PENYAKIT DEKOMPRESI
Oleh :
Novitasari, S.Ked
K1A1 13 041
Pembimbing :
A. PENDAHULUAN
perubahan ketinggian dan efek tekanan lingkungan pada gas didalam tubuh
terutama ketika seseorang yang mengikuti perjalanan udara atau berjalan kaki
pada tahun 1841, yang melihat adanya gejala-gejala nyeri pada tungkai dan
kejang otot yang diderita pekerja tambang batubara. Pada tahun 1878, Paul
sampai akhirnya pada tahun 1937, Swindle dan End menemukan bahwa ada
adalah Hukum Henry yang berbunyi “banyaknya gas yang terlarut didalam
gelembung-gelembung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan. Ekspansi
gas dari paru-paru dapat mengakibatkan ruptur alveolus yang biasa disebut
tiba tadi dapat mengakibatkan adanya emboli udara di arteri. Caisson disease
diklasifikasikan menjadi dua tipe. Tipe I yang lebih ringan, tidak mengancam
nyawa, dan ditandai dengan rasa nyeri pada persendian dan otot-otot serta
gangguan respirasi, sirkulasi, dan biasanya gangguan nervus perifer dan / atau
C. EPIDEMIOLOGI
penyelam namun dapat pula terjadi pada pilot angkatan udara selama
berpengalaman.4,5
Data dari berbagai sumber melaporkan kematian akibat penyelaman
pada wisata penyelam sebanyak 1 kematian per 6.250 penyelam tiap tahun,
olah raga menyelam 1 kematian per 5.000 penyelam tiap tahun. Sedangkan
kasus per 3.770 penyelam, wisata menyelam 1 kasus per 2.900 penyelam dan
The Divers Alert Network (DAN) melaporkan sejak tahun 1980 rata-rata
setiap tahun terjadi kematian 90 penyelam dan antara 900 sampai 1.000
Kesehatan Hiperbarik Indonesia (PKHI, 2000) didunia 5-6 orang dari tiap
berulang, tenaga berat yang digunakan pada saat menyelam, kondisi air dan
penyelam usia muda (18-24 tahun) dengan penyelam usia dewasa diatas 25
tahun. Selain itu, untuk insiden perbandingan jenis kelamin yakni didapatkan
dari 1.000 penyelam 1,52% pria dan 1,27% wanita serta insiden tinggi
selam.4,5
gambaran tentang penyakit yang dialami penyelam. Dari 204 responden, yang
insiden dan faktor risiko gejala penyakit dekompresi pada penyelam dan
instruktur pria dan wanita menunjukkan bahwa: penyelam dan instruktur laki-
dekompresi sebesar 1,34 kali dibanding penyelam dan instruktur yang berusia
alkohol, penyelam dan instruktur yang kelebihan berat badan (BMI ≥ 25)
dibanding dengan penyelam dan instruktur dengan berat badan normal (BMI
< 25).3
caisson disease. Pada tahun 1995, 590 kasus Caisson disease dianalisis (dari
1132 total) oleh DAN. Dari jumlah tersebut, 27,3% adalah tipe I dari caisson
disease dan 64,9% merupakan tipe II dari caisson disease dan 7,8% sisanya
D. ETIOLOGI
volume gas dalam rongga tubuh yang berisi udara atau terjadinya pelepasan
menghambat aliran darah dan akan berakibat fatal jika tidak ditangani dengan
pulmonal atau serebrum. Beberapa macam gas bersifat lebih mudah larut
dalam lemak. Nitrogen misalnya, 5 kali lebih larut dalam lemak daripada
dalam air.3
dehidrasi, alkohol dan efek obat, serangan panik. Selain itu risiko lain adalah
seseorang yang mandi air panas setelah menyelam pada air yang dingin.1
E. ANATOMI
Medula spinalis berperan untuk menghubungkan sistim saraf pusat dan
tepi. Medula spinalis tersusun dari substansia alba (putih) dan substansia
grisea (kelabu). Substansia alba terdiri dari akson saraf yang bermielin
(mielin warna putih) yang berjalan menuju ke otak atau saraf tepi. Substansia
grisea banyak mengandung badan sel, dendrit dengan sinap serta pembuluh
darah.6
Medula spinalis memiliki serabut saraf yang jelas yang disebut dengan
berjalan kebagian medula spinalis dan otak. Salah satu traktus ascendens yang
impuls dari berbagai bagian otak menuju neuron motorik batang otak dan
jaras motorik volunteer dalam medula spinalis. Selain itu lintasan motorik
descendens melibatkan dua neuron utama yakni neuron motorik atas (upper
Setiap bagian tertentu permukaan tubuh yang disarafi oleh suatu nervus
spinalis disebut dermatom. Nervus spinalis yang sama ini juga membawa
kadang nyeri yang berasal dari salah satu organ ini “dirujuk” ke dermatom
F. PATOFISIOLOGI 5,8
Otopsi pada manusia dan binatang dalam kasus caisson disease yang
ataupun jaringan tubuh pada waktu proses penurunan tekanan di sekitar tubuh
(dekompresi).
