DROWNING
Pembimbing
dr. SURJIT SINGH, Sp.F
Disusun oleh
Yolanda Budiarta : 102118056
Yesi Desmia : 102118095
Ririn Sepriani : 102118124
Diki Sanjaya : 102118099
B Rommy Vito Kusuma : 17360386
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan hidayah-Nya sehingga paper ini dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya.
Pada paper ini, kami menyajikan teori mengenai drowning. Adapun tujuan
penulisan paper ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik Departemen
Kedokteran Kehakiman, Rumah Sakit haji medan.
Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan pula terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Surjit Singh, Sp.F, atas kesediaan beliau sebagai
pembimbing kami dalam penulisan paper ini. Besar harapan kami, melalui paper
ini, pengetahuan dan pemahaman kita mengenai drowning semakin bertambah.
Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih belum sempurna, baik
dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan paper ini. Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai pihak baik
secara moral maupun spiritual, penulis ucapkan terima kasih. Semoga paper ini
dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
bidang kesehatan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................iii
BAB 3 KESIMPULAN............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1
lama tenggelam, atau pada mayat yang tidak lengkap, atau hanya ada satu bagian
tubuhnya saja.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
Hipoksia dan asidosis serta efek multiorgan dari proses ini yang
menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada tenggelam. Kerusakan sistem saraf
pusat dapat terjadi karena hipoksemia yang terjadi karena tenggelam (kerusakan
primer) atau dari aritmia, gangguan paru, atau disfungsi multiorgan.8
Pada peristiwa tenggelam di air tawar akan menimbulkan anoksia disertai
gangguan elektrolit. Cairan yang teraspirasi dan terdapat pada paru-paru
menghasilkan vasokonstriksi dan hipertensi yang diperantarai oleh nervus vagus.
Air tawar berpindah lebih cepat dari membran kapiler-alveoli ke mikrosirkulasi.
Ini akan mengakibatkan hemodilusi dan hemolisis. Dengan pecahnya elektrolit
maka ion kalium intrasel akan terlepas sehingga menimbulkan hiperkalemia yang
akan mempengaruhi kerja jantung (terjadi fibrilasi ventrikel). Pemeriksaan post
mortem ditemukan tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl jantung kanan lebih tinggi
dari jantung kiri dan adanya buih serta benda-benda air pada paru-paru. 7,8 Selain
itu, air tawar cenderung lebih hipotonik dibandingkan plasma dan menyebabkan
gangguan surfaktan alveoli. Hal ini akan menyebabkan instabilitas alveoli,
atelektasis, dan penurunan komplians paru.8
Pada peristiwa tenggelam di air asin, akan mengakibatkan terjadinya
anoksia dan hemokonsentrasi. Air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam
jaringan interstitial paru yang akan menimbulkan edema paru, hemokonsentrasi,
dan hipovolemia. Tidak terjadi gangguan elektrolit. Pada pemeriksaan post
mortem ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl pada jantung kiri
lebih tinggi daripada jantung kanan dan ditemukan buih serta benda-benda air.
Dibandingkan dengan tenggelam pada air tawar, kematian pada tenggelam di air
asin prosesnya lebih lambat.2,7 Air asin, yang bersifat hiperosmolar, akan menarik
cairan ke dalam alveoli dan menyebabkan dilusi surfaktan. Cairan yang kaya
protein akan bereksudasi secara cepat ke alveoli dan instertitial paru. Hal ini
menyebabkan komplians paru berkurang, dan membran kapiler-alveoli rusak dan
terjadi perpindahan cairan sehingga terjadi hipoksia.8
4
Refleks laringospasme yang diikuti dengan pemasukan air akan muncul.
Kemudian korban kehilangan kesadaran dan terjadi apnoe. Penderita kemudian
akan megap-megap kembali sampai beberapa menit, bahkan penderita dapat
kejang. Penderita kemudian dapat berakhir dengan henti napas dan jantung.
