINGGI
BADAN
A. Cara Mengukur dengan Posisi Berbaring (dilakukan 2
orang)
1. Membaringkan bayi secara telentang pada alas yang datar
2. Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0
3. Petugas 1: Memegang kepala bayi agar tetap menempel pada
pembatas angka 0 (pembatas kepala)
4. Petugas 2: Menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki
5. Membaca angka di tepi luar pengukur
6. Mencatat dan memplot hasil pengukuran pada grafik
pertumbuhan (Lampiran 2/3)
B. Cara Mengukur dengan Posisi Berdiri
1. Menyuruh anak melepaskan alas kaki (sandal,sepatu)
2. Menyuruh anak berdiri tegak menghadap ke depan
3. Memastikan punggung, pantat dan tumit menempel pada
tiang pengukur
4. Menurunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-
ubun
5. Membaca angka pada batas tersebut
6. Mencatat dan memplot hasil pengukuran pada grafik
pertumbuhan (Lampiran 2/3)
III. PENGUKURAN LINGKAR KEPALA (LK)
1. Melingkarkan alat pengukur pada kepala anak/bayi melewati
dahi, menutupi alis mata, di atas kedua telinga, dan bagian
belakang kepala yang menonjol, kemudian menarik agak
kencang
2. Membaca angka pertemuan dengan angka 0
3. Menanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak
4. Mencatat dan memplot hasil pengukuran pada grafik lingkar
kepala menurut umur dan jenis kelamin anak (Lampiran 4)
5. Menginterpretasikan hasil pengukuran lingkar kepala
anak/bayi dan memberikan informasi/ saran kepada orang tua

IV. MENENTUKAN STATUS GIZI


1. Memplot hasil penimbangan pada grafik CDC 2000
sesuai jenis kelamin dan usia anak
2. Memplot hasil pengukuran tinggi badan (Lampiran 3)
3. Memproyeksikan titik tinggi badan aktual ke persentil
50 tinggi badan pada kurva
4. Memproyeksikan titik persentil 50 tinggi badan ke
grafik berat badan sehingga didapat berat ideal
5. Mencari persentase dari berat badan aktual terhadap
berat badan ideal
6. Menentukan status gizi berdasarkan ketentuan dan
memberikan informasi/saran kepada orang tua.
Note : Ya = mahasiswa melakukan
Tidak = mahasiswa tidak melakukan
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Catatan
Jika umur bayi 2 bulan 10 hari, maka umurnya dibulatkan ke bulan di bawahnya ( 2
bulan). jika tepat 2 bulan 15 hari, grafik dibuat ditengah-tengah; jika 2 bulan 16 hari
dibulatkan ke bulan di atasnya ( 3 bulan)

SL.III. GDS. 4
KETERAMPILAN KLINIK
DETEKSI DINI GANGGUAN PERKEMBANGAN DAN PERILAKU
ANAK
Sri Sofyani, Lili Rohmawati, Ika Citra Dewi Tanjung

I. PENDAHULUAN

Jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10 persen dari seluruh
populasi, dan sebagai calon generasi penerus bangsa maka kualitas tumbuh kembang balita
di Indonesia perlu mendapat perhatian serius. Pembinaan tumbuh kembang anak secara
komprehensif dan berkualitas diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang yang seharusnya dikerjakan sedini
mungkin dengan menggunakan perangkat instrumen yang tepat dan baik.
Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP) adalah salah satu perangkat
instrumen yang dikembangkan oleh para ahli lintas sektor terkait yaitu dari Ikatan Dokter
Anak Indonesia dan Departemen Kesehatan yang dapat dipakai dalam melakukan deteksi
dini gangguan tumbuh kembang pada anak berusia 0-6 tahun. Perangkat ini sangat mudah
penggunaannya dan merupakan suatu alat skrining yang efektif mendeteksi dini gangguan
tumbuh kembang dalam popolasi besar.
Selain masalah penyimpangan tumbuh kembang anak, mahasiswa juga diharapkan
mampu untuk mendeteksi dini masalah autisme, gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi.

I.1. Skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra


Skrining Perkembangan (KPSP)
Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk
mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal
skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42,
48, 54, 60, 66 dan 72 bulan.

Alat/instrumen yang digunakan adalah :


Formulir KPSP menurut umur : Formulir ini berisi 9 -10 pertanyaan tentang kemampuan
perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.
Alat bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus
berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis/ kacang tanah / potongan biskuit kecil
berukuran 0,5 -1 cm.

Cara menggunakan KPSP :


a. Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa
b. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan, dan tahun anak lahir.
Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh : bayi umur 3
bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari,
dibulatkan menjadi 3 bulan.
c. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai umur anak.
d. KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu :
- Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh :
“Dapakah bayi makan kue sendiri ?”
- Perintah melalui ibu/pengasuh anak atau petugas untuk
dilaksanakan oleh anak seperti yang tertukis pada formulir KPSP. Contoh : “Pada
posisi bayi anda telentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara
perlahan-lahan ke posisi duduk.
e. Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena
itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.
f. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu persatu. Setiap pertanyaan
hanya 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
g. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab
pertanyaan terdahulu.
h. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

Interpretasi hasil KPSP :


- Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.
 Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab : anak bisa atau pernah atau
sering atau kadang-kadang melakukan.
 Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh anak menjawab : anak belum pernah
melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.
- Jumlah jawaban ”Ya” = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya (tulis S).
- Jumlah jawaban ”Ya” = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (tulis M).
- Jumlah jawaban ”Ya” = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (tulis P).

Untuk jawaban ”Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban ”Tidak” menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian ).

Intervensi
Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut :
- Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik
- Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak
- Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai umur
- Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di posyandu secara
teratur sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika anak
sudah memasuki pra sekolah (36-72bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan di pusat
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau kelompok bermain dan taman kanak-kanak
- Lakukan pemeriksaan /skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak
berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 24 sampai 72 bulan.

Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut :


- Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak lebih sering
lagi.
- Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.
- Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang
menyebabkan penyimpangan perkembangannya.
- Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan daftar
KPSP yang sesuai dengan umur anak.
- Jika hasil KPSP ulang, jawaban Ya tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada
penyimpangan.

Bila perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan berikut rujukan ke rumah
sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar,
gerak halus, bicara & bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

I.1. Deteksi Dini Gangguan Perkembangan dan Perilaku Anak


Ada beberapa jenis alat yang diajarkan untuk mendeteksi dini gangguan perilaku pada
anak, yaitu :
1. Daftar tilik autisme anak prasekolah menggunakan instrumen Modified Checklist
for Autisme in Toddlers (M-CHAT) bagi anak umur 18 bulan sampai 36 bulan.
2. Kuesioner deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
bagi anak umur 36 bulan ke atas.

I.1.1. Deteksi Dini Autisme


Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya resiko autism spectrum
disorders (ASD) pada anak umur 16 bulan sampai 36 bulan. Deteksi dini autis dilakukan
jika ada indikasi atau bila ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan
tenaga kesehatan, petugas TPA dan guru TK. Keluhan berupa salah satu atau lebih keadaan
di bawah ini:
o Keterlambatan berbicara
o Gangguan komunikasi
o Perilaku yang berulang-ulang

Alat yang digunakan adalah Daftar Tilik Autisme Anak Prasekolah (Modified Checklist for
Autisme in Toddlers /M-CHAT). Cara menggunakan M-CHAT:
o Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang
tertulis pada M-CHAT kepada orang tua atau pengasuh anak.
o Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas pada M-
CHAT
o Catat jawaban orang tua/pengasuh anak dan kesimpulan hasil pengamatan
kemampuan anak, YA atau TIDAK. Teliti kembali apakah semua pertanyaan
telah dijawab.

Interpretasi :
Hitung jawaban “Tidak” dari hasil pemeriksaan. Pertanyaan no. 2,7,9,13,14 dan 15 adalah
pertanyaan kritis (critical item).
Normal : Jika tidak ada jawaban “Tidak” atau
jawaban “Tidak” kurang dari 2 pertanyaan kritis atau
jawaban “Tidak” kurang dari 3 pertanyaanyang mana saja.
Resiko Tinggi Autis : Jika jawaban “Tidak” pada 2 atau lebih pertanyaan kritis
Resiko Autis : Jika jawaban “Tidak” 3 atau lebih pertanyaan yang mana saja

Tindakan :
Normal : Pujilah keberhasilan orangtua/ pengasuh dan lanjutkan stimulasi sesuai umur.
Kunjungan berikutnya 3 bulan lagi sampai anak usia 2 tahun, dan 6 bulan lagi sampai anak
usia 72 bulan.
Resiko Autis dan Resiko Tinggi Autis : Rujuk ke RS yang memiliki fasilitas kesehatan
jiwa/tumbuh kembang anak.

I.1.2. Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)


Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini adanya Gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke atas. Deteksi dini GPPH dilakukan
jika ada indikasi atau bila ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan
tenaga kesehatan, kader kesehatan, pengelola TPA dan guru TK. Keluhan tersebut dapat
berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini:
o Anak tidak bisa duduk tenang
o Anak begerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
o Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsif

Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) yang merupakan terjemahan dari Abbreviated Corner’s Rating
Scale. Formulir terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan pada orang tua/pengasuh
anak/guru TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.

Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH:


o Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang
tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan pada orang tua/pengasuh anak
untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
o Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan kemampuan anak sesuai
dengan pertanyaan pada formulir deteksi dini GPPH.
o Keadaan yang ditanyakan/diamati pada anak dimanapun anak berada, misal
ketika di rumah, sekolah, pasar, toko dll); setiap saat dan ketika anak dengan
siapa saja.
o Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan
pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

Interpretasi :
Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan bobot nilai berikut ini dan jumlahkan
nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total :
Nilai 0: jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak.
Nilai 1: jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak.
Nilai 2: jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak.
Nilai 3: jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nilai total 13 atau lebih, kemungkinan anak mengalami GPPH.

Intervensi:
o Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah Sakit yang memiliki
fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak untuk konsultasi dan
pemeriksaan lebih lanjut.
o Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan pemeriksaan
ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan pada orang-orang terdekat dengan
anak (orang tua, pengasuh, nenek, guru, dsb).

