DROWNING
Disusunoleh:
Muchtar Ridha, S.Ked
140611015
DokterPembimbing:
dr. Dicky, Sp.An
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya.
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik
Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan pula terima kasih yang
pembimbing dalam penulisan makalah ini. Besar harapan kami, melalui makalah
baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan makalah ini.Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai
pihak baik secara moral maupun spiritual, penulis ucapkan terima kasih.Semoga
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tenggelam adalah bentuk kematian akibat asfiksia karena terhalangnya
cairan. Terhalangnya udara masuk ke paru paru tidak perlu orang harus terbenam
ke air, tetapi tertutup saluran nafas atas oleh cairan cukup untuk membuatnya mati
merupakan kasus kecelakaan, baik secara langsung maupun karena ada faktor-
faktor tertentu seperti korban dalam keadaan mabuk atau dibawah pengaruh obat,
WHO, pada tahun 2004, 388.000 orang meninggal akibat tenggelam (WHO,
2013) .Beberapa negara terpadat di dunia gagal untuk melaporkan insiden hampir
4
yang berpenghasilan rendah dan menengah. 60% kematian akibat tenggelam
terjadi di kawasan Pasifik Barat dan Asia Tenggara. Di seluruh dunia, anak di
Sedangkan pada data yang diperoleh dari RS. Dr. Soetomo Surabaya
kematian dengan asfiksia terbanyak dialami pada kelompok usia 17-25 tahun
yaitu sebanyak 7 kasus (33.3%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Khalil et al, 2014) , yang mendapatkan angka kematian terbanyak pada
kelompok usia remaja akhir sampai dewasa muda sebesar 64.5%. Hasil penelitian
sebanyak 17 kasus (65%) sedangkan perempuan sebanyak 9 kasus (35%). Hal ini
sejalan dengan penelitian (Khalil et al, 2014) yang melaporkan bahwa kematian
dengan asfiksia jauh lebih banyak pada laki-laki dengan jumlah 2.839 kasus
dibandingkan perempuan dengan jumlah 426 kasus dari total 3.265 kasus
(Rey,Nikita.2017)
Pada kasus mati tenggelam ini bisa mengetahui serta memperkirakan cara
kematian mayat yang terendam dalam air, diperlukan pemeriksaan luar dan dalam
pada tubuh korban serta pemeriksaan tambahan lain sebagai penunjang seperti
pemeriksaan getah paru untuk penemuan diatom, pemeriksaan darah secara kimia
5
(Gettler test),pemeriksaan histopatologi dan penentuan berat jenis plasma untuk
menemukan tanda intravital tersebut. Hal tersebut tidak mudah, terutama bagi
mayat yang telah lama tenggelam, atau pada mayat yang tidak lengkap, atau
6
BAB 2
PEMBAHASAN
cairan. Terhalangnya udara masuk ke paru paru tidak perlu orang harus terbenam
ke air, tetapi tertutup saluran nafas atas oleh cairan cukup untuk membuatnya mati
(Onyekwelu, 2014)
yang mempengaruhi fungsi jantung (refleks kardiak) dan bisa juga disebabkan
usia, orang yang menggunakan napza dan konsumsi alkohol, musim, serta jenis
7
2.2. Mekanisme Tenggelam
Mekanisme kematian pada korban tenggelam dapat berupa asfiksia akibat
spasme laring, asfiksia karena gagging dan choking, refleks vagal, fibrilasi
ventrikel (air tawar), dan edema pulmoner (dalam air asin) (FKUI,2013)
1. Refleks Vagal
Kematian terjadi sangat cepat dan pada pemeriksaan post mortem tidak
2. Spasme Laring
sekali terjadi. Spasme laring tersebut disebabkan karena rangsangan air yang
asfiksia, tetapi paru-parunya tidak didapati adanya air atau benda-benda air
(Dahlan, 2000)
Hipoksia dan asidosis serta efek multiorgan dari proses ini yang
pusat dapat terjadi karena hipoksemia yang terjadi karena tenggelam (kerusakan
primer) atau dari aritmia, gangguan paru, atau disfungsi multiorgan (Cantwell PG,
2013).
