XII.
PENUNTUN PRAKTIKUM
PENUNTUN PRAKTIKUM ANATOMI (GIS1-Pr1)
TATA TERTIB
LABORATORIUM ANATOMI FK USU
Perhatikan arah vena porta dan arteri mesenterica inferior yang berada di belakang
dari duodenum paras horizontalis
Ligamentum hepatoduodenale yang berjalan diatas didepan duodenum pars
superior dan perhatikan susunan isinya yaitu ductus choledocus, A.hepatica dan
V.porta
Pelajari kelenjar-kelenjar limfe yang ada disepanjang duodenum
Struktur Anatomi Intestinum Tenue
Usus halus terdiri dari jejenum dan ileum, carilah flexura duodenojejunalis :
pelajari mesenterium jejenum, mucosa dengan plica mucosa circularis, limfonodi
soliterii ; diameter 3,5 cm
Ileum, pelajarilah mesenterium, plica mucosa semicircularis, limfonodi Agregatii (
Peyer Plexus) ; diameter 2,5 cm
Pelajarilah cabang-cabang arteri untuk intestinum Tenuedari A.Mesenterica
Superior
Struktur Anatomi Caeecum dan Appendices Vermi-formis
Carilah caecum dan appendixnya, panjang appendix (6 12 cm ) dan lumen
caecum
Perhatikan kelep ileocaecal dan bentuk Ileocaecal junction
Struktur Anatomi Intestinum Crassum
Caecum, colon ascendens, colon transversum, colon descendens dan colon
sigmoideus, carilah flexura colica dextra dan sinistra. Lumen berkisar 4 7 cm
Perhatikan peritoneum yang melapisi intestinum crassum ; ada yang melapisi
partial intraperitoneal, ada yang intraperitoneal dengan mesocolon dan
mesenterium
Carilah taenia libra , taenia mesocolica dan taenia omentalis, appendices
epiploica dan haustra
Carilah mucosa dengan plica mucosae semicircularis pada intestinum crassum
Pelajarilah A. colica dextra , A.colica media dan A.colica sinistra
Vascularisasi Sistem Gastrointestinal
Pelajarilah cabang-cabang dari V.porta serta cysterna chili
5
PENUNTUN PRAKTIKUM HISTOLOGI I (GIS1-Pr2)
BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM
TATA TERTIB di LABORATURIUM HISTOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN USU
6
PRAKTIKUM
DIGESTIVE TRACT
Kode Sediaan
DS 1
DS 2
Gigi
DS 7
DS 9a
DS 9b
DS 10
DS 11
DS 12
DS 13
Gambar 1
Bibir (DS-1)
10 x 10
10 x 40
Keterangan Gambar
1. ______________________________
4. ______________________
2. ______________________________
5. ______________________
3. ______________________________
6. ______________________
Deskripsi gambar 1
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Perihal
Struktur
permukaan luar
Struktur
permukaan mukosa
Struktur jaringan ikat
Vaskularisasi
Jenis otot
Deskripsi
Banyak / Sedikit
7
Gambar 2
Lidah (DS-2)
10 x 10
10 x 40
Keterangan Gambar
1. _____________________________ 4. ______________________
2. _____________________________ 5. ______________________
3. _____________________________ 6. ______________________
Deskripsi gambar 2
No.
Perihal
1.
Epitel mukosa
2.
Jenis papila
Deskripsi
1.
2.
3.
4.
3.
Struktur taste bud
4.
Jenis kelenjar
5.
Jenis dan struktur otot
Gambar 3
Bakal Gigi (Gigi)
10 x 10
10 x 40
Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________
Buku Panduan Mahasiswa
Deskripsi gambar 3
No.
Perihal
1.
Struktur email
2.
Struktur ameloblas
3.
Struktur sementum
4.
Struktur dentin
5.
Struktur pulpa
6.
Struktur
ligamen periodontal
Struktur gingiva
7.
Deskripsi
Gambar 4
Esophagus (DS-7)
10 x 10
10 x 40
Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 4
No.
1.
Perihal
Epitel mukosa
2.