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1. TUJUAN UMUM


Setelah selesai melakukan latihan ini mahasiswa mampu meningkatkan keterampilan
dalam memeriksa perkembangan anak dengan cara yang benar dan deteksi dini
gangguan perkembangan dan perilaku anak

II.2. TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa mampu :
1. Melakukan pemeriksaan perkembangan anak, khususnya melakukan
pemeriksaan tapis perkembangan dengan Kuesioner Pra-Skrining
Perkembangan (KPSP).
2. Mengetahui Milestones perkembangan anak.
3. Deteksi dini autisme pada anak pra sekolah
4. Deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada
anak pra sekolah.
IV. PERALATAN DAN BAHAN
1. Formulir KPSP umur 6 bulan
2. Daftar tilik M-CHAT, formulir GPPH
3. Boneka
4. Benang wool merah
5. Pensil
6. Kismis/potongan kue
7. Kerincingan

V. TEKNIK PELAKSANAAN
Semua hasil pemeriksaan dicatat dalam formulir KPSP
1. Posisikan boneka dalam keadaan telentang (anggap boneka sebagai bayi), kemudian
letakkan wool merah 20 cm di atas mata bayi. Gerakkan wool tersebut dari satu
sisi (kiri) ke sisi yang lain (kanan) 1x gerakan. Amati gerakan kepala bayi.
(Ternyata kepala bayi bergerak mengikuti arah wool)
2. Dudukkan bayi dengan posisi punggung bayi bersandar pada dada pemeriksa,
sambil kedua tangan bayi dipegang oleh pemeriksa. Amati posisi kepala bayi.
(Kepala bayi tegak dan stabil)
3. Sentuhkan pensil di punggung jari atau ujung-ujung jari bayi. Amati apakah bayi
dapat menggenggam pensil tersebut selama beberapa detik.
(Bayi tidak bereaksi untuk menggenggam pensil)
4. Posisikan bayi dalam posisi telungkup. Amati apakah bayi dapat mengangkat dada
dengan kedua lengannya dengan sudut antara leher dan alas pemeriksaan mencapai
90 derajat.
(Bayi dapat mengangkat dada dengan kedua lengannya, sudut leher dan alas
mencapai 90 derajat)
5. Tanyakan kepada ibu/pengasuh apakah bayi pernah mengeluarkan suara gembira
bernada tinggi tapi bukan menangis.
(Pernah)
6. Tanyakan kepada ibu/pengasuh apakah bayi pernah berbalik paling sedikit 2x dari
telentang ke telungkup atau sebaliknya.
(Pernah)
7. Tanyakan pada ibu/pengasuh apakah bayi pernah tersenyum ketika melihat mainan
lucu atau gambar ketika bermain sendiri.
(Pernah)
8. Letakkan kismis/potongan biskuit didepan bayi. Amati apakah mata bayi terarah
pada benda tersebut.
(Mata bayi tidak mengarah pada benda)
9. Letakkan kerincingan di depan bayi yang jaraknya masih dalam jangkauan tangan
bayi. Amati apakah bayi berusaha meraih kerincingan tersebut.
(Tidak berusaha menggapai kerincingan)
10. Posisikan bayi kembali telentang. Pegang kedua tangannya lalu tarik perlahan-lahan
ke posisi duduk. Amati apakah bayi dapat mempertahankan lehernya secara kaku.
(Bayi dapat mempertahankan lehernya secara kaku)

Hasil Pemeriksaan : Ya = 7 ; Tidak = 3


Kesimpulan : Perkembangan MERAGUKAN (M)
Aspek yang mengalami keterlambatan : Gerak halus
11. Jelaskan tindak lanjut yang harus dilakukan.
Pemeriksaan KPSP diulang 2 minggu lagi dan dilakukan stimulasi terhadap semua
aspek perkembangan

VI.LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN KPSP UNTUK KELOMPOK


UMUR 6 BULAN

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
1. Memposisikan boneka dalam keadaan telentang (anggap boneka
sebagai bayi), kemudian meletakkan wool merah 20 cm di atas
mata bayi. Menggerakkan wool tersebut dari satu sisi (kiri) ke
sisi yang lain (kanan) 1x gerakan. Mengamati gerakan kepala
bayi.
2. Mendudukkan bayi dengan posisi punggung bayi bersandar pada
dada pemeriksa, sambil memegang kedua tangan bayi. Mengamati
posisi kepala bayi.
3. Menyentuhkan pensil di punggung jari atau ujung-ujung jari bayi.
Mengamati bayi apakah bayi dapat menggenggam pensil tersebut
selama beberapa detik.
4. Memposisikan bayi dalam posisi telungkup. Mengamati apakah
bayi dapat mengangkat dada dengan kedua lengannya dengan
sudut antara leher dan alas pemeriksaan mencapai 90 derajat.
5. Menanyakan kepada ibu/pengasuh apakah bayi pernah
mengeluarkan suara gembira bernada tinggi tapi bukan menangis.
6. Menanyakan kepada ibu/pengasuh apakah bayi pernah berbalik
paling sedikit 2x dari telentang ke telungkup atau sebaliknya.
7. Menanyakan pada ibu/pengasuh apakah bayi pernah tersenyum
ketika melihat mainan lucu atau gambar ketika bermain sendiri.
8. Meletakkan kismis/potongan biskuit didepan bayi. Mengamati
apakah mata bayi terarah pada benda tersebut.
9. Meletakkan kerincingan di depan bayi yang jaraknya masih dalam
jangkauan tangan bayi. Mengamati apakah bayi berusaha meraih
kerincingan tersebut.
10. Memposisikan bayi kembali telentang. Memegang kedua
tangannya lalu tarik perlahan-lahan ke posisi duduk. Mengamati
apakah bayi dapat mempertahankan lehernya secara kaku.
11. Dokumentasi
Menyatakan jumlah jawaban “ya” dan rinci jenis keterlambatan.
1. Menyimpulkan perkembangan bayi
2. Menjelaskan tindak lanjut yang akan dilakukan
Note : Ya = mahasiswa melakukan Tidak = mahasiswa tidak melakukan
LAMPIRAN LEMBARAN KPSP MENURUT UMUR

KPSP UNTUK BAYI UMUR 3 BULAN

1. Pada waktu bayi telentang.apakah masing-masing


Gerak kasar Ya Tidak
lengan dan tungkai bergerak dengan mudah? Jawab
TIDAK salah satu atau kedua tungkai atau lengan bayi
bergerak tak terarah/tak terkendali.
2. Pada bayi telentang apakah ia melihat dan menatap wajah Sosialisasi &
Ya Tidak
anda? kemandirian
3. Apakah bayi dapat mengeluarkan sura-suara lain (ngoceh) Bicara & Ya Tidak
disamping menangis? bahasa
4. Pada waktu bayi telentang. Apakah ia mengikuti gerakan
anda dengan
Gerak halus Ya Tidak
menggerakkan kepalanya dari kanan/kiri ke tengah?
5. Pada waktu bayi telentang. Apakah ia dapat mengikuti
gerakan anda dengan
Gerak halus Ya Tidak
menggerakkan kepalanya dari satu sisi hampir sampai pada
sisi yang lain?
6. Pada waktu anda mengajak bayi berbicara dan tersenyum, Sosialisasi & Ya Tidak
apakah ia tersenyum kembali kepada anda. kemandirian
7. Pada waktu bayi telungkup
di atas yang datar, apakah ia Gerak kasar Ya Tidak
dapat mengangkat kepalanya
seperti pada gambar ini?
8. Pada waktu bayi telungkup di atas yang
datar, apakah ia dapat mengangkat Gerak kasar Ya Tidak
kepalanya sehingga membentuk sudut
450 seperti pada gambar?
9. Pada waktu bayi telungkup diatas bidang
yang datar, apakah ia dapat menggangkat kepalanya
Gerak kasar Ya Tidak
dengan tegak seperti pada gambar?

10. Apakah bayi suka ketawa keras walau tidak digelitik atau Bicara & Ya Tidak
diraba-raba? bahasa

KPSP UNTUK BAYI UMUR 6 BULAN


1. Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat mengikuti gerakan
anda dengan menggerakan kepalanya dengan sepenuhnya dari
Gerak halus Ya Tidak
satu sisi ke sisi yang lain?

2.Dapatkah bayi mempertahankan posisi kepala dalam keadaan


Gerak kasar Ya Tidak
tegak dan stabil? Jawab TIDAK bila kepala bayi cenderung jatuh
ke kanan/kiri atau ke dadanya.
2. Sentuhkan pensil di punggung tangan atau ujung jari bayi
(jangan meletakkan di atas tangan bayi). Apakah bayi dapat
Gerak halus Ya Tidak
menggenggam pensil itu selama beberapa detik?

3. Ketika bayi telungkup di alas datar,


apakah ia dapat mengangkat dada
dengan kedua lengannya sebagai Gerak kasar Ya Tidak
penyanggah seperti pada gambar?
4. Pernakah bayi mengeluarkan suara gembira bernada tinggi Bicara &
Ya Tidak
atau memekik tetapi bukan menangis? bahasa
5. Pernakah bayi berbalik paling sedikit dua kali, dari
Gerak kasar Ya Tidak
telentang ke telungkup atau sebaliknya?
6. Pernakah anda melihat bayi tersenyum ketika melihat
Sosialisasi
mainan yang lucu, gambar atau binatang peliharaan pada saat ia
Ya Tidak
&
bermain sendiri?
kemandirian
7. Dapatkah bayi mengarahkan matanya pada benda kecil
Gerak halus Ya Tidak
sebesar kacang, kismis atau uang logam? Jawab TIDAK jika ia
tidak dapat mengarahkan matanya.
8. Dapatkah bayi meraih mainan yang di letakkan agak jauh
Gerak halus Ya Tidak
namun masih berada dalam jangkauan tangannya?
10. Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya lalu trik
perlahan-lahan ke posisi duduk. Dapatkah bayi mempertahankan
Gerak kasar Ya Tidak
lehernya secara kaku seperti gambar di sebelah kiri? Jawab
TIDAK bila kepala bayi jatuh seperti gambar sebelah kanan.

KPSP UNTUK BAYI UMUR 9 BULAN


1. Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya lalu tarik
perlahan-lahan ke posisi duduk. Dapatkah bayi mmpertahankan
lehernya secara kaku seperti gambar di sebelah kiri? Jawab Gerak kasar Ya Tidak
TIDAK bila kepala bayi jatuh kembali seperti gambar sebelah
kanan.
2. Pernakah anda melihat bayi memindahkan mainan atau kue
Gerak halus Ya Tidak
kering dari satu tangan ke tangan yang lain? Benda-benda
panjang seperti sendok atau kerincingan bertangkai tidak ikut
dinilai.
3. Tarik perhatian bayi dengan memperlihatkan selendang, sapu
Gerak halus Ya Tidak
tangan atau serbet, kemudian jatuhkan ke lantai. Apakah bayi
mencoba mencarinya? Misalnya mencari di bawah meja atau di
belakang kursi?
4. Apakah bayi dapat memungut dua benda seperti mainan/kue
Gerak halus Ya Tidak
kering, dan masing-masing tangan memegang benda pada saat
yang sama? Jawab TIDAK bila bayi tidak pernah melakukan
perbuatan ini.
5. Jika anda mengangkat bayi dengan ketiaknya ke posisi berdiri,
Gerak kasar Ya Tidak
dapatkah ia menyanggah sebagian berat badan dengan kedua
kakinya? Jawab YA bila ia mencoba berdiri dan sebagian berat
badan tertumpuh pada kedua kakinya.
6. Dapatkah bayi memungut dengan tangannya benda-benda
kecil seperti kismis, kacang-kacangan, potongan biscuit, dengan Gerak halus Ya Tidak
gerakan miring atau menggerapai seperti gambar?

