Anda di halaman 1dari 51

Skenario 1

Tutor
dr.Ave Olivia Rahman, M. Sc

Anggota Kelompok 2A

Deny Alfian Nurrachim G1A112050


Dwika Nenti Lestari G1A113071
Kurnia Sari G1A113108
Deby Tri Lestari G1A114026
Jaffar Sidiq G1A114029
Nadia Emilda G1A115008
Denanda Rahayu G1A115009
Anisa Rebeca Fitri G1A115010
Desri Zelfian Putra G1A115011
Daisy Ratna Yahdini G1A115012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018

1
Skenario
Anak K, laki-laki usia 2 tahun, BB 12 kg, TB 89 cm dibawa ibunya ke poli
umum karena hingga saat ini belum dapat bicara dengan lancar. Anak K tidak mampu
mengucapkan kalimat, ia hanya dapat mengucapkan beberapa kata dan belulm
menyebutkannya secara jelas. Anak K merespon ketika dipanggil atau diajak bicara.
Perkembangan anak K yang lainnya sesuai dengan perkembangan anak-anak
seumurnya. Anak K lahir cukup bulan, melalui persalinan normal, dengan berat badan
lahir 3500 gram dan panjang badan 49 cm. Tidak ada kelainan pada ibu selama hamil.
Ibu khawatir akan kondisi anak K saat ini, ia mengira anaknya saat ini menderita
autisme. Dokter yang memeriksa pun melakukan pemeriksaan tumbuh kembang pada
anak K.

2
Klarifikasi Istilah

1. Perkembangan
Bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematangan/maturitas 1

2. Pertumbuhan
Perubahan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.1

3. Autisme
Gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya
gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku,
komunikasi dan interaksi sosial.1

3
Identifikasi Masalah
1. Apa makna klinis Anak K, usia 2 tahun dengan berat badan 12 kg dan tinggi
badan 89 cm?
2. Mengapa Anak K dengan kemampuan bicaranya yang belum lancar?
3. Apa makna klinis Anak K merespon ketika dipanggil atau diajak bicara?
4. Bagaimana tahapan-tahapan perkembangan anak?
5. Apa jenis dan ciri gangguan pertumbuhan pada anak?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada anak?
7. Apa saja tanda-tanda bahaya pada perkembangan anak?
8. Apa saja penyakit gangguan perkembangan pada anak?
9. Apa hubungan riwayat persalinan dan riwayat lahir Anak K dengan kemampuan
bicaranya yang belum lancar?
10. Jelaskan mengenai autisme?
11. Apa perbedaan perkembangan anak normal dan anak autism?
12. Bagaimana mendiagnosis anak yang menderita autisme?
13. Bagaimana memeriksa tumbuh kembang pada anak?
14. Bagaimana alur diagnosa yang akan dilakukan?

4
Brainstorming

1. Apa makna klinis Anak K, usia 2 tahun dengan berat badan 12 kg dan tinggi
badan 89 cm?
Jawaban :
Berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), status gizi anak K
termasuk ke dalam kategori normal.

2. Mengapa Anak K dengan kemampuan bicaranya yang belum lancar?


Jawaban :
Pada anak usia 2 tahun dari segi bahasa, anak baru bisa menggabungkan 2 kata dan
ucapannya sudah bisa dimengerti.

3. Apa makna klinis Anak K merespon ketika dipanggil atau diajak bicara?
Jawaban :
Makna klinis dari anak merespon saat dipanggil dan diajak bicara merupakan
petunjuk untuk menyingkirkan dugaan autis serta untuk keterlambatan bicara masih
dianggap normal karena pada dasarnya anak usia 2 tahun memang hanya dapat
mengucapkan beberapa kata saja.

4. Bagaimana tahapan-tahapan perkembangan anak?


Jawaban :
Tahapan perkembangan anak seharusnya sesuai dengan usia, yaitu meliputi motorik
kasar, motorik halus dan adaptif, personal sosial, bahasa, serta kognitif lainnya.

5. Apa jenis dan ciri gangguan pertumbuhan pada anak?


Jawaban :
Jenis gangguan : terlambat bicara,terlambat berjalan, autism
Ciri : anak terlihat kecil, masalah mental, masalah sosial, keterlambatan
karakteristik seksual.
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada anak?
Jawaban :
a. Faktor Internal

5
 Ras/Etnik
 Keluarga
 Umur
 Jenis kelamin
 Kelainan genetic
 Kelainan kromosom
b. Faktor Eksternal
 Prenatal
 Persalinan
 Pascanatal

7. Apa saja tanda-tanda bahaya pada perkembangan anak?
Jawaban :
a. Tanda bahaya perkembangan motor kasar
b. Tanda bahaya gangguan motor halus
c. Tanda bahaya bicara dan bahasa (ekspresif)
d. Tanda bahaya bicara dan bahasa (reseptif)
e. Tanda bahaya gangguan sosio-emosional
f. Tanda bahaya gangguan kognitif

8. Apa saja penyakit gangguan perkembangan pada anak?


Jawaban :
a. Autisme
b. ADHD (Attention Deficyte Hyeractivity Disorders)
c. Sindrom down
d. Retardasi mental
e. Cerebral palsy
f. Gangguan bicara dan bahasa
g.
9. Apa hubungan riwayat persalinan dan riwayat lahir Anak K dengan kemampuan
bicaranya yang belum lancar?
Jawaban :

6
Riwayat persalinan yang jelek (BBLR, premature) merupakan suatu faktor resiko
terjadinya gangguan pada tumbuh kembang anak di kemudian hari.
10. Jelaskan mengenai autisme?
Jawaban :
Terdapat berbagai macam faktor penyebab dari autisme, antara lain faktor
psikososial, faktor biologis meliputi faktor prenatal, faktor natal, dan faktor post-
natal.Gejala dari autisme adalah meliputi gangguan komunikasi, gangguan
interaksi sosial, gangguan persepsi sensoris, gangguan perilaku, gangguan
emosional.

11. Apa perbedaan perkembangan anak normal dan anak autisme?


Jawaban :
Perbedaan Perkembangan Anak Autis dan Anak Normal di Usian 2 Tahun (24

bulan).

Aspek Perkembangan Anak Normal Anak Autisme

a. Kadang – kadang 3-5 kata a. Biasanya kurang dari 15 kata.


digabung (ucapan yang bersifat
b. Kata – kata muncul, kemudian
“telegrafik”
b. Bertanya pertanyaan yang hilang.
sederhana (misalnya, mana
c. Bahasa tubuh tidak berkembang;
papa?pergi?)
c. Menggunakan kata “ini” sedikit menunjuk pada benda.
Bahasa dan Komunikasi
disertai perilaku menunjuk
d. Menyebut diri sendiri dengan
nama dan bukannya “saya”
e. Tidak dapat mempertahankan
topik pembicaraan
f. Bisa dengan cepat
membalikkan kata – kata ganti
a. Masa bermain dengan teman a. Biasanya membedakan orang tua
sebaya singkat dari orang lain, tapi sangat
b. Permainan dengan teman sedikit afeksi yang diekspresikan
sebaya lebih banyak b. Mungkin memeluk dan
melibatkan gerakan kasar mencium sebagai gerakan tubuh
Interaksi Sosial
(misalnya, bermain kejar – yang otomatis ketika diminta
kejaran) daripada berbagi c. Tidak acuh terhadap orang
mainan dewasa selain orang tua
d. Mungkin mengembangkan
ketakutan yang besar

7
e. Lebih suka menyendiri
a. Sering menerapkan permainan
pura – pura dengan boneka,
mainan binatang (misalnya
memberi makan boneka)
b. Perilaku pura – pura tidak
terbatas pada kegiatan sehari –
hari (misalnya pura – pura

Imajinasi menyetrika). Rangkaian Tidak ada


perilaku pura – pura
berkembang (memberi makan
boneka, menimang, dan
membaringkannya di tempat
tidur). Berpura – pura main
tembak – tembakan dengan
benda yang ada

12. Bagaimana mendiagnosis anak yang menderita autisme?


Jawaban :
Untuk skrining pada anak yang dicurigai autis dapat menggunakan CHAT atau
Checklist for Autism in Toddlers yang digunakan untuk anak berusia hingga 6
tahun.
Untuk menetapkan diagnosis gangguan autism para klinisi sering menggunakan
pedoman DSM IV.Gangguan Autism didiagnosis berdasarkan DSM-IV.

13. Bagaimana memeriksa tumbuh kembang pada anak?


Jawaban :
a. Pertumbuhan
Cara memantau pertumbuhan dapat dengan menggunakan KMS
b. Perkembangan
 Skrining perkembangan DENVER II
 Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
 Buku Pedoman Pembinaan Perkembangan Anak di Keluarga
 Kuesioner Skrining Perilaku Anak Prasekolah (KSPAP)

8
 Pediatric Symptom Checklist (PSC)
 Checklist for Autism in Toddlers (CHAT)
 Tanyakan daya perndengaran dengan Tes Daya Dengan dan daya
penglihatan dengan Tes Daya Lihat

14. Bagaimana alur diagnosa yang akan dilakukan?


Jawaban :
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang

9
Analisis Masalah

1. Apa makna klinis Anak K, usia 2 tahun dengan berat badan 12 kg dan tinggi
badan 89 cm?2
Jawaban :
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010
tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, anak laki-laki di usia 2
tahun atau 24 bulan dikatakan gizi baik jika:
Berat Badan : 9,7 kg - 15,3 kg
Tinggi Badan : 81,7 cm – 93,9 cm
Anak K di usia 2 tahun memiliki BB 12 kg dan TB 89 cm, sehingga anak K
termasuk ke dalam kategori gizi baik.

2. Mengapa Anak K dengan kemampuan bicaranya yang belum lancar?3


Jawaban :
Bahwa pada anak usia 2 tahun atau 24 bulan, dalam tahapan perkembangan pada
anak dari segi bahasa, anak baru bisa menggabungkan 2 kata, menunjuk
gambar,mengenal bagian tubuh. Sedangkan untuk mengucap kalimat yang terdiri
dari 3 kata biasanya dapat dilakukan saat anak menginjak usia 3 tahun.

