KETOASIDOSIS DIABETIKUM
Oleh:
Preseptor:
dr. Riri Dwi Pinta Sari, Sp.A
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Metode Penelitian 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Definisi 3
2.2 Epidemiologi 3
2.3 Patofisiologi 4
2.4 Peranan Hormon 6
2.5 Diagnosis 7
2.6 Tatalaksana 8
2.7 Komplikasi 10
2.8 Prognosis 10
2.9 Pencegahan 10
BAB 3 LAPORAN KASUS
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
dari seluruh kematian karena KAD). Angka kematian akibat KAD di Amerika
antara 15% dan 67% di Eropa dan Amerika Utara dibandingkan dengan negara-
negara berkembang. KAD sering terjadi sebagai presentasi klinis awal pasien
DMT1, namun tidak jarang pula terjadi pada pasien yang sudah terdiagnosis
DMT1. Pada pasien DMT1, KAD terjadi umumnya akibat tidak diberikannya
peningkatan produksi glukosa oleh di hepar dan ginjal serta gangguan penggunaan
biokimia untuk diagnosis KAD meliputi giperglikemia (kadar gluksa dalam darah
> 11 mmol/L [N > 200 mg/dL]), disertai pH vena < 7,3 dan atau bikarbonat < 15
v
1.2 Batasan Masalah
Laporan kasus ini membahas definisi, epidemiologi, patofisiologi, diagnosis,
tatalaksana, komplikasi, prognosis dan pencegahan dari ketoasidosis diabetikum.
vi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan oleh penurunan insulen efektif di
sirkulasi yang disertai peningkatan hormon regulator kontra seperti glukagon,
katekolamin, kortisol dan hormon pertumbuhan. Ketoasidosis diabetik (KAD)
adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak penderita diabetes
mellitus tipe 1 (DMT1). Hal ini menyebabkan peningkatan produksi glukosa oleh
hati dan ginjal serta gangguan penggunaan glukosa perifer dengan akibat terjadi
hiperglikemia dan hiperosmloallitas. Peningkatan lipolisis disertai produksi benda
keton (beta-hidroksibutirat-asetoasetat) menyebabkan ketonemia dan asidosis
metabolik. Hiperglikemia dan asidosis metabolik menyebabkan diuresi osmotik
dan hilangnya elektrolit. Kriteria biokimia untuk diagnosis KAD meliputi
giperglikemia (kadar gluksa dalam darah > 11 mmol/L [N > 200 mg/dL]), disertai
pH vena < 7,3 dan atau bikarbonat < 15 mmol/L. Terdapat juga glukosuria,
ketonuria dan ketonemia.1
2.2 Epidemiologi
Mortalitas terutama berhubungan dengan terjadinya edema serebri
antar negara berkisar antara 15% dan 67% di Eropa dan Amerika Utara
presentasi klinis awal pasien DMT1, namun tidak jarang pula terjadi pada pasien
yang sudah terdiagnosis DMT1. Pada pasien DMT1, KAD terjadi umumnya aibat
tidak diberikannya suntukan insulin atau karena terapi insulin yang tidak adekuat.
Risiko KAD pada DM Tipe 1 terdianosis sebesar 1-10 / 100 pasien dalam 1 tahun.
pada kelompok anak usia < 10 tahun. Angka kematian KAD sebesar 0,15 – 0,3
vii
%.1,3
tipe-1 pada anak dan remaja meningkat sekitar tujuh kali lipat dari 3,88 menjadi
28,19 per 100 juta penduduk pada tahun 2000 dan 2010. Data tahun 2003-2009
tipe 1 (60%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (28,6%).4 Pada tahun 2017, 71%
Diabetikum (KAD), meningkat dari tahun 2016 dan 2015, yaitu 63%.2,4
2.3 Patofisiologi
KAD adalah suatu keadaan dimana terdapat defisiensi insulin absolut atau
hepar meningkat dan utilisasi glukosa oleh sel tubuh menurun dengan hasil akhir
berat-ringan KAD. Adapun gejala dan tanda klinis KAD dapat dikelompokkan
peningkatan produksi benda keton dan asam lemak bebas secara berlebihan.