8
Air tawar berpindah lebih cepat dari membran kapiler-alveoli ke mikrosirkulasi.
maka ion kalium intrasel akan terlepas sehingga menimbulkan hiperkalemia yang
mortem ditemukan tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl jantung kanan lebih tinggi
dari jantung kiri dan adanya buih serta benda-benda air pada paru-paru.Selain itu,
anoksia dan hemokonsentrasi. Air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam
mortem ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl pada jantung kiri
lebih tinggi daripada jantung kanan dan ditemukan buih serta benda-benda air.
Dibandingkan dengan tenggelam pada air tawar, kematian pada tenggelam di air
asin prosesnya lebih lambat (FKUI, 2013).Air asin, yang bersifat hiperosmolar,
akan menarik cairan ke dalam alveoli dan menyebabkan dilusi surfaktan. Cairan
yang kaya protein akan bereksudasi secara cepat ke alveoli dan instertitial paru.
rusak dan terjadi perpindahan cairan sehingga terjadi hipoksia (Cantwell PG,
2013).
9
2.2.1. Wet Drowning
Pada wet drowning, yang mana terjadi inhalasi cairan, diketahui terjadi
proses dari korban menahan napas. Karena peningkatan CO2 dan penurunan kadar
O2, terjadi megap-megap dan dapat timbul regurgitasi dan aspirasi isi lambung.
kejang. Penderita kemudian dapat berakhir dengan henti napas dan jantung.
tidak disertai dengan aspirasi cairan. Kematian ini biasanya terjadi dengan sangat
kematian yang pasti masih tetap spekulatif.Cairan yang mendadak masuk dapat
10
2.3 Klasifikasi Tenggelam
2.3.1. Berdasarkan Morfologi Penampakan Paru
Berdasarkan morfologi penampakan paru pada otopsi, tenggelam
dibedakan atas tenggelam kering (dry drowning), tenggelam tipe basah (wet
drowning).
Tenggelam tipe kering paling banyak terjadi pada anak-anak dan dewasa
bawah atau ke lambung. Kematian terjadi secara cepat, merupakan akibat dari
refleks vagal yang dapat menyebabkan henti jantung atau akibat dari spasme
laring karena masuknya air secara tiba-tiba ke dalam hidung dan traktus
Pada tenggelam tipe basah (wet drowning) terjadi aspirasi cairan. Aspirasi
1-3 ml/kgBB air akan signifikan dengan berkurangnya pertukaran udara. Aspirasi
air sampai paru menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah paru. Air tawar
11
sehingga menyebabkan instabilitas alveoli, ateletaksis dan menurunnya
Pada wet drowning, yang mana terjadi inhalasi cairan, korban menahan
dapat terjadi regurgitasi dan aspirasi isi lambung kemudian adanya laringospasme
yang diikuti dengan pemasukan air. Setelah itu, korban kehilangan kesadaran dan
jantung.
dapat dibedakan menjadi tenggelam di air tawar dan tenggelam di air asin.
1. Air tawar
Air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar, sehingga terjadi
Oleh karena terjadi perubahan biokimiawi yang serius, dimana kalium dalam
plasma meningkat dan natrium berkurang, juga terjadi anoksia yang hebat pada
sirkulasi, menjadi berlebihan, terjadi penurunan tekanan sistol dan dalam waktu
beberapa menit terjadi fibrilasi ventrikel. Jantung untuk beberapa saat masih
berdenyut dan lemah, terjadi anoksia cerebri tang hebat, hal yang menerangkan
mengapa kematian terjadi dengan cepat. Air masuk ke paru paru ke alveol. Karena
konsentrasi darah lebih tinggi dari air, maka cairan di paru paru masuk ke dalam
sirkulasi darah, terjadi hemodilusi yang diikuti dengan hemolisus, akibatnya kadar
12
ion K dalam serum darah meningkat dan kadar ion Na turun dan disertai
peningkatan volume darah, beban jantung bertambah berat, terjadi hipoksia dan
fibrilasi ventrikel, berakhir terjadi kematian akibat anoksia otak. Dalam penelitian
didapati penambahan volume darah bisa sampai 72% serta Kadar ion Chlor kiri
2. Air asin
Pada tenggelam di air laut terjadi pertukaran elektrolit dari air asin ke
darah mengakibatkan peningkatan natrium plasma, air akan ditarik dari sirkulasi
pulmonal ke dalam jaringan intertisial paru yang akan menimbulkan edema pulmo
yang hebat dalam waktu yang singkat dan peningkatan hematokrit (hipovolemia).
darah menjadi lambat dan anoksia pada miokardium yang menimbulkan payah
jantung dan kematian yang terjadi kurang lebih 8-9 menit setelah tenggelam.Air
Asin yang masuk ke dalam paru lebih hipertonik sehingga dapat menarik air dari
Kadar ion chlor jantung kiri meningkat 30-40%, kadar ion Mg dalam darah
1. Typical drowning
korban tenggelam.