7. Tanpa disanggah oleh bantal, kursi atau dinding,


dapatkah bayi duduk sendiri selama 60 detik? Gerak kasar Ya Tidak

Ya Tidak
8. Apakah bayi dapat makan kue kering sendiri? Sosialisasi
&
kemandirian
9. Pada waktu bayi bermain sendiri dan anda diam-diam datang
Bicara & Ya Tidak
berdiri di belakangnya , apakah ia menengok ke belakang
bahasa
seperti mendengar kedatangan anda?
Suara keras tidak ikut dihitung. Jawab YA hanya jika anda
melihat reaksinya terhadap suara yang perlahan atau bisikan.
10. Letakkan suatu mainan yang diinginkannya di luar jangkauan
Sosialisasi Ya Tidak
bayi, apakah ia mencoba mendapatkannya dengan mengulurkan
&
lengan atau badannya?
kemandirian

KPSP UNTUK ANAK UMUR 12 BULAN


1. Jika anda bersembunyi di belakang sesuatu/di pojok, kemudian Sosialisasi
Ya Tidak
dan muncul dan menghilang secara berulang-ulang di hadapan &
anak, apakah ia mencari anda atau mengharapkan anda muncul kemandirian
kembali?
2. Letakkan pensil di telapak tangan bayi. Coba ambil pensil
Gerak halus Ya Tidak
tersebut dengan perlahan-lahan. Sulitkah nada mendapatkan
pensil itu kembali?
3. Apakah anak dapat berdiri selama 30 detik atau lebih dengan
Gerak kasar Ya Tidak
berpegangan pada kursih/meja?
4. Apakah anak dapat mengatakan 2 suku kata yang sama, Bicara &
Ya Tidak
misalnya: “ma-ma”, “da-da” atau “pa-pa”. Jawab YA bila ia bahasa
mengeluarkan salah satu suara tadi.
5. Apakah anak dapat mengangkat badannya ke posisi berdiri Gerak kasar Ya Tidak
tanpa bantuan anda?
6. Apakah anak dapat membedakan anda dengan orang yang Sosialisasi
Ya Tidak
belum ia kenal? Ia akan menunjukkan sikap malu-malu atau &
ragu-ragu pada saat permulaan bertemu orang yang belum kemandirian
dikenalnya?
7. Apakah anak dapat menggambil benda kecil
seperti kacang atau kismis, dengan meremas Gerak halus Ya Tidak
di antara ibu jari dan jarinya seperti pada gambar?
8. Apakah anak dapat duduk sendiri tanpa batuan? Gerak kasar Ya Tidak
9. Sebut 2-3 kata yang dapat ditiru oleh anak (tidak perlu kata-kata Bicara & Ya Tidak
yang lengkap). Apakah ia mencoba meniru menyebutkan kata- bahasa
kata tadi?
10. Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan dua kubus
Gerak halus Ya Tidak
kecil yang ia pegang? Kerincingan bertangkai dan tutup panci
tidak ikut di nilai.

KPSP UNTUK ANAK UMUR 15 BULAN


1. Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan dua kubus Gerak halus Ya Tidak
kecil yang ia pegang? Kerincingan bertangkai dan tutup panci
tidak ikut di nilai.

2. Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan dengan Gerak kasar Ya Tidak
berpegangan?
3. Tanpa bantuan, dapatkah anak bertepuk tangan atau melambai- Sosialisasi Ya Tidak
lambai? Jawab TIDAK bila ia membutuhkan bantuan. &
kemandirian
4. Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika ia
Bicara & Ya Tidak
memanggil/melihat ayahnya, atau mengatakan “mama” jika
bahasa
melihat ibunya? Jawab YA bila anak mengatakan salah satu
diantaranya.
5. Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan selama kira- Gerak kasar Ya Tidak
kira 5 detik?
6. Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 Gerak kasar Ya Tidak
detik atau lebih?
7. Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah anak dapat
Gerak kasar Ya Tidak
membungkuk untuk memungut mainan di lantai dan kemudian
berdiri kembali?
8. Apakah anak dapat menunjukan apa yang diinginkannya tanpa Sosialisasi
Ya Tidak
menangis atau merengek? Jawab YA bila ia menunjuk, menarik &
atau mengeluarkan suara yang menyenangkan. kemandirian
9. Apakah anak dapat berjalan sepanjang ruangan tanpa jatuh atau Gerak kasar Ya Tidak
terhuyung-huyung?
10. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti kacang,
kismis, atau potongan biscuit dengan menggunakan ibu
Gerak halus Ya Tidak
jari dan jari telunjuk seperti pada gambar

KPSP PADA ANAK UMUR 18 BULAN


1. Tanpa bantuan, apakah anak dapat bertepuk tangan atau Sosialisasi Ya Tidak
melambai-lambai? Jawab TIDAK bila ia membutuhkan &
bantuan. kemandirian
2. Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika ia
Bicara & Ya Tidak
memanggil/melihat ayahnya, atau mengatakan “mama” jika
bahasa
memanggil/melihat ibunya? Jawab YA bila anak mengatakan
salah satu diantaranya.
3. Apakah anak dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan selama Gerak kasar Ya Tidak
kira-kira 5 detik?
4. Apakah anak dapat tanpa berpegangan selama 30 detik atau Gerak kasar Ya Tidak
lebih?
5. Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah anak dapat Gerak kasar Ya Tidak
membungkuk untuk memungut mainan di lantai dan kemudian
berdiri kembali?
6. Apakah anak dapat menunjukan apa yang diinginkannya tanpa Sosialisasi Ya Tidak
menangis atau merengek ? Jawab YA bila ia menunjuk, menarik &
atau mengeluarkan suara yang menyenangkan. kemandirian
7. Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh Gerak kasar Ya Tidak
atau terhuyung-huyung?
8. Apakah anak-anak dapat mengambil benda kecil seperti kacang,
Gerak halus Ya Tidak
kismis, atau potongan biskuit dengan menggunakan ibu jari
danjari telunjuk seperti pada gambar?

9. Jika anda menggelindingkan bola ke anak, apakah ia Gerak


Ya Tidak
menggelindingkan/melemparkan kembali bola pada anda? halus,
Sosialisasi
&
kemandirian
10. Apakah anak dapat memegang sendiri cangkir/gelas dan Sosialisasi
Ya Tidak
minum dari tempat tersebut tanpa tumpah? &
kemandirian

KPSP PADA ANAK UMUR 21 BULAN


1. Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah anak dapat Gerak kasar Ya Tidak
membungkuk untuk memungut mainan di lantai dan
kemudian berdiri kembali?
2. Apakah anak dapat menunjukkan apa yang diinginkannya Sosialisasi Ya Tidak
tanpa menangi atau merengek? Jawab YA bila ia &
menunjukkan, menarik atau mengeluarkan suara yang kemandirian
menyenangkan.
3. Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh Gerak kasar Ya Tidak
atau terhuyung-huyung?
4. Apakah anak dapat mengambil benda seperti kacang, kismis, Gerak halus Ya Tidak
atau potongan biskuit dengan menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk seperti pada gambar?
5. Jika anda menggelindingkan bola ke anak, apakah ia Gerak halus Ya Tidak
menggelindingkan/melempar kembali bola pada anda?
6. Apakah anak dapat memegang sendiri cangkir/gelas dan Sosialisasi Ya Tidak
minum dari tempat tersebut tanpa tumpah? &
kemandirian
7. Jika anda sedang melakukan pekerjaan rumah tangga, apakah Sosialisasi Ya Tidak
anak meniru apa yang anda lakukan? &
kemandirian
8. Apakah anak dapat meletakkan satu kubus di atas kubus yang Gerak halus Ya Tidak
lain tanpa menjatuhkan kubus itu? Kubus yang di gunakan
ukuran 2.5 – 5.0 cm.
9. Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata yang Bicara & Ya Tidak
mempuinyai arti selain “papa” dan “mama”? bahasa
10. Apakah anak dapat berjalan mundur 5 langkah atau lebih Gerak kasar Ya Tidak
tanpa kehilangan keseimbangan? (anda mungkin dapat
melihatnya ketika anak menarik mainanya).

KPSP PADA ANAK UMUR 24 BULAN


1. Jika anda sedang melakukan pekerjaan rumah tangga, Sosialisasi Ya Tidak
apakah anak meniru apa yang anda lakukan ? &
kemandirian
2. Apakah anda dapat meletakkan 1 buah kubus diatas kubus Gerak halus Ya Tidak
yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu ? Kubus yang
digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
3. Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata yang Bicara & Ya Tidak
mempunyai arti selain “Papa” dan “Mama” bahasa
4. Apakah anak dapat berjalan mundur 5 langkah atau lebih
Gerak kasar Ya Tidak
tanpa kehilangan keseimbangan?
(Apakah mungkin dapat melihatnya ketika anak menarik
mainannya)
5. Daptkah anak melepas pakaiannya sperti: baju, rok, atau Gerak halus,
Ya Tidak
celananya? (topi dan kaos kaki tidak ikut dinilai) Sosialisasi
&
kemandirian
6. Dapatkah anak berjalam naik tangga sendiri ? Jawab YA jika
Gerak kasar Ya Tidak
ia naik tangga dengan posisi tegak atau berpegangan pada
dinding atau pegangan tangga. Jawab TIDAK jika ia naik
tangga dengan merangkak atau anda tidak membolehkan
anak naik tangga atau anak harus berpegangan pada
seseorang.
7. Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah
Bicara & Ya Tidak
anak menunjuk dengan benar paling sedikit satu bagian
bahasa
badannya (rambut, mata, hidung, mulut, atau bagian yang
lain) ?
8. Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah Sosialisasi Ya Tidak
&
kemandirian
9. Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri atau Bicara & Ya Tidak
membantu mengangkat piring jika diminta ? bahasa
10. Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar bola tennis)
ke depan tanpa berpegangan pada apapun ? Mendorong tidak
Gerak kasar Ya Tidak
ikut dinilai.

