Tutor
dr.Ave Olivia Rahman, M. Sc
Anggota Kelompok 2A
1
Skenario
Anak K, laki-laki usia 2 tahun, BB 12 kg, TB 89 cm dibawa ibunya ke poli
umum karena hingga saat ini belum dapat bicara dengan lancar. Anak K tidak mampu
mengucapkan kalimat, ia hanya dapat mengucapkan beberapa kata dan belulm
menyebutkannya secara jelas. Anak K merespon ketika dipanggil atau diajak bicara.
Perkembangan anak K yang lainnya sesuai dengan perkembangan anak-anak
seumurnya. Anak K lahir cukup bulan, melalui persalinan normal, dengan berat badan
lahir 3500 gram dan panjang badan 49 cm. Tidak ada kelainan pada ibu selama hamil.
Ibu khawatir akan kondisi anak K saat ini, ia mengira anaknya saat ini menderita
autisme. Dokter yang memeriksa pun melakukan pemeriksaan tumbuh kembang pada
anak K.
2
Klarifikasi Istilah
1. Perkembangan
Bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematangan/maturitas 1
2. Pertumbuhan
Perubahan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.1
3. Autisme
Gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya
gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku,
komunikasi dan interaksi sosial.1
3
Identifikasi Masalah
1. Apa makna klinis Anak K, usia 2 tahun dengan berat badan 12 kg dan tinggi
badan 89 cm?
2. Mengapa Anak K dengan kemampuan bicaranya yang belum lancar?
3. Apa makna klinis Anak K merespon ketika dipanggil atau diajak bicara?
4. Bagaimana tahapan-tahapan perkembangan anak?
5. Apa jenis dan ciri gangguan pertumbuhan pada anak?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada anak?
7. Apa saja tanda-tanda bahaya pada perkembangan anak?
8. Apa saja penyakit gangguan perkembangan pada anak?
9. Apa hubungan riwayat persalinan dan riwayat lahir Anak K dengan kemampuan
bicaranya yang belum lancar?
10. Jelaskan mengenai autisme?
11. Apa perbedaan perkembangan anak normal dan anak autism?
12. Bagaimana mendiagnosis anak yang menderita autisme?
13. Bagaimana memeriksa tumbuh kembang pada anak?
14. Bagaimana alur diagnosa yang akan dilakukan?
4
Brainstorming
1. Apa makna klinis Anak K, usia 2 tahun dengan berat badan 12 kg dan tinggi
badan 89 cm?
Jawaban :
Berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), status gizi anak K
termasuk ke dalam kategori normal.
3. Apa makna klinis Anak K merespon ketika dipanggil atau diajak bicara?
Jawaban :
Makna klinis dari anak merespon saat dipanggil dan diajak bicara merupakan
petunjuk untuk menyingkirkan dugaan autis serta untuk keterlambatan bicara masih
dianggap normal karena pada dasarnya anak usia 2 tahun memang hanya dapat
mengucapkan beberapa kata saja.
5
Ras/Etnik
Keluarga
Umur
Jenis kelamin
Kelainan genetic
Kelainan kromosom
b. Faktor Eksternal
Prenatal
Persalinan
Pascanatal
7. Apa saja tanda-tanda bahaya pada perkembangan anak?
Jawaban :
a. Tanda bahaya perkembangan motor kasar
b. Tanda bahaya gangguan motor halus
c. Tanda bahaya bicara dan bahasa (ekspresif)
d. Tanda bahaya bicara dan bahasa (reseptif)
e. Tanda bahaya gangguan sosio-emosional
f. Tanda bahaya gangguan kognitif
6
Riwayat persalinan yang jelek (BBLR, premature) merupakan suatu faktor resiko
terjadinya gangguan pada tumbuh kembang anak di kemudian hari.
10. Jelaskan mengenai autisme?
Jawaban :
Terdapat berbagai macam faktor penyebab dari autisme, antara lain faktor
psikososial, faktor biologis meliputi faktor prenatal, faktor natal, dan faktor post-
natal.Gejala dari autisme adalah meliputi gangguan komunikasi, gangguan
interaksi sosial, gangguan persepsi sensoris, gangguan perilaku, gangguan
emosional.
bulan).
7
e. Lebih suka menyendiri
a. Sering menerapkan permainan
pura – pura dengan boneka,
mainan binatang (misalnya
memberi makan boneka)
b. Perilaku pura – pura tidak
terbatas pada kegiatan sehari –
hari (misalnya pura – pura
8
Pediatric Symptom Checklist (PSC)
Checklist for Autism in Toddlers (CHAT)
Tanyakan daya perndengaran dengan Tes Daya Dengan dan daya
penglihatan dengan Tes Daya Lihat
9
Analisis Masalah
1. Apa makna klinis Anak K, usia 2 tahun dengan berat badan 12 kg dan tinggi
badan 89 cm?2
Jawaban :
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010
tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, anak laki-laki di usia 2
tahun atau 24 bulan dikatakan gizi baik jika:
Berat Badan : 9,7 kg - 15,3 kg
Tinggi Badan : 81,7 cm – 93,9 cm
Anak K di usia 2 tahun memiliki BB 12 kg dan TB 89 cm, sehingga anak K
termasuk ke dalam kategori gizi baik.
3. Apa makna klinis Anak K merespon ketika dipanggil atau diajak bicara?4
Jawaban :
Makna klinis dari anak merespon saat dipanggil dan diajak bicara merupakan
petunjuk untuk menyingkirkan dugaan autis seperti yang diguga oleh orang tua
An.K , dimana gejala dari autisme itu sendiri terdiri dari :
1. Gangguan komunikasi
Terlambat bicara
Bahasa planet/ bahasa yang tidak dapat dimengerti
Meniru / membeo (ekolalia)
Meniru kata-kata / nyanyian tanpa tahu artinya
2. Gangguan interaksi sosial
Menolak / menghindar bertatap mata
10
Tidak menoleh bila dipanggil
Sering menolak bila dipeluk
Tidak ada usaha melakukan interaksi dgn orang lain, asyik main
sendiri
Bila didekati malah menjauh
3. Gangguan prilaku
Hiperaktifitas motorik tidak bisa diam, lari tak terarah,
melompat, berputar, memukul benda-benda.