2. Atypical drowning
13
a. Dry Drowning
Keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan yang masuk ke
b. Immersion Syndrome
Terjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba masuk ke dalam air dingin
( suhu < 20°C ) yang menyebabkan terpicunya reflex vagal yang menyebabkan
Sering terjadi pada korban yang menderita epilepsi atau penyakit jantung,
hipertensi atau konsumsi alkohol yang mengalami trauma kepala saat masuk ke
air .
d. Delayed Dead
Keadaan dimana seorang korban masih hidup setelah lebih dari 24 jam
1. Kecelakaan
ke laut, danau, sungai. Pada anak-anak kecelakaan sering terjadi di kolam renang
atau galian tanah berisi air. Faktor-faktor yang sering menjadi penyebab
2. Bunuh diri
14
Peristiwa bunuh diri dengan menjatuhkan diri kedalam air sering kali
terjadi. Kadang - kadang tubuh pelaku diikat dengan pemberat agar supaya tubuh
3. Pembunuhan
sukar atau sudah tidak diketahui tempat kejadiannya, tidak ada saksi, maka tak
Seperti dijelaskan ada beberapa cara kematian tipe tenggelam, maka sebab
2.5 Patofisiologi
Anak yang terbenam dengan spontan akan berusaha menyelamatkan diri
korban tenggelam dapat langsung meninggal, dikenal sebagai dry drowing karena
tidak dijumpai aspirasi air di dalam paru. Mereka meninggal akibat asfiksia waktu
tenggelam yang disebabkan spasme laring. Spasme laring tersebut akan diikuti
asfiksia dan penurunan kesadaran serta secara pasif air masuk ke jalan napas dan
paru. Akibatnya, terjadilah henti jantung dan kematian yang disertai aspirasi
cairan dan dikenal sebagai wet drowning. Kasus seperti ini lebih banyak terjadi,
15
yakni 80 sampai 90%. Perubahan patofisiologi yang diakibatkan oleh tenggelam,
tergantung pada jumlah dan sifat cairan yang terhisap serta lamanya hipoksemia
terhadap hipoksemia dan kepekaan jaringan otak merupakan organ yang dominan
Terhadap air laut atau air tawar akan mengurangi perkembangan paru,
karena air laut bersifat hipertonik sehingga cairan akan bergeser dari plasma ke
alveoli. Tetapi, alveoli yang dipenuhi cairan masih bisa menjalankan fungsi
air tawar bersifat hipotonik sehingga dengan cepat diserap ke dalam sirkulasi dan
surfaktan paru sehingga ventilasi alveoli menjadi buruk sementara perfusi tetap
samping itu, aspirasi air tawar atau air laut juga menyebabkan oedem paru yang
terutama akibat dari perubahan tekanan parsial (PaO2) dan keseimbangan asam
basa. Sedangkan faktor lain yang juga berpengaruh adalah perubahan volume
Oleh sebab itu, sulit memastikan pada waktu kejadian apakah aktivitas mekanik
jantung terjadi. Bradikardi bisa timbul akibat refleks diving fisiologis pada air
dingin, sedangkan vasokonstriksi perifer bisa juga terjadi akibat hipotermi atau
16
peninggian kadar katekolamin. Aspirasi air yang masuk ke paru dapat
jantung paru yang adekuat. Oedem cerebri yang difus sering terjadi akibat trauma
sitotoksik yang disebabkan oleh anoksia dan iskemia susunan syaraf pusat yang
sampai 3 menit terjadi apnoe dan hipoksia. Kerusakan otak yang irreversible
mulai terjadi setelah 4 sampai 10 menit anoksia. Ini memberikan gambaran bahwa
hipoksia mulai terjadi dalam beberapa detik setelah orang tenggelam, diikuti oleh
berhentinya perfusi dalam 2 sampai 6 menit. Otak dalam suhu normal tidak akan
tindakan resusitasi. Anoksia dan iskemia serebri yang berat akan mengurangi
yang memburuk. Ini dipercayai menjadi trauma susunan saraf pusat sekunder.
serum normal atau mendekati normal ketika masuk rumah sakit. Hiperkalemia
bisa terjadi karena kerusakan jaringan akibat hipoksemia yang menyeluruh. Pasien
albuminuria, Hb uria, oliguria, dan anuria kemudian bisa menjadi nekrosis tubular
akut.
