“ASFIKSIA”
Dokter Muda :
EFA FAUZIAH S. NANG
N 111 22 017
Pembimbing Klinik :
dr.Nur Rafni Rafid, Sp. FM
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Tadulako
RSD Anuntaloko
PENDAHULUAN
2) Sianosis
Merupakan warna kebiru-biruan yang terdapat pada kulit dan selaput
lendir yang terjadi akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi
(Hb yang tidak berikatan dengan O2), pada kuku jari tangan dan kaki
serta pada daerah bibir (Yudianto, 2020).
3) Injected / Kongesti
Ini merupakan tanda yang lebih tidak spesifik dibandingkan dengan
petechiae. Kongesti adalah terbendungnya pembuluh darah,
sehingga terjadi akumulasi darah dalam organ yang diakibatkan
adanya gangguan sirkulasi pada pembuluh darah, sehingga terjadi
pelebaran pembuluh darah terutama daerah-daerah yang longgar
seperti konjungtiva. Pada kondisi vena yang terbendung, terjadi
peningkatan tekanan hidrostatik intravascular (tekanan yang
mendorong darah mengalir didalam vascular oleh kerja pompa
jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang
interstisium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan
ikat longgar dan rongga badan (terjadi oedema) (Yudianto, 2020).
Usia Lebih sering terjadi pada usia remaja Tidak mengenal batas usia, karena
dan dewasa tindakan pembunuhan dilakukan tidak
bergantung pada usia
Tanda jejak Bentuknya miring, berupa lingakaran Berupa lingkaran tidak terputus, mendatar,
jeratan terputus dan letaknya di bagian tengah leher,
karena usaha pelaku membuat simpul tali
Sampul tali Biasanya hanya satu simpul yang Biasanya lebih dari satu pada bagian depan
letaknya pada bagian samping leher leher dan simpul tali terikat kuat.
Riwayat Biasanya korban mempunyai riwayat Korban tidak mempunyai riwayat usaha
korban usaha bunuh diri dengan cara lain bunuh diri sebelumnya.
Cedera Luka-luka pada tubuh korban yang bisa Cedera berupa luka-luka pada tubuh
menyebabkan kematian mendadak korban biasanya mengarah pada
tidak ditemukan pada kasus bunuh diri. pembunuhan.
Tangan Tidak dalam keadaan terikat, karena Tangan yang dalam keadaan terikat
sulit untuk gantung diri dalam keadaan mengarahkan dugaan pada kasus
tangan terikat pembunuhan.
Kemudahan Pada kasus bunuh diri, mayat biasanya Pada kasus pembunuhan, mayat ditemukan
ditemukan tergantung pada tempat tergantung pada tempat yang sulit dicapai
yang mudah dicapai oleh korban/di oleh korban dan alat yang digunakan untuk
sekitarnya ditemukan alat yang mencapai tempat tersebut tidak ditemukan.
digunakan untuk mencapai tempat
tersebut
Tanda-tanda Tidak ditemukan pada kasus bunuh diri Tanda-tanda perlawanan hamper selalu ada
perlawanan kecuali jika korban sedang tidur, tidak
sadar, atau masih anak-anak.
2. Penjeratan (Strangulation by Ligature)
Penjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang,
rantai, stagen, kawat, kabel, kaos kaki, dan sebagainya, melingkari
atau mengikat leher yang semakin lama semakin kuat sehingga
saluran pernapasan tertutup. Pada penjeratan, kekuatan berasal dari
tarikan kedua ujung alat penjerat. Ciri ligature strangulation, yaitu
jejas jerat arah mendatar atau dari depan ke belakang, wajah korban
kongesti, dan ada petechiae di wajah terutama periorbita (Wiraagni,
2021).
Jejas jerat pada leher biasanya mendatar, melingkari leher
dan terdapat lebih rendah daripada jejas jerat pada kasus
penggantungan.
Pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan scotch tape
pada daerah jejas di leher, kemudian ditempelkan pada kaca
objek dan dilihat dengan mikroskop atau dengan sinar
ultraviolet.
Bila alat yang digunakan untuk menjerat bersifat lunak dan
lebar seperti handuk atau selendang sutera, maka jejas
mungkin tidak ditemukan dan pada otot leher sebelah dalam
dapat atau tidak ditemuka sedikit resapan darah.