3. Apa makna klinis Anak K merespon ketika dipanggil atau diajak bicara?4
Jawaban :
Makna klinis dari anak merespon saat dipanggil dan diajak bicara merupakan
petunjuk untuk menyingkirkan dugaan autis seperti yang diguga oleh orang tua
An.K , dimana gejala dari autisme itu sendiri terdiri dari :
1. Gangguan komunikasi
 Terlambat bicara
 Bahasa planet/ bahasa yang tidak dapat dimengerti
 Meniru / membeo (ekolalia)
 Meniru kata-kata / nyanyian tanpa tahu artinya
2. Gangguan interaksi sosial
 Menolak / menghindar bertatap mata

10
 Tidak menoleh bila dipanggil
 Sering menolak bila dipeluk
 Tidak ada usaha melakukan interaksi dgn orang lain, asyik main
sendiri
 Bila didekati malah menjauh
3. Gangguan prilaku
 Hiperaktifitas motorik  tidak bisa diam, lari tak terarah,
melompat, berputar, memukul benda-benda.
 Hipoaktifitas motorik  duduk diam bengong, bermain monoton,
kurang variatif, diulang-ulang, terpaku oleh sesuatu hal.
4. Gangguan emosional
 Tidak ada / kurang empati
 Tertawa sendiri, menangis / marah tanpa sebab yang nyata
 Tempertantrum, agresif, destruktif
5. Gangguan Persepsi sensoris
 Mendengar suara keras langsung menutup telinga
 Tidak suka rabaan / pelukan
 Tidak nyaman memakai pakaian dari bahan kasar.

Dilihat dari gejala autisme diatas tidak ditemukan pada An.K yang
mengarah pada autisme, untuk keterlambatan bicara masih dianggap normal
karena pada dasarnya anak usia 2 tahun memang hanya dapat mengucapkan
beberapakata saja.

4. Bagaimana tahapan-tahapan perkembangan anak?5


Jawaban :
Tahapan Perkembangan
Usia Motorik Kasar Motorik Halus Personal-Sosial Bahasa Kognitif
dan Adaptif lainnya
2 Kepala bergeser Mengenal wajah Waspada
minggu ke kanan dan ke terhadap
kiri bunyi bel
2 bulan Mengangkat Mengikuti benda Tersenyum Cooing
bahu saat melewati garis sebagai bentuk Mencari

11
tengkurap tengah respon sumber suara
menggunaka
n mata
4 bulan Mengangkat Mencari obyek Melihat tangan Tertawa dan
tangan Raking grasp Mulai bermain menangis
Tengkurap dengan mainan
Tidak dijumpai
headlag jika
ditarik dari
posisi tidur
terlentang
6 bulan Duduk sendiri Memindahkan Bisa memberi Mengoceh
obyek dari makan diri
tangan ke tangan sendiri
Memegang botol
9 bulan Mulai belajar Mulai pincer Bisa melambai Bilang dada
berdiri grasp bye-bye and mama,
Dapat duduk Mempertemukan Memainkan pat- tapi tidak
sendiri 2 balok a-cake spesifik
Mengucapka
n dua suku
kata
12 Berjalan Memasukkan Minum dari Bilang mama
bulan Bangkit dan balok dalam gelas dan papa
berdiri cangkir Meniru spesifik
gerakanorang Mengucapka
lain n1-2 kata
yang lainnya
15 Berjalan Mulai mencorat Menggunakan Mengucapka
bulan mundur coret sendok dan n 3-6 kata
Menyusun dua garpu Mengikuti
balok secara Membantu perintah
vertikal pekerjaan rumah
18 Lari Menyusun 4 Melepas baju Mengucapka
bulan balok vertikal “memberi n paling tidak
Menendang bola makan” boneka 6 kata
2 tahun Naik dan turun Menyusun 6 Mencuci tangan Menunjuk Mengerti
tangga balok Menggosok gigi gambar konsep
Melempar Meniru garis Belajar memakai Menggabung hari ini
melewati kepala baju kan 2 kata
Mengenal
bagian tubuh
3 tahun Berjalan secara Menyusun 8 Menggunakan Mengenal Mengerti
bergantian balok vertikal sendok dengan gambar konsep
Lompat baik 75% “besok”
Memakai kaos bicaranya dan
dimengerti “kemarin
oleh orang ”

12
lain
4 tahun Mampu Meniru bentuk Menggosok gigi Menyebut
menjaga O, mungkin + tanpa bantuan warna
keseimbangan Menggambar Memakai baju Mengerti kata
atu sama lain orang, yang tanpa bantuan sifat
Berdiri pada terdiri dari 3
satu kaki bagian
5 tahun Skipping Meniru bentuk Menghitung
Berjalan jinjit ▀ Mengerti
dan berjalan kebalikan
dengan tumit
6 tahun Berdiri satu Meniru bentuk ∆ Memahami Mulai
kaki selama 6 Menggambar kata mengerti
detik orang yang konsep
terdiri dari 6 “kanan”
bagian dan “kiri”

5. Apa jenis dan ciri gangguan pertumbuhan pada anak?6


Jawaban :

Jenis Gangguan Tumbuh Kembang Anak

1. Gangguan keterlambatan bicara

Ketika anak yang seusia sudah mulai bicara dan anak Anda belum bicara maka
ini bisa menjadi salah satu gangguan tumbuh kembang anak. Kondisi ini berarti
bahwa anak memang gagal untuk berkomunikasi baik dengan cara bicara,
memahami perintah atau cara komunikasi yang lain. Anda bisa mengamati anak
bila memang sudah tertinggal dari teman lain yang seusia.

2. Gangguan terlambat berjalan

Ketika anak sudah berusia 8 bulan atau lebih maka seharusnya anak sudah mulai
untuk belajar berjalan. Tapi ketika pada usia tersebut anak masih belum
menunjukkan tanda tanda untuk belajar berjalan atau terlihat lemah maka anak bisa
mengalami gangguan pertumbuhan. Ketika masalah ini terjadi hingga usia anak
sampai 18 bulan maka anak termasuk terlambat berjalan. Ketika usia anak sudah
lebih dari 18 bulan dan tidak ingin belajar berjalan maka ini kondisi yang sangat
mengkhawatirkan.

13
3. Autisme

Gangguan autisme juga termasuk salah satu jenis gangguan tumbuh kembang
anak. Kondisi ini bisa menyebabkan anak sulit untuk memahami situasi, sulit untuk
bicara, tindakan emosional yang berlebihan dan terkdang bisa membuat anak
mengalami gangguan yang kompleks. Gangguan ini juga bisa mendorong masalah
sistem neurologis yang akan membuat anak sulit untuk berkomunikasi dan interaksi
dengan sosial.

4. Cerebral palsy

Cerebral palsy merupakan sebuah gangguan yang terjadi sejak janin masih
berada dalam rahim dan bisa dideteksi dalam pemeriksaan kehamilan. Kelainan ini
akan menyebabkan anak mengalami masalah gerakan, perlambatan pertumbuhan,
cacat fisik dan pertumbuhan sistem motorik yang tidak normal. Anak juga bisa
menjadi sangat terlambat terutama untuk mengusai beberapa keahlian dasar dan
keterampilan hidup.

5. Sindrom Down

Kondisi sindrom down termasuk salah satu kondisi yang sering menyebabkan
anak memiliki pertumbuhan yang lambat. Kondisi kelainan ini juga sudah terjadi
sejak dalam kandungan dimana sel kromosom 46 sering membelah dan
menggandakan diri namun menjadi tidak sempurna. Akibatnya bisa merusak
kemampuan sel motorik tubuh, kemampuan perkembangan tubuh dan juga masalah
cacat tubuh. Anak juga bisa lahir dengan beberapa penyakit bawaah seperti
kelainan jantung dan jenis cacat kongenital lain.

6. Gangguan perawakan pendek

Jenis gangguan lain adalah perawakan pendek dimana anak-anak tumbuh


menjadi pendek dan tidak memiliki perkembangan yang cukup baik. Kondisi ini
bisa menyebabkan anak terlihat tidak normal karena bentuk tubuh yang memang
lebih kecil. Ada beberapan penyebab kondisi ini termasuk kekurangan gizi,
gangguan genetik, kelainan kromosom, masalah sistemik dan juga kelainan

14
endokrin. Tidak ada cara untuk mengatasi ini sehingga anak harus mendapatkan
terapi sejak dini.

Ciri-Ciri Gangguan Tumbuh Kembang Anak

1. Fisik anak terlihat lebih kecil

Gangguan pertumbuhan anak akan sering terlihat dengan masalah pertumbuhan


anak. Anak terlihat tidak memiliki berat badan yang baik sehingga anak terlihat
lebih kecil dari anak lain yang usianya sama. Kemudian masalah ini juga akan
berhubungan dengan masalah lain seperti tinggi badan yang tidak ideal, lingkar
kepala yang tidak normal dan beberapa penilaian fisik lain. Kondisi ini juga berarti
bahwa anak memang mengalami masalah pertumbuhan.

2. Anak mengalami masalah keterampilan fisik

Kemudian anak juga akan terlihat memiliki keterampilan fisik yang sangat
rendah. Hal ini bahkan sudah bisa terlihat sejak anak masih balita. Anak cenderung
terlambat untuk mulai merangkak, mulai berjalan, mulai duduk dan bahkan mulai
untuk berdiri. Semua masalah ini bisa membuat anak terlambat dalam semua hal
termasuk untuk semua gerakan fisik anak.

3. Anak mengalami masalah mental dan sosial

Kemampuan anak untuk semua bidang memang sudah lambat sejak masih kecil.
Terkadang kondisi ini bisa membuat anak mengalami masalah termasuk dalam
keterampilan kemampuan sosial dan mental. Anak tidak bisa memiliki kemampuan
yang baik untuk merawat diri dan selalu mengandalkan orang lain. Beberapa anak
terlihat memiliki masalah mental seperti mudah marah, menjadi sangat agresif dan
terlihat berbeda dibandingkan anak lain yang lebih sehat.

4. Bisa mengalami perlambatan karakteristik seksual

Ketika anak sudah semakin dewasa maka anak juga bisa mengalami masalah
keterlambatan karakteristik seksual. Kondisi ini bisa menyebabkan anak cenderung
tidak dewasa. Beberapa anak laki-laki dan perempuan juga terlambat

15
mengembangkan ciri dewasa seksual seperti pertumbuhan rambut dan tanda lain
pada alat kelamin.

