Anda di halaman 1dari 14

PEMBIMBING : Dr. Endang Triwahyuni, SpKK, M.

Kes





Luvita Amallia S
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta

2014
Abstrak

Miliaria crystallina adalah obstruksi dangkal saluran
keringat ekrin sehingga memberikan hasil berkembang
pesat terjadinya vesikel tanpa tanda radang. Penyakit ini
sering ditemukan pada keadaan panas , lembab, iklim tropis
dan pada periode neonatal, kemungkinan besar karena
kurangnya pematangan dari saluran keringat selama
beberapa hari pertama setelah kelahiran. Hal ini jarang
terjadi pada saat persalinan dan tetap menjadi dilema
diagnostik untuk neonatologist.

Kami melaporkan kasus langka Miliaria Kristalina Kongenital" yang hadir pada saat lahir.
Laporan Kasus
Seorang bayi wanita, cukup bulan BBL
2.65 kg, primi gravida dari ibu usia 28
thn.persalinan pervaginam normal.
Apgar skore normal. Pemeriksaan fisik
DBN kecuali kulit ditutupi dengan lesi
vesikuler ukuran variabel yang berisi
cairan bening.

Lanjutaan....
Ibu mengalami demam mulai 3 hari sebelum onset kelahiran. Pada penyelidikan
TLC nya 12.000 dan CRP positif. LFT, KFT DBN dan kultur darah steril.
Diobati dengan antibiotik dan antipiretik. Saat lahir kulit bayi ditutupi dengan
vesikel kecil jarak dekat yang tersebar di wajah, leher, lengan atas. Vesikel
nampak jelas, dengan d 1-3 mm silver dan bersinar di permukaan. Tes Tzanck
tidak menunjukan sel acantholytic atau neutrofil dan gram stain tidak
menemukan bakteri. CBC, CRP dan kultur darah (-). TORCH screen (-). Atas
dasar lesi kulit yang khas, diagnosis Miliaria crystallina dibuat melalui
konsultasi dengan dokter kulit. Bayi dipindahkan ke lingkungan yang lebih
dingin. 2 hari berikutnya tidak ada vesikel baru meletus. 4 hari vesikel kering
dan 7 hari normal.

DISKUSI

Trauma mekanik/ kimia, keringat berlebihan (
humidity, temperature)

Hidrasi berlebihan stratum korneum
Korneosit bengkak/ perubahan struktur kimia keratin (mengeluarkan material kental
glikoprotein).
Kolonisasi bakteri ( coagulase [-] Staph. Epidermidis) meningkat.
Mengeluarkan toksin: merusak sel epidermis yang membatasi duktus ekrin
mengeluarkan material kental (glikoprotein).




Membentuk keratotic plug di dalam duktus
ekrin

Menyebabkan oklusi

Duktus ekrin pecah

Enzim-enzim keluar proses inflamasi

KLASIFIKASI

Berdasarkan kedalaman letak sumbatan :
Miliaria kristalina ( sudamina)
Sumbatan terjadi di dalam stratum korneum.
Miliaria rubra ( Prickly heat)
Sumbatan terjadi di lapisan dalam epidermis.
Miliaria profunda ( mamillaria)
Sumbatan di dalam dermoepidermal junction.

MILIARIA KRISTALINA


Ditandai dengan adanya vesikel berdiameter 1mm
(seperti percikan air) tanpa tanda radang.
Umumnya tidak memberi keluhan
Sering terdapat di daerah intertriginosa (misalnya
aksila).
Biasanya terjadi dgn peny. Demam, setelah
terbakar sinar matahari, iklim yg panas dan
lembab, anak sangat beresiko

- DD pada neonatal berupa beberapa penyakit infeksi
& penyakit kulit bullosa.
1. Vesikel : herpes simplex dan varicella.
2. Pustul : Erythema toxicum, neonatorum,neonatal
pustular melanosis, and acropustulosis of the child.

Terapi dari Miliaria crystallina sederhana...
1. Menghindari berkeringat (dari aktivitas, memakai
baju tebal)
2. Antibiotik topikal dlm mencegah infeksi sekunder
3. Calamine lotions & bland emollient

Penyakit ini agak sering pd BBL dan anak.
1. Studi retrospektif dari Jepang 5.387 bayi di bangsal BBL crystallina
miliaria 4,5%, dengan kejadian puncak sekitar postnatal 6 dan 7 hari.
2. Studi India selama jangka waktu 7 bulan, 131 neonatus Miliaria
crystallina dalam waktu 48 jam setelah lahir.
3. Sebagian besar artikel berpendapat bahwa penyakit ini tidak terjadi
pada saat kelahiran. disrupture duktus penyebab langsung miliaria.
Hidrasi corneocytes bervariasi dgn tingkat kelembaban dan suhu
lingkungan.
4. Pada pasien kami, demam ibu mungkin telah pemicu.


Sejauh ini dalam literatur hanya ada 3 laporan
tentang miliaria kristalina kongenital, 2 kulit
hitam, 1 kulit putih . Menurut Straka et al,
Mungkin oklusi saluran keringat telah
terbentuk sudah dalam rahim seperti dalam
kasus ini.

REFERENSI
1. Wagner A. Distinguishing vesicular and pustular disorders in the neonate. Curr Opin
Pediatr. 1997;9:396e405.
2. Moosavi Z, Hosseini T. One-year survey of cutaneous lesions in 1000 consecutive
Iranian Newborns. Pediatr Dermatol. 2006 JaneFeb;23(1):61e63.
3. Haas Norbert, Henz Beate Maria, Weigel Heidrun. Congenital miliaria crystallina. J
Am Acad Dermatol. 2002;47(5):S270eS272.
4. Wenzel FG, Horn TD. Nonneoplastic disorders of the eccrine glands. J Am Acad
Dermatol. 1998;38:1e17.
5. Hurwitz S. Clinical Paediatric Dermatology. 2nd ed. Philadelphia:WB Saunders;
1993:278e317.
6. Hidano A, Purwoko R, Jitsukawa K. Statistical survey of skin changes in Japanese
neonates. Pediatr Dermatol. 1986;3:140e144.
7. Nanda A, Kaur S, Bhakoo ON, Dhall K. Survey of cutaneous lesions in Indian
Newborns. Pediatr Dermatol. 1989;6:39e42.
8. Hodgman J, Freedman R, Levan N. Neonatal dermatology. Pediatr Clin North Am.
1971;18:713e756.
9. Shuster S. Duct disruption, a new explanation of miliaria. Acta Derm Venereol.
1997;77:13.
10. Straka BF, Cooper PH, Greer KE. Congenital miliaria crystallina. Cutis.
1991;47:103e106.
11. Arpey CJ, Nagashima Whalen LS, Chren MM, Zaim MT. Congenital miliaria
crystallina: case report and literature review. Pediatr Dermatol. 1992;9:283e287.

Anda mungkin juga menyukai