5
laring karena masuknya air secara tiba-tiba ke dalam hidung dan traktus
respiratorius bagian atas.
Beberapa faktor predisposisi kematian akibat dry drowning seperti
intoksikasi alkohol (mendepresi aktivitas kortikal), adanya penyakit yang
sebelumnya (seperti aterosklerosis), kejadian tenggelam/terbenam secara tak
terduga/mendadak, ketakutan atau aktivitas fisik berlebih (peningkatan sirkulasi
katekolamin, disertai kekurangan oksigen, dapat menyebabkan cardiac arrest).
2. Tipe basah (wet drowning)
Pada tenggelam tipe basah (wet drowning) terjadi aspirasi cairan. Aspirasi
1-3 ml/kgBB air akan signifikan dengan berkurangnya pertukaran udara. Aspirasi
air sampai paru menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah paru. Air tawar
bergerak dengan cepat ke membran kapiler alveoli. Surfaktan menjadi rusak
sehingga menyebabkan instabilitas alveoli, ateletaksis dan menurunnya
kemampuan paru untuk mengembang.
Pada wet drowning, yang mana terjadi inhalasi cairan, korban menahan
napas karena peningkatan CO2 dan penurunan kadar O2 terjadi megap-megap,
dapat terjadi regurgitasi dan aspirasi isi lambung kemudian adanya laringospasme
yang diikuti dengan pemasukan air. Setelah itu, korban kehilangan kesadaran dan
terjadi apnoe. Penderita kemudian megap-mega kembali, bisa sampai beberapa
menit diikuti kejang-kejang. Penderita akhirnya mengalami henti napas dan
jantung.
6
berdenyut dan lemah, terjadi anoksia cerebri tang hebat, hal yang menerangkan
mengapa kematian terjadi dengan cepat.1
2. Air asin
Pada tenggelam di air laut terjadi pertukaran elektrolit dari air asin ke
darah mengakibatkan peningkatan natrium plasma, air akan ditarik dari sirkulasi
pulmonal ke dalam jaringan intertisial paru yang akan menimbulkan edema pulmo
yang hebat dalam waktu yang singkat dan peningkatan hematokrit (hipovolemia).
Peningkatan viskositas darah (hemokonsentrasi) menyebabkan sirkulasi aliran
darah menjadi lambat dan anoksia pada miokardium yang menimbulkan payah
jantung dan kematian yang terjadi kurang lebih 8-9 menit setelah tenggelam.2
7
Peristiwa tenggelam dapat terjadi karena:7
1. Kecelakaan
Peristiwa tenggelam karena kecelakaan sering terjadi karena korban jatuh
ke laut, danau, sungai. Pada anak-anak kecelakaan sering terjadi di kolam renang
atau galian tanah berisi air. Faktor-faktor yang sering menjadi penyebab
kecelakaan antara lain karena mabuk atau serangan epilepsi.
2. Bunuh diri
Peristiwa bunuh diri dengan menjatuhkan diri kedalam air sering kali
terjadi. Kadang - kadang tubuh pelaku diikat dengan pemberat agar supaya tubuh
dapat tenggelam dengan mudah.
3. Pembunuhan
Banyak cara yang digunakan misalnya dengan melemparkan korban ke
laut atau memasukkan kepala ke dalam bak berisi air.
Pada kasus korban tenggelam yang sudah membusuk, identifikasi amat
sukar atau sudah tidak diketahui tempat kejadiannya, tidak ada saksi, maka tak
dapat diklasifikasikan kecelakaan atau bunuh diri/pembunuhan.