Akumulasi produksi benda keton oleh sel hepar dapat menyebabkan metabolik
viii
asidosis. Benda keton utama adalah asam asetoasetas (AcAc) dan 3-beta-hidroksi-
butirat (3HB), dalam keadaan normaal kadar 3HB meliputi 75 – 85% dan aseton
darah merupakan benda keton yang tidak begitu penting. Meskipun sudah tersedia
bahan bakar tersebut sel-sel tubuh masih tetap lapar dan terus memproduksi
glukosa.1
Asidosis (ketosis)
Diuresis osmotik
Hipovolemia
Dehidrasi
lipolisis pada sel lemak sehingga menenkan pembentukan asam lemak bebas,
melalui siklus Krebs dalam mitokondria sel. Melalui proses oksidasi tersebut akan
dihasilkan adenin trifosfat (ATP) yang merupakan sumber energi utama sel.
ix
bebas, hiperglikemia, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam-basa dapat
Pada KAD terjadi defisiensi insulin absolut atau relative terhadap hormon
suplai insulin endogen atau eksogen yang berkurang. Defisiensi aktivitas insulin
tersebut, menyebabkan 3 proses patofisiologi yang nyata pada 3 organ, yaitu sel-
sel lemak, hepar dan otot. Perubahan yang terjadi terutama melibatkan
acyl transferase (CPT 1 dan 2) yang bekerja pada transfer asam lemak bebas ke
oksidasi beta asam lemak dan ketogenesis. Pada pasien DM tipe 1, kadar
glukagon darah tidak teregulasi dengan baik, bila kadar insulin rendah maka kadar
x
lebih meningkat lagi dengan pemberian insulin. Keadaan stress sendiri
KAD. Sekali proses KAD terjadi maka akan terjadi stress metabolik
berkepanjangan.
2.5 Diagnosis1,4,6
2.5.1 Anamnesis
gangguan turgor kulit), nafas berbau asam, mual, muntah dan rasa sakit di perut,
pola pernafasan dalam dan cepat, merasa sangat lemah dan mengantuk. Selain itu
gambaran klinis pada KAD juga terdapat keluhan poliuri, polidipsi dan polifagi
deman atau infeksi. Dapat pula dijumpai nyeri perut yang menonjol dan hal itu
delirium atau depresi sampai koma. Bila dijumpai kesadaran koma maka perlu
infeksi).
glukosa darah dengan glucose sticks dan pemeriksaan urin dnegan menggunakan
strip urin untuk melihat secara kualitatif jumlah glukosa, keton, nitrat dan leukosit
xi
dalam urin. Pemeriksaan laboratorium lengkap untuk dapat menilai karakteristik
dan tingakt keparahan KAD meliputi kadar HCO3, Anion Gap, pH darah dan juga
2.6 Tatalaksana4,7
1. Rehidrasi
mEq/kgBB/jam.
2. Pemberian Insulin
a. Berikan insulin per dri secara kontinu (tanpa bolus) dengan dosis
xii
b. Monitor kadar gula darah tiap jam selama 4 jam pertama,
tetap dengan short acting insulin, bila penderita sadar penuh, gula
darah 120 – 180 mg/dL dan pH darah > 7,35 serta HCO3 ≥ 15
mEq/L
3. Diet / Nutrisi
per oral.
c. Nutrisi dibagi 20% - 25% - 25% untuk makan utama dan 3x snack
masing-masing 10%
4. Edukasi
tipe 1.
xiii
c. Penyuluhan tentang insulin, cara penyuntikan, monitoring gula
2.7 Komplikasi
Komplikasi edema serebri umumnya terjadi 4 – 12 jam setelah terapi dimulai,
meski dapat pula terjadi sebelum diberi terapi atau timbul lebih lambat. Keluhan
dan gejala edema serebri bervariasi meliputi nyeri kepala, penurunan atau
perburukan bertahap dari tingkat kesadaran, penurunan denyutt nadi yang tidak
sesuai dan peningkatan tekanan darah.
2.8 Prognosis
Prognosis baik bila tidak ada komplikasi dan penanganan dilakukan dengan
cepat dan tepat dalam menangani kasus KAD pada anak.3
2.9 Pencegahan
Pencegahan deteksi dini kejadian ketoasidosis diabetik melalui kewaspadaan
kasus diabetes mellitus dengan gejala khas 3P (polidipsi, poliuri, polifagi) disertai
penurunan berat badan atau edukasi agar tidak menghentikan terapi insulin bagi
penderita DMT1.3
xiv
xv
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : An. AAT
Umur : 14 tahun / 27 Juni 2007
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Agam
Agama : Islam
Nomor MR : 01.11.41.65
Keluhan Utama:
Sesak nafas yang meningkat sejak 13 jam sebelum masuk IGD RSUP Dr.