Bila alat yang digunakan untuk menjerat bersifat kasar
seperti tali, maka bila tali bergesekan pada saat korban
melawan akan menyebabkan luka lecet disekitar jejas jerat,
yang tampak jelas berupa kulit yang mencekung berwarna
coklat dengan perabaan kaku, pada otot leher sebelah dalam
tampak banyak resapan darah.
Sebab kematian :
Tertutupnya jalan napas sehingga timbul hipoksia
Refleks vagal
Tertutupnya arteri karotis sehingga jaringan otak kekurangan
darah.
Mekanisme kematian :
Tertutupnya jalan napas akibat laring yang tertekan ke
belakang ke arah dinding faring sehingga lumen tertutup oleh
karena mendapat tekanan dari samping dan depan. Tekanan
dari depan akan menutup jalan napas, sedangkan dari
samping akan menutup pembuluh darah disamping leher.
Karena tekanan tidak sekeras hanging sehingga muka tidak
sianosis. Tekanan pada vena jugularis dan tekanan tidak
komplit pada arteri karotis menyebabkan perdarahan kecil
pada wajah, konjungtiva, scalp dan fascia diatas
m.temporalis.
Cara Kematian :
Bunuh diri (Self strangulation). Hal ini jarang terjadi dan
menyulitkan diagnosis. Pengikatan dilakukan sendiri oleh
korban dengan simpul hidup atau bahan hanya dililitkan saja,
dengan jumlah lilitan lebih dari satu.
Pembunuhan. Penjeratan biasanya dengan simpul mati dan
sering terlihat bekas luka pada leher (paling sering terjadi).
Kecelakaan. Dapat terjadi pada orang yang sedang bekerja
dengan selendang di leher dan tertarik masuk ke dalam mesin
atau bayi yang terjerat oleh tali pakaian sendiri.
4. Pembekapan (Smothering)
Pembekapan adalah penutupan lubang-lubang eksternal seperti
lubang hidung dan mulut sehingga menghambat pemasukan udara ke
paru-paru. Asfiksia jenis smothering disebabkan oleh adanya
sumbatan mekanik di jala napas bagian luar, seperti hidung dan
mulut. Kasus smothering atau pembekapan dapat terjadi karena
bunuh diri atau pembunuhan. Pada pembunuhan dengan smothering,
alat yang digunakan biasanya berupa bantal, seprai, dan tangan. Pada
kasus pembunuhan, umumnya korbannya adalah anak-anak, orang
yang sudah tua, dan orang dalam keadaan sakit. Hal ini disebabkan
oleh sulitnya melakukan smothering pada orang dewasa yang dalam
kondisi sehat tanda terjadinya smothering, yaitu ditemukannya luka
memar atau luka lecet di sekitar hidung dan mulut. Smothering sulit
ditentukan jika tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di sekitar
hidung dan mulut (Wiraagni, 2021).
Cara Kematian :
Bunuh diri (Suicide). Bunuh diri dengan cara pembekapan
masih mungkin terjadi misalnya pada penderita penyakit jiwa
dan orang tahanan dengan menggunakan gulungan kasur,
bantal, dan pakaian, yang diikatkan menutupi hidung dan
mulut.
Kecelakaan (Accidedntal smothering). Kecelakan dapat
terjadi pada :
Bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya,
terutama bayi prematur bila hidung dan mulut tertutup
oleh bantal atau selimut.
Anak-anak dan dewasa muda yang terkurung dalam
suatu tempat yang sempit dengan sedikit udara,
misalnya terbekap dengan atau dalam kantung plastik.
Orang dewasa yang terjatuh sewaktu bekerja atau
pada penderita epilepsi yang mendapat serangan dan
terjatuh, sehingga mulut dan hidung tertutup dengan
pasir, gandum, tepung, dan sebagainya.
Pembunuhan (Homicidal smothering). Biasanya terjadi pada
kasus pembunuhan anak sendiri. Pada orang dewasa hanya
terjadi pada orang yang tidak berdaya seperti orang tua,
orang sakit berat, orang dalam pengaruh obat atau minuman
keras.
Pemeriksaan pada kasus pembekapan :
Korban umumnya wanita gemuk, orang tua yang lemah,
orang dewasa yang berada di bawah pengaruh obat-obatan,
dan anak-anak
Kelainan yang ditemukan berupa luka lecet atau luka memar
terdapat pada mulut, hidung, dan daerah sekitarnya.