Hipoaktifitas motorik duduk diam bengong, bermain monoton,
kurang variatif, diulang-ulang, terpaku oleh sesuatu hal.
4. Gangguan emosional
Tidak ada / kurang empati
Tertawa sendiri, menangis / marah tanpa sebab yang nyata
Tempertantrum, agresif, destruktif
5. Gangguan Persepsi sensoris
Mendengar suara keras langsung menutup telinga
Tidak suka rabaan / pelukan
Tidak nyaman memakai pakaian dari bahan kasar.
Dilihat dari gejala autisme diatas tidak ditemukan pada An.K yang
mengarah pada autisme, untuk keterlambatan bicara masih dianggap normal
karena pada dasarnya anak usia 2 tahun memang hanya dapat mengucapkan
beberapakata saja.
11
tengkurap tengah respon sumber suara
menggunaka
n mata
4 bulan Mengangkat Mencari obyek Melihat tangan Tertawa dan
tangan Raking grasp Mulai bermain menangis
Tengkurap dengan mainan
Tidak dijumpai
headlag jika
ditarik dari
posisi tidur
terlentang
6 bulan Duduk sendiri Memindahkan Bisa memberi Mengoceh
obyek dari makan diri
tangan ke tangan sendiri
Memegang botol
9 bulan Mulai belajar Mulai pincer Bisa melambai Bilang dada
berdiri grasp bye-bye and mama,
Dapat duduk Mempertemukan Memainkan pat- tapi tidak
sendiri 2 balok a-cake spesifik
Mengucapka
n dua suku
kata
12 Berjalan Memasukkan Minum dari Bilang mama
bulan Bangkit dan balok dalam gelas dan papa
berdiri cangkir Meniru spesifik
gerakanorang Mengucapka
lain n1-2 kata
yang lainnya
15 Berjalan Mulai mencorat Menggunakan Mengucapka
bulan mundur coret sendok dan n 3-6 kata
Menyusun dua garpu Mengikuti
balok secara Membantu perintah
vertikal pekerjaan rumah
18 Lari Menyusun 4 Melepas baju Mengucapka
bulan balok vertikal “memberi n paling tidak
Menendang bola makan” boneka 6 kata
2 tahun Naik dan turun Menyusun 6 Mencuci tangan Menunjuk Mengerti
tangga balok Menggosok gigi gambar konsep
Melempar Meniru garis Belajar memakai Menggabung hari ini
melewati kepala baju kan 2 kata
Mengenal
bagian tubuh
3 tahun Berjalan secara Menyusun 8 Menggunakan Mengenal Mengerti
bergantian balok vertikal sendok dengan gambar konsep
Lompat baik 75% “besok”
Memakai kaos bicaranya dan
dimengerti “kemarin
oleh orang ”
12
lain
4 tahun Mampu Meniru bentuk Menggosok gigi Menyebut
menjaga O, mungkin + tanpa bantuan warna
keseimbangan Menggambar Memakai baju Mengerti kata
atu sama lain orang, yang tanpa bantuan sifat
Berdiri pada terdiri dari 3
satu kaki bagian
5 tahun Skipping Meniru bentuk Menghitung
Berjalan jinjit ▀ Mengerti
dan berjalan kebalikan
dengan tumit
6 tahun Berdiri satu Meniru bentuk ∆ Memahami Mulai
kaki selama 6 Menggambar kata mengerti
detik orang yang konsep
terdiri dari 6 “kanan”
bagian dan “kiri”
Ketika anak yang seusia sudah mulai bicara dan anak Anda belum bicara maka
ini bisa menjadi salah satu gangguan tumbuh kembang anak. Kondisi ini berarti
bahwa anak memang gagal untuk berkomunikasi baik dengan cara bicara,
memahami perintah atau cara komunikasi yang lain. Anda bisa mengamati anak
bila memang sudah tertinggal dari teman lain yang seusia.
Ketika anak sudah berusia 8 bulan atau lebih maka seharusnya anak sudah mulai
untuk belajar berjalan. Tapi ketika pada usia tersebut anak masih belum
menunjukkan tanda tanda untuk belajar berjalan atau terlihat lemah maka anak bisa
mengalami gangguan pertumbuhan. Ketika masalah ini terjadi hingga usia anak
sampai 18 bulan maka anak termasuk terlambat berjalan. Ketika usia anak sudah
lebih dari 18 bulan dan tidak ingin belajar berjalan maka ini kondisi yang sangat
mengkhawatirkan.
13
3. Autisme
Gangguan autisme juga termasuk salah satu jenis gangguan tumbuh kembang
anak. Kondisi ini bisa menyebabkan anak sulit untuk memahami situasi, sulit untuk
bicara, tindakan emosional yang berlebihan dan terkdang bisa membuat anak
mengalami gangguan yang kompleks. Gangguan ini juga bisa mendorong masalah
sistem neurologis yang akan membuat anak sulit untuk berkomunikasi dan interaksi
dengan sosial.
4. Cerebral palsy
Cerebral palsy merupakan sebuah gangguan yang terjadi sejak janin masih
berada dalam rahim dan bisa dideteksi dalam pemeriksaan kehamilan. Kelainan ini
akan menyebabkan anak mengalami masalah gerakan, perlambatan pertumbuhan,
cacat fisik dan pertumbuhan sistem motorik yang tidak normal. Anak juga bisa
menjadi sangat terlambat terutama untuk mengusai beberapa keahlian dasar dan
keterampilan hidup.