17
AIR TAWAR AIR LAUT
Hipotonik Hipertonik
Hipervolemik Hipovolemik
Hemodilusi Hemokonsentrasi
alveolus paru-paru
↓ ↓
↓ ↓
↓ ↓
18
Air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar sehingga terjadi
oleh karena terjadi perubahan biokimiawi yang serius, dimana Kalium dalam
plasma meningkat dan Natrium berkurang, juga terjadi anoksia yang hebat pada
sirkulasi menjadi berlebihan, terjadi penurunan tekanan systole, dan dalam waktu
beberapa menit terjadi fibrilasi ventrike. Jantung untuk beberapa saat masih
berdenyut dengan lemah, terjadi anoksia cerebri yang hebat, hal ini yang
↓ ↓
↓ ↓
payah jantung
MENINGGAL
19
Terjadi hemokonsentrasi, cairan dari sirkulasi dapat tertarik keluar sampai
sekitar 42 persen, dan masuk ke dalam jaringan paru-paru sehingga terjadi edema
pulmonum yang hebat dalam waktu relatif singkat. Pertukaran elekrolit dari air
kadar Natrium plasma. Fibrilasi ventrikel tidak terjadi, namun terjadi anoksia pada
Mati mendadak segera setelah seseorang masuk ke dalam air yang dingin,
sering disinggung, walaupun tanpa penyebab langsung, oleh karena spasme laring
atau vagal refleks yang menyebabkan cardiac arrest. Keadaan tersebut, yaitu yang
mendadak tadi, hanya dapat dijelaskan oleh karena terjadinya fibrilasi ventrikel
pada koeban, dan dapat dibuktikan bahwa pada orang yang masuk ke air yang
dingin atau tersiram air yang dingin dapat menimbulkan ventricular ectopic beat.
Aspirasi paru terjadi pada sekitar 90% korban tenggelam dan 80 – 90% pada
perjalanan klinis penderita, isi lambung, organism pathogen, bahan kimia toksisk
dan bahan asing lain dapat memberi cedera pada paru dan atau menimbulkan
20
b. Perubahan Pada Kardiovaskuler
bradikardi berat. Bradikardi dapat timbul karena refleks fisiologis saat berenang di
air dingin atau karena hipoksia. Perubahan pada fungsi kardiovaskuler yang
terjadi pada hampir tenggelam sebagian besar akibat perubahan tekanan parsial
penyebab kesakitan dan kematian terutama terjadi karena iskemi otak. Iskemi otak
dapat berlanjut akibat hipotensi, hipoksia, reperfusi dan peningkatan tekanan intra
dan fungsi normotermik otak tidak akan kembali setelah 8 – 10 menit anoksia.
Penderita yang tetap koma selama selang waktu tertentu tapi kemudian bangun
dalam
Fungsi ginjal penderita tenggelam yang telah mendapat resusitasi biasanya tidak
dan anuria. Kerusakan ginjal progresif akan mengakibatkan tubular nekrosis akut
akibat terjadinya hipoksia berat, asidosis laktat dan perubahan aliran darah ke
ginjal.
21
e. Perubahan Cairan dan Elektrolit
Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi sebagian besar cairan tetapi selalu
menelan banyak cairan. Air yang tertelan, aspirasi paru, cairan intravena yang
dan hipovolemia dapat terjadi setelah aspirasi air laut yang banyak. Sedangkan
2.7 Tatalaksana
ada pengobatan klinis yang lebih unggul dari penanganan supportif yang
konvensional. Belum ada pengobatan klinis yang unggul pada keadaan hipoksia
adekuat, keadaan asam basa, serta saluran napas harus bebas dari bahan muntah
Otak adalah organ yang dituju dalam pengobatan. Pencegahan trauma otak
pada korban dilakukan dengan mengangkat korban dari air secepatnya dan
22
resusitasi jantung paru dasar harus dilakukan. Ini perlu segera dilakukan karena
hipoksia dengan cepat berkembang dalam beberapa detik ke keadaan apnoe. Oleh
karena itu, apabila tidak mungkin mengangkat korban dari air, secepatnya
ventilasi mulut ke mulut harus dilakukan segera setelah penolong menarik korban.
leher maka harus dibuat posisi netral dan melindunginya dengan gips cervical
(cervical colar).