M. Djamil.
xvi
- Anak sering buang air kecil sejak 4 hari sebelum masuk RS, jumlahnya lebih
dari 10x per hari. Warna urin biasa, tidak nyeri saat berkemih dan tidak ada
darah.
- Riwayat batuk tidak ada, riwayat demam ada sejak 4 hari sebelum masuk RS,
tidak tinggi dan tidak menggigil.
- Riwayat perjalanan keluar kota dan riwayat berkontak dengan pasien
terkonfirmasi COVID-19 tidak ada.
- Anak merupakan rujukan dari RS Swasta di Bukittingi dengan diagnosis
Ketoasidosis Diabetikum ec Diabetes Melitus baru dikenal, sudah mendapat
terapi oksigen nasal 2 LPM, drip NaCL 0,9% 2 kolf, drip insulin dalam NaCl
0,9% 50 cc kecepatan 2,3 cc/jam , IVFD D5 ½ NS + KCl 10 cc kecepatan 35
cc/jam dan Ceftriaxone injeksi 1,2 gr.
Riwayat Persalinan :
Anak pertama, lahir secara spontan, ditolong oleh bidan, cukup bulan (37
minggu), berat badan lahir 3000 gram, panjang badan lahir 50 cm, langsung
menangis kuat.
Riwayat Nutrisi:
- ASI sampai usia 2 tahun
- Susu formula diberikan dari 2 tahun sampai 5 tahun
- Buah / Biskuit diberikan sejak usia 6 bulan.
- Nasi tim/bubur dari usia 6 bulan- 2 tahun
- Makanan biasa 2 tahun sampai sekarang, frekuensi 3 x sehari menghabiskan 1
porsi
xvii
Daging 1 x/minggu
Ikan 6 x/minggu
Telur 2 x/minggu
Sayur 3 x/minggu
Buah 5 x/minggu
Kesan minuman dan makanan: kualitas dan kuantitas cukup.
Riwayat Imunisasi:
- BCG : 0 bulan
- DPT : 1. 2 bulan
2. 3 bulan
3. 4 bulan
- Polio : 1. 2 bulan
2. 3 bulan
3. 4 bulan
- HiB : belum
- Hepatitis B : 1. 2 bulan
2. 3 bulan
3. 4 bulan
- Campak : 9 bulan
Kesan : Riwayat imunisasi dasar lengkap
xviii
Tengkurap : 3 bulan
Duduk : 5 bulan
Merangkak : 6 bulan
Berdiri : 7 bulan
Membaca : 12 bulan
Presetasi di sekolag : baik
Kesan: Riwayat perkembangan normal
Riwayat Keluarga
Ayah Ibu
Nama S N
Umur 42 tahun 40 tahun
Pendidikan D3 S1
Pekerjaan Wiraswasta Guru
Penghasilan Rp 3.000.000 Rp 3.000.000
Perkawinan 1 1
Penyakit yang pernah diderita DM tipe 2 -
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : composmentis kooperatif (E4M6V5)
Tekanan darah : 102/75 mmHg
Nadi : 120 x/menit
Napas : 40 x/menit
Suhu : 38oC
Sianosis : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Anemis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Tinggi badan : 165 cm
Berat Badan : 45 kg
xix
BB/U : 90 %
TB/U : 100 %
BB/TB : 86 %
Status Gizi : gizi baik
Pemeriksaan Khusus:
Kulit : teraba hangat, tidak edema, tidak sianosis, tidak ikterik
KGB : tidak teraba pembesaran KGB
Kepala : bulat, simetris, normocephal
Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/- ,
pupil isokor diameter 2 mm/2mm, refleks cahaya +/+ normal
Telinga : tidak ditemukan kelainan
Hidung : napas cuping hidung tidak ada
xx
Mulut : mukosa mulut dan bibir basah.
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tidak hiperemis
Leher : Tidak ditemukan pembesaran KGB maupun kelainan
Thoraks:
Paru:
Inspeksi : normochest, simetris, retraksi tidak ada
Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung:
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : irama reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada.