Sering didapatkan memar dan robekan pada bibir khususnya
bagian dalam yang berhadapan dengan gigi.
Gambar 7. Luka memar pada bibir bawah bagian dalam
Sumber : Sihaloho, 2022.
7. Tenggelam (Drowning)
Paru-paru bila dikeluarkan dari thoraks Paru-paru bila dikeluarkan dari thoraks,
tidak kemps bentuknya mendatar, dan bila ditekan
menjadi cekung.
Bila diiris, terdengar krepitasi, tidak Bila diiris terdengar krepitasi menurun,
mengempis, tidak mengandung cairan, tanpa ditekan akan keluar banyak
ditekan keluar buih cairan.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan diatom
Diatom adalah jenis fitoplankton yang termasuk dalam kelas
Bacillariophyceae. Diatom terdapat dimana saja, dari tepi pantai hingga
ke tengah samudra. Diatom merupakan alga (ganggang) bersel satu
dengan dinding silikat (Si02) yang tahan panas dan asam kuat. Diatom
dapat dijumpai dalam air tawar, air laut, air sungai, air sumur dan
sebagainya.
Bila seseorang mati karena tenggelam maka cairan bersama diatom
akan masuk kedalam saluran pernapasan atau pencernaan, kemudian
diatom akan masuk kedalam aliran darah melalui kerusakan dinding
kapiler pada waktu korban masih hidup dan tersebar ke seluruh jaringan.
Pemeriksaan diatom dilakukan pada jaringan paru mayat segar. Bila
mayat telah membusuk, pemeriksaan diatom dilakukan dari jaringan
ginjal, otot, skelet atau sumsum tulang paha. Pemeriksaan diatom
dikatakan positif bila pada sediaan paru ditemukan diatom sebanyak
5/LPB atau bila dari sumsum tulang sebanyak 1/LPB.
Pada kasus tenggelam di air tawar, keberadaan diatom di sumsum
tulang dapat digunakan untuk mendiagnosis 30% dari kasus tenggelam di
air tawar, hasil diagnose tersebut sangat bergantung oleh dinamika
populasi diatom yang dipengaruhi oleh musim, selain juga faktor ukuran
dari diatom tersebut. Musim dingin adalah musim dengan frekuensi
tertinggi tidak ditemukan diatom pada sampel (Wilianto, 2012).
Pemeriksaan darah jantung
Pemeriksaan darah pada jantung dilakukan dengan menentukan
berat jenis dan kadar elektrolit dalam darah yang berasal dari bilik
jantung kiri dan kanan. Apabila berat jenis dan kadar elektrolit pada
darah di jantung kiri lebih rendah dari jantung kanan maka disimpulkan
korban tenggelam di air tawar. Sedangkan pada korban yang tenggelam
di air asin akan ditemukan berat jenis dan kadar elektrolit pada darah di
jantung kanan lebih rendah dari jantung kiri (Putra, 2014).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Asfiksia adalah kondisi kekurangan oksigen. Asfiksia terjadi
karena adanya intervensi pada proses transfer oksigen, atau dapat
dikatakan bahwa asfiksia adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh
kadar oksigen yang berkurang dan meningkatnya kadar karbondioksida
dalam darah. Penyebab asfiksia dapat berupa penyakit, trauma mekanik,
dan keracunan. Patofisiologi asfiksia terdiri atas empat kondisi, yaitu
anoxic anoxia, anemia anoxia, stagnan anoxia, dan hystotoxic anoxia.
Fase atau tahapan asfiksia ada empat, yaitu fase dispnea, konvulsi, apnea,
dan paralisis atau henti total.
Tanda-tanda asfiksia pada pemeriksaan luar jenazah terdiri atas
sianosis, petechiae haemorrhage, buih atau busa di hidung atau mulut,
dan lebam mayat berwarna lebih gelap dan luas. Pada pemeriksaan dalam
terdapat kongesti dan edema organ. Kematian akibat asfiksia dapat
disebabkan oleh strangulasi, sufokasi, asfiksia traumatik, dan tenggelam.
Strangulasi terdiri dari penggantungan (hanging), penjeratan
(Strangulation by ligature), pencekikan (Manual strangulation).
Sedangkan, sufokasi terdiri dari pembekapan (Smothering), dan
penyumbatan (Choking dan Gagging).
DAFTAR PUSTAKA