Penanganan Korban :
kepala, leher dan tulang punggung dalam satu garis lurus. Pertimbangkan
untuk menggunakan papan spinal dalam air, atau bila tidak memungkinkan
c. Buka jalan nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka upayakan
untuk memberikan nafas awal secepat mungkin dan berikan bantuan nafas
sepanjang perjalanan.
23
d. Upayakan wajah penderita menghadap ke atas.
e. Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu.
napas dan oksigenasi buatan. RJP yang harus dilakukan adalah RJP (A-B-C)
Adapun bentuk bantuan hidup dasar yang bisa diberikan dibagi menjadi dua
A. Korban Sadar
respon suara kepada korban dan sambil mencari kayu atau tali atau
mungkin juga pelampung dan benda lain yang bisa mengapung disekitar
lokasi kejadian yang bisa digunakan untuk menarik korban ke tepian atau
24
mengajak orang-orang yang ada disekitar tempat kejadian untuk
memberikan pertolongan.
3. Jika memang ditempat kejadian ada peralatan atau sesuatu yang bisa
menarik korban ketepian dengan korban yang dalam keadaan sadar, maka
segera berikan kepada korban, seperti kayu atau tali, dan usahakan
menarik korban secepat mungkin sebelum terjadi hal yang lebih tidak
cedera atau hal lain yang dapat mengancam keselamatan jiwa korban dan
4. Jika tidak ada peralatan atau sesuatu yang bisa menarik korban, maka
penolong bisa segera terjun ke air untuk menghampiri korban. Tapi harus
5. Jika korban masih dalam keadaan sadar dan bisa ditenangkan, maka
segera tarik (evakuasi) korban dengan cara melingkarkan salah satu tangan
penolong pada tubuh korban melewati kedua ketiak korban atau bisa juga
dengan menarik krah baju korban (tapi ingat, hal ini harus dilakukan hati-
25
6. Jika Korban dalam keadaan tidak tenang dan terus berusaha menggapai
dalam keadaan sadar, maka untuk korban tidak sadar sipenolong juga harus
korban dan tahan tubuh korban dengan salah satu tangan penolong.
Jika penolong telah terlatih dan bisa melakukan pemeriksaan nadi dan
nafas saat menemukan korban, maka segera periksa nafas dan nadi
korban. Kalau nafas tidak ada maka segera buka jalan nafas dengan
26
korban dan berikan nafas buatan dengan cara ini. Dan jika sudah ada
3. Ketika penolong dan korban telah sampai ditempat yang aman (di
menyadarkannya.
4. Ketika respon ada dan korban mulai sadar, maka segera lakukan
yang dapat membahayakan nyawa korban. Jika tidak ada cedera dan
5. Jika tidak ada respon dan tidak ada nafas, segera buka jalan nafas
dengan cara ini, periksa jalan nafas dengan cara look, listen, feel
selama 3-5 detik. Jika tidak ada nafas maka segera berikan bantuan
pernafasan (bantuan hidup dasar) dengan cara ini lalu periksa nadi
karotis. Apabila nadi ada, maka berikan bantuan nafas buatan sesuai
korban (biasanya nafas spontan ini disertai dengan keluarnya air yang
27
tindakan no. 4 di atas atau mencari bantuan lain untuk segera
mengevakuasi korban.
6. Ketika tindakan no.5 tidak berhasil (tidak ada respon, tidak nafas
dan tidak ada nadi), maka segera lakukan Resusitasi Jantung Paru.
28
BAB 3
KESIMPULAN
asfiksia akibat spasme laring, asfiksia karena gagging dan choking, refleks vagal,
fibrilasi ventrikel (air tawar), dan edema pulmoner (dalam air asin)
asin lebih tinggi daripada plasma,air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam
dan hipovolemia.
29
DAFTAR PUSTAKA
10. Malik, MK. Role Of Diatom In Forensic Investigation: Case Studies From
Haryana. International Journal Of Forensic Science & Pathology.2013.
12. Khalil ZH, Naeem M, Adil M, Khan MZI, Abbas SH, Alam N. Asphyxial
death: a four year retrospective study in Peshawar. J Postgrad Med Inst.
2014; 28(1):24-6.
30