8
tulang. Pada mayat akibat tenggelam, pemeriksaan harus seteliti mungkin agar
mekanisme kematian dapat ditentukan.2
Pemeriksaan mayat yang dilakukan harus seteliti mungkin agar
mekanisme kematian dapat ditentukan karena seringkali mayat ditemukan sudah
membusuk. Hal yang perlu diperhatikan adalah:2
1. Menentukan identitas korban
Identitas korban dapat ditentukan dengan memeriksa antara lain:
a. Pakaian dan benda-benda milik korban.
b. Warna, distribusi rambut, dan identitas lain.
c. Kelainan atau deformitas dan jaringan parut.
d. Sidik jari.
e. Pemeriksaan gigi.
f. Teknik identifikasi lain.
2. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam
Pada mayat yang masih segar untuk menentukan korban masih hidup atau
sudah meninggal pada saat tenggelam dapat diketahui dari hasil pemeriksaan
a. Metode yang digunakan apakah orang masih hidup saat tenggelam ialah
pemeriksaan diatom.
b. Untuk membantu menentukan diagnosis, dapat dibandingkan kadar
elektrolit magnesium darah dari bilik jantung kiri dan kanan.
c. Benda asing dalam paru dan saluran pernafasan mempunyai nilai yang
menentukan pada mayat yang terbenam selam beberapa waktu dan mulai
membusuk. Demikian pula dengan isi lambung dan usus.
d. Pada mayat yang segar, adanya air dalam lambung dan alveoli yang secara
fisik dan kimia sama dengan air tempat korban tenggelam mempunyai
nilai yang bermakna.
e. Pada beberapa kasus, ditemukan kadar alkohol tinggi dapat menjelaskan
bahwa korban sedang dalam keracunan alkohol pada saat masuk ke dalam
air.
9
Pada mayat yang segar, gambaran pasca-mati dapat menunjukkan tipe
drowning dan juga penyebab kematian lain seperti penyakit, keracunan atau
kekerasan lain.
Pada kecelakaan di kolam renang benturan ante-mortem (antemortem
impact) pada tubuh bagian atas, misalnya memar pada muka, perlukaan pada
vertebra servikalis dan medula spinalis dapat ditemukan.
4. Faktor- faktor yang berperan dalam proses kematian
Faktor- faktor yang berperan dalam dalam proses kematian, misalnya
kekerasan, alkohol atau obat-obatan dapat ditemukan pada pemeriksaan luar atau
bedah jenazah.
5. Tempat korban pertama kali tenggelam
Bila kematian korban berhubungan dengan masuknya cairan ke dalam
saluran pernafasan, maka pemeriksaan diatom dari air tempat korban ditemukan
dapat membantu menentukan apakah korban tenggelam di tempat itu atau di
tempat lain.
6. Apakah ada penyulit alamiah lain yang mempercepat kematian.
a. Bila sudah ditentukan bahwa korban masih hidup pada masuk ke dalam
air. Maka perlu ditentukan apakah kematian disebabkan karena air masuk ke
dalam saluran pernafasan (tenggelam). Pada kasus immersion, kematian terjadi
dengan cepat, hal ini mungkin disebbakan oleh sudden cardiac arrest yang terjadi
pada waktu cairan melalui saluran napas atas. Beberapa korban yang terjun
dengan kaki terlebih dahulu menyebabkan cairan dengan mudah masuk ke
hidung. Faktor lain adalah keadaan hipersensitivitas dan kadang-kadang
keracunan alkohol.
b. Bila tidak ditemukan air dalam paru- paru dan lambung, berarti kematian
terjadi seketika akibat spasme glotis yang menyebabkan cairan tidak dapat masuk.
Korban yang tenggelam akan menelan air dalam jumlah yang makin lama
makin banyak, kemudian menjadi tidak sadar dalam 2-12 menit (fatal period).
Dalam periode ini, apabila korban dikeluarkan dari air, masih ada kemungkinan
dapat hidup bila upaya resusitasi berhasil.Waktu yang diperlukan untuk terbenam
dapat bervariasi tergantung dari keadaan sekeliling korban, keadaan masing-
masing korban, reaksi perorangan yang bersangkutan, keadaan kesehatan, dan
jumlah serta sifat cairan yang dihisap masuk ke dalam saluran pernapasan.
