PRURIGO HEBRA
PENDAHULUAN
Prurigo ialah erupsi papular kronik dan rekurens. Prurigo hebra merupakan penyakit kulit
yang kronis sehingga dapat menggangu aktivitas dan estetika. Saat ini prurigo hebra termasuk
dalam 10 besar penyakit kulit yang sering dijumpai di Indonesia.( 1,2)
Prurigo hebra adalah penyakit kulit kronik dimulai sejak bayi atau anak. Sering terdapat
pada anak – anak dengan tingkat social ekonomi dan hygiene rendah. Klasifikasi berdasarkan
tingkat keparahan dibagi menjadi prurigo mitis dan prurigo feroks.(1,2)
DEFINISI
Prurigo hebra adalah penyakit kulit kronik dimulai sejak bayi atau anak. Kelainan kulit
terdiri atas papul- miliar berbentuk kubah sangat gatal, lebih mudah diraba daripada dilihat,
terutama pada bagian ekstremitas bagian ekstensor.( 1,2,3,4,5,6,7)
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini sering terdapat pada keadaan sosila ekonomi dan hygiene yang rendah.
penderita wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Umumnya terdapat pada anak. ( 1,2,3 )
ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, umumnya ada saudara yang juga menderita
penyakit ini, karena itu ada yang menganggap penyakit ini herediter. Sebagian para ahli
berpendapat bahwa kulit penderita peka terhadap gigitan serangga, misalnya nyamuk.
Disamping itu juga terdapat beberapa daktor yang berperan, antara lain :
PATOGENESIS
Patogenesis yang pasti belum diketahui, namun terdapat pola penurunan pola penyakit
secara multifactor artinya terdapat peran multigen dan pengaruh lingkungan. Sebagian para ahli
berpendapat bahwa kulit penderita peka terhadap gigitan serangga, misalnya nyamuk. Mungkin
antigen atau toksin yang ada dalam ludah serangga menyebabkan alergi.(1,2,3,4,6,7)
GEJALA KLINIS
Gejala klinis prurigo hebra berupa gejala objectif dan gejala subjectif. Gejala objectif
adanya papul – papul miliar tidak berwarna, berbentuk kubah, lebih mudah diraba dari pada
dilihat. Karena Garukan yang terus menerus bisa mnyebabkan erosi, eksoriasi, krusta,
hiperpigmentasi dan likenifikasi. Sering pula terjadi infeksi sekunder. Jika telah kronik tampak
kulit yang sakit lebih gelap kecoklatan dan berlikenifikasi. Gejala subjectif yaitu keluhan gatal
terkadang bersifat kronik, akibatnya kulit menjadi hitam dan menebal.( 1,2,3,4,5,6,7)
PREDILEKSI
Tempat predileksi diekstremitas bagian ekstensor dan simetrik, dapat meluas kebokong
dan perut , muka dapat pula terkena. Biasanya bagian distal lengan dan tungkai lebih parah
dibandingkan bagian proksimal. Demikian pula umumnya tungkai lebih parah daripada
lengan.(1,2,3,5,6,7)
Prurigo hebra terbagi menjadi 2, hal ini untuk menyatakan berat ringannya penyakit,
yaitu : (1,2,3,6,7)
HISTOPATOLOGI
Bila telah kronik infiltrate kronis ditemukan di sekitar pembuluh darah serta deposit
pigmen dibagian basal.(1,2,3)
DIAGNOSIS
Diagnosis prurigo hebra ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis yang
khas.(1)
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan tinja
c. Pemeriksaan radiograf
d. Imunofluoresen darah
e. Tes tusuk berbagai allergen, parasit usus dan serangga. (1,3)
DIAGNOSIS BANDING
1. Scabies
2. Insect bite ( gigitan serangga )
3. dermatitis herpetiformis. (1,2,3)
PENATALAKSANAAN
Karena penyebab prurigo belum diketahui, maka tidak ada pengobatan yang tepat .