Struktur
sub mukosa
Lamina muskularis
3.
4.
Deskripsi
Struktur
serosa / adventisia
Buku Panduan Mahasiswa
9
Gambar 5
Fundus and Body of Stomach (DS-9a)
10 x 10
10 x 40
Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 5
No.
Perihal
1.
Epitel mukosa
2.
Sel Goblet
3.
Struktur sel parietal
4.
Struktur sel zimogen
5.
Sub mukosa
6.
Lamina muskularis
Deskripsi
Ada / Tidak Ada
Gambar 6
Pyloric Stomach (DS-9b)
10 x 10
10 x 40
Keterangan Gambar
1. ____________________________
4. ___________________________
2. ____________________________
5. ___________________________
3. ____________________________
6. ___________________________
Buku Panduan Mahasiswa
10
Deskripsi gambar 6
No.
Perihal
1.
Epitel mukosa
2.
Sel Goblet
3.
Sel Parietal
4.
Sub mukosa
5.
Lamina muskularis
Deskripsi
Ada / Tidak Ada
Ada / Tidak Ada
Gambar 7
Duodenum (DS-10)
10 x 10
10 x 40
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Deskripsi gambar 7
No.
Perihal
1.
Epitel mukosa
2.
Sel Goblet
3.
Sub mukosa
4.
Struktur vili
5.
Kelenjar Brunner
6.
Lamina muskularis
7.
Serosa
Keterangan Gambar
_______________________________
_______________________________
_______________________________
_______________________________
_______________________________
_______________________________
Deskripsi
Ada / Tidak Ada
11
Gambar 8
Jejunum and Ileum (DS-11)
10 x 10
10 x 40
Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 8
No.
Perihal
1.
Mukosa
2.
Sub mukosa
3.
Peyer Patch
4.
Vili
5.
Lamina muskularis
6.
Serosa
Deskripsi
Gambar 9
Colon (DS-12)
10 x 10
10 x 40
Keterangan Gambar
1. ____________________________
4. ___________________________
2. ____________________________
5. ___________________________
3. ____________________________
6. ___________________________
Buku Panduan Mahasiswa
Deskripsi gambar 9
No.
Perihal
1.
Mukosa
2.
Sel Goblet
3.
Sub mukosa
4.
Vili
5.
Lamina muskularis
6.
Serosa
12
Deskripsi
Banyak / Sedikit
Ada / Tidak Ada
Gambar 10
Appendix (DS-13)
10 x 10
10 x 40
Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 10
No.
Perihal
1.
Mukosa
2.
Sel Goblet
3.
Sub mukosa
4.
Vili
5.
Nodulus limfatikus
6.
Lamina muskularis
7.
Serosa
Deskripsi
Banyak / Sedikit
Ada / Tidak Ada
13
PRAKTIKUM HISTOLOGI II (GIS1-Pr3)
ORGANS ASSOCIATED WITH DIGESTIVE TRACT
TUJUAN PRAKTIKUM :
Sediaan jaringan :
No.
1.
2
3
4
Nama Organ
Kode Sediaan
DS 4
DS 5
DS 15
DS 17
Parotid gland
Submandibular gland
Liver
Pancreas
Gambar 1
Parotid Gland (DS-4)
10 x 10
10 x 40
1.
2.
3.
4.
5.
Keterangan Gambar
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
Deskripsi gambar 1
No.
1.
Perihal
Jenis kelenjar
2.
3.
Struktur
duktus interkalaris
Struktur
duktus striata
3.
Deskripsi
14
Gambar 2
Submandibular Gland (DS-5)
10 x 10
10 x 40
Keterangan Gambar
1. ____________________________ 4. ___________________________
2. ____________________________ 5. ___________________________
3. ____________________________ 6. ___________________________
Deskripsi gambar 2
No.
Perihal
1.
Jenis kelenjar
2.
Struktur sel serosa
3.
Struktur
sel mukosa
4.