10
2.5.1. Pemeriksaan Luar Jenazah
Pemeriksaan luar jenazah yang dapat dijadikan petunjuk pada mati
tenggelam di air laut maupun air tawar adalah:2,10,11,12
a. Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir, lumpur dan benda-
benda asing lain yang terdapat di dalam air, kalau seluruh tubuh terbenam
dalam air.
b. Schaumfilz froth merupakan busa halus pada hidung dan mulut. Teori
intravital menyebutkan Schaumfilz sebagai bagian dari reaksi intravital. Pada
waktu air memasuki trakea, bronkus, dan saluran pernapasan lainnya, maka
terjadi pengeluaran sekret oleh saluran tersebut. Sekret ini akan terdorong
keluar oleh udara pernapasan sehingga berbentuk busa mukosa. Pendapat lain
menyatakan bahwa Schaumfilz merupakan reaksi pembusukan. Gejala ini
biasanya tidak ditemukan bila mayat diangkat. Busa yang ditemukan kadang
disertai dengan perdarahan.
c. Mata setengah terbuka atau tertutup. Jarang terjadi perdarahan atau
bendungan.
d. Kutis anserina atau goose flesh merupakan reaksi intravital, jika kedinginan,
maka muskulus erektor pili akan berkontraksi dan pori-pori tampak lebih
jelas. Kutis anserina biasanya ditemukan pada kulit anterior tubuh terutama
ekstremitas. Gambaran seperti kutis anserina dapat juga terjadi karena rigor
mortis pada otot tersebut.
e. Washer woman’s hand. Telapak tangan dan kaki berwarna keputihan dan
berkeriput yang disebabkan karena imbibisi cairan ke dalam kutis dan
biasanya membutuhkan waktu yang lama. Tanda ini tidak patognomomik
karena mayat yang lama dibuang ke dalam air akan terjadi keriput juga.
f. Cadaveric spasm, merupakan tanda intravital yang terjadi pada waktu korban
berusaha menyelamatkan diri dengan cara memegang apa saja yang terdapat
dalam air.
g. Luka lecet akibat gesekan benda-benda dalam air. Luka lecet biasanya
dijumpai pada bagian menonjol, seperti kening, siku, lutut, punggung kaki
atau tangan. Puncak kepala mungkin terbentur pada dasar ketika terbenam,
11
tetapi dapat pula terjadi luka post-mortal akibat benda-benda atau binatang
dalam air.
h. Dapat ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia seperti sianosis, Tardieu spot.
Petekie dapat muncul pada kasus tenggelam, tetapi lebih sedikit daripada
gantung diri karena pada tenggelam tidak terjadi kematian secara mendadak
sehingga pecahnya kapiler tidak secara tiba-tiba atau hanya sedikit.
i. Penurunan suhu mayat
12
f. Pada laki-laki tampak skrotum membesar, mungkin terjadi prolaps atau
adanya gas pembusukan. Pada wanita hamil dapat keluar anak yang
dikandung.
g. Bila lebih membusuk lagi, kulit ari akan mengelupas sehingga warna kulit
tidak jelas, rambut lepas.
13
Petekie yang sangat sedikit dapat ditemukan karena kapiler terjepit di
antara septum inter alveolar. Dapat ditemukan bercak-bercak perdarahan yang
disebut bercak Paltauf akibat robeknya penyekat alveoli (Polsin). Petekie
subpleura dan bula emfisema jarang ditemukan dan bukan merupakan tanda khas
tenggelam, tetapi sebagai usaha respirasi.2
Sedangkan untuk mengetahui benda-benda air yang masuk ke saluran
pernafasan dapat dibuktikan dengan membuka saliran pernafasan dari trakea,
bronkus sampai percabangan bronkus di hilus. Jika dari pemeriksaan ditemukan
benda-benda air seperti pasir, kerikil, lumpur, tumbuhan air dan lain-lain maka
dapat dipastikan bahwa korban masih hidup sebelum tenggelam.2
Organ lain seperti otak, ginjal, hati, dan limpa dapat mengalami
pembendungan. Lambung dan usus halus dapat sangat membesar, berisi air dan
lumpur.2
14
jaringan paru terendam, diamkan lebih kurang setengah hari agar jaringan hancur.