KPSP ANAK UMUR 30 BULAN


1. Dapatkah anak melepas pakainnya seperti: baju, rok, atau Sosialisasi Ya Tidak
celananya? (topi dan kaos kaki tidak ikut di nilai). &
kemandirian
2. Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Jawab YA jika
Gerak kasar Ya Tidak
ia naik tangga dengan posisi tegak atau berpegangan pada
dinding atau pegang tangga. Jawab TIDAK jika ia naik
tangga dengan merangkak atau anak harus berpegangan pada
seseorang.
3. Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah
Bicara & Ya Tidak
anak menunjukkan dengan benar paling sedikit satu bagian
bahasa
badannya (rambut, mata, hidung, mulut, atau bagian badan
yang lain)?

4. Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah? Sosialisasi Ya Tidak
&
kemandirian
5. Dapatkah anak dapat membantu memungut mainannya Bicara & Ya Tidak
sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta? bahasa
6. Dapatkah anak menendang bola kecil(sebesar bola tennis) ke Gerak kasar Ya Tidak
depan tanpa berpegangan pada apa pun? Mendorong tidak
ikut dinilai.
7. Bila diberi pensil,apakah anak mencoret-coret kertas tanpa Gerak halus Ya Tidak
bantuan/petunjuk?
8. Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu di atas Gerak halus Ya Tidak
kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu? Kubus yang
di gunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
9. Dapatkah anak munggunakan 2 kata pada saat berbicara Bicara & Ya Tidak
seperti “minta minum”, “mau tidur”? bahasa
10. Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar-gambar ini
tanpa bantuan?
(Menyebut dengan suara binatang tidak ikut dinilai)
Bicara & Ya Tidak
bahasa

(Menyebut dengan suara binatang tidak ikut dinilai)

KPSP ANAK UMUR 36 BULAN


1. Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret kertas tanpa Gerak halus Ya Tidak
bantuan/petunjuk?
2. Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu diatas
Gerak halus Ya Tidak
kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu?
Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
3. Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara seperti
Bicara & Ya Tidak
“minta minum”, “mau tidur”?
“Terima kasih:” dan “Dadag” tidak ikut dinilai. bahasa
4. Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar gambar ini
Bicara & Ya Tidak
tanpa bantuan ?
bahasa

(Menyebut dengan suara binatang tidak ikut dinilai)


5. Dapatkah anak melempar bola lurus kea rah perut atau dada Gerak kasar Ya Tidak
anda dari jarak 1,5 meter ?
6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat
Bicara & Ya Tidak
dengan telunjuk atau mata pada saat memberi kan perintah
bahasa
berikut ini :
“Letakkan kertas ini dilantai”
“Letakkan kertas ini di kursi”
“Berikan kertas ini kepada ibu”.

7. Buat garis lurus ke bawah spanjang sekurang-kurangnya 2.5


cm. suruh anak menggambar garis lain di samping garis ini.
Jawab YA bila ia menggambar garis seperti ini ;
Gerak halus Ya Tidak

Jawab TIDAK bila ia menggambar garis seperti ini ;

8. Letakkan selembar kertas seukuran buku ini dilantai. Apakah Gerak kasar Ya Tidak
anak dapat melompati bagian lebar kertas dengan mengangkat
kedua kakinya secara bersamaan tanpa didahului lari ?
9. Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri ? Sosialisasi Ya Tidak
&
kemandirian
10. Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh sedikitnya 3 Gerak kasar Ya Tidak
meter?

KPSP PADA ANAK UMUR 42 BULAN


1. Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri? Sosialisasi
Ya Tidak
&
kemandirian
2. Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh sedikitnya 3
Gerak kasar Ya Tidak
meter?
3. Setelah makan, apakah anak mencuci dan mengeringkan Sosialisasi
Ya Tidak
tangannya dengan baik sehingga anda tidak perlu &
mengulanginya? kemandirian
4. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu
Gerak kasar Ya Tidak
tunjukkan caranya dan beri anak anda kesempatan
melakukannya 3 kali.
Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam waktu 2
detik atau lebih?
5. Letakan selembar kertas seukuran buku ini di lantai. Apakah
Gerak kasar Ya Tidak
anak dapat melompati panjang kertas ini dengan mengangkat
kedua kakinya secara bersamaan tanpa didahului lari?
6. Jangan membantu anak dan jangan menyebut lingkaran. Suruh
anak menggambar seperti contoh ini di atas kertas kosong yang
tersedia. Dapatkah anak menggambar lingkaran? Gerak halus Ya Tidak

Jawab : TIDAK
7. Dapatkah anak meletakan 8 buah kubus satu persatu di atas
Gerak halus Ya Tidak
yang lain tanpa menjatuhkan kubus tersebut?
Kubus yang di gunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
8. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga atau Sosialisasi
Ya Tidak
permain lain dimana ia ikut bermain dan mengikuti aturan &
bermain? kemandirian
9. Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju atau Sosialisasi
Ya Tidak
kaos kaki tanpa dibantu? (Tidak termasuk memasang kancing, &
gesper atau ikat pinggang) kemandirian

KPSP PADA ANAK UMUR 48 BULAN


1. Dapatkah anak mengayuh speda roda tiga sejauh sedikitnya 3
Gerak kasar Ya Tidak
meter
2. Setelah makan, apakah anak mencuci dan mengeringkan Sosialisasi
Ya Tidak
tangannya dengan baik sehingga anda tidak perlu &
mengulanginya ? kemandirian
3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perl
Gerak kasar Ya Tidak
tunjukkan caranya dan beri anak anda kesempatan melakukan 3
kali.
Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam waktu 2 detik
atau lebih.
4. Letakkan selembar kertas seukuran buku ini dilantai. Apakah
Gerak kasar Ya Tidak
anak dapat melompati panjang kertas ini dengan mengangkat
kedua kakinya secara bersamaan tanpa didahului lari ?
5. Jangan membantu anak dan jangan menyebut lingkaran. Suruh
Gerak halus Ya Tidak
anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang
tersedia. Apakah anak dapat menggambar lingkaran ?

Jawab : TIDAK

W
6. Dapatkah Anak meletakan 8 buah kubus atau persatu di atas
Gerak halus Ya Tidak
yang lain tanpa menjatuhkan kubus tersebut?
Kubus yang di gunakan ukuran 2.5-5 cm.
7. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga atau Sosialisasi
Ya Tidak
permainnan lain dimana ia dapat ikut bermain dan mengikuti &
aturan bermain? kemandirian
8. Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju atau Sosialisasi
Ya Tidak
kaos kaki tanpa dibantu? (Tidak termasuk memasang kancing, &
gesper atau ikat pinggang). kemandirian
9. Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya tanpa dibBantu? Bicara &
Ya Tidak
Jawab TIDAK jika ia dapat menyebut sebagian namanya atau bahasa
ucapanya sulit di mengerti.

KPSP PADA ANAK UMUR 54 BULAN


1. Dapatkah anak meletakan 8 buah kubus atau satu persatu di atas Gerak Ya Tidak
yang lain tanpa menjatuhkan kubus tersebut? halus
Kubus yang di gunakan ukuran 2.5 – 5 cm.
2. Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga atau permainan Sosilisasi Ya Tidak
lain dimana ia ikut bermain dan mengikuti aturan bermain? &
kemandiri
an
3. Dapat anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju atau kaos Sosilisasi Ya Tidak
kaki tanpa dibantu? (Tidak termasuk memasang kancing, gesper &
atau ikat pinggang) kemandiri
an
4. Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya tanpa dibantu? Bicara & Ya Tidak
Jawab TIDAK jika menyebut sebagian namanya atau ucapanya bahasa
sulit di mengerti.
5. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak.jangan
membantu kecuali mengulangi pertanyaan.
“Apakah kamu lakukan jika kamu kedinginan?”
“Apakah yang kamu lakukan jika kamu lapar?”
Bicara & Ya Tidak
“Apakah yang kamu lakukan jika kamu lelah?”
Jawab YA bila anak menjawab 3 pertanyaan tadi dengan benar, bahasa
bukan dengan gerakan atau isayarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah “menggigil”, “pakai
mantel” atau “masuk kedalam rumah”.
Jika lapar, jawaban yang benar adalah “makan”
Jika lelah, jawaban yang benar adalah “mengantuk”,
“tidur”,”berbaring/ tidur –tiduran”, “istirahat” atau “diam sejenak”
6. Apakah anak dapat menggancingkan bajunya bajunya atau boneka? Sossilisas Ya Tidak
i
&kemand
irian
7. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukan
Gerak Ya Tidak
caranya dan beri anak anda kesempatan melakukannya 3 kali.
kasar
Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam waktu 6 detik
atau lebih?
8. Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan menyebut kata “lebih
panjang”.
Gerak Ya Tidak
Perlihatkan gambar penggaris ini pada anak.
Tanyakan: “Mana garis yang lebih panjang?” halus
Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang.
Setelah anak menunjuk’ putar lembar ini dan ulangi pertanyaan
tersebut.
Setelah anak menunjuk garis yang lebih panjang sebanyak 3 kali
dengan benar?
9. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini,
Gerak Ya Tidak
suruh anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang
halus
tersedia. Berikan 3 kali kesempatan.Apakah anak dapat
menggambar seperti contoh ini?

10. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan
telunjuk atau mata pada saat memberikan perintah berikut ini:
Bicara & Ya Tidak
“Letakkan kertas ini diatas lantai”.
“Letakkan kertas ini dibawah kursi”. bahasa
“Letakkan kertas ini diatas di depan kamu”
“Letakkan keertas ini di belakang kamu”.
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti “di atas”,”di bawah”,”di
depan”dan”di belakang”.

KPSP PADA ANAK UMUR 60 BULAN


1. Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan
membantu kecuali mengulangi pertanyaan.
“Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?”……….
Bicara & Ya Tida
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?”……………...
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?......................... bahasa k
Jawab YA jika anak menjawab ke 3 pertanyaan tadi dengan
benar, bukan dengan menggunakan isyarat.
Jika kedingingan,jawaban yang benar adalah
“menggigil”,”pakai mantel” atau “masuk kedalam rumah”.
Jika lapar, jawaban yang benar adalah”makan”
Jika lelah,jawaban yang benar adalah “mengantuk”,
“tidur”,”berbaring/tidur-tiduran”,”istirahat” atau “diam
sejenak”.
2. Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakain Sosialisasi
Ya Tida
boneka? kemandirian
k
3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu
Gerak kasar Ya Tida
tunjukan caranya dan beri anak anda kesempatan melakukannya
k
3 kali. Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam
waktu 6 detik atau lebih?
4. jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan menyebut kata
“lebih panjang”.
Gerak halus Ya Tida
Perhatikan gambar kedua garis pada anak. Tanyatakan :”mana
k
garis yang lebih panjang?”
Minta anak menunjukan garis yang lebih panjang.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini dan ulangi pertanyaan
tersebut.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini lagi dan ulangi
pertanyaan tadi.
Apakah anak dapat menunjukan garis yang lebih panjang
sebayak 3 kali
dengan benar?
5. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar
Gerak halus Ya Tida
ini, suruh anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong
k
yang tersedia.Berikan 3 kali kesempatan.
Apakah anak dapat menggambar dengan contoh ini?