5. Perlambatan perkembangan tulang dan gigi

Anak yang mengalami masalah gangguan tumbuh kembang anak juga akan
mengalami perlambatan perkembangan tulang dan gigi. Semua kondisi ini akan
membuat anak sudah bermasalah dengan pertumbuhan gigi sejak masih kecil.
Kemudian beberapa anak mengembangkan bentuk tulang rawan yang tidak normal.
Hal ini bisa membuat anak terlihat seperti mengalami gangguan fisik.

6. Terdapat lemak tebal dibawah kulit anak

Anak yang terkena gangguan tumbuh kembang juga bisa mengalami kondisi
yang sangat berbeda. Awalnya anak terlihat seperti anak yang normal dan gemuk.
Namun jika diamati maka anak bisa memiliki banyak lapisan lemak dibawah kulit.
Kondisi ini bisa membuat anak memiliki bentuk badan yang lebih pendek, bentuk
wajah yang terlalu datar dan juga masalah tubuh lain.

7. Gangguan masalah sistem pencernaan dan metabolisme

Anak-anak yang terkena gangguan ini juga bisa memiliki masalah sistem
pencernaan. Kondisi ini paling sering terjadi sehingga menyebabkan anak memiliki
gangguan perut seperti diare, sembelit dan terkadang juga bau kotoran yang
berbeda. Semua kondisi ini bisa membuat anak terlihat seperti anak yang kurang
sehat.

6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada anak?7


Jawaban :
a. Faktor Internal
 Ras/Etnik
 Keluarga
 Umur
 Jenis kelamin
 Kelainan genetic

16
 Kelainan kromosom
b. Faktor Eksternal
 Prenatal
Gizi, Toksin/Zat kimia, Endokrin, Radiasi, infeksi, kelainan
imunologi, anoreksia, psikologi ibu
 Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan
asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak
 Pascanatal
Gizi, penyakit kronis/ kelaian kongenital, lingkungan fisik dan
kimia, psikologis, sosial ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi
dan obat-obatan.

7. Apa saja tanda-tanda bahaya pada perkembangan anak?8


Jawaban :
Tanda bahaya perkembangan motor kasar
1. Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang misalnya antara anggota tubuh
bagian kiri dan kanan.
2. Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih
dari usia 6 bulan
3. Hiper / hipotonia atau gangguan tonus otot
4. Hiper / hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh
5. Adanya gerakan yang tidak terkontrol
Tanda bahaya gangguan motor halus
1. Bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan
2. Adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun
3. Eksplorasi oral (seperti memasukkan mainan ke dalam mulut) masih sangat
dominan setelah usia 14 bulan
4. Perhatian penglihatan yang inkonsisten
Tanda bahaya bicara dan bahasa (ekspresif)
1. Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan
terhadap suatu benda pada usia 20 bulan

17
2. Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan
3. Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan
Tanda bahaya bicara dan bahasa (reseptif)
1. Perhatian atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi,
misalnya saat dipanggil tidak selalu member respons
2. Kurangnya join attention atau kemampuan berbagi perhatian atau
ketertarikan dengan orang lain pada usia 20 bulan
3. Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah usia 30 bulan
Tanda bahaya gangguan sosio-emosional
1. 6 bulan: jarang senyum atau ekspresi kesenangan lain
2. 9 bulan: kurang bersuara dan menunjukkan ekspresi wajah
3. 12 bulan: tidak merespon panggilan namanya
4. 15 bulan: belum ada kata
5. 18 bulan: tidak bisa bermain pura-pura
6. 24 bulan: belum ada gabungan 2 kata yang berarti
7. Segala usia: tidak adanya babbling, bicara dan kemampuan bersosialisasi /
interaksi
Tanda bahaya gangguan kognitif
1. 2 bulan: kurangnya fixation
2. 4 bulan: kurangnya kemampuan mata mengikuti gerak benda
3. 6 bulan: belum berespons atau mencari sumber suara
4. 9 bulan: belum babbling seperti mama, baba
5. 24 bulan: belum ada kata berarti
6. 36 bulan: belum dapat merangkai 3 kata

8. Apa saja penyakit gangguan perkembangan pada anak?4,7


Jawaban :
a. Autisme : Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang
gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi
seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan
berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam.Gangguan perkembangan

18
yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi
dan perilaku
b. ADHD (Attention Deficyte Hyeractivity Disorders) : anak yang memiliki
kesulitan memusatkan perhatian dan mempertahankan fokus pada tugas
yang sedang dikerjakan .Mereka cenderung bergerak terus secara konstan
dan tidak bisa tenang. Akibatnya : mereka sering kesulitan belajar di
sekolah, mendengar dan mengikuti instruksi Orang Tua, dan bersosialisasi
dengan teman sebaya.
c. Sindrom down : Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat
dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang
terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih.
Perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal. Beberapa
faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah
biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan
perkembangan motorik dan keterampilan untuk menolong diri sendiri.
d. Retardasi mental : Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia
yang rendah (IQ < 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk
belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang
dianggap normal.
e. Cerebral palsy : Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang
tidak progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan
pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum
selesai pertumbuhannya.
f. Gangguan bicara dan bahasa : Kemampuan berbahasa merupakan indikator
seluruh perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif
terhadap keterlambatan atau kerusakan pada system lainnya, sebab
melibatkan kemampuan kognitif, motor, psikologis, emosi dan lingkungan
sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan
bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap

19
9. Apa hubungan riwayat persalinan dan riwayat lahir Anak K dengan kemampuan
bicaranya yang belum lancar?6
Jawaban :
Salah satu factor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah factor
prenatal perlu diketahui keadaan ibu saat masih mengandung mengalami gangguan
atau tidak selain itu juga riwayat persalinan diperlukan untuk mengetahui apakah
anak lahir cukup bulan, berat cukup dan keadaan-keadaan lain yang menganggu.
Bayi yang lahir kurang bulan merupakan salah satu factor resiko.
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang
hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR, atau lahir mati dan jarang
menyebabkan cacat bawaan. Disamping itu dapat pula menyebabkan hambatan
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah
terkena infeksi, abortus dan sebagainya.

10. Jelaskan mengenai autisme?4,6


Jawaban :
Beberapa penyebab timbulnya austism, antara lain :
Menurut
1. Teori Psikososial
Autism dianggap sebagai akibat dari hubungan orang tua dengan anak yang
dingin dan tidak akrab atau sebaliknya, emosional, kaku, dan obsesif (Kanner
dan Bruno Bettelhem).
2.Teori Biologis
Faktor Genetik
Keluarga yang terdapat anak autistik memiliki resiko lebih tinggi
dibanding populasi keluarga normal.
Pranatal, Natal, Post-Natal
Pendarahan pada kehamilan awal, obat-obatan, tangis bayi terlambat,
gangguan pernapasan, anemia.
3.Gangguan emosional
Tidak ada / kurang empati
Tertawa sendiri, menangis / marah tanpa sebab yang nyata
Tempertantrum, agresif, destruktif

4.Gangguan Persepsi sensoris


Mendengar suara keras langsung menutup telinga
Tidak suka rabaan / pelukan

20
Tidak nyaman memakai pakaian dari bahan kasar

Gejala dari autisme meliputi :


1. Gangguan komunikasi
 Terlambat bicara
 Bahasa planet/ bahasa yang tidak dapat dimengerti
 Meniru / membeo (ekolalia)
 Meniru kata-kata / nyanyian tanpa tahu artinya

2. Gangguan interaksi sosial


 Menolak / menghindar bertatap mata
 Tidak menoleh bila dipanggil
 Sering menolak bila dipeluk
 Tidak ada usaha melakukan interaksi dgn orang lain, asyik main sendiri
 Bila didekati malah menjauh
3. Gangguan perilaku
 Hiperaktifitas motorik  tidak bisa diam, lari tak terarah, melompat,
berputar, memukul benda-benda.
 Hipoaktifitas motorik  duduk diam bengong, bermain monoton, kurang
variatif, diulang-ulang, terpaku oleh sesuatu hal.

11. Apa perbedaan perkembangan anak normal dan anak autism?9


Jawaban :
Perbedaan Perkembangan Anak Autis dan Anak Normal
BAHASA DAN KOMUNIKASI
Aspek – aspek perkembangan normal selama tahun – tahun prasekolah
USIA DALAM BULAN
2 Suara – suara vocal
“Pembicaraan” vokal atau bertatap muka
6
Suara – suara konsonan mulai muncul
Berbagai intonasi dalam ocehan, termasuk bertanya
Mengocehkan potongan – potongan kata secara berulang – ulang (ba-ba-ba, ma-
8
ma-ma)
Gerakan menunjuk mulai muncul
12 Kata – kata pertama mulai muncul

21
Penggunaan jargon dengan intonasi yang seperti kalimat
Penggunaan bahasa tubuh dan vokalisasi untuk mendapatkan perhatian,
menunjukkan benda – benda dan mengajukan permintaan
3-50 kosa kata
Bertanya pertanyaan yang sederhana
Perluasan makna kata yang berlebihan (misalnya, “papa” untuk semua laki –
laki)
18
Menggunakan bahasa untuk menanggapi, meminta sesuatu dan tindakan, dan
mendapatkan perhatian
Juga menarik orang lain untuk mendapaykan dan mengarahkan perhatian
Mungkin sering melakukan perilaku ekolalia atau meniru
Kadang – kadang 3-5 kata digabung (ucapan yang bersifat “telegrafik”
Bertanya pertanyaan yang sederhana (misalnya, mana papa?pergi?)
Menggunakan kata “ini” disertai perilaku menunjuk
24
Menyebut diri sendiri dengan nama dan bukannya “saya”
Tidak dapat mempertahankan topik pembicaraan
Bisa dengan cepat membalikkan kata – kata ganti
Bahasa berfokus pada di sini dan sekarang
Kosa kata sekitar 1000 kata
Kebanyakan morfem gramatikal (kata jamak, masa lampau, preposisi, dll.)
digunakan secara tepat
36
Perilaku ekolalia jarang terjadi pada usia ini
Bahasa semakin banyak digunakan untuk berbicara mengenai “di sana” dan
“kemudian”
Banyak bertanya, seringkali lebih untuk melanjutkan interaksi daripada informasi
Struktur kalimat yang kompleks digunakan
Dapat mempertahankan topik pembicaraan dan menambah informasi baru
48 Bertanya pada orang lain untuk menjelaskan ucapan – ucapan
Menyesuaikan kualitas bahasa dengan pendengar (misalnya, menyederhanakan
bahasa ketika berbicara dengan anak berusia 2 tahun)
Penggunaan struktur yang kompleks secara lebih tepat
60
Struktur gramatikal sudah matang secara umum (masih ada beberapa masalah