Kemudian dipanaskan dalam lemari asam sambil diteteskan asam nitrat pekat
sampai terbentuk cairan jernih, dinginkan dan cairan dipusing dalam centrifuge.2
Sedimen yang terbentuk ditambahkan dengan akuades, pusingkan kembali
dan akhirnya dilihat dengan mikroskop. Pemeriksaan diatom positif bila pada
jaringan paru ditemukan diatom cukup banyak, 4-5/LPB atau per 10-20 per satu
sediaan atau pada sumsum tulang cukup ditemukan hanya satu.2
Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan getah paru dengan cara
permukaan paru disiram dengan air bersih, lalu iris bagian perifer, ambil sedikit
cairan perasan dari jaringan perifer paru, taruh pada gelas obyek, tutup dengan
kaca penutup dan lihat dengan mikroskop. Selain diatom dapat pula terlihat
ganggang atau tumbuhan jenis lainnya.2
15
Pada tahun 1921 Gettler mengemukakan bahwa penentuan ada tidaknya
klorida pada darah yang berasal dari ruang-ruang jantung adalah salah satu tes
yang baik yang dapat digunakan dalam mendiagnosis kasus tenggelam. Banyak
dari peneliti telah mengemukakan pandangan-pandangan yang berbeda tentang
validitas studi klorida dalam mendiagnosis kasus tenggelam. Pada tahun 1944
Moritz dan mengungkapkan pandangan bahwa perbedaan kadar klorida pada
sampel darah yang berasal dari ventrikel jantung kanan dan kiri dapat bernilai
diagnostik hanya jika analisa yang dilakukan adalah segera setelah terjadinya
kematian. Dia menetapkan bahwa perbedaan kadar klorida sekitar 17 mEq/L atau
lebih pada kasus tenggelam di air tawar dapat ditetapkan sebagai pendukung
penegakan diagnosis tenggelam.11
Menurut Gettler, pada kasus tenggelam di air tawar, kadar serum klorida
di darah yang berasal dari jantung kiri lebih rendah dari jantung sebelah kanan.
Sedangkan pada tenggelam di air asin terjadi sebaliknya.2,10
Selain itu, tes lain, tes Durlacher juga dapat digunakan untuk
menentukan diagnosis selain tes Gettler. Tes Durlacher digunakan untuk
menentukan perbedaan dari berat jenis plasma dari jantung kanan dan kiri. Bila
pada pemeriksaan ditemukan berat jenis jantung kiri lebih tinggi dibandingkan
dengan jantung kanan, maka dapat diasumsikan bahwa korban meninggal akibat
tenggelam.2,10
Perbedaan kadar elektrolit lebih dari 10% dapat menyokong diagnosis,
walaupun secara tersendiri kurang bermakna.2,12
Ketika air tawar memasuki paru-paru, natrium plasma turun dan kalium
plasma meningkat, sedangkan pada inhalasi air asin, natrium plasma meningkat
cukup tinggi dan kalium hanya meningkat ringan. Pada tenggelam pada air tawar,
konsentrasi natrium serum dalam darah dari ventrikel kiri lebih rendah
dibandingkan ventrikel kanan. Namun, angka ini dapat bervariasi, ini disebabkan
ketika post mortem dimulai maka difusi cairan dapat mengubah tingkat natrium
dan kalium yang sebenarnya. Oleh karena itu Simpson berpendapat bahwa analisis
dari kadar Na, Cl dan Mg telah dipergunakan, tetapi hasilnya terlalu beragam
untuk digunakan didalam praktek sehari-hari.2,12
16
BAB 3
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18