EDITOR :
Adi Muradi Muhar
Bambang Prayugo
Deny Rifsal Siregar
Devira Zahara
Dwi Rita Anggraini
Ferryan Sofyan
Fithria Aldy
H.R. Yusa Herwanto
M. Pahala Harahap
Oke Rina Rahmayani
Pimpin Utama Pohan
Rodiah Rahmawaty Lubis
T Siti Harilza Zubaidah
Sri Amelia
Yudha Sudewo
,
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
1
PENDAHULUAN
Sesuai dengan pemetaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi FK USU, kegiatan
Clinical Sklills Lab untuk mahasiswa semester 5 dilaksanakan pada blok Sistem
Genitourinary, Sistem Gastro Intestinal dan Sistem Special Sense.
Salah satu keterampilan klinik yang menjadi kompetensi seorang dokter sesuai dengan
Standar Kompotensi Dokter Indonesia (SKDI) adalah keterampilan klinik yang akan
diajarkan pada blok Sistem Special Sense ini. Kepada mahasiswa semester 5 akan diajarkan
tiga (3) jenis keterampilan klinis pada blok Sistem Special Sense. Keterampilan klinik yang
akan diajarkan pada mahasiswa adalah keterampilan untuk melakukan :
1. History taking penyakit mata yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
dan pemeriksaan visus.
2. History taking penyakit yang berhubungan dengan THT dan pemeriksaan fisik
telinga, hidung, rongga mulut, faring dan laring
3. Pemeriksaan fisik leher.
II. TUJUAN
II.1. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti kegiatan skills lab pada blok Sistem Special Sense ini, mahasiswa
dapat terampil melakukan history taking penyakit yang berhubungan dengan penurunan
ketajaman penglihatan dan pemeriksaan visus, history taking penyakit THT dan pemeriksaan
fisik telinga, hidung, rongga mulut, faring dan laring serta pemeriksaan fisik leher.
II.2. TUJUAN KHUSUS
2.1. Mahasiswa mampu melakukan history taking penyakit yang berhubungan
dengan penurunan ketajaman penglihatan dan melakukan pemeriksaan visus.
2.2
Mahasiswa mampu melakukan history taking penyakit yang berhubungan
penyakit THT dan melakukan pemeriksaan fisik telinga, hidung, rongga mulut,
faring dan laring.
2.3
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik leher.
SL.V. SSS.1- SL 1
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN MENGENAI PENYAKIT MATA
YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENURUNAN TAJAM PENGLIHATAN
DISERTAI KETERAMPILAN KLINIK PEMERIKSAAN VISUS
Rodiah Rahmawaty Lubis, T Siti Harilza Zubaidah, Fithria Aldy
I. PENDAHULUAN
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN MENGENAI PENYAKIT MATA
BERHUBUNGAN DENGAN PENURUNAN TAJAM PENGLIHATAN
YANG
Pada minggu ini mahasiswa dilatih untuk melakukan keterampilan komunikasi dokterpasien untuk penyakit mata yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan.
Seorang dokter harus mampu mengkolaborasi keterangan penderita yang paling
signifikan untuk ditetapkan sebagai keluhan utama. Ada beberapa pertanyaan yang harus
diingat pada komunikasi dokter-pasien dalam mengkolaborasi keluhan penderita agar
hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
Pertanyaan tesebut meliputi :
- Onset.
- Location (lokasi).
- Duration (durasi).
- Character (karakter).
- Aggravating/Alleviating Factors ( Faktor-faktor yang memperberat atau
mengurangi gejala).
- Radiation (penyebaran).
- Timing (waktu).
Kata-kata tersebut dapat disingkat sehingga mudah diingat yaitu: OLD CARTS atau:
- Onset.
- Palliating/Provocating Factors ( faktor-faktor yang mengurangi atau
memprovokasi gejala).
- Quality (kualitas).
- Radiation (penyebaran).
- Site (lokasi).
- Timing (waktu).
Kata-kata tersebut dapat disingkat menjadi OPQRST
Tujuh pertanyaan yang berkaitan dengan gejala penderita:
1. Lokasi. Dimana lokasinya? Apakah menyebar?
2. Kwalitas. Seperti apa keluhan tersebut?
3. Kwantitas atau Keparahan. Seberapa parah keluhan tersebut?
4. Waktu. Kapan keluhan mulai dirasakan? Berapa lama keluhan tersebut
berlangsung? Seberapa sering keluhan tersebut muncul?