6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat


Bicara & Ya Tida
dengan telunjuk atau mata pada saat memberikan perintah
bahasa k
berikut ini:
“ Letakkan kertas ini di atas lantai”
“Letakkan kertas ini di bawah kursi”
“Letakkan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini di belakang kamu”.
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti “di bawah “, “di depan”
dan “di belakang”.
7. Apakah anak beriaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa Sosialisasi
Ya Tida
menangis atau menggelayut pada anda) pada saat anda kemandirian
k
meninggalkannya?

Bicara & Ya Tida


bahasa k
8. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, katakan pada
anak :
“Tunjukkan segi empat merah”
“Tunjukan segi empat kuning”
“Tunjukan segi empat biru”
“Tunjukan segi empat hijau”
Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu dengan benar?
9. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa
Gerak kasar Ya Tida
berpegangan (lompat dengan kedua kaki tidak ikut dinilai).
k
Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?
10. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan? Sosialisasi
Ya Tida
kemandirian
k

KPSP PADA ANAK UMUR 66 BULAN


1. Jangan membantu anak dan jangan memberitau nama gambar
ini, suruh anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong
Gerak halus Ya Tidak
yang tersedia. Berikan 3 kali kesempatan.
Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini?

2. Ikuti perintah ini dengan seksama.Jangan memberi isyarat


dengan telunjuk atau mata pada saat memberikan perintah
Bicara & Ya Tidak
berikut ini:
bahasa
“Letakkan kertas ini di atas lantai”
“Letakkan kertas ini di bawah kursih”
“Letakan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini di belakang kamu”.
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “di bawah”,”di
depan” dan “di belakang”.
3. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa Sosialisasi Ya Tidak
menangis atau mengelanyut pada anda) pada saat anda kemandirian
meninggalkannya?
4. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, katakana pada
Bicara & Ya Tidak
anak:
“Tunjukkan segi empat merah” bahasa
“Tunjukkan segi empat kuning”
“Tunjukkan segi empat biru”
“Tunjukkan segi empat hijau”

Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu dengan benar?


5. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa
Gerak kasar Ya Tidak
berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak ikut di nilai).
Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?
6. Dapatkah anak sepenuhnya berpakain sendiri tanpa bantuan? Sosialisasi Ya Tidak
kemandirian
7. Suruh anak anak menggambar di tempat kosong yang tersedia.
Katakana padanya: “Buatlah gambar orang”. Jangan memberi
Gerak halus Ya Tidak
perintah lebih dari itu. Jangan bertanya/mengingatkan anak bila
ada bagian yang belum tergambar. Dalam memberi nilai,
hitunglah beberapa bagian tubuh yang tergambar. Untuk bagian
tubuh yang berpasangan sepereti mata, telinga, lengan dan kaki,
setiap pasangan dinilai satu bagian. Dapatkah anak menggambar
sedikitnya 3 bagian tubuh?
8. Pada gambar orang yang dibuat pada nomor 7, dapatkah anak Gerak halus Ya Tidak
menggambar sedikitnya 6 bagian tubuh?
9. Tulis apa yang dikatakan anak pada kalimat-kalimat yang belum
selesai ini, jangan membantu kecuali mengulang pertanyaan:
Bicara & Ya Tidak
“Jika kuda besar maka tikus…………………….”
“Jika api panas maka es…………………………” bahasa
“Jika ibu seorang wanita maka ayah seorang…..”
Apakah anak menjawab dengan benar (tikus kecil, es dingin,
ayah seorang pria)?.
10. Apakah anak dapat menangkap bola kecil ssebesar bola Gerak kasar Ya Tidak
tennis/bola kasti hanya denganmenggunakan kedua tanganya?
(Bola besar tidak ikut dinilai).

KPSP PADA ANAK UMUR 72 BULAN


1. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, katakan pada
Bicara & Ya Tidak
anak:
“Tunjukkan segi empat merah” bahasa
“Tunjukkan segi empat kuning”
“Tunjukkan segi empat biru”
“Tunjukkan segi empat hijau”

Dapatkah anak menunjukan keempat warna itu dengan benar?


2. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa Gerak kasar Ya Tidak
berpegangan (Lompat dengan dua kaki tidak ikut
dinilai).Apakah ia dapat 2-3 kali dengan satu kaki
3. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan? Sosialisasi Ya Tidak
kemndirian
4. Suruh anak menggambar di tempat kosong yang tersedia.
Katakan padanya:
Gerak halus Ya Tidak
“Buatlah gambar orang”.
Jangan memberi perintah lebih dari itu. Jangan
bertanya/mengingatkan anak bila ada bagian yang belum
tergambar.Dalam memberi nilai, hitunglah beberapa bagian
tubuh yang tergambar. Untuk bagian tubuh yang berpasangan
seperti mata, telinga, lengan dan kaki, setiap pasang nilai satu
bagian. Dapatkah anak menggambar sedikitnya 3 bagian tubuh?
5. Pada gambar orang yang dibuat pada no 4, dapatkah anak Gerak halus Ya Tidak
menggambar sedikitnya 6 bagian tubuh?
6. Tulis apa yang dikatakan anak pada kalimat-kalimat yang
belum selesai ini, jangan membantu kecuali mengulang
Sosialisasi Ya Tidak
pertanyaan:
kemandirian
“Jika kuda besar maka tikus………………….”
“Jika panas maka es………………………….”
“Jika ibu seorang wanita maka ayah seorang...”
Apakah anak menjawab dengan benar (tikus kecil, es dingin,
ayah seorang pria) ?.
7. Apakah anak dapat menangkap bola kecil sebesar bola Gerak kasar Ya Tidak
tennis/bola kasti hanya dengan menggunakan kedua tangannya?
(Bola besar tidak ikut dinilai)
8. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. JIka perlu
Gerak kasar Ya Tidak
tunjukan caranya dan beri anak anda kesempatan melakukannya
3 kali. Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam
waktu 11 detik atau lebih?
9. Jangan membantu anak dan jangan memberitau nama gambar
Gerak halus Ya Tidak
ini, suruh anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong
yang tersedia. Berikan 3 kali kesempatan.
Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini?

10. Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak.


Janganmembantu kecuali mengulangi pertanyaan sampai 3 kali
Bicara & Ya Tidak
bila anak menanyakannya.
bahasa
“Sendok di buat dari apa?”…………………….
“Sepatu dibuat dari apa?”……………………..
“Pintu dibuat dari apa?”………………………
Apakah anak dapat menjawab ke 3 pertanyaan di atas dengan
benar?
Sendok dibuat dari besi, baja, plastic, kayu.
Sepatu dibuat dari kulit, karet, kain, plastic, kayu.
Pintu dibuat dari kayu, besi, kaca.

LATIHAN 2 : Bermain peran untuk mengisi formulir deteksi dini GPPH

Mahasiswa diminta untuk menyiapkan formulir deteksi dini GPPH


Mahasiswa 1 : sebagai dokter
Mahasiswa 2 : sebagai ibu pasien

Mahasiswa 1 (dokter) menanyakan pada ibu pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada


formulir GPPH. Jawaban ibu :
1. Tidak (0) 2. Kadang-kadang (1) 3. Sering (2) 4. Selalu (3)
5. Tidak (0) 6. Tidak (0) 7. Tidak (0) 8. Tidak (0)
9. Tidak (0) 10. Tidak (0)

Mahasiswa lain diminta mengisi formulir GPPH dan membuat interpretasi


Jawaban : Skor Total = 6 (Tidak ada kemungkinan GPPH, karena total skor<13)

LATIHAN 3 : Bermain peran untuk mengisi daftar tilik deteksi dini autis modifikasi
(M-CHAT)

Mahasiswa diminta menyiapkan daftar tilik deteksi dini autis modifikasi (M-CHAT)
Mahasiswa : sebagai dokter
Instruktur : sebagai ibu pasien
Mahasiswa menanyakan kepada ibu (instruktur) pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada
daftar tilik (Beberapa jawaban ibu : ”tidak” termasuk no. 6 dan nomor 10 juga dijawab
tidak)
Ketika mahasiswa/dokter (seolah-olah) mengamati pasien, sampaikan pada mahasiswa lain
bahwa hasilnya :
o Dia tidak menatap ketika diperiksa.
o Dia tidak melihat benda yang ditunjuk oleh mahasiswa (dokter).
o Dia tidak dapat melaksanakan perintah ketika diminta mengambil secangkir air.
o Dia tidak dapat menunjukkan benda disekitarnya yang diminta ditunjuk oleh
mahasiswa (dokter).
o Dia dapat menumpuk kubus-kubus menjadi suatu menara.

Mahasiswa lain diminta mengisi daftar tilik dan membuat interpretasi


( Hasil interpretasi : Resiko ASD)

FORMULIR DETEKSI DINI GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN


HIPERAKTIVITAS (GPPH) (Abbreviated Corner’s Rating Scale)

Kegiatan yang diamati 0 1 2 3

1. Tidak kenal lelah, atau aktivitas yang berlebihan


2. Mudah menjadi gembira, impulsive.
3. Mengganggu anak-anak lain
4. Gagal menyelesaikan kegiatan yang sudah di mulai, rentang perhatian
pendek
5. Menggerak-gerakkan angota badan atau kepala secara terus menerus

6. Kurang perhatian, mudah teralihkan

7. Permintaannya harus segera dipenuhi, mudah menjadi frustrasi


8. Sering dan mudah menangis
9. Suasana hatinya mudah beruba dengan cepat dan drastis
10. Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak terduga.
Jumlah
Nilai Total :

FORMULIR DETEKSI DINI GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN


HIPERAKTIVITAS (GPPH)

Kegiatan Yang Diamati


1. Menanyakan apakah si anak tidak kenal lelah, atau beraktivitas yang berlebihan

2. Menanyakan apakah si anak mudah menjadi gembira, impulsive.


3. Menanyakan apakah si anak suka mengganggu anak-anak lain
4. Menanyakan apakah si anak pernah/selalu gagal menyelesaikan kegiatan yang
sudah di mulai, rentang perhatian pendek
5. Menanyakan apakah si anak selalu menggerak-gerakkan angota badan atau kepala
secara terus menerus
6. Menanyakan apakah si anak kurang perhatian, mudah teralihkan
7. Menanyakan apakah permintaan si anak harus segera dipenuhi, mudah menjadi
frustrasi
8. Menanyakan apakah si anak sering dan mudah menangis
9. Menanyakan apakah suasana hati si anak mudah berubah dengan cepat dan drastis
10. Menanyakan apakah si anak sering/selalu menunjukkkan ledakkan kekesalan,
tingkah laku eksplosif dan tak terduga.
11. Menjumlahkan hasil pengamatan dan menginterpretasikannya
Note : Ya = mahasiswa melakukan
Tidak = mahasiswa tidak melakukan