Struktur
duktus striata
Deskripsi
Gambar 3
Liver (DS-15)
10 x 10
10 x 40
Keterangan Gambar
1. ____________________________
4. ___________________________
2. ____________________________
5. ___________________________
3. ____________________________
6. ___________________________
Buku Panduan Mahasiswa
15
Deskripsi gambar 3
No.
1.
Perihal
Struktur hepatosit
2.
3.
4.
Deskripsi
Gambar 4
Pancreas (DS-17)
10 x 10
10 x 40
Keterangan Gambar
1. ____________________________
4. __________________________
2. ____________________________
5. __________________________
3. ____________________________
6. __________________________
Deskripsi gambar 4
No.
Perihal
1.
Struktur kelenjar
2.
3.
4.
Struktur duktus
5.
Struktur pulau
Langerhans
Deskripsi
16
PENUNTUN PRAKTIKUM BIOKIMIA (GIS1-Pr4)
BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM
Untuk melakukan pemeriksaan dalam urin tidak boleh disaring karena akan
mengakibatkan bilirubin akan tertinggal di dalam kertas saring.Pemeriksaan ini dilakukan
dengan
3. REAKSI FOUCHET
Pada 5 ml urine diberi beberapa ml Ba Cl2 10%. Endapan yang terjadi disaring
dengan keras saring lain yang kering, lalu teteskan beberapa tetes reagensia Fouchet.
Bila terbentuk warna hijau, maka berarti terdapat bilirubin pada urine yang diperiksa
tersebut.
Reagensia FOUCHET : 25 g Trichloroacetic acid dilarutkan dalam 100 ml aquadest
dan dicampurkan dengan 10 ml larutan FeCl3 10%.
17
PRINSIP:
Bilrubin bila direaksikan dengan diazotized sulfanilic acid akan membentuk suatu
zat warna yang dalam suasana netral berwarna merah dan dalam suasana basa
berwarna biru. Bilirubin Glucoronida (direct bilirubin) yang larut dalam air akan bereaksi
secara langsung, sedangkan bilirubin yang tidak larut dalam air akan bereaksi dengan
bantuan suatu accelerator.
REAGENSIA :
1. Sulanilic Acid : 29 mmol / 1 C6H7NO3S, 170 mmol / 1 HC1
2. Natrium Nitri : 29 mmol / 1 NaNO2
3. Accelerator
mmol / 1 Na Acetate.
4. Larutan Fehling B : 930 mmol / 1 K Na- Tartrat, 1,9 mol / 1 NaOH.
BLANKO
SERUM
1 tetes
0,2 ml
0,2 ml
Accelerator (3)
1,0 ml
1,0 ml
Serum
0,2 ml
0,2 ml
Larutan di atas dicampur hingga homogen dengan menggunakan Vortex Mixer dan
kemudian dibiarkan selama 10-60 menit pada temperatur kamar. Setelah itu tambahkan
1,0 ml larutan Fehling B, diaduk hingga homogen dan dibiarkan selama 5- 30 menit,
sebelum dibaca pada Spektrophotometer dengan panjang gelombang yang sesuai untuk
warna biru (filter Hg 578 nm).
PERHITUNGAN : Konsentrasi Bilirubin Total = E x 10,5 mg %
E x 180 mol/l
18
Ke dalam tabun reaksi untuk Blanko dan serum dimasukkan reagensia berikut ini :
BLANKO
SERUM
1 tetes
0,2 ml
0,2 ml
2,0 ml
2,0 ml
Serum
0,2 ml
0,2 ml
Larutan di atas dicampur hingga homogen (Vortex) dan dibiarkan selama 5 menit
kemudian ditentukan Extinctienya dengan menggunakan filter Hg 546 nm.
Perhitungan : Konsentrasi Bilirubin direct = E x 14,0 mg %
E x 189 mol / l
19
BILIRUBIN
Metode Jendrassik and Grof
Bahan : serum
Alat yang digunakan
Spektrofotometer
578 nm (Bil. Total)
546 nm (Bil. Direk)
Prosedur :
Total Bilirubin
Sample
Sodium nitrit (2)
1 tts
Sulfanilic acid (1)
200 ul
Acceletorator (3)
1000 ul
Serum
200 ul
Blank
200 ul
1000 ul
200 ul
Campur dan biarkan selama 10-60 menit pada suhu ruangan (20 300C) kemudian
tambahkan Fehling II (4) 1000 ul.