5. Sindrom Down
Kondisi sindrom down termasuk salah satu kondisi yang sering menyebabkan
anak memiliki pertumbuhan yang lambat. Kondisi kelainan ini juga sudah terjadi
sejak dalam kandungan dimana sel kromosom 46 sering membelah dan
menggandakan diri namun menjadi tidak sempurna. Akibatnya bisa merusak
kemampuan sel motorik tubuh, kemampuan perkembangan tubuh dan juga masalah
cacat tubuh. Anak juga bisa lahir dengan beberapa penyakit bawaah seperti
kelainan jantung dan jenis cacat kongenital lain.
14
endokrin. Tidak ada cara untuk mengatasi ini sehingga anak harus mendapatkan
terapi sejak dini.
Kemudian anak juga akan terlihat memiliki keterampilan fisik yang sangat
rendah. Hal ini bahkan sudah bisa terlihat sejak anak masih balita. Anak cenderung
terlambat untuk mulai merangkak, mulai berjalan, mulai duduk dan bahkan mulai
untuk berdiri. Semua masalah ini bisa membuat anak terlambat dalam semua hal
termasuk untuk semua gerakan fisik anak.
Kemampuan anak untuk semua bidang memang sudah lambat sejak masih kecil.
Terkadang kondisi ini bisa membuat anak mengalami masalah termasuk dalam
keterampilan kemampuan sosial dan mental. Anak tidak bisa memiliki kemampuan
yang baik untuk merawat diri dan selalu mengandalkan orang lain. Beberapa anak
terlihat memiliki masalah mental seperti mudah marah, menjadi sangat agresif dan
terlihat berbeda dibandingkan anak lain yang lebih sehat.
Ketika anak sudah semakin dewasa maka anak juga bisa mengalami masalah
keterlambatan karakteristik seksual. Kondisi ini bisa menyebabkan anak cenderung
tidak dewasa. Beberapa anak laki-laki dan perempuan juga terlambat
15
mengembangkan ciri dewasa seksual seperti pertumbuhan rambut dan tanda lain
pada alat kelamin.
Anak yang mengalami masalah gangguan tumbuh kembang anak juga akan
mengalami perlambatan perkembangan tulang dan gigi. Semua kondisi ini akan
membuat anak sudah bermasalah dengan pertumbuhan gigi sejak masih kecil.
Kemudian beberapa anak mengembangkan bentuk tulang rawan yang tidak normal.
Hal ini bisa membuat anak terlihat seperti mengalami gangguan fisik.
Anak yang terkena gangguan tumbuh kembang juga bisa mengalami kondisi
yang sangat berbeda. Awalnya anak terlihat seperti anak yang normal dan gemuk.
Namun jika diamati maka anak bisa memiliki banyak lapisan lemak dibawah kulit.
Kondisi ini bisa membuat anak memiliki bentuk badan yang lebih pendek, bentuk
wajah yang terlalu datar dan juga masalah tubuh lain.
Anak-anak yang terkena gangguan ini juga bisa memiliki masalah sistem
pencernaan. Kondisi ini paling sering terjadi sehingga menyebabkan anak memiliki
gangguan perut seperti diare, sembelit dan terkadang juga bau kotoran yang
berbeda. Semua kondisi ini bisa membuat anak terlihat seperti anak yang kurang
sehat.
16
Kelainan kromosom
b. Faktor Eksternal
Prenatal
Gizi, Toksin/Zat kimia, Endokrin, Radiasi, infeksi, kelainan
imunologi, anoreksia, psikologi ibu
Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan
asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak
Pascanatal
Gizi, penyakit kronis/ kelaian kongenital, lingkungan fisik dan
kimia, psikologis, sosial ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi
dan obat-obatan.
17
2. Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan
3. Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan
Tanda bahaya bicara dan bahasa (reseptif)
1. Perhatian atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi,
misalnya saat dipanggil tidak selalu member respons
2. Kurangnya join attention atau kemampuan berbagi perhatian atau
ketertarikan dengan orang lain pada usia 20 bulan
3. Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah usia 30 bulan
Tanda bahaya gangguan sosio-emosional
1. 6 bulan: jarang senyum atau ekspresi kesenangan lain
2. 9 bulan: kurang bersuara dan menunjukkan ekspresi wajah
3. 12 bulan: tidak merespon panggilan namanya
4. 15 bulan: belum ada kata
5. 18 bulan: tidak bisa bermain pura-pura
6. 24 bulan: belum ada gabungan 2 kata yang berarti
7. Segala usia: tidak adanya babbling, bicara dan kemampuan bersosialisasi /
interaksi
Tanda bahaya gangguan kognitif
1. 2 bulan: kurangnya fixation
2. 4 bulan: kurangnya kemampuan mata mengikuti gerak benda
3. 6 bulan: belum berespons atau mencari sumber suara
4. 9 bulan: belum babbling seperti mama, baba
5. 24 bulan: belum ada kata berarti
6. 36 bulan: belum dapat merangkai 3 kata
18
yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi
dan perilaku
b. ADHD (Attention Deficyte Hyeractivity Disorders) : anak yang memiliki
kesulitan memusatkan perhatian dan mempertahankan fokus pada tugas
yang sedang dikerjakan .Mereka cenderung bergerak terus secara konstan
dan tidak bisa tenang. Akibatnya : mereka sering kesulitan belajar di
sekolah, mendengar dan mengikuti instruksi Orang Tua, dan bersosialisasi
dengan teman sebaya.
c. Sindrom down : Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat
dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang
terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih.
Perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal. Beberapa
faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah
biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan
perkembangan motorik dan keterampilan untuk menolong diri sendiri.
d. Retardasi mental : Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia
yang rendah (IQ < 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk
belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang
dianggap normal.
e. Cerebral palsy : Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang
tidak progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan
pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum
selesai pertumbuhannya.
f. Gangguan bicara dan bahasa : Kemampuan berbahasa merupakan indikator
seluruh perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif
terhadap keterlambatan atau kerusakan pada system lainnya, sebab
melibatkan kemampuan kognitif, motor, psikologis, emosi dan lingkungan
sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan
bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap
19
9. Apa hubungan riwayat persalinan dan riwayat lahir Anak K dengan kemampuan
bicaranya yang belum lancar?6
Jawaban :
Salah satu factor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah factor
prenatal perlu diketahui keadaan ibu saat masih mengandung mengalami gangguan
atau tidak selain itu juga riwayat persalinan diperlukan untuk mengetahui apakah
anak lahir cukup bulan, berat cukup dan keadaan-keadaan lain yang menganggu.
Bayi yang lahir kurang bulan merupakan salah satu factor resiko.
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang
hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR, atau lahir mati dan jarang
menyebabkan cacat bawaan. Disamping itu dapat pula menyebabkan hambatan
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah
terkena infeksi, abortus dan sebagainya.
20
Tidak nyaman memakai pakaian dari bahan kasar
21
Penggunaan jargon dengan intonasi yang seperti kalimat
Penggunaan bahasa tubuh dan vokalisasi untuk mendapatkan perhatian,
menunjukkan benda – benda dan mengajukan permintaan
3-50 kosa kata
Bertanya pertanyaan yang sederhana
Perluasan makna kata yang berlebihan (misalnya, “papa” untuk semua laki –
laki)
18
Menggunakan bahasa untuk menanggapi, meminta sesuatu dan tindakan, dan
mendapatkan perhatian
Juga menarik orang lain untuk mendapaykan dan mengarahkan perhatian
Mungkin sering melakukan perilaku ekolalia atau meniru
Kadang – kadang 3-5 kata digabung (ucapan yang bersifat “telegrafik”
Bertanya pertanyaan yang sederhana (misalnya, mana papa?pergi?)
Menggunakan kata “ini” disertai perilaku menunjuk
24
Menyebut diri sendiri dengan nama dan bukannya “saya”
Tidak dapat mempertahankan topik pembicaraan
Bisa dengan cepat membalikkan kata – kata ganti
Bahasa berfokus pada di sini dan sekarang
Kosa kata sekitar 1000 kata
Kebanyakan morfem gramatikal (kata jamak, masa lampau, preposisi, dll.)
digunakan secara tepat
36
Perilaku ekolalia jarang terjadi pada usia ini
Bahasa semakin banyak digunakan untuk berbicara mengenai “di sana” dan
“kemudian”
Banyak bertanya, seringkali lebih untuk melanjutkan interaksi daripada informasi
Struktur kalimat yang kompleks digunakan
Dapat mempertahankan topik pembicaraan dan menambah informasi baru
48 Bertanya pada orang lain untuk menjelaskan ucapan – ucapan
Menyesuaikan kualitas bahasa dengan pendengar (misalnya, menyederhanakan
bahasa ketika berbicara dengan anak berusia 2 tahun)
Penggunaan struktur yang kompleks secara lebih tepat
60
Struktur gramatikal sudah matang secara umum (masih ada beberapa masalah
22
dengan kesesuaian subjek/kata kerja, bentuk – bentuk kata yang tidak beraturan,
pengucapan, dll.)
Kemampuan untuk menilai kalimat secara gramatikal/nongramatikal dan
membuat perbaikan
Mengembangkan kemampuan memahami lelucon dan sindiran, mengenali
kerancuan verbal
Meningkatkan kemampuan untuk menyesuaikan bahasa dengan perspektif dan
peran pendengar
23
INTERAKSI SOSIAL
Perkembangan Normal
USIA
DALAM INTERAKSI SOSIAL
BULAN
Menggerakkan kepala dan mata untuk mencari arah suara
2
Senyuman sosial
Perilaku meraih sebagai wujud antisipasi untuk digendong
6
Mengulangi tindakan ketika ditiru oleh orang dewasa
Membedakan orang tua dari orang lain
“Memberi dan menerima” permainan pertukaran obyek dengan orang
dewasa
Main cilukba dan semacamnya dengan naskah
8
Menunjukkan obyek kepada orang dewasa
Melambaikan tangan tanda perpisahan
Menangis dan/atau merangkak mengejar ibu ketika ibu meninggalkan
ruangan
Anak mulai permainan secara lebih sering
12 Peran sebagai agen dan juga responden secara bergiliran
Kontak visual yang meningkat dengan orang dewasa selama bermain
Mulai bermain dengan teman sebaya: menunjukkan, memberikan,
18 mengambil mainan
Permainan soliter atau paralel masih sering dilakukan
Masa bermain dengan teman sebaya singkat
24 Permainan dengan teman sebaya lebih banyak melibatkan gerakan kasar
(misalnya, bermain kejar – kejaran) daripada berbagi mainan
Belajar mengambil giliran dan berbagi dengan teman sebaya
Masa interaksi kooperatif yang langgeng dengan teman sebaya
Pertengkaran di antara teman sebaya sering terjadi
36
Senang membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah
Senang berlagak untuk membuat orang lain tertawa
Ingin menyenangkan orang tua
24
Tawar – menawar peran dengan teman sebaya dalam permainan sosio-
dramatik
48 Memiliki teman bermain favorit
Teman sebaya tidak menyertakan secara verbal (kadang – kadang secara
fisik) anak – anak yang tidak disenangi dalam permainan
Lebih berorientasi pada teman sebaya daripada orang dewasa
Sangat berminat menjalin hubungan persahabatan
60 Bertengkar dan saling mengejek dengan teman sebaya biasa terjadi
Dapat mengubah peran dari pemimpin ke pengikut ketika bermain
dengan teman sebaya
25
Mungkin mengembangkan ketakutan yang besar
Lebih suka menyendiri
Tidak bisa menerima anak – anak yang lain
36 Sensitivitas yang berlebihan
Tidak bisa memahami makna hukuman
48 Tidak dapat memahami aturan dalam permainan dengan teman sebaya
Lebih berorientasi kepada orang dewasa daripada teman sebaya
60
Sering menjadi lebih bisa bergaul, tapi interaksi tetap aneh dan satu sisi
IMAJINASI
Usia dalam Perkembangan dengan
Perkembangan Normal
bulan gejala autisme
Perilakunya tidak berbeda terhadap
6
sebuah benda pada saat yang sama
Perilaku dibedakan berdasarkan Pengulangan gerakan
karakteristik benda. Menggunakan dua motorik mungkin
8
buah benda dalam kombinasi (tidak tepat mendominasi kegiatan sadar
digunakan secara sosial)
Perilaku terhadap benda sesuai secara Agak penasaran/eksplorasi
sosial (kegunaan benda). Dua benda atau terhadap lingkungan
lebih dihubungkan secara tepat Penggunaan mainan yang
12
tidak biasa seperti memutar,
menjentik, dan
membariskan benda
Sering berperilaku simbolik (pura – pura
18
minum, berbicara di telepon, dll.)