22
dengan kesesuaian subjek/kata kerja, bentuk – bentuk kata yang tidak beraturan,
pengucapan, dll.)
Kemampuan untuk menilai kalimat secara gramatikal/nongramatikal dan
membuat perbaikan
Mengembangkan kemampuan memahami lelucon dan sindiran, mengenali
kerancuan verbal
Meningkatkan kemampuan untuk menyesuaikan bahasa dengan perspektif dan
peran pendengar

Perkembangan dini pada autisme


USIA DALAM BULAN
6 Tangisan sulit dipahami
8 Ocehan yang terbatas atau tidak normal (misalnya, menjerit atau berciut)
Tidak ada peniruan bunyi, bahasa tubuh, ekspresi
12 Kata – kata pertama mungkin muncul, tapi seringkali tidak bermakna
Sering menangis keras – keras; tetapi sulit untuk dipahami
24 Biasanya kurang dari 15 kata
Kata – kata muncul, kemudian hilang
Bahasa tubuh tidak berkembang; sedikit menunjuk pada benda
36 Kombinasi kata – kata jarang
Mungkin ada kalimat – kalimat yang bersifatekolalia, tapi tidak ada penggunaan
bahasa yang kreatif
Ritme, tekanan atau penekanan suara yang aneh
Artikulasi yang sangat rendah separuh dari anak – anak normal
Separuhnya atau lebih tanpa ucapan – ucapan yang bermakna
Menarik tangan orang tua dan membawanya ke suatu obyek
Pergi ke tempat yang sudah biasa dan menunggu untuk mendapatkan sesuatu
48 Sebagian kecil bisa mengkombinasikan dua atau tiga kata secara kreatif
Ekolalia masih ada; mungkin digunakan secara komunikatif
Meniru iklan TV
Membuat permintaan

23
INTERAKSI SOSIAL
Perkembangan Normal
USIA
DALAM INTERAKSI SOSIAL
BULAN
Menggerakkan kepala dan mata untuk mencari arah suara
2
Senyuman sosial
Perilaku meraih sebagai wujud antisipasi untuk digendong
6
Mengulangi tindakan ketika ditiru oleh orang dewasa
Membedakan orang tua dari orang lain
“Memberi dan menerima” permainan pertukaran obyek dengan orang
dewasa
Main cilukba dan semacamnya dengan naskah
8
Menunjukkan obyek kepada orang dewasa
Melambaikan tangan tanda perpisahan
Menangis dan/atau merangkak mengejar ibu ketika ibu meninggalkan
ruangan
Anak mulai permainan secara lebih sering
12 Peran sebagai agen dan juga responden secara bergiliran
Kontak visual yang meningkat dengan orang dewasa selama bermain
Mulai bermain dengan teman sebaya: menunjukkan, memberikan,
18 mengambil mainan
Permainan soliter atau paralel masih sering dilakukan
Masa bermain dengan teman sebaya singkat
24 Permainan dengan teman sebaya lebih banyak melibatkan gerakan kasar
(misalnya, bermain kejar – kejaran) daripada berbagi mainan
Belajar mengambil giliran dan berbagi dengan teman sebaya
Masa interaksi kooperatif yang langgeng dengan teman sebaya
Pertengkaran di antara teman sebaya sering terjadi
36
Senang membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah
Senang berlagak untuk membuat orang lain tertawa
Ingin menyenangkan orang tua

24
Tawar – menawar peran dengan teman sebaya dalam permainan sosio-
dramatik
48 Memiliki teman bermain favorit
Teman sebaya tidak menyertakan secara verbal (kadang – kadang secara
fisik) anak – anak yang tidak disenangi dalam permainan
Lebih berorientasi pada teman sebaya daripada orang dewasa
Sangat berminat menjalin hubungan persahabatan
60 Bertengkar dan saling mengejek dengan teman sebaya biasa terjadi
Dapat mengubah peran dari pemimpin ke pengikut ketika bermain
dengan teman sebaya

Perkembangan dalam autisme


USIA
DALAM INTERAKSI SOSIAL
BULAN
Kurang aktif dan menuntut daripada bayi normal
Sebagian kecil cepat marah
6
Sedikit sekali kontak mata
Tidak ada respon antisipasi secara sosial
Sulit reda ketika marah
Sekitar sepertiga di antaranya sangat menarik diri dan mungkin secara
8 aktif menolak interaksi
Sekitar seperti di antaranya menerima perhatian tapi sangat sedikit
memulai interaksi
Sosiabilitas seringkali menurun ketika anak mulai belajar berjalan,
12 merangkak
Tidak ada kesulitan pemisahan
Biasanya membedakan orang tua dari orang lain, tapi sangat sedikit
afeksi yang diekspresikan
24 Mungkin memeluk dan mencium sebagai gerakan tubuh yang otomatis
ketika diminta
Tidak acuh terhadap orang dewasa selain orang tua

25
Mungkin mengembangkan ketakutan yang besar
Lebih suka menyendiri
Tidak bisa menerima anak – anak yang lain
36 Sensitivitas yang berlebihan
Tidak bisa memahami makna hukuman
48 Tidak dapat memahami aturan dalam permainan dengan teman sebaya
Lebih berorientasi kepada orang dewasa daripada teman sebaya
60
Sering menjadi lebih bisa bergaul, tapi interaksi tetap aneh dan satu sisi

IMAJINASI
Usia dalam Perkembangan dengan
Perkembangan Normal
bulan gejala autisme
Perilakunya tidak berbeda terhadap
6
sebuah benda pada saat yang sama
Perilaku dibedakan berdasarkan Pengulangan gerakan
karakteristik benda. Menggunakan dua motorik mungkin
8
buah benda dalam kombinasi (tidak tepat mendominasi kegiatan sadar
digunakan secara sosial)
Perilaku terhadap benda sesuai secara Agak penasaran/eksplorasi
sosial (kegunaan benda). Dua benda atau terhadap lingkungan
lebih dihubungkan secara tepat Penggunaan mainan yang
12
tidak biasa seperti memutar,
menjentik, dan
membariskan benda
Sering berperilaku simbolik (pura – pura
18
minum, berbicara di telepon, dll.)
Sering menerapkan permainan pura – pura
dengan boneka, mainan binatang
24 (misalnya memberi makan boneka)
Perilaku pura – pura tidak terbatas pada
kegiatan sehari – hari (misalnya pura –

26
pura menyetrika). Rangkaian perilaku
pura – pura berkembang (memberi makan
boneka, menimang, dan
membaringkannya di tempat tidur).
Berpura – pura main tembak – tembakan
dengan benda yang ada
Permainan simbolik yang sudah Terus menerus menjilati
direncanakan lebih dahulu- benda – benda
memberitahukan maksudnya dan mencari Tidak ada permainan
benda yang dibutuhkan untuk itu. Mencari simbolik
benda pengganti (misalnya menggunakan Terus menerus melakukan
kotak sebagai pengganti mobil). gerak repetitif seperti
Benda diperlukan alat yang dapat mematung, memutar,
melakukan kegiatan bebas (misalnya berjingkat, dll.
36
boneka dibuat agar dapat mengangkat Kekaguman visual terhadap
gelas sendiri) benda – menatap cahaya
lampu, dll.
Menunjukkan banyak
kekuatan yang berhubungan
dalam manipulasi
visual/motorik, misalnya
puzzle.
Permainan sosiodramatis-pura – pura Penggunaan fungsional
bermain dengan dua anak lain atau lebih. terhadap benda – benda.
Menggunakan pantomim untuk mewakili Beberapa aksi langsung
benda yang diperlukan (misalnya purs – terhadap boneka atau orang
pura menuangkan air karena tidak ada lain; kebanyakan
48
teko) melibatkan anak – anak
Kehidpan nyata dan khayal dapat sebagai alat perantara.
membantu peranan untuk waktu yang Permainan simbolik, jika
lam. ada, terbatas dan sederhana
serta diulang – ulang.

27
Selama permainan,
keterampilan yang sulit
berkembang, tetap
membutuhkan banyak
waktu dibanding kegiatan
lebih mudah.
Beberapa di antaranya tidak
mengkombinasikan alat
permainan dalam bermain
Bahasa berperan penting dalam Tidak dapat berpantomim
60 menciptakan tema, menegosiasikan peran Tidak bermain sosiodrama
dan bermain drama

12. Bagaimana mendiagnosis anak yang menderita autisme?10


Jawaban :
The National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) di Amerika
Serikat menyebutkan 5 jenis perilaku yang harus diwaspadai dan perlunya evaluasi
lebih lanjut :
1. Anak tidak bergumam hingga usia 12 bulan
2. Anak tidak memperlihatkan kemampuan gestural (menunjuk, dada, menggenggam)
hingga usia 12 bulan
3. Anak tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga usia 16 bulan
4. Anak tidak mampu menggunakan dua kalimat secara spontan di usia 24 bulan
5. Anak kehilangan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial pada usia tertentu

Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat sejak bayi atau anak menurut usia :

USIA 0 – 6 BULAN
 Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
 Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
 Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi

28
 Tidak “babbling”
 Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
 Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
 Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal

USIA 6 – 12 BULAN
 Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
 Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
 Gerakan tangan dan kaki berlebihan
 Sulit bila digendong
 Tidak “babbling”
 Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
 Tidak ditemukan senyum sosial
 Tidak ada kontak mata
 Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal

USIA 1 -2 tahun
 Kaku bila digendong
 Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da)
 Tidak mengeluarkan kata
 Tidak tertarik pada boneka
 Memperhatikan tangannya sendiri
 Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/halus
 Mungkin tidak dapat menerima makanan cair

USIA 2 – 3 TAHUN
 Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
 Melihat orang sebagai “benda”
 Kontak mata terbatas
 Tertarik pada benda tertentu
 Kaku bila digendong
USIA 4 – 5 TAHUN

29
 Sering didapatkan ekolalia (membeo)
 Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)
 Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
 Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
 Temperamen tantrum atau agresif

DETEKSI AUTISM DENGAN CHAT (Checklist Autism in Toddlers, di atas usia


18 bulan).