Campurkan dan sesudah 5 -30 menit ukur absorbance sample terhadap blank.
Perhitungan :
Kons bil. Total = A x 10,5 mg/dl
2. Biliribun Direk
Sodium nitrit (2)
Sulfanilic acid (1)
Acceletorator (3)
Serum
Sample
1 tts (0,02 ml)
200 ul
2000 ul
200 ul
Blank
200 ul
2000 ul
200 ul
Campur dan inkubasi pada suhu ruangan (20 300C) tepat 5 menit. Baca absorbance
sample terhadap blank tepat sesudah 5 menit penambahan serum
Perhitungan :
Kons bil. Direk = A x 14,0 mg/dl
GOT
Bahan : Serum, plasma heparin / EDTA
Alat yang digunakan : Spektrofometer 340 nm
Prosedur :
1. Dengan start reagent
Serum, plasma
100 ul
Lar. Reagent
1000 ul
Campur, sesudah 1 menit tambahkan :
Start reagent
250 ul
Campurkan dan sesudah 1 menit ukur penurunan absorbsi setiap menit selama 3
menit.
Perhitungan :
Buku Panduan Mahasiswa
20
Serum, plasma
20 ul
Lar. Reagent
1000 ul
Campur dan sesudah 1 menit ukur kenaikan absorbance tiap menit selama 3 menit.
Perhitungan :
Aktivitas enzym = (/min) x 2754 U/L
Larutan reaksi : Larutkan isi 1 botol (2) dengan 3 ml isi botol (1)
BILIRUBIN
A. Percobaan Busa
Dapat dilakukan disamping tempat tidur, akan tetapi test ini kurang sensitif.
Cara pemeriksaan
1. Tabung reaksi diisi setengah penuh dengan urin dan diberi penutup,
kemudian kocok kuat - kuat.
2. Perhatikan warna busa, apabila busa berwarna kuning, kemungkinan
besar terdapat bilirubinuria dan test ini dilaporkan positif.
Positif palsu
Obat - obatan pyridium, actiflavine dapat membrikan hasil positif palsu
Buku Panduan Mahasiswa
21
B. Percobaan Harrison
Azas
Bilirubin dalam urin diendapkan oleh Barium khlorida dan dipekatkan pada kertas kering.
Reagens Fouchet akan memberikan warna hijau pada biliverdin yang timbul karena
oksidasi bilirubin.
Reagensia Fouchet
Asam trikiorasetat
25 g
Air suling
100 ml
Campur kemudian tambahkan 10 ml larutan ferriklorida 10 %.
Cara pemeriksaan
1. Ke dalam 5 ml urin ditambahkan 5 ml larutan Barium chlorida 10 %
kemudian disaring.
2. Endapan yang melekat pada kertas saring dikeringkan.
3. Reagens Fouchet diteteskan kepada kertas saring yang mengandung
endapan tersebut.
4. Perhatikan timbulnya warna hijau.
Pelaporan
Dengan Reagens Fouchet bilirubin dioksidasi menjadi biliverdin yang berwarna hijau,
tetapi disamping biliverdin mungkin sekali terjadi hasil oksidasi lain seperti bilisianin
berwarna biru atau cholestelin berwarna kuning. Maka hanya warna hijaulah yang
dianggap positif. Perbedaan konsentrasi dapat dilaporkan dengan negatif, 1+, 2+
C.Cara Carik Celup
Reaksi diasotisasi antara bilirubin dalam urin dengan senyawa diaso pada carik celup.
Warna yang terjadi ditentukan oleh jenis senyawa dengan diaso yang terdapat dalam
carik celup, sedangkan intensitasnya dapat menunjukkan banyaknya bilirubin secara
terbatas.
Harus memakai urin segar dan ikuti petunjuk cara pemeriksaan dari pabrik pembuat
reagen carik celup.