Sering menerapkan permainan pura – pura
dengan boneka, mainan binatang
24 (misalnya memberi makan boneka)
Perilaku pura – pura tidak terbatas pada
kegiatan sehari – hari (misalnya pura –
26
pura menyetrika). Rangkaian perilaku
pura – pura berkembang (memberi makan
boneka, menimang, dan
membaringkannya di tempat tidur).
Berpura – pura main tembak – tembakan
dengan benda yang ada
Permainan simbolik yang sudah Terus menerus menjilati
direncanakan lebih dahulu- benda – benda
memberitahukan maksudnya dan mencari Tidak ada permainan
benda yang dibutuhkan untuk itu. Mencari simbolik
benda pengganti (misalnya menggunakan Terus menerus melakukan
kotak sebagai pengganti mobil). gerak repetitif seperti
Benda diperlukan alat yang dapat mematung, memutar,
melakukan kegiatan bebas (misalnya berjingkat, dll.
36
boneka dibuat agar dapat mengangkat Kekaguman visual terhadap
gelas sendiri) benda – menatap cahaya
lampu, dll.
Menunjukkan banyak
kekuatan yang berhubungan
dalam manipulasi
visual/motorik, misalnya
puzzle.
Permainan sosiodramatis-pura – pura Penggunaan fungsional
bermain dengan dua anak lain atau lebih. terhadap benda – benda.
Menggunakan pantomim untuk mewakili Beberapa aksi langsung
benda yang diperlukan (misalnya purs – terhadap boneka atau orang
pura menuangkan air karena tidak ada lain; kebanyakan
48
teko) melibatkan anak – anak
Kehidpan nyata dan khayal dapat sebagai alat perantara.
membantu peranan untuk waktu yang Permainan simbolik, jika
lam. ada, terbatas dan sederhana
serta diulang – ulang.
27
Selama permainan,
keterampilan yang sulit
berkembang, tetap
membutuhkan banyak
waktu dibanding kegiatan
lebih mudah.
Beberapa di antaranya tidak
mengkombinasikan alat
permainan dalam bermain
Bahasa berperan penting dalam Tidak dapat berpantomim
60 menciptakan tema, menegosiasikan peran Tidak bermain sosiodrama
dan bermain drama
Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat sejak bayi atau anak menurut usia :
USIA 0 – 6 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
28
Tidak “babbling”
Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
USIA 6 – 12 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan
Sulit bila digendong
Tidak “babbling”
Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
Tidak ditemukan senyum sosial
Tidak ada kontak mata
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
USIA 1 -2 tahun
Kaku bila digendong
Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da)
Tidak mengeluarkan kata
Tidak tertarik pada boneka
Memperhatikan tangannya sendiri
Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/halus
Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
USIA 2 – 3 TAHUN
Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
Melihat orang sebagai “benda”
Kontak mata terbatas
Tertarik pada benda tertentu
Kaku bila digendong
USIA 4 – 5 TAHUN
29
Sering didapatkan ekolalia (membeo)
Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)
Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
Temperamen tantrum atau agresif
BAGIAN A
Alo – anamnesis (keterangan yang ditanyakan dokter dan diberikan
oleh orang tua atau orang lain yang biasa mengasuhnya)
Senang diayun-ayun atau diguncang guncang naik-turun (bounced) di
lutut ?
Tertarik (memperhatilan) anak lain ?
Suka memanjat benda-benda, seperti mamanjat tangga ?
Bisa bermain cilukba, petak umpet ?
Pernah bermain seolah-olah membuat secangkir teh menggunakan
mainan berbentuk cangkir dan teko, atau permainan lain ?
Pernah menunjuk atau menerima sesuatu dengan menunjukkan jari ?
Pernah menggunakan jari untuk menunjuk ke sesuatu agar anda melihat
30
ke sana ?
Dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil mainan atau balok-
balok) ?
Pernah memberikan suatu benda untuk menunjukkan sesuatu ?
BAGIAN B. Pengamatan
31
Interpretasi
Risiko tinggi menderita autis : bila tidak bisa melakukan A5, A7, B2,
B3, dan B4
Risiko kecil menderita autis : tidak bisa melakukan A7 dan B4
Kemungkinan gangguan perkembangan lain : tidak bisa melakukan >3
32
Gangguan dalam bidang interaksi social
Menolak atau menghindar untuk bertatap muka
Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli
Merasa tidak senang atau menolak dipeluk
Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang terdekat
dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya
Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain
Saat bermain bila didekati malah menjauh
Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan orang lain dan
mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya.
Gangguan perilaku
Sering dianggap sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan
barang tertentu pada tempatnya
33
Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang
baru pertama kali ia datang, ia akan membuka semua pintu, berjalan
kesana kemari, berlari-lari tak tentu arah.
Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan tangannya seperti
burung terbang). Ia juga sering menyakiti diri sendiri seperti memukul
kepala atau membenturkan kepala di dinding
Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam), duduk diam
bengong dengan tatap mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk akal.
Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun
orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke
orang lain atau dirinya sendiri.
Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku
lainnya.
34
DIAGNOSIS AUTIS
Diagnosis Autis adalah dianopsis klinis tidak ada satu pemeriksaan lain berupa
laboratorium ataupun tes yang dapat memastikannya. Diagnosis klinis adalah
mengamati secara langsng riwayat perkembangan sebelumnya dan pengamatan
yang cermat tentang berbagai perkembangan yang ada. Menegakkan diagnosis
autis memang tidaklah mudah karena membutuhkan kecermatan, pengalaman
dan mungkin perlu waktu yang tidak sebentar untuk pengamatan. Sejauh ini
tidak ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa langsung autis.
Diagnosa yang paling baik adalah dengan cara seksama mengamati perilaku
anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya.
Banyak tanda dan gejala perilaku seperti autism yang disebabkan oleh adanya
gangguan selain autis.
Pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya mungkin diperlukan untuk
memastikan kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.
Karena karakteristik dari penyandang autis ini banyak sekali ragamnya sehingga
cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan memeriksakan anak pada
beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi anak, ahli
penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya
dibidang autis.
Tes alergi IgG4, tes rambut, tes bioresonansi dan berbagai tes lainnya untuk
memastikan penyebab makanan yang mengganggu autis tidak sensitif dan
sebaiknya tidak diulakukan. Banyak klinisi yang mengirimkan tes IgG4 yang
harus dikirm ke Amerika Serikat). tes ini sendiri tidak direkomendasikan oleh
FDA (Food Drug Administration America), hal itu tertulis kecil di bagian bawah
hasil pemeriksaan. Untuk memastikan penyebab alergin atau reaksi simpang
makanan adalah dengan eliminasi provokasi. (baca : Challenge Tes (Eliminasi
Provokasi Makanan) : Diagnosis Pasti Alergi Makanan dan
Hipersensitifitas Makanan)
Sedangkan pemeriksaan lain seperti EEG, CT scan, MRI atau tes kultur feses,
dan pemeriksaan feses lainnya hanya sebatas untuk kepentingan penelitian.
Bukan untuk dilakukan tindakan rutin.
35
Dokter ahli atau praktisi kesehatan profesional yang hanya mempunyai sedikit
pengetahuan dan wawasan mengenai autis akan mengalami kesulitan dalam
mendiagnosa autis. Kadang kadang dokter ahli atau praktisi kesehatan
profesional keliru melakukan diagnosa dan tidak melibatkan orang tua sewaktu
melakukan diagnosa. Kesulitan dalam pemahaman autis dapat menjurus pada
kesalahan dalam memberikan pelayanan kepada penyandang autisme yang
secara umum sangat memerlukan perhatian yang khusus dan rumit.
Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat disimpulkan sebagai hasil mutlak dari
kemampuan dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang tua mengenai
kronologi perkembangan anak adalah hal terpenting dalam menentukan
keakuratan hasil diagnosa. Secara sekilas, penyandang autis dapat terlihat seperti
anak dengan keterbelakangan mental, kelainan perilaku, gangguan pendengaran
atau bahkan berperilaku aneh dan nyentrik. Yang lebih menyulitkan lagi adalah
semua gejala tersebut diatas dapat timbul secara bersamaan.
Karenanya sangatlah penting untuk membedakan antara autis dengan yang
lainnya sehingga diagnosa yang akurat dan penanganan sedini mungkin dapat
dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat.
1. Tidak mampu menjalin interaksi sosial non verbal: kontak mata, ekspresi
muka, posisi tubuh, gerak-gerik kurang tertuju
2. Kesulitan bermain dengan teman sebaya
3. Tidak ada empati, perilaku berbagi kesenangan/minat
4. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional 2 arah
36
C. Imaginasi, berpikir fleksibel dan bermain imaginatif (minimal 1):
1. Mempertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan
berlebihan, baik intensitas dan fokusnya
2. Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik/rutinitas yang tidak berguna
3. Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan berulang-ulang. Seringkali
sangat terpukau pada bagian-bagian tertentu dari suatu benda
37
Uji Denver membutuhkan waktu cukup lama sekitar 30-45 menit.
Kesimpulan hasil skrining Denver II hanya menyatakan bahwa balita
tersebut: normal atau dicurigai ada gangguan tumbuh kembang pada
aspek tertentu. Normal, jika ia dapat melakukan semua kemampuan
(atau berdasarkan laporan orangtuanya) pada semua persentil yang
masuk dalam garis umurnya. Walaupun ada 1 ketidakmampuan atau
menolak melakukan pada persentil 75-90 masih dianggap normal.
Dicurigai ada gangguan tumbuh kembang jika ada 1 atau lebih
ketidakmampuan pada persentil > 90, atau 2 (atau lebih)
ketidakmampuan/ menolak pada persentil 75-90 yang masuk garis
umurnya. Selain itu di dalam Denver II ada bagian terpisah untuk
menilai perilaku anak secara sekilas. Tetapi Denver II tidak mampu
mendeteksi gangguan emosional atau gangguan-gangguan ringan.
Tidak ada metoda skrining yang sempurna.
38
PDQ, karena mudah, cepat, murah dan dapat dikerjakan sendiri oleh
orangtua atau dibacakan oleh orang lain (misalnya paramedis atau
kader kesehatan). Jika dengan PDQ dicurigai ada gangguan
perkembangan, anak tersebut dirujuk untuk dilakukan skrining
dengan Denver II yang lebih rumit, lama dan harus dilakukan oleh
tenaga terlatih. Kuesioner ini sampai sekarang masih dianjurkan oleh
Depkes untuk digunakan di tingkat pelayanan kesehatan primer
(dokter keluarga, Puskesmas) sering disebut sebagai ‘buku hijau’
berjudul Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Depkes RI
1994 yang telah diuji coba di beberapa provinsi, tetapi tampaknya
jarang dimanfaatkan. Bahkan beberapa dokter Puskemas tidak tahu
adanya buku tersebut, atau tidak tahu cara penggunaannya karena
tidak pernah diajarkan
39
dirujuk. Ikatan Dokter Anak Indonesia melalui Satgas Instrumen
Komite Tumbuh Kembang Anak Indonesia pada tahun 1996 bersama
BKKBN dan Depkes telah membuat konsep buku Pedoman Deteksi
Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Balita dan Kalender Tumbuh
Kembang Balita bagi keluarga, yang telah di uji coba di Bali, Jawa
Timur dan Jawa Tengah dengan milestone yang lebih sedikit. Tetapi
karena keterbatasan biaya belum disebarluaskan di masyarakat.
