Anda di halaman 1dari 23

Pitiriasis Rosea

Definisi
Pitiriasis rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan
sebuha lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang
lebih kecil di badan, lengan dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya
menyembuh dalam waktu 3-8 minggu.
Epidemiologi
Pitiriasis rosea didapati pada semua umur, terutama antara 15-40 tahun, pada wanita dan
pria sama banyaknya.
Etiologi
Etiologinya belum diketahui, demikian pula cara infeksi. Ada yang mengemukakan
hipotesis bahwa penyebab virus, karena penyakit ini merupakan penyakit swasima (self limiting
disease), umumnya sembuh sendiri dalam waktu 3-8 minggu.
Beberapa ahli menduga penyebabnya adalah suatu virus tertentu berdasar:
Umur kebanyakan penderita dewasa muda.
Musiman, kadang-kadang bersifat epidemic local pada sekelompok orang.
Sembuh dalam waktu tertentu.
Jarang sekali kambuh.
Gejala klinis
Gejala konstitusi pada umumnya tidak ditemukan, sebagian penderita mengeluh gatal
ringan. Pitiriasis berarti skuama halus. Penyakit dimulai dengan lesi pertama (herald patch),
umumnya di badan, solitary, berbentuk oval, dan anular, diameternya kira-kira 3 cm. ruam terdiri
atas eritema dan skuama halus di pinggir. Lamanya beberapa hari hingga beberapa minggu.

bentuk klinis pitiriasis rosea


Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi gambaran yang khas,
sama dengan lesi pertama hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan kosta, hingga
menyerupai pohon cemara terbalik. Lesi tersebut timbul serentak atau dalam beberapa hari.
Tempat predileksi pada badan, lengan atas bagian proksimal, dan paha atas, sehingga seperti
pakaian renang wanita jaman dahulu.
Kecuali bentuk yang lazim berupa eritroskuama, pitiriasis rosea dapat juga berbentuk
urtika, vesikel, dan papul, yang lebih sering terdapat pada anak-anak.
Sebagian kecil didahului gejala pendahulu yang umumnya ringan, yaitu demam dan
malaise. Keluhan yang timbul biasanya gatal ringan/ tidak gatal, hanya sebagian kecil
mengeluhkan sangat gatal.
Diagnosis banding
Penyakit ini sering disangka jamur oleh penderita, juga oleh dokter umum sering
didiagnosis sebagai Tinea korporis. Gambaran klinisnya memang mirip dengan tinea korporis
karena terdapat eritema dan skuama di pinggir dan bentuknya anular. Perbedaannya pada
pitiriasis rosea gatalnya tidak begitu berat seperti pada tinea korporis, skuamanya halus
sedangkan pada tinea korporis kasar. Pada tinea sediaan KOH akan positif. Hendaknya dicari
pula lesi inisial yang adakalanya masih ada. Jika telah tidak ada, dapat ditanyakan pada pasien
tentang lesi inisial. Sering lesi inisial tersebut tidak seluruhnya eritematosa lagi, tetapi bentuknya
masih tampak oval sedangkan di tengahnya terlihat hipopigmentasi.
Diagnosis banding yang lain ialah psoriasis vulgaris, dermatitis seboroik, lues II bentuk
macula, likhen planus, dan morbus Hansen.
Pengobatan
Pengobatannya bersifat simtomatik, untuk gatalnya dapat diberikan sedative, sedangkan
sebagai obat topical dapat diberikan bedak asam salisilat yang dibubuhi mentol -1%.
Tidak ada obat yang spesifik, penyakit dapat sembuh spontan. Antihistamin diberikan bila
penderita merasa sangat gatal. Kortikosteroid lokal (prednisone 30-60 mg) berguna untuk
menghilangkan rasa gatal, menahan sementara perjalanan penyakitnya dan dapat menghilangkan
lesinya, diberikan terutama bila penyakitnya > 1 bulan.

catatan coas
Jumat, 08 Agustus 2014

Pityriasis Rosea
BAB I
PENDAHULUAN
Pitiriasis Rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya
yang dimulai dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus.
Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan dan paha atas yang
tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh dalam waktu 3-8
minggu.(1,2)
Insiden tertinggi pada usia antara 15 40 tahun. Wanita lebih sering terkena
dibandingkan pria dengan perbandingan 1.5 : 1. Kekambuhan pada penyakit ini
tidak diketahui, hanya sekitar 1-3% kasus yang terjadi. Keterkaitan Human Herpes
Virus (HHV) enam dan tujuh sebagai penyebab penyakit ini masih dalam
kontroversi.(3,4,5)
Istilah Pitiriasis Rosea pertama kali dideskripsikan oleh Robert Willan pada
tahun 1798 dengan nama Roseola Annulata, kemudian pada tahun 1860, Gilbert
memberi nama Pitiriasis Rosea yang berarti skuama berwarna merah muda
( rosea ).Pitiriasis Rosea biasa didahului dengan gejala prodromal (lemas, mual,
tidak nafsu makan, demam, nyeri sendi, pembesaran kelenjar limfe). Setelah itu
muncul gatal dan lesi di kulit. Banyak penyakit yang memberikan gambaran seperti
Pitiriasis Rosea seperti dermatitis numularis, sifilis sekunder, dan sebagainya (6,7)
Gejala klinis dimulai dari lesi inisial yang berupa herald patch, kemudian
disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil. Umumnya herald patch ini terdapat di lengan
atas, badan atau leher, bias juga pada wajah, kepala atau penis. (8)
Pitiriasis Rosea merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri, oleh karena
itu, pengobatan yang diberikan adalah pengobatan suportif. Obat yang diberikan
dapat berupa kortikosteroid, antivirus, dan obat topikal untuk mengurangi pruritus.
(6)

BAB II

PITIRIASIS ROSEA
II.1.