 Terdapat beberapa perangkat diagnosis untuk screening (uji tapis) pada


penderita autism sejak usia 18 bulan yang banyak dipakai di pusat kesehatan
anak di dunia yaitu CHAT (Checklist Autism in Toddlers).
CHAT dikembangkan di Inggris dan telah digunakan untuk penjaringan lebih
dari 16.000 balita. Pertanyaan berjumlah 14 buah meliputi aspek-aspek :
imitation, pretend play, and joint attention.
 Menurut American of Pediatrics, Committee on Children With Disabilities.
Technical Report : The Pediatrician’s Role in Diagnosis and Management of
Autistic Spectrum Disorder in Children. Pediatrics !107 : 5, May 2001)

BAGIAN A
 Alo – anamnesis (keterangan yang ditanyakan dokter dan diberikan
oleh orang tua atau orang lain yang biasa mengasuhnya)
 Senang diayun-ayun atau diguncang guncang naik-turun (bounced) di
lutut ?
 Tertarik (memperhatilan) anak lain ?
 Suka memanjat benda-benda, seperti mamanjat tangga ?
 Bisa bermain cilukba, petak umpet ?
 Pernah bermain seolah-olah membuat secangkir teh menggunakan
mainan berbentuk cangkir dan teko, atau permainan lain ?
 Pernah menunjuk atau menerima sesuatu dengan menunjukkan jari ?
 Pernah menggunakan jari untuk menunjuk ke sesuatu agar anda melihat

30
ke sana ?
 Dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil mainan atau balok-
balok) ?
 Pernah memberikan suatu benda untuk menunjukkan sesuatu ?

Selama pemeriksaan apakah anak menatap (kontak mata dengan)


pemeriksa?
 Usahakan menarik perhatian anak, kemudian pemeriksa menunjuk
sesuatu di ruangan pemeriksaan sambil mengatakan : “Lihat, itu. Ada
bola (atau mainan lain)” Perhatikan mata anak, apakah anak melihat ke
benda yang ditunjuk. Bukan melihat tangan pemeriksa
 Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan gelas / cangkir dan
teko. Katakan pada anak anda : “Apakah kamu bisa membuatkan
secangkir susu untuk mama ?” Diharapkan anak seolah-olah membuat
minuman, mengaduk, menuang, meminum. Atau anak mampu bermain
seolah-olah menghidangkan makanan, minuman, bercocok tanam,
menyapu, mengepel dll.
 Tanyakan pada anak : ” Coba tunjukkan mana ‘anu’ (nama benda yang
dikenal anak dan ada disekitar kita). Apakah anak menunjukkan dengan
jarinya ? Atau sambil menatap wajah anda ketika menunjuk ke suatu
benda?
 Dapatkah anak anda menyusun kubus / balok menjadi suatu menara ?

BAGIAN B. Pengamatan

31
Interpretasi

 Risiko tinggi menderita autis : bila tidak bisa melakukan A5, A7, B2,
B3, dan B4
 Risiko kecil menderita autis : tidak bisa melakukan A7 dan B4
 Kemungkinan gangguan perkembangan lain : tidak bisa melakukan >3

 Dalam batas normal : tidak bisa melakukan

 Keterangan pertanyaan A5, 7 dan B2, 3, 4 paling penting. Anak yang


tidak bisa melakukan hal-hal tersebut ketika di uji 2 kali (jarak 1 bulan)
semua kemudian terdiagnosis sebagai autis ketika berumur 20 – 42
bulan. Tetapi anak dengan keterlambatan perkembangan yang
menyeluruh juga tidak bisa melakukannya. Oleh karena itu perlu
menyingkirkan kemungkinan retardasi mental

Tanda dan gejala Autis

Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal


 Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak
dapat berbicara. Menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya
dengan arti yang lazim digunakan.
 Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat
berkomunikasi dalam waktu singkat.
 Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain (“bahasa planet”)
 Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang
sesuai.
 Ekolalia (meniru atau membeo), menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa
tahu artinya.
 Bicaranya monoton seperti robot
 Bicara tidak digunakan untuk komunikasi
 Mimik datar

32
Gangguan dalam bidang interaksi social
 Menolak atau menghindar untuk bertatap muka
 Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli
 Merasa tidak senang atau menolak dipeluk
 Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang terdekat
dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya
 Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain
 Saat bermain bila didekati malah menjauh
 Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan orang lain dan
mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya.

Gangguan dalam bermain


 Bermain sangat monoton dan aneh misalnya menderetkan sabun menjadi
satu deretan yang panjang, memutar bola pada mainan mobil dan
mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama.
 Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau
guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi.
 Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya.
 Tidak menyukai boneka, tetapi lebih menyukai benda yang kurang
menarik seperti botol, gelang karet, baterai atau benda lainnya
 Tidak spontan / reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain. Tidak
dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan
yang bersifat pura pura.
 Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau
angin yang bergerak.
 Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit mengubah rutinitas sehari hari,
misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila
bepergian harus melalui rute yang sama.

Gangguan perilaku
 Sering dianggap sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan
barang tertentu pada tempatnya

33
 Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang
baru pertama kali ia datang, ia akan membuka semua pintu, berjalan
kesana kemari, berlari-lari tak tentu arah.
 Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan tangannya seperti
burung terbang). Ia juga sering menyakiti diri sendiri seperti memukul
kepala atau membenturkan kepala di dinding
 Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam), duduk diam
bengong dengan tatap mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk akal.
Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun
orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke
orang lain atau dirinya sendiri.
 Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku
lainnya.

Gangguan perasaan dan emosi


 Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa sebab nyata
 Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak
mendapatkan sesuatu yang diinginkan
 Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum)bila keinginannya tidak
didapatkannya, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.
 Tidak dapat berbagi perasaan (empati) dengan anak lain

Gangguan dalam persepsi sensoris


 Sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa
(lidah) dari mulai ringan sampai berat.
 Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja
 Bila mendengar suara keras, menutup teling
 Menangis setiap kali dicuci rambutnya
 Meraskan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu
 Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering merosot atau
melepaskan diri dari pelukan.

34
DIAGNOSIS AUTIS

 Diagnosis Autis adalah dianopsis klinis tidak ada satu pemeriksaan lain berupa
laboratorium ataupun tes yang dapat memastikannya. Diagnosis klinis adalah
mengamati secara langsng riwayat perkembangan sebelumnya dan pengamatan
yang cermat tentang berbagai perkembangan yang ada. Menegakkan diagnosis
autis memang tidaklah mudah karena membutuhkan kecermatan, pengalaman
dan mungkin perlu waktu yang tidak sebentar untuk pengamatan. Sejauh ini
tidak ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa langsung autis.
 Diagnosa yang paling baik adalah dengan cara seksama mengamati perilaku
anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya.
 Banyak tanda dan gejala perilaku seperti autism yang disebabkan oleh adanya
gangguan selain autis.
 Pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya mungkin diperlukan untuk
memastikan kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.
 Karena karakteristik dari penyandang autis ini banyak sekali ragamnya sehingga
cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan memeriksakan anak pada
beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi anak, ahli
penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya
dibidang autis.
 Tes alergi IgG4, tes rambut, tes bioresonansi dan berbagai tes lainnya untuk
memastikan penyebab makanan yang mengganggu autis tidak sensitif dan
sebaiknya tidak diulakukan. Banyak klinisi yang mengirimkan tes IgG4 yang
harus dikirm ke Amerika Serikat). tes ini sendiri tidak direkomendasikan oleh
FDA (Food Drug Administration America), hal itu tertulis kecil di bagian bawah
hasil pemeriksaan. Untuk memastikan penyebab alergin atau reaksi simpang
makanan adalah dengan eliminasi provokasi. (baca : Challenge Tes (Eliminasi
Provokasi Makanan) : Diagnosis Pasti Alergi Makanan dan
Hipersensitifitas Makanan)
 Sedangkan pemeriksaan lain seperti EEG, CT scan, MRI atau tes kultur feses,
dan pemeriksaan feses lainnya hanya sebatas untuk kepentingan penelitian.
Bukan untuk dilakukan tindakan rutin.

35
 Dokter ahli atau praktisi kesehatan profesional yang hanya mempunyai sedikit
pengetahuan dan wawasan mengenai autis akan mengalami kesulitan dalam
mendiagnosa autis. Kadang kadang dokter ahli atau praktisi kesehatan
profesional keliru melakukan diagnosa dan tidak melibatkan orang tua sewaktu
melakukan diagnosa. Kesulitan dalam pemahaman autis dapat menjurus pada
kesalahan dalam memberikan pelayanan kepada penyandang autisme yang
secara umum sangat memerlukan perhatian yang khusus dan rumit.
Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat disimpulkan sebagai hasil mutlak dari
kemampuan dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang tua mengenai
kronologi perkembangan anak adalah hal terpenting dalam menentukan
keakuratan hasil diagnosa. Secara sekilas, penyandang autis dapat terlihat seperti
anak dengan keterbelakangan mental, kelainan perilaku, gangguan pendengaran
atau bahkan berperilaku aneh dan nyentrik. Yang lebih menyulitkan lagi adalah
semua gejala tersebut diatas dapat timbul secara bersamaan.
Karenanya sangatlah penting untuk membedakan antara autis dengan yang
lainnya sehingga diagnosa yang akurat dan penanganan sedini mungkin dapat
dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat.