TRANSUDAT DAN EKSUDAT
Transudat dan eksudat adalah sejumlah cairan yang mengumpul secara abnormal dalam
rongga badan : peritoneum, pleural dan pericard.
Asas
Membandingkan warna, kejernihan, bau, bekuan, berat jenis, jumlah sel, hitung jenis
serta beberapa parameter kimia untuk membedakan apakah cairan eksudat (yang
disebabkan oleh radang).
Bahan
Cairan diperoleh dari punksi cairan pleural, pericardial atau peritoneal. Bila dairan tampak
jernih, tanpa antikoagulan, bila cairan keruh atau bercampur darah dapat diberi anti
koagulan sitrat 20% (0,01 ml/ml cairan). Pemeriksaan harus segera dilakukan (dalam
waktu jam setelah pengambilan bahan).
Cara pemeriksaan
22
A. MAKROSKOPI
1. Volume cairan
2. Warna : kuning muda atau tua, kuning kehijau-hijauan, merah, coklat, putih kekuningkuningan, atau putih seperti susu.
3. Kejernihan : jernih, agak keruh atau sangat keruh
4. Bekuan : tidak ada bekuan (halus, berkeping atau kasar)
5. Berat jenis : diukur dengan refraktometer.
B. MIKROSKOPI
1. Jumlah sel :
Kocok cairan yang akan diperiksa
Hisap cairan sampai garis 1 lalu hisap larutan Turk sampai garis 11, kocok pipet buang 3
tetes, kemudian isilah kamar hitung Improved Neubauer dan biarkan selama 5 menit.
Hitung semua sel leukosit dalam seluruh bidang dengan pembesaran 10x.
Hitung semua sel yang terdapat dalam keempat bidang besar pada sudut-sudut (seperti
hitung leukosit)
Jumlah sel per UL = Jumlah sel x 25
Bila cairan keruh :
Kocok cairan yang akan diperiksa. Hisap larutan Turk sampai garis 0,5 lalu hisap cairan
sampai garis 11. Selanjutnya seperti diatas.
Jumlah sel per UL = Jumlah sel 50.
2. Hitung Jenis Sel :
Bila cairan jernih :
Cairan diputar dengan kecepatan 1500 2000 rpm selama 10 menit. Cairan di atas
dibuang dan sedimen dipakai untuk membuat sediaan apus.
Biarkan kering, lalu diwarnai dengan Wright / Glemsa. Lakukan hitung jenis sebanyak
100 sel. Hitung jenis hanya membedakan sel mononuclear (limfosit dan monosit) serta
sel poli nuklear (segmen).
Bila cairan keruh :
Cairan tidak perlu diputar atau diputar sebentar.
C. KIMIA
1. Tes Rivalta
Masukkan 100 ml aquadest ke dalam gelas ukur 100 ml. Tambahkan 1 tetes asam asetat
gl;asial dan campurlah. Teteskan 1 tetes cairan yang diperiksa ke dalam campuran
tersebut, dilepaskan kira-kira 1 cm dari atas permukaan campuran. Lihat ada tidaknya
kekeruhan.
Kekeruhan tidak ada --------------------------------------- negatif
Kekeruhan ringan seperti kabut tipis-tipis ------------ positif lemah
Kekeruhan nyata seperti kabut tebal ------------------ positif
2. Protein
Cara pemeriksaan sama dengan protein dalam plasma
3. Glukosa
Cara pemeriksaan sama dengan Glukosa dalam plasma.
23
4. LDH
Cara pemeriksaan sama dengan LDH dalam plasma
JENIS TES
Makroskopi
Glukosa
LDH
Neg/Pos Lemah
< 50% plasma
< 2,5 gr/dl
= plasma
< 60% plasma
EKSUDAT
Warna bermacam-macam
Keruh
Sering ada bekuan
BJ > 1018
> 500
PMN > (akut)
MN > (kronik)
Pos
> 50%
> 4,0 gr/dl
< plasma
> 60% plasma
Ratio :
Protein cairan plasma
LDH cairan plasma
< 0,5
< 0,6
> 0,5
> 0,6
TRANSUDAT
Kuning muda
Jernih
Bekuan tidak ada
BJ < 1018
< 500
Sel MN
TINJA
Bahan
Untuk pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaktu yang berasal dari defekasi spontan. Tinja
hendaknya diperiksa dalam keadaan segar; kalau dibiarkan kemungkinan unsur-unsur
dalam tinja itu dapat rusak. Wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca, plastik atau
wadah karton berlapis paraffin, wadah harus bermulut lebar.