penatalaksanaannya dapat dilakukian dengan 2 cara yaitu :
PROGNOSIS
Secara umum prognosis dari penyakit ini baik, apabila menjaga hygiene perorangan dan
lingkungan serta mendapatkan terapi yang tepat. Dapat sembuh sendiri sesudah usia akil balik
atau dewasa muda . (1,2,3,4,5,6,7)
LAPORAN KASUS
Telah datang seorang pasien perempuan diantar ibunya, bernama Lulu Khairunisa siregar,
berumur 6 tahun, suku batak, agama islam, alamat jalan sosro gg.1001 no 28 medan , ke poliklinik kulit
kelamin Rumah sakit umum Dr Pirngadi Medan ( RSUPM ) pada tanggal 03 juni 2012, dengan keluhan
utama bercak merah kehitaman disertai rasa gatal pada kedua kaki yang dialami os ± 1tahun ini,
awalnya berupa bintil – bintil kemerahan bekas gigitan nyamuk disertai rasa gatal pada kedua kaki dan
tangan, karena gatal os menggaruknya. Kemudian bintil – bintil tersebut menjadi seperti ada cairan jernih.
Karena gatal dan sering digaruk tanpa disadari os bintil-bintil tersebut pecah lalu mengering. Lama-
kelamaan kulit os menjadi seperti benrcak –bercak merah kehitaman. Sebelumnya os pernah berobat ke
puskesmas dan bidan kemudian diberi salep tetapi os lupa namanya, namun tidak mengalami perbaikan
sehingga os memutuskan berobat ke Poli Kulit dan Kelamin RSUPM.
Dari anamnesa, riwayat penyakit keluarga tidak dijumpai, riwayat penyakit terdahulu tidak
dijumpai, riwayat pemakaian obat dijumapi yaitu obat dari puskesmas dan bidan tetapi os lupa namanya.
Dari pemekriksaan fisik dijumpai keadaan umum dan status gizi pasien baik. Pada pemeriksaan
dermatologi dijumpai papul – papul eritem, makula hiperpigmentasi, skuama halus , erosi dan krusta.
Lokalisasinya pada regio femoris medial dextra et sinistra, regio cruris anterior dextra et sinistra.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik maka diagnosis banding pasien ini adalah prurigo
hebra, scabies, dermatitis herpetiformis. Diagnosis sementara adalah prurigo hebra.
Penatalaksanaan pada pasien ini secara umum adalah dengan menyarankan kepada pasien untuk
menhindari garukan, menghindari terkena gigitan nyamuk dan serangga., dengan cara berpakaian yang
tertutup atau menggunakan lotion anti nyamuk, serta menjaga hygiene personal dan lingkungan.
Penatalaksanaan Secara khusus yaitu topical dan sistemik secara topical dengan memberikan mufacort
salp 1% 10g (mometason feroate)+ bactoderm salp 2% 10g (mupirocin) + acid salisyl 2% dioleskan 1x
sehari. Sedangkan secara sistemik dengan memberikan ryzo tab 10 mg 1x ½ ( cetirizine 2hcl), lapicef syr
125 mg 1x1 ( cefadroxil monohydrate), imunos syr 60 ml 1x1 ( multivitamin, Echinacea).
Prognosis pada psien ini adalah baik , apabila hygiene perseorangan dan lingkungan terjaga serta
mendapatkan terapi yang tepat.
DISKUSI
Diagnosis prurigo hebra pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik. Dimana pada anamnesa dijumpai keluhan utama berupa bercak kehitaman
disertai rasa gatal pada kedua kaki yang dialami os ± 1tahun ini. Pada pemeriksaan dermatologis
dijumpai papul – papul eritem, macula hiperpigmentasi, skuama halus , erosi dan krusta. Lokalisasinya
pada regio femoris medial dextra et sinistra, regio cruris anterior dextra et sinistra. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa kelainan khas pada prurigo hebra adalah papul – papul miliar yang
gatal dan berbentuk kubah, lebih muda diraba daripada dilihat. Karena Garukan yang terus menerus
bisa mnyebabkan erosi, eksoriasi, krusta, hiperpigmentasi dan likenifikasi. Sering pula terjadi
infeksi sekunder. Jika telah kronik tampak kulit yang sakit lebih gelap kecoklatan dan
berlikenifika.