40
Checklist for Autism in Toddlers (CHAT)
American Academic of Pediatrics (AAP) sejak 2001
merekomendasikan CHAT sebagai salah satu alat skrining untuk
deteksi dini gangguan spektrum autistik (Autistic Spectrum Disorder)
anak umur 18 bulan sampai 3 tahun, di samping PDDST (Pervasive
Developmental Disorder Screening Test) yang diisi oleh orangtua.
CHAT dikembangkan di Inggris dan telah dipublikasikan oleh Cohen
dkk,. sejak tahun 1992 serta telah digunakan untuk skrining lebih dari
16.000 balita. Walaupun sensitivitasnya kurang, AAP menganjurkan
dokter menggunakan salah satu alat skrining tersebut. Bila dicurigai
ada risiko autis atau gangguan perkembangan lain maka dapat
dirujuk untuk penilaian komprehensif dan diagnostik.
41
kognitif mereka. Namun orang tua tidak selalu benar, karena 20-25% orang
tua tidak mengetahui bahwa anaknya terganggu perkembangannya, dan
banyak orang tua yang khawatir pada perkembangan anaknya padahal tidak
terganggu.
Oleh karena itu kita harus melakukan pemeriksaan fisis dan skrining
perkembangan untuk membuktikan apakah kecurigaan orang tua itu benar.
Selanjutnya anamnesis dapat diarahkan untuk mencari faktor-faktor risiko
atau etiologi gangguan tumbuh kembang yang disebabkan oleh faktor
intrinsik pada balita dan atau faktor lingkungan.
42
lain-lain), komitmen perencanaan kehamilan, hubungan ayah-ibu dan
anak dan lain-lain.
Saudara kandung/tiri yang tinggal serumah: jumlah, jarak umur,
kesehatan (status gizi, imunisasi, kelainan bawaan, gangguan tumbuh
kembang, penyimpangan perilaku), pendidikan, hubungan dengan ayah-
ibu dan lain-lain.
Anggota keluarga lain serumah (nenek, kakek, paman, bibi, pengasuh
anak, pembantu): pengetahuan, sikap dan ketrampilan mencukupi
kebutuhan tumbuh kembang balita. Sarana bermain, mainan (kubus,
puzzle, kertas, pensil, boneka, bola dan lain-lain). Contoh nilai-nilai,
aturan-aturan, penghargaan, hukuman dan lainlain.
Sanitasi: cahaya, aliran udara, kebersihan lantai, kamar tidur, ruang
bermain, sumber air, kakus, septic tank, selokan, pembuangan sampah
dan lainlain.
43
didukung sarana intervensi, serta belum mampu menjangkau semua balita
berisiko tinggi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tinggi badan
Tinggi badan dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan
pertumbuhan, yaitu dengan mengukur panjang (tinggi) badan
secara periodik, kemudian dihubungkan menjadi sebuah garis
pada kurva pertumbuhan tertentu. Pada umumnya digunakan
kurva pertumbuhan yang dipublikasi oleh United Stated National
Center for Health Statitistic (NCHS) pada tahun 1979
berdasarkan data yang dikumpulkan pada tahun 1963-1975.2
Sejak tahun 1983 oleh WHO kurva tersebut dianjurkan
digunakan untuk menilai status gizi dan pertumbuhan anak.
Walaupun sejak tahun 2000 oleh US Centre for Disease Control
(CDC) telah dipublikasikan kurva pertumbuhan baru berdasarkan
data National Health and Nutrition Examination Survey tahun
1988-1994, namun di Indonesia umumnya masih menggunakan
kurva tinggi badan NCHS 1979. Ada juga yang menggunakan
kurva Jumadias atau Yayah-Husaini. Seorang anak dicurigai
mengalami gangguan pertumbuhan jika panjang (tinggi badan)
selama beberapa periode selalu di bawah persentil 3 (- 2 SD)
kurva pertumbuhan tinggi badan rata-rata anak pada usia tersebut
sesuai dengan jenis kelaminnya. Namun keadaan tersebut belum
tentu patologis, karena dapat disebabkan oleh faktor
genetik/familial, atau lambat tumbuh konstistusional akibat
keterlambatan maturasi (usia) tulang lebih dari 2 tahun yang pada
akhir masa remaja dapat mencapai pertumbuhan normal. Oleh
karena itu dengan satu atau dua kali pengukuran, kita hanya dapat
menyebutkan bahwa ia berperawakan pendek atau normal,
namun belum dapat menyimpulkan status pertumbuhannya.
44
b. Berat badan
Berat badan dapat membantu mendeteksi gangguan pertumbuhan, yaitu
dengan menimbang berat badan secara periodik, kemudian dihubungkan
menjadi sebuah garis pada kurva berat badan yang dipublikasi oleh United
Stated National Center for Health Statitistic (NCHS) pada tahun 1979.