Asas
Memeriksa secara makroskopis serta mencari kelainan-kelainan yang pada tinja.
Cara pemeriksaan :
MAKROSKOPI
Warna
Warna tinja yang dibiarkan diudara menjadi lebih tua karena terbentuknya lebih banyak
urobilin dari urobilinogen. Selain uroblin, warna tinja dipengaruhi oleh jenis makanan,
oleh kelainan dalam saluran usus dan oleh obat-obat yang diberikan.
Warna abu-abu mungkin disebabkan ikterus obstruktif (tinja acholik) dan juga setelah
dipakai garam barium pada pemeriksaan radiologik. Merah segar biasanya oleh
perdarahan bagian proksimal. Warna hitam oleh carbo medicinalis, oleh obat obatan
yang mengandung besi dan mungkin juga karena melena.
Bau
Bau normal tinja disebabkan oleh indol, skatol dan asam butirat. Bau itu menjadi bau
busuk jika dalam usus terjadi pembusukan isi, yaitu protein yang tidak dicerna atau
dirombak oleh kuman usus. Tinja akan bereaksi lindi oleh pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau asam : dapat disebabkan oleh peragian zat-zat gula yang tidak dicerna
sempurna, misalnya pada diare, tinja akan bereaksi asam.
Konsistensi
24
Konsistensi tinja pada keadaan normal agak lunak dan berbentuk. Pada diare konsistensi
menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya pada konsistensi didapat tinja
keras.
Lendir
Lendir akan dapat diartikan rangsangan atau radang dinding usus, kalau lendir itu hanya
didapat dibagian luar tinja. Lokalisasi iritasi itu mungkin usus besar; kalau bercampur
dengan tinja mungkin sekali usus kecil. Pada disentri, ileocolitis mungkin didapat lendir
saja tanpa tinja.
Darah
Perhatikanlah apa darah itu segar (merah segar), coklat atau hitam dan apakah
bercampur baur atau hanya di bagian luar tinja saja. makin proximal terjadinya
perdarahan, makin bercampurlah darah dengan tinja dan makin hitamkah warnanya.
Jumlah darah yang besar mungkin disebabkan oleh ulks, varices dalam oesophagus,
carninoma atau hemorrhoid.
Parasit
Cacing ascaris, ankilostoma, taenia dan lain-lain mungkin terlihat.
MIKROSKOPI
Mencari protozoa dan telur cacing merupakan yang terpenting. Untuk mencari protozoa
sering dipakai larutan eosin 1-2% sebagai bahan pengencer tinja atau juga larutan Lugol
1-2%. Sedangkan untuk melihat unsur-unsur lain larutan garam 0,9% yang sebaiknya
dpakai untuk pemeriksaan rutin.
1. Sel epitel
Beberapa sel epitel, yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal dapat ditemukan
dalam keadaan normal.
2. Makrofag
Sel sel besar berinti satu memiliki daya fagositosis; dalam plasmanya sering dilihat selsel lain (leukosit, eritrosit) atau benda-benda lain. dalam preparat natif sel-sel seperti
amuba yang tak dapat bergerak.
3. Leukosit
Lebih jelas terlihat kalau tinja dicampur dengan beberapa tetes larutan asam acetat 10%.
4. Eritrosit
Bila dikemukakan eritrosit dalam tinja dianggap selalu abnormal
5. Kristal-kristal
Pada umumnya tidak banyak artinya. Pada tinja normal dapat dijumpai kristal-kristal
tripelfosfat, kalsiumoksalat dan asam lemak.