DAFTAR TILIK DETEKSI DINI AUTISME MODIFIKASI M-CHAT


(Modified Checklist for Autims in Toddlers)

Nama Anak :
Tgl Lahir :
Jenis Kelamin :
Tgl Pengisian :
No Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah anak suka diayun-ayun, melambung dilutut anda?
2 Apakah anak merasa tertarik dengan anak lain?
3 Apakah anak suka memanjat, misalnya tangga?
4 Apakah anak menyukai permainan ciluk ba?
5 Apakah anak pernah bermain “Sandiwara”, misalnya : Pura-pura bicara
di telepon? Menjadi tokoh tertentu ? Bicara pada boneka?
6 Apakah anak pernah menggunakan telunjuk untuk meminta sesuatu?
7 Apakah anak pernah menggunakan telunjuk menunjukan rasa
tertariknya pada sesuatu?
8 Dapatkah anak bermain dengan mainan kecil (mobil-mobilan/balok)
dengan sewajarnya tanpa hanya memasukannya ke dalam mulut, kutak-
katik atau menjatuhkannya saja?
9 Apakah anak pernah membawa objek/benda dan diperlihatkan
pada anda?
10 Apakah anak melihat pada mata anda lebih dari 1 atau 2 detik?
11 Apakah anak sangat sensitif terhadap bunyi?
12 Apakah anak tersenyum pada wajah anda atau senyuman anda?
13 Apakah anak meniru anda? (misalnya bila anda membuat raut
wajah tertentu, anak akan menirunya)
14 Apakah anak memberi respon bila namanya dipanggil?
15 Bila anda menunjuk pada sebuah mainan di sisi lain ruangan,
apakah anak tersebut akan melihat pada mainan tersebut?
16 Apakah anak sudah dapat berjalan?
17 Apakah anak juga melihat pada benda yang anda lihat?
18 Apakah anak membuat gerakan-gerakan jari yang tidak wajar di sekitar
wajahnya
19 Apakah anak mencoba mencari perhatian anda untuk kegiatan yang
sedang dilakukannya?
20 Apakah anda berpikir bahwa anak mengalami ketulian?
21 Apakah anak mengerti apa yang dikatakan orang lain?
22 Apakah anak terkadang menatap dengan tatapan kosong atau mondar-
mandir tanpa tujuan?
23 Apakah anak melihat pada wajah anda untuk melihat reaksi anda ketika
ia dihadapkan pada orang tak dikenal, situasi yang asing atau tidak ia
mengerti?

Keterangan :
Pertanyaan no. 2,7,9,13,14 dan 15 adalah pertanyaan kritis (critical item)

SL.III. GDS. 4
KETERAMPILAN KLINIK
PEMBERIAN IMUNISASI BCG, HEPATITIS B, DPT-HB-Hib, POLIO
(OPV & IPV) DAN CAMPAK
Sri Sofyani, Lili Rohmawati, Ika Citra Dewi Tanjung

I. PENDAHULUAN

Efektifitas program imunisasi dalam menurunkan angka kematian dan kesakitan


yang disebabkan oleh penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi sudah
terbukti secara global, nasional maupun lokal. Keberhasilan program imunisasi tersebut
ditentukan dengan berbagai strategi termasuk melalui peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan para petugas yang melaksanakan kegiatan tersebut. Dalam rangka untuk
mempersiapkan dokter Indonesia yang terampil dan handal, pelatihan dalam melakukan
kegiatan pemberian imunisasi tersebut juga harus dilakukan di bangku kuliah.

TATA CARA PEMBERIAN IMUNISASI


Sebelum melakukan imunisasi, dianjurkan mengikuti tata cara sebagai berikut :
 Memberikan secara rinci tentang resiko vaksinasi dan resiko apabila tidak
diimunisasi
 Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi
ikutan yang tidak diharapkan
 Baca dengan teliti informasi tentang produk (vaksin) yang akan diberikan jangan
lupa mengenai persetujuan yang telah diberikan kepada orang tua.
 Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan
imunisasi
 Tinjau kembali apakah ada indikasi kontra terhadap vaksin yang akan diberikan
 Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan
 Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut selama belum digunakan telah
disimpan dengan baik.
 Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda tanda perubahan ; periksa
tanggal kadaluarsa dan catat hal hal istimewa, misalnya perubahan warna
menunjukkan adanya kerusakan.
 Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin
lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal (catch up vaccination) bila
diperlukan.
 Berikan vaksin dengan tehnik yang benar. Lihat uraian dibawah mengenai
pemilihan jarum suntik, sudut jarum suntik, lokasi suntikan dan posisi penerima
vaksin.

Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal hal sebagai berikut :


 Berilah petunjuk (sebaiknya tertulis) kepada orang tua atau pengasuh apa yang
harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih
berat.
 Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis
 Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas Kesehatan bidang
Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) melalui Puskesmas wilayah terdekat.
 Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk
mengejar ketinggalan, bila diperlukan.
 Dalam situasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar, pengaturan secara rinci
bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti diatas dan berpegang pada prinsip
prinsip higienis, surat persetujuan yang valid dan pemeriksaan/penilaian sebelum
imunisasi harus dikerjakan.

Penyimpanan
Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan potensinya.
Instruksi pada lembar penyuluhan (brosur) informasi produk harus disertakan. Aturan
umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin harus didinginkan pada temperatur 2-80C
dan tidak membeku. Sejumlah vaksin (DPT-HB-Hib, Hepatitis B, IPV)) akan tidak aktif
bila beku. Pengguna dinasehatkan untuk melakukan konsultasi untuk mendapatkan
informasi khusus tentang masing masing vaksin.

Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus dan digunakan
dalam periode waktu tertentu. Apabila vaksin telah diencerkan, harus diperiksa terhadap
tanda tanda kerusakan (warna dan kejernihan). Perlu diperhatikan bahwa vaksin campak
yang telah diencerkan cepat mengalami perubahan warna pada suhu kamar. Jarum ukuran
21 yang steril dianjurkan untuk mengencerkan dan jarum ukuran 23 dengan panjang 25 mm
digunakan untuk menyuntikkan vaksin.

Pembersihan Kulit
Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi dilakukan, namun pada pemberian
vaksin secara intrakutan desinfeksi dengan alkohol tidak dilakukan.

Pemberian Suntikan
Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan intramuskular (IM) atau subkutan dalam.
Terdapat perkecualian pada dua jenis vaksin yaitu OPV diberikan peroral dan BCG
diberikan dengan suntikan intradermal/intrakutan.

Teknik Dasar dan Ukuran Jarum


Petugas medis yang melaksanakan vaksinasi harus memahami tehnik dasar dan petunjuk
keamanan pemberian vaksin, untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan trauma
akibat suntikan yang salah. Pada tiap suntikan harus digunakan semprit dan jarum baru,
sekali pakai dan steril. Sebaiknya tidak digunakan botol vaksin yang multidosis, karena
risiko infeksi. Apabila memakai botol multidosis (karena tidak ada pilihan vaksin dalam
sediaan lain) maka semprit atau jarum suntik yang telah digunakan menyuntik tidak boleh
dipakai lagi untuk mengambil vaksin. Semprit dan jarum harus dibuang tanpa menutup
kembali (recaping) dalam tempat tertutup yang diberi tanda (label) tidak mudah robek dan
bocor, untuk menghindari luka tusukan atau pemakaian ulang. Tempat pembuangan jarum
suntik bekas harus dijauhkan dari jangkauan anak. Diharapkan semua petugas kesehatan
memahami benar petunjuk ini.
Sebagian besar vaksin harus disuntikkan kedalam otot. Penggunan jarum yang
pendek meningkatkan risiko terjadi suntikan subkutan yang kurang dalam. Hal ini sering
menjadi masalah untuk vaksin yang inaktif ( inactivated).
Standar jarum suntik ialah ukuran dengan panjang 25 mm, tetapi ada perkecualian lain
dalam beberapa hal seperti berikut :
 Pada bayi bayi kurang bulan umur dua bulan atau yang lebih muda, dan bayi bayi
kecil lainnya, dapat pula dipakai jarum ukuran 26 dengan panjang 16 mm.
 Untuk suntikan subkutan pada lengan atas dipakai jarum ukuran 25 dengan panjang
16 mm, untuk bayi bayi kecil dipakai jarum ukuran 27 dengan panjang 12.
 Untuk suntikan intradermal pada vaksinasi BCG dipakai jarum ukuran 25-27
dengan panjang 10 mm.

Tempat Suntikan yang Dianjurkan


Paha anterolateral adalah bagian tubuh yang dianjurkan untuk vaksinasi pada bayi bayi dan
anak anak umur dibawah 12 bulan. Regio deltoid adalah alternatif untuk vaksinasi pada
anak-anak yang lebih besar (mereka yang telah dapat berjalan) dan orang dewasa.
Sejak lahir tahun 1980, WHO telah memberi rekomendasi bahwa daerah
anterolateral paha adalah bagian yang dianjurkan untuk vaksinasi bayi bayi dan tidak pada
pantat (daerah gluteus) untuk menghindari risiko kerusakan saraf scias (nervus ishiadicus).
Buku pedoman ACIP (Advisory Committee of Immunisation Practies) dan AAP (American
Academy of Pediatrics) serta buku pedoman Selandia Baru juga menganjurkan paha
anterolateral sebagai tempat suntikan vaksin. Buku pedoman Inggris menganjurkan paha
anterolateral atau lengan atas pada bayi sebagai tempat suntukan.
Risiko kerusakan saraf iskhiadika akibat suntikan di daerah gluteus lebih banyak
dijumpai pada bayi karena variasi posisi saraf tersebut, masa otot lebih tebal, sehingga pada
vaksinasi dengan suntikan intramuskular di daerah gluteal dengan tidak disengaja
menghasilkan suntikan subkutan dengan reaksi lokal yang lebih berat. Vaksin hepatitis B
dan rabies bila disuntikan di daerah gluteal kurang imunogenik; hal ini berlaku untuk
semua umur.
Rekomendasi untuk penyuntikan vaksin di daerah paha anterio lateral sebenarnya
telah diketahui, namun beberapa petugas kesehatan masih segan meninggalkan praktek
tradisionalnya dengan menyuntik di daerah gluteal. Sehubungan dengan hal tersebut,
dianjurkan untuk selalu mengulang kembali dengan memberi peringatan bahwa bila vaksin
vaksin tersebut disuntikan di daerah gluteal harus hati hati, yaitu dengan memilih lokasi
suntikkan di daerah kuadran lateral atas untuk menghin dari saraf iskhiadika. Sedangkan
untuk vaksinasi BCG, harus disuntik pada kulit diatas insersi otot deltoid (lengan atas),
sebab suntikan diatas puncak pundak memberi risiko terjadinya keloid.