DIAGNOSIS AUTIS BERDASARKAN DSM IV (Diagnostic and Statistic manual)

A. Interaksi Sosial (minimal 2):

1. Tidak mampu menjalin interaksi sosial non verbal: kontak mata, ekspresi
muka, posisi tubuh, gerak-gerik kurang tertuju
2. Kesulitan bermain dengan teman sebaya
3. Tidak ada empati, perilaku berbagi kesenangan/minat
4. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional 2 arah

B. Komunikasi Sosial (minimal 1):

1. Tidak/terlambat bicara, tidak berusaha berkomunikasi non verbal


2. Bisa bicara tapi tidak untuk komunikasi/inisiasi, egosentris
3. Bahasa aneh & diulang-ulang/stereotip
4. Cara bermain kurang variatif/imajinatif, kurang imitasi social

36
C. Imaginasi, berpikir fleksibel dan bermain imaginatif (minimal 1):

1. Mempertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan
berlebihan, baik intensitas dan fokusnya
2. Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik/rutinitas yang tidak berguna
3. Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan berulang-ulang. Seringkali
sangat terpukau pada bagian-bagian tertentu dari suatu benda

13. Bagaimana memeriksa tumbuh kembang pada anak?11


Jawaban :
a. Pertumbuhan
Cara memantau pertumbuhan dapat menggunakan KMS dengan cara
timbang berat badan, ukur panjang badan, dan lingkar kepala, lihat garis
pertumbuhan berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala pada grafik.3
b. Perkembangan
 Skrining perkembangan DENVER II
Skrining perkembangan yang banyak digunakan oleh profesi
kesehatan adalah Denver II,2,13,14 antara lain karena mempunyai
rentang usia yang cukup lebar (mulai bayi baru lahir sampai umur 6
tahun), mencakup semua aspek perkembangan dengan realiability
cukup tinggi (interrates reability = 0.99, test-retest reability = 0.90).
Sampai tahun 1990 metode ini telah digunakan lebih dari 54 negara
dan telah dimodifikasi lebih dari 15 negara. Walaupun secara
eksplisit metode ini untuk mendeteksi 4 aspek perkembangan, tetapi
di dalamnya sebenarnya terdapat aspek-aspek lain sebagai berikut:
 Gerak kasar,
 Gerak halus (di dalamnya terdapat aspek koordinasi mata dan
tangan, manipulasi benda-benda kecil, pemecahan masalah ),
 Berbahasa (di dalamnya terdapat juga aspek pendengaran,
penglihatan dan pemahaman, komunikasi verbal),
 Personal sosial (di dalamnya terdapat juga aspek penglihatan,
pendengaran, komunikasi, gerak halus dan kemandirian).

37
Uji Denver membutuhkan waktu cukup lama sekitar 30-45 menit.
Kesimpulan hasil skrining Denver II hanya menyatakan bahwa balita
tersebut: normal atau dicurigai ada gangguan tumbuh kembang pada
aspek tertentu. Normal, jika ia dapat melakukan semua kemampuan
(atau berdasarkan laporan orangtuanya) pada semua persentil yang
masuk dalam garis umurnya. Walaupun ada 1 ketidakmampuan atau
menolak melakukan pada persentil 75-90 masih dianggap normal.
Dicurigai ada gangguan tumbuh kembang jika ada 1 atau lebih
ketidakmampuan pada persentil > 90, atau 2 (atau lebih)
ketidakmampuan/ menolak pada persentil 75-90 yang masuk garis
umurnya. Selain itu di dalam Denver II ada bagian terpisah untuk
menilai perilaku anak secara sekilas. Tetapi Denver II tidak mampu
mendeteksi gangguan emosional atau gangguan-gangguan ringan.
Tidak ada metoda skrining yang sempurna.

 Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)


Kuesioner ini diterjemahkan dan dimodifikasi dari Denver
Prescreening Developmental Questionnaire (PDQ) oleh tim Depkes
RI yang terdiri dari beberapa dokter spesialis anak, psikiater anak,
neurolog, THT, mata dan lain-lain pada tahun 1986. Kuesioner ini
untuk skrining pendahuluan bayi umur 3 bulan sampai anak umur 6
tahun yang dilakukan oleh orangtua. Setiap umur tertentu ada 10
pertanyaan tentang kemampuan perkembangan anak, yang harus diisi
(atau dijawab) oleh orangtua dengan ya atau tidak, sehingga hanya
membutuhkan waktu 10-15 menit. Jika jawaban ya sebanyak 6 atau
kurang maka anak dicurigai ada gangguan perkembangan dan perlu
dirujuk, atau dilakukan skrining dengan Denver II. Jika jawaban ya
sebanyak 7-8, perlu diperiksa ulang 1 minggu kemudian. Jika
jawaban ya 9-10, anak dianggap tidak ada gangguan, tetapi pada
umur berikutnya sebaiknya dilakukan KPSP lagi.
Untuk memperluas jangkauan skrining perkembangan,
Frankenburg dkk. menganjurkan agar lebih banyak menggunakan

38
PDQ, karena mudah, cepat, murah dan dapat dikerjakan sendiri oleh
orangtua atau dibacakan oleh orang lain (misalnya paramedis atau
kader kesehatan). Jika dengan PDQ dicurigai ada gangguan
perkembangan, anak tersebut dirujuk untuk dilakukan skrining
dengan Denver II yang lebih rumit, lama dan harus dilakukan oleh
tenaga terlatih. Kuesioner ini sampai sekarang masih dianjurkan oleh
Depkes untuk digunakan di tingkat pelayanan kesehatan primer
(dokter keluarga, Puskesmas) sering disebut sebagai ‘buku hijau’
berjudul Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Depkes RI
1994 yang telah diuji coba di beberapa provinsi, tetapi tampaknya
jarang dimanfaatkan. Bahkan beberapa dokter Puskemas tidak tahu
adanya buku tersebut, atau tidak tahu cara penggunaannya karena
tidak pernah diajarkan

 Buku Pedoman Pembinaan Perkembangan Anak di Keluarga


Buku ini disusun oleh tim dari Fakultas Kedokteran UI (terdiri
dari dokter spesialis anak, psikiater anak, neurologi, mata, THT),
Fakultas Psikologi UI, Depkes dan UNICEF pada tahun 1987-1988,
untuk digunakan oleh keluarga dan kader kesehatan dalam memantau
perkembangan anak umur 0 - 6 tahun. Di dalam buku ini pada setiap
rentang umur tertentu dipilih 4 milestone perkembangan untuk umur
tersebut (masing-masing mewakili aspek gerak kasar, gerak halus,
bicara-bahasa kecerdasan, kemampuan bergaul dan mandiri dari
skala perkembangan Denver) yang mudah dikenali atau dilakukan
oleh orangtua atau kader karena dilengkapi dengan gambar-gambar
yang mudah dimengerti. Dengan buku berwarna merah muda ini
keluarga atau kader bisa menemukan keterlambatan perkembangan
balita untuk dirujuk ke dokter keluarga atau Puskesmas terdekat.
Oleh karena itu buku ini sebenarnya merupakan instrumen
praskrining. Bahkan di dalam buku ini juga dijelaskan cara
melakukan stimulasi/intervensi dini oleh keluarga atau kader
kesehatan jika ditemukan gangguan tumbuh kembang sebelum

39
dirujuk. Ikatan Dokter Anak Indonesia melalui Satgas Instrumen
Komite Tumbuh Kembang Anak Indonesia pada tahun 1996 bersama
BKKBN dan Depkes telah membuat konsep buku Pedoman Deteksi
Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Balita dan Kalender Tumbuh
Kembang Balita bagi keluarga, yang telah di uji coba di Bali, Jawa
Timur dan Jawa Tengah dengan milestone yang lebih sedikit. Tetapi
karena keterbatasan biaya belum disebarluaskan di masyarakat.

 Kuesioner Skrining Perilaku Anak Prasekolah (KSPAP)


Kuesioner ini diterjemahkan dan dimodifikasi dari Home
Screening Questionnaire oleh tim Departemen Kesehatan RI yang
terdiri dari beberapa dokter spesialis anak, psikiater anak, neurolog,
THT, mata dan lain-lain pada tahun 1986. Kuesioner terdapat di
dalam ‘buku hijau’ berjudul Pedoman Deteksi Dini Tumbuh
Kembang Balita Depkes RI 1994, tetapi tampaknya jarang
dimanfaatkan. Bahkan beberapa dokter Puskemas tidak tahu cara
penggunaannya karena tidak pernah diajarkan. Kuesioner ini berisi
30 perilaku anak yang ditanyakan kepada orangtua (oleh kader
kesehatan, guru atau diisi sendiri oleh orangtua) untuk mendeteksi
dini kelainan perilaku anak prasekolah (3-6 tahun). Orangtua dapat
menjawab: tidak pernah (nilai 0), kadang-kadang (nilai 1), atau
sering (nilai 2), sesuai dengan perilaku anaknya sehari-hari. Jika
jumlah nilai seluruhnya lebih dari 11, maka anak perlu dirujuk. Jika
kurang dari 11 tidak perlu dirujuk.

 Pediatric Symptom Checklist (PSC)


Kuesioner ini dipublikasikan oleh Jelllinek dkk untuk skrining
perilaku anak umur 4-16 tahun berupa 35 perilaku anak yang harus
dinilai oleh orangtua. Orangtua dapat menjawab tidak pernah (nilai
0), kadang-kadang (nilai 1), atau sering (nilai 2), sesuai dengan
perilaku anaknya seharihari. Jika jumlah nilai seluruhnya lebih dari
28, maka anak perlu dirujuk. Jika kurang dari 28 tidak perlu dirujuk.

40
 Checklist for Autism in Toddlers (CHAT)
American Academic of Pediatrics (AAP) sejak 2001
merekomendasikan CHAT sebagai salah satu alat skrining untuk
deteksi dini gangguan spektrum autistik (Autistic Spectrum Disorder)
anak umur 18 bulan sampai 3 tahun, di samping PDDST (Pervasive
Developmental Disorder Screening Test) yang diisi oleh orangtua.
CHAT dikembangkan di Inggris dan telah dipublikasikan oleh Cohen
dkk,. sejak tahun 1992 serta telah digunakan untuk skrining lebih dari
16.000 balita. Walaupun sensitivitasnya kurang, AAP menganjurkan
dokter menggunakan salah satu alat skrining tersebut. Bila dicurigai
ada risiko autis atau gangguan perkembangan lain maka dapat
dirujuk untuk penilaian komprehensif dan diagnostik.