5. Keadaan/situasi saat serangan berlangsung. Termasuk faktor lingkungan,
aktifitas,emosi,atau keadaan lain yang mungkin dapat mempengaruhi penyakit.
6. Faktor-faktor yang menyebabkan remisi atau eksaserbasi. Apakah ada hal-hal yang
membuat gejala membaik atau semakin parah.
7. Manifestasi lain yang berhubungan dengan gejala. Apakah penderita merasakan halhal lain yang menyertai serangan?
3
pada jarak 3 meter pasien masih dapat menghitung jari si pemeriksa berarti tajam
penglihatannya 3/60, ini berarti pada jarak 3 meter si penderita hanya dapat
menghitung jari pemeriksa yang seharusnya pada orang normal dapat terlihat pada
jarak 60 meter.
Bila pasien tidak dapat menghitung jari pada jarak 1 meter, maka pasien disuruh
melihat gerakan tangan si pemeriksa pada jarak maksimal 1 meter. Bila pasien
dapat melihat gerakan tangan tersebut maka tajam penglihatannya 1/300.
Bila gerakan tangan tidak dapat terlihat, maka dapat dilakukan pemeriksaan
dengan menggunakan senter. Jika pasien dapat melihat cahaya senter maka tajam
penglihatannya 1/. Jika pasien tidak dapat melihat cahaya senter maka tajam
penglihatannya adalah NLP (No Light Perception).
II.
TUJUAN KEGIATAN
II.1. TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan keterampilan
history taking dengan menggunakan tekhnik komunikasi yang benar pada pasien dan dapat
melakukan pemeriksaan visus dengan benar.
II.2. TUJUAN KHUSUS
2.1.
Mahasiswa mampu menemukan keluhan utama dan keluhan tambahan.
2.2.
Mahasiswa mampu menguraikan penyakit secara deskriptif dan kronologis.
2.3.
Mahasiswa mendapatkan riwayat penyakit yang berhubungan dengan
penyakit dalam
keluarga.
2.4.
Mahasiswa mengetahui tentang adanya riwayat trauma, riwayat penyakit
sistemik,
riwayat pengobatan sebelumnya dan riwayat nutrisi.
2.5.
Mahasiswa mampu menerapkan dasar tekhnik komunikasi dan berperilaku
yang
sesuai dengan sosio-budaya pasien dalam hubungan dokter pasien.
2.6.
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan tajam penglihatan yang
merupakan
pemeriksaan dasar yang sangat berguna untuk kepentingan diagnostik dalam ilmu
kesehatan mata.
III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu
20 menit
Keterangan
Introduksi
Narasumber
Pada kelas besar (terdiri dari 45 mahasiswa) dilakukan :
- Penjelasan narasumber tentang anamnese keluhan utama
dan keluhan tambahan pada penderita dengan penurunan
tajam penglihatan dan pemeriksaan visus.
- Pemutaran film tentang cara anamnese penderita dengan
penurunan tajam penglihatan dan pemeriksaan visus.
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari penjelasan
dan film yang diputar.
5
20 menit
110 menit
TAHAP II
Mempersiapkan alat dan pemeriksaan visus
Coaching oleh instruktur:
- Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 kelompok
terdiri dari 9 mahasiswa).
- Tiap kelompok kecil memiliki 1 instruktur.
- Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian dengan
dibimbing oleh instruktur.
- Kepada mahasiswa diberikan 1 kasus simulasi.
- Pasien simulasi akan diperankan oleh sesama mahasiswa.
Instruktur
Mahasiswa
Mahasiswa
Instruktur
Ya
Tidak
A. Anamnesis
1.
-
7.
8. Menanyakan riwayat :
- Nutrisi (sayur-sayuran, buah-buahan).
- Trauma (apakah pernah terjatuh, terbentur).
- Membaca sambil tiduran, pencahayaan yang kurang.
9. Menuliskan / merangkum data.
B. Pemeriksaan Visus dengan kartu Snellen.
10. Pasien duduk menghadapi kartu Snelen dengan jarak 6 meter.
11. Memasang gagang lensa coba.
12 Mata kanan diperiksa terlebih dahulu dan dilakukan penutupan
dengan occluder pada mata kiri.