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik maka diagnosis banding pada kasus ini
adalah prurigo hebra, scabies, insect bite dan dermatitis herpetiformis. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa diagnosis banding prurigo hebra adalah scabies, insect bite
dan dermatitis herpetiformis.
Penatalaksanaan pada pasien ini ada 2 yaitu secara umum dan secara khusus , secara
umum adalah dengan cara menyarankan kepada penderita untuk menghindari garukan,
menhindari terkene gigitan nyamuk atau serangga, dengan cara berpakaian tertutup atau
menggunakan lotion anti nyamuk, serta memperbaiki hygiene personal dan lingkungan. Secara
khusus , yaitu topical dan sistemik, secara topical dengan memberikan memberikan mufacort salp
1% 10g (mometason feroate)+ bactoderm salp 2% 10g (mupirocin) dioleskan+ acid salisil 2% dioleskan
1x sehari.Sedangkan secara sistemik dengan memberikan ryzo tab 10 mg 1x ½ ( cetirizine 2hcl), lapicef
syr 125 mg 1x1 ( cefadroxil monohydrate), imunos syr 60 ml 1x1 ( multivitamin, Echinacea).
Hal ini sesuai denga kepustakaan yang menyatakan bahwa pengobatan prurigo hebra
secara umum adalah denga menghindari gigitan nyamuk atau gigitan serangga, dan memperbaiki
hygiene perseorangan ataupun lingkungan. Secara khusus , karena penyebabnya belum
diketahui, maka tidak ada pengobatan yang tepat dan cepat, jadi pengobatan yang diberikan
hanya bersifat simptomatik , yaitu topical dengan sulfur 5 – 10 % dalam bentuk bedak kocok
atau salep, untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan menthol 0,25 % - 1 % atau kamper 2 –
3% atau kortikosteroid krim/salep, dan bila terdapat infeksi sekunder diberkan antibiotic topikal.
Pada pengobatan sistemik dapat diberikan antihistamin dan antibiotic bila terdapat infeksi
sekunder.
Prognosis pada pasien in baik, apabila hygiene perseorangan dan lingkungan terjaga serta
mendapat terapi yang tepat . ini sesuai dengan kepustakaan bahwa prognosa dari penyakit ini
adalh baik dan sembuh sendiri setelah akil balik.
GAMBAR
tampak papul – papul eritema , macula hiperpigmentasi, skuama halus, erosi ,krusta pada kedua
kaki
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah B, Prurigo Hebra, Dermatologi , Pengetahuan dasar dan kasus di Rumah
Sakit. Penerbit SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Haji Surabay. Hal : 190 –
192.
2. Djuanda A. Prurigo. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,2005, Hal : 272-275.
3. Siregar R.S, Prurigo Hebra, Atlas Berawarna Saripati Penyakit Kulit , edisi kedua,
EGC, Jkarta , 2005. Hal 133 -135.
4. Sjamsoe S, Daili, Menaldi Sri L, dkk, Prurigo Hebra, Penyakit Kulit Yang Umum Di
Indonesia, sebuah Panduan Bergambar, Jakarta. Hal: 102.
5. Alergi , Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin, Bagian SMF ILmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin. Edisi Kedua, Surabaya : Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
airlangga,2007, Hal : 130.
6. Mansoer Arif, dkk, Prurigo Hebra, Kapita Selekta Kedokteran jilid dua, edisi ketiga,
Media Aesculapius. Hal: 190-192.
7. http://journalmedical.wordpress.com/2008/08/10/prurigo/