 Tanyakan daya perndengaran dengan Tes Daya Dengan dan daya


penglihatan dengan Tes Daya Lihat

14. Bagaimana alur diagnosa yang akan dilakukan?12


Jawaban :
1. Anamnesis
Keluhan utama dari orangtua berupa kekhawatiran terhadap tumbuh
kembang anak dapat mengarah kepada kecurigaan adanya gangguan tumbuh
kembang,8 misalnya anaknya lebih pendek dari teman sebayanya, kepala
kelihatan besar, umur 6 bulan belum bisa tengkurap, umur 8 bulan belum
bisa duduk, umur 15 bulan belum bisa berdiri, 2 tahun belum bisa bicara dan
lain lain. Glascoe (1996) melaporkan bahwa kecurigaan orangtua terhadap
perkembangan anaknya (dengan membandingkan terhadap anak-anak lain)
mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan gangguan perkembangan
tertentu (walaupun mereka berpendidikan rendah dan belum berpengalaman
mengasuh anak).
Coplan dkk, melaporkan bahwa penilaian orangtua pada perkembangan
bicara anaknya mempunyai korelasi yang kuat dengan hasil kemampuan

41
kognitif mereka. Namun orang tua tidak selalu benar, karena 20-25% orang
tua tidak mengetahui bahwa anaknya terganggu perkembangannya, dan
banyak orang tua yang khawatir pada perkembangan anaknya padahal tidak
terganggu.
Oleh karena itu kita harus melakukan pemeriksaan fisis dan skrining
perkembangan untuk membuktikan apakah kecurigaan orang tua itu benar.
Selanjutnya anamnesis dapat diarahkan untuk mencari faktor-faktor risiko
atau etiologi gangguan tumbuh kembang yang disebabkan oleh faktor
intrinsik pada balita dan atau faktor lingkungan.

Faktor risiko pada balita (intrinsik, genetikheredokonstitusional)


Faktor risiko yang harus ditanyakan antara lain :
Retardasi pertumbuhan intra uterin, berat lahir rendah, prematuritas,
infeksi intra uterin, gawat janin, asfiksia, perdarahan intrakranial, kejang
neonatal, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, infeksi, kelainan kongenital,
temperamen, dan lain-lain.

Faktor risiko di lingkungan mikro


Faktor risiko pada ibu antara lain :
umur, tinggi badan, pendidikan, kesehatan ibu selama hamil dan
persalinan (kadar Hb, status gizi, penyakit, pengobatan), jumlah anak dan
jarak kehamilan, pengetahuan, sikap dan ketrampilan ibu dalam mencukupi
kebutuhan biopsikososial (‘asuh’, ‘asih’, ‘asah’) untuk tumbuh kembang
balitanya, penyakit keturunan, penyakit menular, riwayat pernikahan
(terpaksa, tidak direstui, single parent, perceraian dan lain-lain), merokok,
alkoholism, narkoba, pekerjaan/penghasilan, dan lain lain.

Faktor risiko di lingkungan mini


 Ayah : umur, tinggi badan, pendidikan, pekerjaan/penghasilan,
pengetahuan, sikap dan ketrampilan ayah dalam mencukupi kebutuhan
bio-psikososial (‘asuh’, ‘asih’, ‘asah’) untuk tumbuh kembang balitanya,
penyakit, riwayat pernikahan (terpaksa, tidak direstui, perceraian dan

42
lain-lain), komitmen perencanaan kehamilan, hubungan ayah-ibu dan
anak dan lain-lain.
 Saudara kandung/tiri yang tinggal serumah: jumlah, jarak umur,
kesehatan (status gizi, imunisasi, kelainan bawaan, gangguan tumbuh
kembang, penyimpangan perilaku), pendidikan, hubungan dengan ayah-
ibu dan lain-lain.
 Anggota keluarga lain serumah (nenek, kakek, paman, bibi, pengasuh
anak, pembantu): pengetahuan, sikap dan ketrampilan mencukupi
kebutuhan tumbuh kembang balita. Sarana bermain, mainan (kubus,
puzzle, kertas, pensil, boneka, bola dan lain-lain). Contoh nilai-nilai,
aturan-aturan, penghargaan, hukuman dan lainlain.
 Sanitasi: cahaya, aliran udara, kebersihan lantai, kamar tidur, ruang
bermain, sumber air, kakus, septic tank, selokan, pembuangan sampah
dan lainlain.

Faktor risiko di lingkungan meso


Tetangga (tingkat ekonomi, sikap dan perilaku tetangga), teman
bermain, sarana bermain, polusi, pelayanan kesehatan (kualitas pelayanan
Posyandu), pendidikan (pendidikan usia dini, program bina keluarga dan
balita dan lain-lain), sanitasi lingkungan, adat-budaya dan lain-lain dapat
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan bio-psikososial untuk tumbuh
kembang balita.

Faktor risiko di lingkungan makro


Program-program untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan keluarga dalam mencukupi kebutuhan biopsikososial untuk
tumbuh kembang anaknya belum menjangkau semua keluarga (terutama
keluarga berpenghasilan rendah), walaupun secara konseptual pemerintah,
organisasi profesi, perguruan tinggi (iptek), LSM, WHO, Unicef dan lain-
lain sejak lama peduli pada masalah ini. Demikian juga upaya deteksi dini
belum mendapat prioritas penting di dalam program rutin dan belum

43
didukung sarana intervensi, serta belum mampu menjangkau semua balita
berisiko tinggi.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Tinggi badan
Tinggi badan dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan
pertumbuhan, yaitu dengan mengukur panjang (tinggi) badan
secara periodik, kemudian dihubungkan menjadi sebuah garis
pada kurva pertumbuhan tertentu. Pada umumnya digunakan
kurva pertumbuhan yang dipublikasi oleh United Stated National
Center for Health Statitistic (NCHS) pada tahun 1979
berdasarkan data yang dikumpulkan pada tahun 1963-1975.2
Sejak tahun 1983 oleh WHO kurva tersebut dianjurkan
digunakan untuk menilai status gizi dan pertumbuhan anak.
Walaupun sejak tahun 2000 oleh US Centre for Disease Control
(CDC) telah dipublikasikan kurva pertumbuhan baru berdasarkan
data National Health and Nutrition Examination Survey tahun
1988-1994, namun di Indonesia umumnya masih menggunakan
kurva tinggi badan NCHS 1979. Ada juga yang menggunakan
kurva Jumadias atau Yayah-Husaini. Seorang anak dicurigai
mengalami gangguan pertumbuhan jika panjang (tinggi badan)
selama beberapa periode selalu di bawah persentil 3 (- 2 SD)
kurva pertumbuhan tinggi badan rata-rata anak pada usia tersebut
sesuai dengan jenis kelaminnya. Namun keadaan tersebut belum
tentu patologis, karena dapat disebabkan oleh faktor
genetik/familial, atau lambat tumbuh konstistusional akibat
keterlambatan maturasi (usia) tulang lebih dari 2 tahun yang pada
akhir masa remaja dapat mencapai pertumbuhan normal. Oleh
karena itu dengan satu atau dua kali pengukuran, kita hanya dapat
menyebutkan bahwa ia berperawakan pendek atau normal,
namun belum dapat menyimpulkan status pertumbuhannya.

44
b. Berat badan
Berat badan dapat membantu mendeteksi gangguan pertumbuhan, yaitu
dengan menimbang berat badan secara periodik, kemudian dihubungkan
menjadi sebuah garis pada kurva berat badan yang dipublikasi oleh United
Stated National Center for Health Statitistic (NCHS) pada tahun 1979.
Umumnya balita normal berat badannya selalu di atas persentil 5 kurva NCHS,
namun bisa naik atau turun memotong 1-2 kurva persentil berat badan. Jika
kurva berat badan anak mendatar atau menurun hingga memotong lebih dari 2
kurva persentil, disebut failure to thrive (gagal tumbuh), bisa disebabkan oleh
faktor medik (organik, penyakit) atau non medik (psikososial). Berat badan
berkaitan erat dengan masalah nutrisi (termasuk cairan, dehidrasi, retensi
cairan).2 Obesitas dapat dijumpai dengan retardasi mental (sindroma Prader-
Willi dan Beckwith-Wiedeman).

c. Kepala
Perhatikan ukuran, bentuk dan simetri kepala. Mikrosefali (lingkar
kepala lebih kecil dari persentil 3) mempunyai korelasi kuat dengan gangguan
perkembangan kognitif, sedangkan mikrosefali progresif berkaitan dengan
degenerasi SSP. Makrosefali (lingkar kepala lebih besar dari persentil 97) dapat
disebabkan oleh hidrosefalus, neurofibromatosis dan lain-lain.4,8 Bentuk kepala
yang ‘aneh’ sering berkaitan dengan sindrom dengan gangguan tumbuh
kembang. Ubun-ubun besar biasanya menutup sebelum 18 bulan (selambat-
lambatnya 29 bulan). Keterlambatan menutup dapat disebabkan oleh hipotiroidi
dan peninggian tekanan intrakranial (hidresefalus, perdarahan subdural atau
pseudotumor serebri).

d. Kelainan bagian dan organ tubuh lainnya


Kelainan yang dijumpai pada bagian-bagian tubuh dan atau organ tubuh
(terutama kelainan mayor) harus diwaspadai kemungkinannya disertai sindrom
yang berkaitan dengan gangguan tumbuh kembang anak.

e. Pemeriksaan neurologis dasar

45
Pemeriksaan beberapa fungsi syaraf kranial, sistem motorik (kekuatan
otot, tonus otot, refleks-refleks), sistem sensorik, cara berjalan dan lain-lain
dapat mendeteksi adanya gangguan tumbuh kembang anak.

3. Pemeriksaan Penunjang
Skrining Perkembangan
Menurut batasan WHO, skrining adalah prosedur yang relatif cepat,
sederhana dan murah untuk populasi yang asimtomatik tetapi mempunyai risiko
tinggi atau dicurigai mempunyai masalah. Blackman (1992) menganjurkan agar
bayi atau anak dengan risiko tinggi (berdasarkan anamnesis atau pemeriksaan
fisik rutin) harus dilakukan skrining perkembangan secara periodik. Sedangkan
bayi atau anak dengan risiko rendah dimulai dengan kuesioner praskrining yang
diisi atau dijawab oleh orangtua. Bila dari kuesioner dicurigai ada gangguan
tumbuh kembang dilanjutkan dengan skrining.

a. Skrining perkembangan DENVER II


Skrining perkembangan yang banyak digunakan oleh profesi kesehatan
adalah Denver II, antara lain karena mempunyai rentang usia yang cukup lebar
(mulai bayi baru lahir sampai umur 6 tahun), mencakup semua aspek
perkembangan dengan realiability cukup tinggi (interrates reability = 0.99, test-
retest reability = 0.90). Sampai tahun 1990 metode ini telah digunakan lebih dari
54 negara dan telah dimodifikasi lebih dari 15 negara (Frankenburgh dkk, 1990).
Walaupun secara eksplisit metode ini untuk mendeteksi 4 aspek perkembangan,
tetapi di dalamnya sebenarnya terdapat aspek-aspek lain sebagai berikut :

 Gerak kasar
 Gerak halus (di dalamnya terdapat aspek koordinasi mata dan tangan,
manipulasi benda-benda kecil, pemecahan masalah )
 Berbahasa (di dalamnya terdapat juga aspek pendengaran, penglihatan dan
pemahaman, komunikasi verbal)
 Personal sosial (di dalamnya terdapat juga aspek penglihatan, pendengaran,
komunikasi, gerak halus dan kemandirian).