13. Pasien diminta untuk membaca huruf yang tertulis pada kartu
Snellen yang dimulai dengan membaca baris atas (huruf yang paling
besar) sampai huruf terkecil yang dapat dibaca oleh pasien dengan
benar.
Ulangi kembali untuk melakukan hal yang sama pada mata kiri
pasien.
14. Menentukan letak baris terakhir yang masih dapat dibaca dan
mendokumentasikan hasil pemeriksaan.
15. Menjelaskan kemungkinan penyebab permasalahan sesuai informasi
dan menjelaskan tindakan selanjutnya.
Note : Ya
: Mahasiswa melakukan
Tidak : Mahasiswa tidak melakukan
8
SL.V. SSS.1- SL 2
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK PENYAKIT
TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROK
H.R Yusa Herwanto, Devira Zahara, Ferryan Sofyan, M.Pahala Harahap
ANAMNESIS THT
I.
PENDAHULUAN
Keterampilan komunikasi dokter-pasien untuk penyakit-penyakit telinga, hidung dan
tenggorok.
Seorang dokter harus mampu mengelaborasi keterangan penderita yang paling
signifikan untuk ditetapkan sebagai keluhan utama. Ada beberapa pertanyaan yang harus
diingat pada komunikasi dokter dan pasien dalam mengelaborasi keluhan penderita agar
hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
Pertanyaan tesebut meliputi :
- Onset
- Location (lokasi)
- Duration (durasi)
- Character (karakter)
- Aggravating/Alleviating Factors (Faktor-faktor yang memperparah atau
mengurangi gejala)
- Radiation (penyebaran)
- Timing (waktu)
Kata-kata tersebut dapat disingkat sehingga mudah diingat yaitu : OLD CARTS atau:
- Onset
- Palliating/Provokating Factors (Faktor- faktor yang mengurangi atau
memprovokasi gejala)
- Quality (kualitas)
- Radiation (Penyebaran)
- Site (Lokasi)
- Timing (Waktu)
Kata-kata tersebut dapat disingkat menjadi OPQRST.
Tujuh pertanyaan yang berkaitan dengan gejala penderita:
1. Lokasi. Dimana lokasinya? Apakah menyebar?
2. Kwalitas. Seperti apa keluhan tersebut?
3. Kwantitas atau Keparahan. Seberapa parah keluhan tersebut?
4. Waktu.Kapan keluhan mulai dirasakan? Berapa lama keluhan tersebut
berlangsung? Seberapa sering keluhan tersebut muncul?
5. Keadaan/situasi saat serangan berlangsung. Termasuk faktor lingkungan,
aktifitas, emosi, atau keadaan lain yang mungkin dapat mempengaruhi penyakit
6. Faktor-faktor yang menyebabkan remisi atau eksaserbasi. Apakah ada hal-hal yang
membuat gejala membaik atau semakin parah
7. Manifestasi lain yang berhubungan dengan gejala. Apakah penderita merasakan
hal-hal lain yang menyertai serangan?
Keterangan
10
10 menit
30 menit
11
90 menit
5. TONSILITIS AKUT
Seorang perempuan, umur 17 tahun datang berobat ke poliklinik THT dengan keluhan
sakit menelan yang dialami sejak 3 hari lalu. Keluhan ini disertai demam.
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien yang berhubungan dengan keluhan utama
pasien sesuai formulir anamnesis dan pemeriksaan fisik THT-KL.
V.
PENGAMATAN
Ya
Tidak
I. PERKENALAN
1. Memberikan salam dan mempersilahkan pasien duduk
2. Memperkenalkan diri dan menanyakan identitas pasien
3. Menanyakan keluhan utama pasien :
II. MENANYAKAN KELUHAN
TELINGA
1. Gangguan pendengaran / pekak (tuli) :
- Sejak kapan pertama kali pasien mengalami keluhan
- Apakah keluhan tersebut pada satu atau kedua telinga.