Posisi Anak dan Lokasi Suntikan


Vaksin yang disuntikan harus diberikan pada bagian dengan risiko paling kecil terhadap
kerusakan saraf, pembuluh vascular serta jaringan lainnya, penting bahwa bayi dan anak
jangan bergerak saat disuntik, walaupun demikian cara memegang bayi dan anak yang
berlebihan akan menambah ketakutan sehingga meningkatkan ketegangan otot. Perlu
diyakinkan kepada orang tua atau pengasuh untuk membentu memegang anak atau bayi,
dan harus diberitahu agar mereka memahami apa yang sedang dikerjakan.
Alasan memilih otot vastus lateralis pada bayi dan anak umur dibawah 12 bulan adalah :
 Menghindari risiko kerusakan saraf iskhiadika pada suntikan daerah gluteal
 Daerah deltoid pada bayi dianggap tidak cukup tebal untuk menyerap suntikan
secara adekuat.
 Imunogenisitas vaksin hepatitis B dan rabies akan berkurang apabila disuntikan di
daerah gluteal.
 Menghindari risiko reaksi lokal dan terbentuknya nodulus di tempat suntikan yang
menahan.
 Menghindari lapisan lemak subkutan yang tebal pada paha bagian anterior.

Vastus lateralis
Vastus lateralis adalah otot bayi yang tebal dan besar, yang mengisi bagian anterolateral
paha. Vaksin harus disuntikan kedalam batas antara sepertiga otot bagian tengah yang
merupakan bagian paling tebal dan padat. Jarum harus membuat sudut 60-90 derajat
terhadap permukaan kulit, dengan jarum kearah lutut, maka jarum tersebut harus
menembus kulit selebar ujung jari diatas (kearah proksimal) batas hubungan bagian atas
dan sepertiga tengah otot.
Anak atau bayi diletakkan diatas meja periksa, dapat dipegang oleh orang
tua/pengasuh atau posisi setengah tidur pada pangkuan orang tua atau pengasuhnya. Celana
(popok) bayi harus dibuka bila menutupi otot vastus lateralis sebagai lokasi suntikan, bila
tidak demikian vaksin akan disuntikan terlalu kebawah di daerah paha. Kedua tangan
dipegang menyilang pelvis bayi dan paha dipegang dengan tangan antara jempol dan jari
jari. Posisi ini akan mengurangi hambatan dalam proses penyuntikan dan membuatnya
lebih lancar.

Gambar. Diagram lokal suntikan yang dianjurkan pada otot paha


Dikutip dan dimodifikasi dari The Australian Immunization Handbook, 1997.

Gambar. Potongan/Belahan Lintang Paha; menunjukkan bagian yang disuntik


Dikutip dan dimodifikasi dari The Australian Immunization Handbook, 1997

Cara Mencari Lokasi suntikan pada vastus lateralis adalah sebagai berikut :
 Apabila bayi berada diatas tempat tidur atau meja, bayi ditidurkan terlentang
 Tungkai bawah sedikit ditekuk dengan fleksi pada lutut
 Cari trochanter mayor femur dan condilylus lateralis dengan cara palpasi
 Tarik garis yang menghubungkan kedua tempat di atas, tempat suntikan vaksin ialah
batas dari bagian atas dan sepertiga tengah pada garis tersebut (bila tungkai bawah
sedikit menekuk, maka lekukan yang dibuat oleh tractus iliotibialis menyebabkan
garis bagian distal lebih panjang)
 Supaya vaksin yang disuntikan masuk kedalam otot pada batas antara bagian atas
dan sepertiga tengah, jarum ditusukkan satu jari diatas batas tersebut (kearah
proksimal).

Deltoid, Posisi Anak dan Lokasi Suntikan


 Posisi seorang anak yang paling nyaman untuk disuntik ialah duduk diatas
pangkuan ibu atau pengasuhnya
 Lengan yang akan disuntik dipegang menempel pada tubuh bayi, sementara lengan
lainnya diletakkan dibelakang tubuh orang tua pengasuh.
 Lokasi deltoid yang benar adalah penting supaya vaksinasi berlangsung aman dan
berhasil
 Posisi yang salah akan menghasilkan suntikan yang tidak benar dan meningkatkan
risiko penetrasi saraf.

Untuk mendapatkan lokasi deltoid yang baik, buka baju sehingga daerah lengan atas dari
pundak sampai ke siku terbuka. Lokasi yang paling baik adalah pada tengah otot, yaitu
separuh antara akromion dan insersi pada tengah humerus. Jarum suntik ditusukkan
membuat sudut 60-90 derajat mengarah pada akromion, bila bagian bawah deltoid yang
disuntik, ada risiko trauma saraf radialis karena saraf tersebut melingkar dan muncul dari
otot trisep.

Pengambilan Vaksin Botol (Vial)


Untuk vaksin yang diabil menembus tutup karet atau yang dilarutkan, harus memakai jarum
baru. Apabila vaksin telah diambil dari vial yang terbuka, dapat dipakai jarum yang sama.
Jarum atau semprit yang telah digunakan menyuntik seseorang tidak boleh digunakan untuk
mengambil vaksin dari botol vaksin karena risiko kontaminasi silang. Sisa vaksin dalam
botol yang berisi dosis ganda (multidosis) di pelayanan kesehatan dapat digunakan:
- BCG setelah dilarutkan dapat dipakai dalam 3 jam
- Campak setelah dilarutkan dapat dipakai dalam 8 jam
- Polio dapat dipakai dalam 2 minggu
- DPT-HB-Hib dapaat dipakai dalam 4 minggu

Pemberian Dua atau Lebih Vaksin pada Hari yang sama


Pemberian vaksin-vaksin yang berbeda sesuai umur, pada hari yang sama telah dianjurkan.
Vaksin inactivated dan vaksin virus hidup, khususnya mereka yang telah terjadwal, dapat
diberikan pada lokasi yang berbeda saat kunjungan hari itu. Misalnya pada kesempatan
yang sama dapat diberikan vaksin vaksin DPT-HB- Hib, IPV, dan Polio Oral.
Lebih dari satu macam vaksin virus hidup dapat diberikan pada hari yang sama,
tetapi apabila hanya satu yang diberikan, vaksin virus hidup yang kedua tidak boleh
diberikan dalam waktu 4 minggu dari vaksin yang pertama, sebab respons vaksin kedua
mungkin telah banyak berkurang (hilang). Sebagai tambahan perlu diperhatikan bahwa ada
interaksi spesifik antara vaksin demam kuning dan kolera, dan vaksin vaksin tersebut tidak
boleh diberikan dalam jarak 4 minggu satu sama lain. Vaksin-vaksin yang berbeda tidak
boleh dicampur dalam satu semprit. Vaksin-vaksin yang berbeda yang diberikan pada
seseorang pada hari yang sama harus disuntikkan pada lokasi yang berbeda dengan
menggunakan semprit yang berbeda.

CARA PENYUNTIKAN VAKSIN SUBKUTAN

Perhatian
 Penyuntikan subkutan diberikan untuk imunisasi Campak, MR (Measles Rubella)
 Perhatikan rekomendasi untuk umur anak

Umur Tempat Ukuran jarum Insersi jarum


Bayi lahir Paha daerah anterolateral Jarum 5/8*-3/4* Arah jarum 450
sampai 12 Semprit no.23-25 terhadap kulit
bulan
1-3 tahun Paha daerah anterolateral Jarum 5/8*-3/4* Cubit tebal untuk
Semprit no.23-25
atau daerah lateral lengan suntikan subkutan
atas
Aspirasi semprit
sebelum vaksin
disuntikkan.
Anak > 3 Daerah lateral lengan atas Jarum 5/8*-3/4*
Tahun Semprit no.23-25
Untuk suntikan
multipel diberikan
pada bagian
ekstrimitas berbeda

Gambar. Lokasi penyuntikan subkutan pada bayi(a) dan anak besar(b)

CARA PENYUNTIKAN VAKSIN INTRA-MUSKULAR

Perhatian
 Diperuntukkan imunisasi DPT-HB-Hib, DT, Td,TT, Hepatitis B dan IPV
 Perhatikan rekomendasi untuk umur anak

Umur Tempat Ukuran Jarum Insersi Jarum


Bayi (lahir Otot vastus lateralis pada Jarum 7/8”-1” 1. Pakai jarum yang
sampai 12 bln) Semprit no.22.-25
paha daerah anterolateral cukup panjang untuk
mencapai otot
1-3 tahun Otot vastus lateralis pada Jarum
2. suntik dengan arah
paha daerah anterolateral 5/8”11/4”(5/8”
jarum 80-900.
sampai masa otot deltoid unt.suntikandi
lakukan dengan
cukup besar (pada deltoid umur 12-15
cepat
umumnya umur 3 th) bulan) 3. tekanan kulit sekitar
tempat suntikan
Semprit no.22-25
dengan ibu jari dan
telunjuk saat jarum
Anak >3 tahun Otot deltoid, dibawah Jarum 1”-11/4
ditusukkan.
akromion semprit no.22-25
4. aspirasi semprit
sebelum vaksin
disuntikkan, untuk
meyakinkan tidak
masuk kedalam
vena. Apabila
terdapat darah,
buang dan ulangi
dengan suntikan
baru.
5. untuk suntikan
multipel diberikan
pada bagian
ekstrimitas berbeda.

Akromin
Tempat
Penyuntikan

Tempat
Lokasi penyuntikan intramuscular pada bayi (a) dan anak besar (b)
Penyuntikan
Jadwal imunisasi dasar dan lanjutan dari Kemenkes RI (setelah introduksi IPV) :
Imunisasi Hepatitis B0 diberikan pada rentang usia 0-7 hari, sebaiknya pada usia < 24 jam
Imunisasi BCG dan OPV1 diberikan pada usia 1 bulan
Imunisasi DPT-HB-Hib1 dan OPV2 diberikan pada usia 2 bulan
Imunisasi DPT-HB-Hib2 dan OPV3 diberikan pada usia 3 bulan
Imunisasi DPT-HB-Hib3, OPV4 dan IPV diberikan pada usia 4 bulan
Imunisasi Campak/MR diberikan pada usia 9 bulan
Imunisasi Lanjutan DPT-HB-Hib dan Campak/MR usia 18 bulan
Vaksin Hepatitis B Uniject
Vaksin OPV dan Vaksin IPV
Vaksin Pentabio

Vaksin BCG

Vaksin Campak

I. TUJUAN KEGIATAN

II.1. TUJUAN UMUM


Setelah selesai melakukan latihan ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan
pemberian imunisasi dengan cara yang benar.