Umumnya balita normal berat badannya selalu di atas persentil 5 kurva NCHS,
namun bisa naik atau turun memotong 1-2 kurva persentil berat badan. Jika
kurva berat badan anak mendatar atau menurun hingga memotong lebih dari 2
kurva persentil, disebut failure to thrive (gagal tumbuh), bisa disebabkan oleh
faktor medik (organik, penyakit) atau non medik (psikososial). Berat badan
berkaitan erat dengan masalah nutrisi (termasuk cairan, dehidrasi, retensi
cairan).2 Obesitas dapat dijumpai dengan retardasi mental (sindroma Prader-
Willi dan Beckwith-Wiedeman).
c. Kepala
Perhatikan ukuran, bentuk dan simetri kepala. Mikrosefali (lingkar
kepala lebih kecil dari persentil 3) mempunyai korelasi kuat dengan gangguan
perkembangan kognitif, sedangkan mikrosefali progresif berkaitan dengan
degenerasi SSP. Makrosefali (lingkar kepala lebih besar dari persentil 97) dapat
disebabkan oleh hidrosefalus, neurofibromatosis dan lain-lain.4,8 Bentuk kepala
yang ‘aneh’ sering berkaitan dengan sindrom dengan gangguan tumbuh
kembang. Ubun-ubun besar biasanya menutup sebelum 18 bulan (selambat-
lambatnya 29 bulan). Keterlambatan menutup dapat disebabkan oleh hipotiroidi
dan peninggian tekanan intrakranial (hidresefalus, perdarahan subdural atau
pseudotumor serebri).
45
Pemeriksaan beberapa fungsi syaraf kranial, sistem motorik (kekuatan
otot, tonus otot, refleks-refleks), sistem sensorik, cara berjalan dan lain-lain
dapat mendeteksi adanya gangguan tumbuh kembang anak.
3. Pemeriksaan Penunjang
Skrining Perkembangan
Menurut batasan WHO, skrining adalah prosedur yang relatif cepat,
sederhana dan murah untuk populasi yang asimtomatik tetapi mempunyai risiko
tinggi atau dicurigai mempunyai masalah. Blackman (1992) menganjurkan agar
bayi atau anak dengan risiko tinggi (berdasarkan anamnesis atau pemeriksaan
fisik rutin) harus dilakukan skrining perkembangan secara periodik. Sedangkan
bayi atau anak dengan risiko rendah dimulai dengan kuesioner praskrining yang
diisi atau dijawab oleh orangtua. Bila dari kuesioner dicurigai ada gangguan
tumbuh kembang dilanjutkan dengan skrining.
Gerak kasar
Gerak halus (di dalamnya terdapat aspek koordinasi mata dan tangan,
manipulasi benda-benda kecil, pemecahan masalah )
Berbahasa (di dalamnya terdapat juga aspek pendengaran, penglihatan dan
pemahaman, komunikasi verbal)
Personal sosial (di dalamnya terdapat juga aspek penglihatan, pendengaran,
komunikasi, gerak halus dan kemandirian).
46
Uji Denver membutuhkan waktu cukup lama sekitar 30-45 menit.
Kesimpulan hasil skrining Denver II hanya menyatakan bahwa balita tersebut:
normal atau dicurigai ada gangguan tumbuh kembang pada aspek tertentu.
Normal, jika ia dapat melakukan semua kemampuan (atau berdasarkan laporan
orang tuanya) pada semua persentil yang masuk dalam garis umurnya. Walaupun
ada 1 ketidakmampuan atau menolak melakukan pada persentil 75-90 masih
dianggap normal. Dicurigai ada gangguan tumbuh kembang jika ada 1 atau lebih
ketidakmampuan pada persentil > 90, atau 2 (atau lebih) ketidakmampuan/
menolak pada persentil 75-90 yang masuk garis umurnya. Selain itu di dalam
Denver II ada bagian terpisah untuk menilai perilaku anak secara sekilas. Tetapi
Denver II tidak mampu mendeteksi gangguan emosional, atau gangguan-
gangguan ringan. Tidak ada metoda skrining yang sempurna.
47
Denver II yang lebih rumit, lama dan harus dilakukan oleh tenaga terlatih.
Kuesioner ini sampai sekarang masih dianjurkan oleh Depkes untuk digunakan di
tingkat pelayanan kesehatan primer sering disebut sebagai ‘buku hijau’ berjudul
Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Depkes RI 1994 yang telah diuji
coba di beberapa provinsi, tetapi tampaknya jarang dimanfaatkan. Bahkan
beberapa dokter Puskemas tidak tahu adanya buku tersebut, atau tidak tahu cara
penggunaannya karena tidak pernah diajarkan.
48
Kuesioner ini diterjemahkan dan dimodifikasi dari Home Screening
Questionnaire (Frankenburg, 1986) oleh tim Departemen Kesehatan RI yang
terdiri dari beberapa dokter spesialis anak, psikiater anak, neurolog, THT, mata
dan lain-lain pada tahun 1986. Kuesioner terdapat di dalam ‘buku hijau’ berjudul
Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Depkes RI 1994, tetapi
tampaknya jarang dimanfaatkan. Bahkan beberapa dokter Puskemas
tidak tahu cara penggunaannya karena tidak pernah diajarkan. Kuesionir
ini berisi 30 perilaku anak (lihat lampiran) yang ditanyakan kepada orangtua (oleh
kader kesehatan, guru atau diisi sendiri olehorangtua) untuk mendeteksi dini
kelainan perilaku anak prasekolah (3-6 tahun). Orangtua dapat menjawab: tidak
pernah (nilai 0), kadang-kadang (nilai 1), atau sering (nilai 2), sesuai dengan
perilaku anaknya sehari-hari. Jika jumlah nilai seluruhnya lebih dari 11, maka
anak perlu dirujuk. Jika kurang dari 11 tidak perlu dirujuk.
49
perkembangan lain maka dapat dirujuk untuk penilaian komprehensif dan
diagnostik.
4. Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan lanjutan untuk menentukan diagnosis dan etiologinya tergantung
kepada jenis gangguan tumbuh kembangnya, misalnya pemeriksaan neurologis
(klinis, EEG, BERA dan lain-lain), radiologis, mata, THT, psikiatris, psikologis,
genetis (kromosom), endokrin dan lain-lain.
50
DAFTAR PUSTAKA
51