46
Uji Denver membutuhkan waktu cukup lama sekitar 30-45 menit.
Kesimpulan hasil skrining Denver II hanya menyatakan bahwa balita tersebut:
normal atau dicurigai ada gangguan tumbuh kembang pada aspek tertentu.
Normal, jika ia dapat melakukan semua kemampuan (atau berdasarkan laporan
orang tuanya) pada semua persentil yang masuk dalam garis umurnya. Walaupun
ada 1 ketidakmampuan atau menolak melakukan pada persentil 75-90 masih
dianggap normal. Dicurigai ada gangguan tumbuh kembang jika ada 1 atau lebih
ketidakmampuan pada persentil > 90, atau 2 (atau lebih) ketidakmampuan/
menolak pada persentil 75-90 yang masuk garis umurnya. Selain itu di dalam
Denver II ada bagian terpisah untuk menilai perilaku anak secara sekilas. Tetapi
Denver II tidak mampu mendeteksi gangguan emosional, atau gangguan-
gangguan ringan. Tidak ada metoda skrining yang sempurna.

b. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)


Kuesioner ini diterjemahkan dan dimodifikasi dari Denver Prescreening
Developmental Questionnaire (PDQ) oleh tim Depkes RI yang terdiri dari
beberapa dokter spesialis anak, psikiater anak, neurolog, THT, mata dan lain-lain
pada tahun 1986. Kuesioner iniuntuk skrining pendahuluan bayi umur 3
bulansampai anak umur 6 tahun yang dilakukan oleh orangtua. Setiap umur
tertentu ada 10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan anak, yang harus
diisi (atau dijawab) oleh orangtua dengan ya atau tidak, sehingga hanya
membutuhkan waktu 10-15 menit (lihat lampiran). Jika jawaban ya sebanyak 6
atau kurang maka anak dicurigai ada gangguan perkembangan dan perlu dirujuk,
atau dilakukan skrining dengan Denver II. Jika jawaban ya sebanyak 7-8, perlu
diperiksa ulang 1 minggu kemudian. Jika jawaban ya 9-10, anak dianggap tidak
ada gangguan, tetapi pada umur berikutnya sebaiknya dilakukan KPSP lagi.
Untuk memperluas jangkauan skrining perkembangan Frankenburg dkk,. (1990)
menganjurkan agar lebih banyak menggunakan PDQ, karena mudah, cepat, murah
dan dapat dikerjakan sendiri oleh orangtua atau dibacakan oleh orang lain
(misalnya paramedis atau kader kesehatan). Jika dengan PDQ dicurigai ada
gangguan perkembangan, anak tersebut dirujuk untuk dilakukan skrining dengan

47
Denver II yang lebih rumit, lama dan harus dilakukan oleh tenaga terlatih.
Kuesioner ini sampai sekarang masih dianjurkan oleh Depkes untuk digunakan di
tingkat pelayanan kesehatan primer sering disebut sebagai ‘buku hijau’ berjudul
Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Depkes RI 1994 yang telah diuji
coba di beberapa provinsi, tetapi tampaknya jarang dimanfaatkan. Bahkan
beberapa dokter Puskemas tidak tahu adanya buku tersebut, atau tidak tahu cara
penggunaannya karena tidak pernah diajarkan.

c. Buku Pedoman Pembinaan Perkembangan Anak di Keluarga


Buku ini disusun oleh tim dari Fakultas Kedokteran UI (terdiri dari dokter
spesialis anak, psikiater anak, neurologi, mata, THT), Fakultas Psikologi UI,
Depkes dan UNICEF pada tahun 1987-1988, untuk digunakan oleh keluarga dan
kader kesehatan dalam memantau perkembangan anak umur 0 - 6 tahun. Di dalam
buku ini pada setiap rentang umur tertentu dipilih 4 milestone perkembangan
untuk umur tersebut (masing-masing mewakili aspek gerak kasar, gerak halus,
bicara-bahasa kecerdasan, kemampuan bergaul dan mandiri dari skala
perkembangan Denver) yang mudah dikenali atau dilakukan oleh orangtua atau
kader karena dilengkapi dengan gambar-gambar yang mudah dimengerti (lihat
lampiran). Dengan buku berwarna merah muda ini (buku pink) keluarga atau
kader bisa menemukan keterlambatan perkembangan balita untuk dirujuk ke
dokter keluarga atau Puskesmas terdekat. Oleh karena itu buku ini sebenarnya
merupakan instrumen praskrining. Bahkan di dalam buku ini juga dijelaskan cara
melakukan stimulasi/intervensi dini oleh keluarga atau kader kesehatan jika
ditemukan gangguan tumbuh kembang sebelum dirujuk.23 Ikatan Dokter Anak
Indonesia melalui Satgas Instrumen Komite Tumbuh Kembang Anak Indonesia
pada tahun 1996 bersama BKKBN dan Depkes telah membuat konsep buku
Pedoman Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Balita dan Kalender
Tumbuh Kembang Balita bagi keluarga, yang telah di uji coba di Bali, Jawa
Timur dan Jawa Tengah dengan milestone yang lebih sedikit. Tetapi karena
keterbatasan biaya belum disebarluaskan di masyarakat.

d. Kuesioner Skrining Perilaku Anak Prasekolah (KSPAP)

48
Kuesioner ini diterjemahkan dan dimodifikasi dari Home Screening
Questionnaire (Frankenburg, 1986) oleh tim Departemen Kesehatan RI yang
terdiri dari beberapa dokter spesialis anak, psikiater anak, neurolog, THT, mata
dan lain-lain pada tahun 1986. Kuesioner terdapat di dalam ‘buku hijau’ berjudul
Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Depkes RI 1994, tetapi
tampaknya jarang dimanfaatkan. Bahkan beberapa dokter Puskemas
tidak tahu cara penggunaannya karena tidak pernah diajarkan. Kuesionir
ini berisi 30 perilaku anak (lihat lampiran) yang ditanyakan kepada orangtua (oleh
kader kesehatan, guru atau diisi sendiri olehorangtua) untuk mendeteksi dini
kelainan perilaku anak prasekolah (3-6 tahun). Orangtua dapat menjawab: tidak
pernah (nilai 0), kadang-kadang (nilai 1), atau sering (nilai 2), sesuai dengan
perilaku anaknya sehari-hari. Jika jumlah nilai seluruhnya lebih dari 11, maka
anak perlu dirujuk. Jika kurang dari 11 tidak perlu dirujuk.

e. Pediatric Symptom Checklist (PSC)


Kuesioner ini dipublikasikan oleh Jelllinek dkk (1988) untuk skrining
perilaku anak umur 4-16 tahun berupa 35 perilaku anak yang harus dinilai oleh
orangtua (lihat lampiran). Orangtua dapat menjawab tidak pernah (nilai 0),
kadang-kadang (nilai 1), atau sering (nilai 2), sesuai dengan perilaku anaknya
seharihari. Jika jumlah nilai seluruhnya lebih dari 28, maka anak perlu dirujuk.
Jika kurang dari 28 tidak perlu dirujuk.

f. Checklist for Autism in Toddlers (CHAT)


American Academic of Pediatrics (AAP) sejak 2001 merekomendasikan CHAT
sebagai salah satu alat skrining untuk deteksi dini gangguan spektrum autistik
(autistic spectrum disorder) anak umur 18 bulan sampai 3 tahun, di samping
PDDST (pervasive developmental disorder screening test) yang diisi oleh
orangtua.25 CHAT dikembangkan di Inggris dan telah dipublikasikan oleh Cohen
dkk,. sejak tahun 1992 serta telah digunakan untuk skrining lebih dari 16.000 balita.
Walaupun sensitivitasnya kurang, AAP menganjurkan dokter menggunakan salah
satu alat skrining tersebut. Bila dicurigai ada risiko autis atau gangguan

49
perkembangan lain maka dapat dirujuk untuk penilaian komprehensif dan
diagnostik.

4. Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan lanjutan untuk menentukan diagnosis dan etiologinya tergantung
kepada jenis gangguan tumbuh kembangnya, misalnya pemeriksaan neurologis
(klinis, EEG, BERA dan lain-lain), radiologis, mata, THT, psikiatris, psikologis,
genetis (kromosom), endokrin dan lain-lain.

50
DAFTAR PUSTAKA

1. Dorlan,W.A.Newman ; alih bahasa , Huriawati, Hartanto, dkk ;editor


edisi bahasa indonesia, Huriawati, Hartanto, dkk; 2002:Kamus
Kedokteran Dorland, Edisi 29,Jakarta, EGC.
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1995/Menkes/SK/XII/2010
tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktoral Jenderal Bina
Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
3. Ismail, Djauhar. Deteksi dini tumbuh kembang anak. Yogyakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2011
4. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB BR.Nelson Ilmu
Kesehatan Anak Esensial. Singapore: Saunders Elsevier; 2014:18
5. Fadlyana, Eddy. Editor. Pertumbuhan dan Perkembangan. Dalam.
Marcdante, Karen J. Et al. Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi ke-6.
Jakarta : Elsevier. 2014. Hal 18
6. Soetjiningsih. 2016. Tumbuh Kembang Anak, Ed.2. Jakarta: EGC
7. Hassan. Rusepno dkk. Ilmu Kesehatan anak, Jakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2002
8. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Mengenal Keterlambatan
Perkembangan Umum Pada Anak. Diunduh tanggal 15 Maret 2018 dari
URL : http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenal-
keterlambatan-perkembangan-umum-pada-anak
9. Watson L., dan Marcus L., Diagnosa dan penilaian terhadap anak – anak
prasekolah. Dalam Schopler, E., dan Mesibov, G. (eds) Diagnosis and
assessment in autism. London, Plenum Press, 1988.
10. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. USA: American
Psychiatric Association
11. Soedjatmiko. Deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita. Sari
Pediatri. 2001; 3(3): 175-188.
12. Sari Pediatri, Vol. 3, No. 3, Desember 2001: 175 - 188

51

Anda mungkin juga menyukai