II.2. TUJUAN KHUSUS


Mahasiswa mampu :
1. Melakukan pemberian imunisasi BCG.
2. Melakukan pemberian imunisasi Polio oral (OPV).
3. Melakukan pemberian imunisasi DPT-HB-Hib.
4. Melakukan pemberian imunisasi Campak
II. PERALATAN DAN BAHAN
a. Boneka
b. Vaksin BCG dengan pelarutnya. Ada dua vaksin BCG yang tersedia di Indonesia
yaitu BCG strain Paris no.1173.P2; yang bisa dipakai untuk populasi yang besar
karena setelah dilarutkan dengan pelarutnya yang berisi 4 ml NaCL 0,9%, vaksin
berisi 4 ml, bisa dipakai untuk 20 orang anak. Dan satu lagi adalah berisi
Micobakterium bovis, Danish strain dengan pelarutnya berisi 1 ml NaCL 0,9%
c. Polio oral (OPV) dan penetesnya
d. DPT-HB-Hib (Pentabio)
e. Campak strain Cam 70 dengan pelarutnya berisi 5 ml aquabidest steril
f. Spuit 1 ml, 5 ml
g. Jarum suntik dengan nomor dan panjang yang sesuai dengan keadaan anak dan jenis
imunisasi
h. Kapas alkohol
i. Kapas basah

V. TEKNIK PELAKSANAAN
1. Perkenalan
1. Sapa dan perkenalkan diri. Tanyakan identitas bayi/anak apakah sesuai
dengan nama yang terdapat buku KIA, KMS atau buku imunisasi.
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan, tujuan ataupun manfaat pemberian
vaksin, kemungkinan KIPI dan pertolongan pertama bila terjadi KIPI
(informed consent).
3. Minta persetujuan dan tanyakan kondisi bayi/anak sekarang dan beberapa hari
sebelumnya, imunisasi yang telah didapat, jarak dengan imunisasi sekarang,
KIPI yang pernah terjadi dan informasi yang berkaitan dengan indikasi kontra
untuk vaksin yang akan diberikan.
4. Lakukan pemeriksaan fisik rutin untuk memeriksa kesehatan bayi/anak secara
umum, sambil mencari indikasi kontra imunisasi dan memeriksa
tempat/bagian tubuh yang akan disuntik.

2. Pemberian Imunisasi BCG


1. Gergaji leher botol vaksin dengan gergaji kecil khusus vaksin yang disediakan
(Sebelumnya lihat Exp.Date di botol vaksinnya)
2. Masukkan plastik pengaman dari bagian atas botol vaksin.
3. Patahkan leher botol vaksin.
4. Ambil keseluruhan pelarut vaksin dengan spuit 5 ml (pelarut dimasukkan
seluruhnya ke arah dinding botol vaksin), masukkan ke botol vaksin dengan
menyemprotkan ke arah dinding botol vaksin, homogenkan larutan vaksin BCG
dengan cara menarik dan mendorong piston spuit berulang-ulang.
5. Ambil 0,05 ml larutan vaksin dengan spuit 1 ml.
6. Bilas daerah deltoid kanan bayi dengan kapas basah (jangan kapas alkohol).
7. Suntikkan secara intradermal/intrakutan di tempat tersebut, dengan posisi
lubang jarum ke arah atas.
8. Penyuntikan yang benar akan memperlihatkan adanya benjolan kecil yang
berwarna putih pada tempat suntikan atau kulit daerah tempat suntikan menjadi
pucat (indurasi)

3. Pemberian Imunisasi Polio (OPV)


1. Lihat warna larutan vaksin, VVM dan Exp.Date vaksin polio. Membuka tutup
botol vaksin, dan mengganti dengan penetes yang sudah tersedia.
2. Membuka tutup penetes.
3. Meneteskan sebanyak 2 tetes vaksin polio ke mulut bayi.

4. Pemberian Imunisasi DPT-HB-Hib (Pentabio)


1. Pakai jarum yang cukup panjang untuk mencapai otot
2. Kocok larutan vaksin DPT-HB-Hib hingga homogen. Lihat VVM
dan Exp. Date (tanggal kadaluarsa vaksin).
3. Ambil 0,5 ml vaksin DPT-HB-Hib (pentabio) dengan spuit 1 ml.
4. Bilas daerah lateral paha anak dengan kapas alkohol.
5. Aspirasi semprit sebelum vaksin disuntikkan, untuk meyakinkan tidak masuk
kedalam vena. Apabila terdapat darah, buang dan ulangi dengan suntikan baru.
6. Tekan kulit sekitar tempat suntikan dengan ibu jari dan telunjuk saat jarum
ditusukkan.
7. Suntik dengan arah jarum 80-900 (secara intramuskular) lakukan dengan cepat
8. Suntikkan secara intramuskular di tempat tersebut (lihat gambar)

5. Pemberian Imunisasi Campak


1. Larutkan vaksin Campak dengan seluruh isi pelarutnya.
2. Sebelumnya lihat VVM di tutup atas vaksin dan Exp.Date di botol vaksin.
3. Ambil 0,5 ml larutan vaksin dengan spuit 1 ml.
4. Bilas daerah anterolateral paha anak dengan kapas alkohol.
5. Cubit tebal untuk suntikan subkutan
6. Arah jarum 450 terhadap kulit
7. Aspirasi semprit sebelum vaksin disuntikkan.
8. Suntikkan secara subkutan dalam pada daerah tersebut (lihat gambar)

6. Dokumentasi
1. Catat tanggal, tempat penyuntikan dan jam pemberian imunisasi, nama dagang vaksin,
nomor batch/lot/serie, produsen dan membubuhkan nama dokter/paramedis yang
memberikan vaksin.
2. Catat kapan dan jenis vaksinasi berikutnya akan dilakukan

VI. LEMBAR PENGAMATAN

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
1. PERKENALAN
1. Menyapa dan memperkenalkan diri . Menanyakan identitas
bayi/anak apakah sesuai dengan nama yang terdapat pada Buku
KIA, KMS, kartu atau buku imunisasi.
2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan , tujuan ataupun
manfaat pemberian vaksin, kemungkinan KIPI dan pertolongan
pertama bila terjadi KIPI (informed consent)
3. Meminta persetujuan dan menanyakan kondisi bayi/anak
sekarang dan beberapa hari sebelumnya, imunisasi yang telah
didapat, jarak dengan imunisasi sekarang, KIPI yang pernah
terjadi dan informasi yang berkaitan dengan indikasi kontra
untuk vaksin yang akan diberikan.
4. Melakukan pemeriksaan fisik rutin untuk memeriksa kesehatan
bayi/anak secara umum, sambil mencari indikasi kontra
imunisasi dan memeriksa tempat/bagian tubuh yang akan
disuntik
2. PEMBERIAN IMUNISASI BCG
1. Menggergaji leher botol vaksin dengan gergaji kecil khusus
vaksin yang disediakan (Sebelumnya lihat Exp.Date di botol
vaksinnya)
2. Memasukkan plastik pengaman dari bagian atas botol vaksin.
3. Mematahkan leher botol vaksin.
4. Mengambil keseluruhan pelarut vaksin dengan spuit 5 ml,
masukkan ke botol vaksin dengan menyemprotkan ke arah
dinding botol vaksin, homogenkan larutan vaksin BCG dengan
cara menarik dan mendorong piston spuit berulang-ulang.
5. Mengambil 0,05 ml larutan vaksin dengan spuit 1 ml.
6. Membilas daerah deltoid kanan bayi dengan kapas basah (jangan
kapas alkohol).
7. Menyuntikkan secara intradermal/intrakutan (dengan sudut
penyuntikan sekitar 15 derajat) di tempat tersebut, dengan posisi
lubang jarum ke arah atas.
8. Memperhatikan adanya benjolan kecil (indurasi) yang berwarna
putih pada tempat suntikan, atau kulit daerah tempat suntikan
menjadi pucat.
3. PEMBERIAN IMUNISASI POLIO
1. Lihat warna larutan vaksin, VVM dan Exp.Date vaksin polio.
Membuka tutup botol vaksin, dan mengganti dengan penetes
yang sudah tersedia.
2. Membuka tutup penetes.
3. Meneteskan sebanyak 2 tetes vaksin polio ke mulut bayi.
4. PEMBERIAN IMUNISASI DPT-HB-Hib (Pentabio)
1. Memakai jarum yang cukup panjang untuk mencapai otot
2. Mengocok larutan vaksin DPT/Hepatitis B/Hib hingga homogen.
Lihat VVM dan Exp. Date (tanggal kadaluarsa vaksin).
3. Mengambil 0,5 ml vaksin dengan spuit 1 ml.
4. Membilas daerah lateral paha anak dengan kapas alkohol.
5. Mengaspirasi semprit sebelum vaksin disuntikkan, untuk
meyakinkan tidak masuk kedalam vena. Apabila terdapat darah,
buang dan ulangi dengan suntikan baru.
6. Menekan kulit sekitar tempat suntikan dengan ibu jari dan
telunjuk saat jarum ditusukkan.

7. Menyuntik dengan arah jarum 80-900 (secara intramuskular)


5. PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK
1. Melarutkan vaksin Campak dengan seluruh isi pelarutnya.
(Sebelumnya lihat VVM di tutup atas vaksin dan Exp.Date di
botol vaksinnya)
2. Mengambil 0,5 ml larutan vaksin dengan spuit 1 ml.
3. Membilas daerah anterolateral paha anak dengan kapas alkohol.
4. Mencubit kulit untuk menetukan tebal kulit untuk suntikan
subkutan
5. Mengarahkan jarum 450 terhadap kulit
6. Mengaspirasi semprit sebelum vaksin disuntikkan.
7. Menyuntikkan secara subkutan dalam pada daerah tersebut (lihat
gambar)
6. DOKUMENTASI
1. Mencatat tanggal, tempat penyuntikan dan jam pemberian
imunisasi, nama dagang vaksin, nomor batch/lot/serie, produsen
dan membubuhkan nama dokter/paramedis yang memberikan
vaksin.
2. Mencatat kapan dan jenis vaksinasi berikutnya akan dilakukan
Note : Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

Anda mungkin juga menyukai