Kondisi supersaturasi gas dalam darah dan jaringan sampai suatu batas
tertentu masih dapat ditoleransi, dalam arti masih memberi kesempatan gas
untuk berdifusi keluar dari jaringan dan larut dalam darah, kemudian ke
alveoli paru dan diekhshalasi keluar tubuh. Setelah melewati suatu batas kritis
gas lepas lebih cepat dari jaringan atau darah dalam bentuk tidak larut, yaitu
teoritis karena aliran darah vena di jaringan tersebut yang relative lambat
yaitu :
1. Akibat langsung atau akibat mekanis sumbatan menimbulkan iskemia atau
2. Akibat tidak langsung atau akibat sekunder dari adanya gelembung gas
penyakit dekompresi.
perifer. Gelembung gas intravaskuler yang yang ikut sirkulasi bila tidak
banyak jumlahnya akan difiltrasi lewat paru (silent bubbles). Bila jumlahnya
b. Udema paru
melepaskan gas nitrogen, ada jaringan yang cepat dan ada yang lambat dalam
nitrogen dalam waktu beberapa menit. Otak termasuk dalam jaringan yang
cepat karena mempunyai banyak suplai darah. Tulang rawan pada permukaan
Nitrogen mempunyai daya larut yang baik dalam jaringan lemak, sehingga
jaringan lemak bisa melarutkan nitrogen lebih banyak daripada jaringan-
jaringan lainnya.
pembebanan nitrogen yang kurang lebih sama antara jaringan cepat dan
jaringan yang lebih lambat. Perbedaan tekanan yang tidak terlampau besar
nyeri pada persendian (bends), karena sendi adalah jaringan lambat dan tidak
menyelam akan semakin banyak gas yang larut dan ditimbun dalam jaringan
tubuh. Sesuai hukum Henry, volume gas yang larut dalam suatu cairan
yang merupakan gas inert (tidak aktif). Seperti kita ketahui tekanan udara di
meter maka tekanan akan bertambah 1 ATA. Jadi bila 1 liter N 2 terlarut
terhadap N2. Jaringan lemak mempunyai daya gabung N2 yang tinggi dan
ke permukaan dan tekanan gas turun, terjadi kebalikan dari proses yang
memenuhi tubuh dengan N2. Tekanan parsial N2 yang rendah dalam paru-paru
terlalu cepat, maka N2 tidak dapat meninggalkan jaringan dengan cepat dan
teratur seperti yang dilukiskan diatas. Tekanan yang tiba-tiba menurun tidak
seperti fenomena yang kita lihat bila tutup botol bir dibuka dengan tiba-tiba.
Gambar 3. Mekanisme timbulnya gejala pada decompression syndrome
adalah nyeri sendi dan kelelahan atau timbul tremor. Manifestasi berikutnya
kemih.9
Klasifikasi gejala klinis yang muncul setelah melakukan penyelaman,
dapat berupa:
bawah.
c. Pruritus, atau “skin bends” yang menyebabkan rasa gatal atau terbakar
pada kulit.
marmer atau papular, atau ruam yang menyerupai plak. Pada kasus
a. Gejala Neurologis:
urine.
b. Gejala jantung dan paru (chokes) :
hematemesis, melena.
(gangguan vestibular)
H. DIAGNOSIS
a. Darah rutin
emboli.
oleh mikroemboli.
2. Pemeriksaan radiologi
a. Rontgen Thorax
b. CT scan kepala
lainnya.
c. MRI
yang parah dan tidak ada sama sekali pada mereka yang pada
3. Elektrokardiogram (EKG)
I. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan Dini
b. Baringkan penderita dan biarkan tetap dalam posisi horizontal. Hal ini
shields.
2. Rekompresi
3. Pengobatan
g. Kortikosteroid (Metilprednisolon)
h. Anestesi (Lidokain)
menyimpulkan bahwa lebih cepat diobati, hasilnya akan lebih baik. Untuk
menghindari keterlambatan dalam penanganan penderita maka pengobatan
RUBT.
pendamping memakai “full face mask” dan bernafas dengan oksigen 100%
selama 30 menit untuk kasus ringan dan 60 menit untuk kasus berat. Bila ada
laut, kendaraan darat, pesawat terbang dengan kabin bertekanan 1 atm, bila
tidak ada maka ketinggian maksimum 1000 feet (300 meter). Selama
berganti.
J. PENCEGAHAN
dan intensif. Instruksi dan teknik pemerataan tekanan yang tepat sangat
atau bula) dikaitkan dengan peningkatan yang signifikan dalam risiko untuk
K. KOMPLIKASI
L. PROGNOSIS
Prognosis yang baik jika para petugas kesehatan bisa mengenali gejala
yang timbul sejak awal, diagnosis yang tepat, dan pengobatan yang adekuat.
Tingkat keberhasilan dari terapi dan pengobatan lebih dari 75-85% dapat
dicapai.5
dalam ruang hiperbarik, dalam kebanyakan kasus menunjukan tidak ada efek
jangka panjang. Namun, cedera permanen dari DCS atau efek jangka panjang
dilaporkan (Dan, tahun 1987) yang menunjukkan hasil, sebesar 14,3% dari
268 penyelam masih memiliki tanda-tanda dan gejala sisa dari DCS Tipe II
dan 7% dari DCS Tipe I. Follow-up yang lebih lama menunjukkan hasil yang
sama, sebesar 16% memiliki gejala sisa neurologis yang bersifat permanen.5
DAFTAR PUSTAKA