6. Sisa makanan
Dalam keadaan normal, dapat ditentukan dalam tinja dalam jumlah tertentu. Sisa
makanan sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan
berasal dari hewan, seperti serat otot, serat elastik dan lain-lain.
Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol : pati (amylum)
yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah.
Larutan jenuh Sudan III atau IV dalam alkohol 70% juga dipakai : lemak netral menjadi
tetes-tetes merah atau jingga.
7. Sel ragi
Buku Panduan Mahasiswa
25
Khusus Blastosistis hominis tidak jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah
jangan dianggap kista amuba.
8. Telur cacing
Telur cacing Ascaris lumbricoides Necator americanus, enterobius vermicularis, Trichuris
trichura, Strongyloides Stercoralis, mungkin ditemukan.
DARAH SAMAR
Untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara
mikroskopik atau mikroskopik.
Sekarang ini cara benzidine basa telah ditinggalkan karena bersifat karsinogenik.
Cara Guajac
Buatlah emulsi tinja sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi dan tambahlah 1 ml asam acetat
glacial lalu dicampur
Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2 ml alkohol 95%
lalu campur
Tuanglah berhati-hati isi tabung kedua ke dalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga
kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.
Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu. Derajat
kepositifan dinilai dari warna itu.
26
27
KELAINAN RADANG
Tukak Peptik Lambung
Tampak ulkus yang bertepi landai dan agak bergaung. Tepi tidak meninggi. Dari
sayatan yang ada, terlihat bahwa dasar ulkus sampai mira kira lapisan otot.
Dasar ulkus rata.
Makroskopik
Mikroskopik
Diskusi :
28
KELAINAN VASKULAR
Hemoroid
Hemoroid adalah varises pada pleksus hemoroidalis.
Sediaan dari rectum dan anus.
Perhatikan tonjolan yang berwarna kebiruan pada daerah kanalis ini.
Makroskopik
Mikroskopik
Diskusi
29
Mikroskopik
Diskusi.
30
PRAKTIKUM 2 / ILMU PATOLOGI ANATOMI
Hati Dan Saluran Empedu
Makroskopik
31
Mikroskopik
Diskusi.
32
Mikroskopik
Diskusi.
33
Mikroskopik
Diskusi.
34
Latihan
Seorang wanita berusia 40 tahun dengan panas yang tidak mau turun-turun walau
telah diberikan antibiotik.
Pemeriksaan fisik : hepatomegali, nyeri tekan, lain-lain t.a.a
Laboratorium : uji faal hati dalam batas normal
Ultrasonografi : S.O.L (space occupying lesion)
Aspirasi : anchovy sauce/ cairan warna tengguli
Pertanyaa :
1. Diagnosis?
2. Dasar diagnosis?
3. Apakah diagnosis diferensial (cairan kuning hijau)?
Seorang anak berusia 14 tahun dating dengan lkeluhan : lemas, mual, tidak nafsu
makan, badan agak demam dam kencing warna coklat seperti teh.
Pemeriksaan fisik : sclera subikterik dan hepatomegali yang nyeri tekan.
Laboratorium : uji faal hati terganggu
SGOT
SGPT
Bilirubin direk
Bilirubin indirek
Pertanyaan :
1. Diagnosis?
2. Dasar diagnosis?
3. Sebut penyakit ini berdasarkan etiologinya!
Diskusi.
35
Pelaksanaan
I.
II
Resep-resep polifarmasi
1.
36
obat
kenapa bentuk sediaan obat di formulasi sedemikian
rupa
komponen dari bentuk sediaan obat
bagaimana bentuk suatu sediaan obat tertentu harus
disimpan
farktor-faktor apa saja yang dapat merusak bentuk
sediaan obat.
bagaimana cara pemberian obat yang harus dilakukan
untuk setiap bentuk sediaan obat tertentu
Resep polifarmasi
- mahasiswa mencari resep polifarmasi obat sistem saluran
cerna di Apotik.