Abdomen:
Inspeksi : distensi tidak ada
Palpasi : supel, hepar tidak tereaba, lien S
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Punggung : tidak ditemukan kelainan
Alat kelamin : tidak dilakukan pemeriksaan
Anus : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler <2 detik, edema tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
Hematologi Lengkap Nilai Normal
- Hb : 15,8 g/dl 9,6 - 15,6
- Leukosit : 20.710/mm3 5,5 - 17,5
xxi
- Total protein : 5,6 6,6 – 8,7
- Albumin : 4,1 3,8 – 5
Daftar Masalah
- Sesak nafas
- Hipertermia
- Hiperglikemia
Diagnosis Kerja
Diagnosis Utama : Ketoasidosis Diabetikum
Diagnosis Sekunder : Suspek DM Tipe 1 dd/ DM Tipe 2
Tatalaksana
Kegawatdaruratan
o O2 6 LPM via RM
o IVFD NaCL 0,9% 6 jam / kolf
Medikamentosa
o Inj. Ceftriaxone 2 x 1,2 gr IV
xxii
o PCT 3 x 500 mg PO
o Koreksi Bicnat 140 mEq dalam 700 cc Nacl 0,9 % habis 3 jam
o Insulin drip IV 0,5 ml dalam 50 cc NaCl 0,9 % dijalankan 2,5
cc/jam
Edukasi
o Menjelaskan mengenai penyakit pasien
o Menjelaskan kepada orang tua mengenaipemeriksaan rutin gula
darah dan pemberian insulin beserta dosisnya
o Menjelaskan mengenai keteraturan berobat
xxiii
BAB 4
PEMBAHASAN
xxiv
ketonuria pada anak. .....
Oleh karena itu, pada anak dalam keadaan gawat darurat diberikan O2 6 LPM
via RM, IVFD NaCL 0,9% 6 jam / kolf, Inj. Ceftriaxone 2 x 1,2 gr IV, PCT 3 x
500 mg PO, koreksi Bicnat 140 mEq dalam 700 cc Nacl 0,9 % habis 3 jam,
insulin drip IV 0,5 ml dalam 50 cc NaCl 0,9 % dijalankan 2,5 cc/jam. ......
xxv
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pasien adalah seorang anak laki-laki berusia 14 tahun.
2. Dasar diagnosis pada pasien ini adalah hiperglikemia, asidosis metabolik.
3. Pemeriksaan laboratorium pada pasien ini menunjukkan hasil leukositosis,
hiperglikemia (GDS 421 mg/dL), Ketonuria (Badan Keton +3) dan Analisis
Gas Darah (pH 7,14).
4. Tatalaksana yang diberikan pada pasien ketika keadaan gawat darurat
diberikan O2 6 LPM via RM, IVFD NaCL 0,9% 6 jam / kolf. Selain itu juga
diberikan Ceftriaxone injeksi 2 x 1,2 gr, PCT 3 x 500 g PO, koreksi Bicnat
140 mEq 50 cc NaCl 0,9% habis 3 jam dan insulin drip IV 0,5 ml dalam 50
cc NaCl 0,9 % dijalankan 2,5 cc / jam.
5.2 Saran
1. Lakukan pemeriksaan gula darah secara rutin untuk mewaspadai keadaan
hipo/hiperglikemia.
2. Pemberian insulin secara teratur untuk mengontrol gula darah.
xxvi
DAFTAR PUSTAKA
1. Panji IPAS dr SAK, Sulaiman MV. Ketoasidosis Diabetikum. 2016. p. 1–
21.
2. Pulungan AB, Annisa D, Imada S, Kedokteran F, Indonesia U, Pulungan
AB, et al. Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak : Situasi di Indonesia dan
Tata Laksana. 2019;20(6):393–400.
3. Universitas Sebelas Maret. Ketaosidosis Diabetik. 2017. p. 1–16.
4. Tridjaja B dr S. (K) MP, Pulungan AB dr S. (K). Konsensus Nasional
Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 1. 2009.
5. Type 1 diabetes in adults : diagnosis and management. Natl Inst Heal Care
Excell. 2021;(December 2020):1–50.
6. Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Ketoasidosis Diabetik. 2011.
7. National Health Service. Paediatric Management of Diabetic Ketoacidosis
(DKA). 2016.
xxvii
LAMPIRAN
1
2
3