- Timbul tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap dan sudah
berapa lama diderita
- Adakah riwayat kepala terbentur, telinga tertampar, terpajan bising,
pemakaian obat sebelumnya (bila ada ditanyakan obat apa), menderita
penyakit infeks virus seperti influensa berat
- Apakah gangguan pendengaran diderita sejak bayi
2. Suara berdenging/ berdengung (tinitus)
- Apakah keluhan pada satu sisi atau kedua telinga
- Sejak kapan keluhan dialami pasien
3. Rasa pusing yang berputar (vertigo)
- Sejak kapan keluhan pusing berputar
- Apakah keluhan pusing terus menerus atau hilang timbul
- Apakah disertai rasa mual, muntah, rasa penuh ditelinga
- Apakah keluhan berhubungan dengan perubahan posisi
- Apakah ada penyakit sistemik lainnya seperti : DM, hipertensi,
arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia, kanker dan sifilis
4. Nyeri didalam telinga (otalgia)
- Sejak kapan keluhan pertama kali dirasakan
- Lokasi : telinga kiri / kanan atau keduanya
- Apakah disertai nyeri ditempat lain seperti di geraham atas, sendi
mulut, dasar mulut, tonsil atau tulang leher
- Apakah disertai demam
13
TUJUAN KEGIATAN
I.1. TUJUAN UMUM
Melatih mahasiswa untuk dapat melakukan pemeriksaan fisik telinga, hidung, rongga
mulut, faring dan laring secara mandiri.
I.2. TUJUAN KHUSUS
Setelah mahasiswa mengikuti skills lab ini diharapkan dapat melakukan :
1.1.
Pemeriksaan fisik telinga dan mampu mengenali tanda-tanda fisiologis serta
patologis telinga.
1.2.
Pemeriksaan fisik hidung dan mampu mengenali tanda-tanda fisiologis serta
patologis hidung.
1.3.
Pemeriksaan fisik rongga mulut dan mampu mengenali tanda-tanda fisiologis
serta
patologis rongga mulut.
15
1.4.
Melihat keadaan dan bentuk daun telinga serta daerah belakang daun telinga
(retroaurikuler).
Memasang spekulum telinga, speculum di masukkan ke liang telinga, dengan
memutar secara gentle sehingga tidak menimbulkan rasa sakit.
Telinga kanan ; bagian superior aurikel kanan dipegang dengan jari 1 dan 2
tangan kiri, jari lainnya pada planum mastoid. Selanjutnya aurikel ditarik
kearah postero superior (di tarik ke arah belakang atas)
17
Telinga kiri ; bagian superior aurikel kiri dipegang dengan jari 1 dan 2 tangan
kiri, jari lainnya menempel di depan telinga (lihat gambar 4).
o Ketukkan kedua ujung penala ke siku, tumit sepatu yang lembut, benda
keras yang dilapisi bantalan lunak (tidak boleh ke meja kayu / besi
tanpa bantalan)
keras. Bila pasien mendengar lebih kuat ke satu sisi disebut lateralisasi
ke arah telinga tersebut. Jika sama keras atau tidak dengarnya sama
berarti tidak ada lateralisasi.
o Prinsip tes Weber: membandingkan hantaran tulang telinga kanan dan
kiri
o Interpretasi tes:
Normal
: Tidak ada lateralisasi
Konduktif : Lateralisasi ke arah telinga yang sakit
Sensorineural: Lateralisasi ke arah telinga yang sehat
20
Vestibulum nasi
Kavum nasi bagian bawah (dasar kavum nasi , konka inferior, meatus inferior)
Septum hidung
21
MI
Gambar 11. Gambar rinoskopi anterior: vestibulum (v), dasar kavum nasi (F),
konka inferior (IT), konka media (MT), septum (S), meatus inferior (MI)
Rinoskopi Posterior :
- Kaca nasofaring dipegang dengan tangan kanan
- Hangatkan kaca nasofaring dengan api lampu spiritus.
- Sebelum kaca dimasukkan ke rongga mulut, suhu kaca di tes dulu dengan
menempelkannya pada kulit belakang tangan kiri pemeriksa.
- Pegang spatula lidah dengan tangan kiri dan pasien di minta membuka mulut.
Tekan 2/3 anterior lidah dengan spatula lalu pasien disuruh bernafas seperti biasa dan jangan
menahan nafas.
Masukkan kaca nasofaring yang menghadap ke atas melalui mulut, melewati bagian bawah
uvula hingga ke orofaring.
Lihat keadaan koana dan septum nasi posterior.
Kaca tersebut diputar sedikit ke lateral untuk melihat keadaan konka inferior, media, superior,
serta meatus nasi inferior dan media.
Kaca diputar lebih ke lateral lagi untuk memeriksa torus tubarius dan fossa Rosenmuller.