- mahasiswa mengenal :
nama dagang dan nama generik sediaan dari tiap item
yang di resepkan
bentuk formulasi dari sediaan yang diresepkan
mengetahui farmakologi dari sediaan obat tersebut.
2.
Catatan
Bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh kita akan memberikan respon
tertentu dalam tubuh. Obat adalah setiap zat kimia yang dapat
mempengaruhi proses hidup. Diantara berbagai faktor yang
mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan terdapat faktor
interaksi obat. Obat dapat berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang
masuk dari lingkungan atau dengan obat lain.
INTERAKSI FARMAKOKINETIK
Interaksi ini terjadi bila salah satu obat mempengaruhi absorbsi,
metabolisme atau ekskresi obat kedua sehingga kadar plasma obat kedua
akan meningkat atau menurun. Akibatnya, terjadi peningkatan toksisitas
atau penurunan efektifitas obat tersebut.
Interaksi yang termasuk dalam interaksi farmakokinetik
diantaranya :
Buku Panduan Mahasiswa
37
1.
2.
3.
4.
INTERAKSI FARMAKODINAMIK
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja
pada sistem reseptor, yang aditif, sinergistik atau antagonistik.
Yang termasuk dalam interaksi farmakodinamik antara lain :
1. interaksi pada reseptor
2. interaksi fisiologik
3. perubahan dalam kesetimbangan cairan elektrolit
4. gangguan mekanisme ambilan amin di ujung saraf adrenergik
5. interaksi dengan penghambat Mono Amin Oksidase (MAO)
Seandainya dalam suatu resep polifarmasi dijumpai 3 item ( A, B, C), maka ditentukan
pengkajian interaksi antara masing-masing obat sbb:
A
B
38
1. Hewan coba
Materi praktikum
Alat - alat
Pelaksanaan
39
Berikanlah larutan pentotal 1 % pada binatang percobaan :
marmut (masing masing dengan dosis 50 mg/kg BB binatang).
Jadi dengan mengetahui berat badan binatang, konsentrasi larutan
obat, maka kita dapat menentukan berapa jumlah larutan yang
akan diberikan pada marmut I (secara peroral) dan marmut II
secara intraperitoneal). Setiap mahasiswa harus dapat menghitung
dosis yang diberikan pada binatang percobaan.
Lakukanlah observasi sekurang-kurangnya 6 kali dengan jarak 15
menit. Observasi ini dibandingkan dengan observasi sebelum
pentobarbital (siklobarbital) diberikan.
Dengan memperbandingkan ini, akan terlihat adanya perbedaan
onset of action dari cara pemberian obat yang berbeda ataupun
diantara binatang percobaan sendiri.
Bila pada
percobaan didapati penurunan temperatur rektal
melebihi dari 2 (dua) derajat Celcius, segera lakukan pemanasan
dengan menggunakan lampu pemanas.
Bila terjadi depresi pernafasan, segera berikan suntikan
intraperitoneal larutan Caffein 1 % dengan dosis 5 mg/kg BB
binatang percobaan. Catatlah hasil observasi atas ke-7 hal di atas
pada kolom dari tabel yang telah tersedia di buku penuntun ini.
Pelaporan
Laporan praktikum dibuat oleh tiap grup/meja praktikum untuk tiap cara
pemberian obat yang dilakukan, seperti aturan pembuatan makalah (lihat
tata tertib praktikum)
Jangan lupa membuat grafik yang menggambarkan hubungan frekwensi
pernafasan per menit, denyut jantung per menit dengan waktu, akibat
pemberian obat pentotal
intraperitoneal.
40
Pentothal ( 1 %) Dosis =
Volume =
Caffein ( 1 %) dosis =
Volume =
:
:
:
Waktu
Frekwensi
pernafasan/me
nit
oral
I.P
44
Denyut
jantung/menit
oral
I.P
Gerakan
oral
I.P
Sensasi rasa
nyeri
oral
I.P
Refleks
kornea
oral
I.P
Temperatur
rektal
oral
I.P
Narkosa
oral
I.P
-30
-15
0 C.P.O
15
30
45
60
75
90
45