Hal yang sama dilakukan untuk melihat sisi yang berlawanan.
Keluarkan kaca nasofaring dan spatula lidah secara bersamaan dari rongga mulut.
PEMERIKSAAN FARING DAN RONGGA MULUT
Pasang lampu kepala dan diarahkan ke rongga mulut
Nilai keadaan bibir, mukosa ronga mulut, lidah dan gerakan lidah
Pegang spatula lidah dengan tangan kiri
Tekan bagian tengah lidah dengan memakai spatula lidah
Nilai rongga mulut, dinding belakang faring, uvula, arkus faring, tonsil, mukosa pipi, gusi
dan gigi
Keluarkan spatula lidah dari rongga mulut
Palpasi daerah rongga mulut untuk menilai apakah ada massa tumor, kista, dan lain-lain.
22
III. RUJUKAN
1. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi
Keenam, Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2007
23
PENGAMATAN
Ya
Tidak
24
25
27
SL.V. SSS.2- SL 3
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN FISIK LEHER
Emir Taris Pasaribu
I. PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisik leher merupakan pemeriksaan fisik standar yang harus dapat
dilakukan dengan benar oleh seorang dokter. Kelainan di leher dapat berupa kelainan bawaan,
infeksi, neoplasma dan metabolisme.
Benjolan di leher dapat disebabkan oleh :
di bagian tengah :
- goiter
- thyroglossal cyst
- submental limph nodes
- parathyroid gland
di bagian Lateral : - lymph nodes
salivary glands
skin, sebaceous cyst or lipoma
lymphatics, cystic hygroma
carotid artery, aneurysma, tumours
pharynx, branchiogenic cleft cyst.
28
29
Keterangan
Introduksi
pada kelas besar (terdiri dari 45 Narasumber
mahasiswa). Narasumber menjelaskan
beberapa
kelainan yang sering ditemukan dileher, insiden,
lokasi dan karakteristik.
10 menit
10 menit
20 menit
90 menit
IV.1.PELAKSANAAN
4.1.
Mahasiswa dibagi dalam kelompok besar 45 mahasiswa dan kecil 9 orang.
Kelompok besar dipimpin nara sumber dan kelompok kecil dipimpin instruktur.
4.2.
Cara pelaksanaan kegiatan:
- Instruktur melakukan choacing selama 20 - 30 menit, beberapa mahasiswa
melakukan pemeriksaan simulasi dibimbing instruktur dan peserta lain dapat
melakukan pengamatan.
- Menggunakan pasien simulasi , mahasiswa.
Ditunjuk seorang mahasiswa untuk melakukan pemeriksaan. Mahasiswa lainnya
bertugas sebagai pengamat.
Setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan.
30
4.3.
Waktu pelaksanaan
- Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit.
- Disesuaikan dengan jadwal mahasiswa semester V.
4.4.
Tempat pelaksanaan
Ruang skills lab lantai 3
IV.2. SARANA YANG DIBUTUHKAN:
- meja 1 buah
- kursi 3 buah
- alat tulis
- pasien simulasi (mahasiswa)
- segelas air
- jangka sorong
V. RUJUKAN
1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking. 9th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins ; 2007
2. Talley NJ, OConnor S, Clinical Examination, A Systematic Guide to physical
diagnosis, 2 Ed, APAC Asian Edition, Singapore ; 1992
PENGAMATAN
Ya
Tidak
I. PERKENALAN
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri.
2. Mempersilahkan pasien duduk
3. Menanyakan nama, umur, pekerjaan, alamat.
4. Menanyakan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan
pemeriksaan.
5. Meminta persetujuan
II. PERSIAPAN
1. penderita dalam posisi duduk.
2. pemeriksa sudah melakukan cuci tangan
3. tersedia segelas air.
III. INSPEKSI
1. penderita duduk dan posisi kepala sedikit ekstensi
2. pemeriksa berada didepan penderita.
3. Memperhatikan apakah ada perubahan warna kulit
4. Memperhatikan apakah ada ulkus, fistel, sekret dan
tentukan lokasi.
5. Memperhatikan apakah ada benjolan, bila ada tentukan
lokasi, jumlah dan bentuk.
6. Bila lokasi benjolan di bagian tengah, penderita disuruh
meneguk air dan perhatikan apakah benjolan bergerak
keatas.
IV. PALPASI
31
32