DEFINISI

Pitiriasis rosea ialah penyakit akut, kelainan kulit berupa timbulnya


papuloskuamosa yang dapat hilang dengan sendirinya, umumnnya menyerang
anak-anak dan dewasa muda yang sehat, walaupun sebenarnya dapat ditemukan
pada semua umur. Penyebabnya belum diketahui, diduga virus sebagai penyebab
timbulnya erupsi.(5)
Menurut Andrew ( 2006 ), Pitiriasis Rosea adalah peradangan kulit berupa
eksantema yang ditandai dengan lesi makula-papula berwarna kemerahan ( salmon
colored ) berbentuk oval, circinate tertutup skuamacollarette, soliter dan lama
kelamaan menjadi konfluen. Ketika lesi digosok menurut aksis panjangnya, skuama
cenderung terlipat melewati garis gosokan ( hanging curtain sign ). (3)

II.2.

EPIDEMIOLOGI

Kurang lebih 75% kasus pitiriasis rosea didapatkan pada usia antara 10-35
tahun. Puncak insidensnya terdapat pada usia antara 20-29 tahun. Namun ada juga
yang mengatakan puncak insidensinya terdapat pada usia antara 15-40 tahun.
Namun bagaimanapun penyakit ini bisa muncul dari usia 3 bulan.(2,3,9)
Prevalensi yang dilaporkan dari pusat dermatologi adalah 0,3-3 % .Penyakit
ini terdapat di seluruh dunia dan didapatkan kira-kira sebanyak 20% dari setiap
kunjungan pasien yang berobat jalan pada ahli penyakit kulit. Insidens pada pria
dan wanita hampir sama, walaupun sedikit lebih banyak ditemukan pada wanita. (6,8)

II.3.

ETIOLOGI

Penyebab dari penyakit ini belum diketahui, demikian pula cara penyebaran
infeksinya. Ada yang mengemukanan hipotesis bahwa penyebabnya adalah virus
karena merupakan penyakit swasima (self limiting disease) yang umumnya sembuh
sendiri dalam waktu 3-8 minggu.(1)
Watanabe et al melakukan penelitian dan mempercayai bahwa Pitiriasis Rosea
disebabkan oleh virus. Mereka melakukan replikasi aktif dari Herpes Virus ( HHV )-6
dan -7 pada sel mononuklear dari kulit yang mengandung lesi, kemudian
mengidentifikasi virus pada sampel serum penderita. Dimana virus-virus ini hampir
kebanyakan didapatkan pada masa kanak-kanak awal dan tetap ada pada fase
laten dalam sel mononuklear darah perifer, terutama CD-4 dan sel T, dan pada air
liur.(3)

Menurut Broccolo dkk 2005, DNA HHV-7 dan sedikit DNA HHV-6 ditemukan
pada plasma bebas dalam plasma atau sampel serum dari banyak penderita
pityriasis rosea, dan tidak ditemukan pada individu yang menderita penyakit
inflamasi kulit lainnya. Protein dan mRNA HHV-7 dan sedikit mRNA HHV-6 dan
protein, dideteksi pada kumpulan leukosit yang ditemukan di regio perivaskular dan
perifolikular pada lesi PR, tetapi tidak ditemukan pada pasien dengan penyakit
inflamasi kulit lainnya. Peningkatan imunoglobulin spesifik HHV-6 dan HHV-7 pada
kondisi tidak adanya antibodi imunoglobulin G spesifik terhadap virus tidak terjadi
pada pasien PR, sementara pada peningkatan infeksi virus primer terhadap antibodi
IgM sendiri merupakan tanda khas. Kemudian penemuan terakhir bahwa terdapat
DNA HHV-6 dan HHV-7 pada saliva pasien dengan PR, yang tidak ditemukan pada
pasien-pasien dengan infeksi primer oleh virus-virus ini. Berdasarkan pada
penemuan-penemuan ini, kesimpulan yang dapat diambil adalah pityriasis rosea ini
berkaitan erat dengan reaktivasi HHV-7 dan sedikit HHV-6. (6)
Chlamydia pneumonia, Mycoplasma pneumonia dan Legionella pneumonia telah
dikemukakan sebagai agen penyebab pitiriasis rosea yang berpotensi kuat, namun
belum ada penelitian yang menunjukkan kenaikan kadar antibodi yang signifikan
terhadap mikroorganisme yang telah disebutkan di atas pada penderita pitiriasis
rosea.(2)
Erupsi kulit yang mirip dengan pitiriasis rosea dapat timbul sebagai akibat dari
reaksi obat. Macam-macam obat yang berhubungan dengan munculnya erupsi kulit
mirip pitiriasis rosea antara lain:(3)
Barbiturat

Bismuth

Captopril

Clonidine

Senyawa emas

Imatinib (Gleevec)

Interferon

Ketotifen (Zaditor)

Arsen

Methopromazine

Ergotamine

Hidroksiklorokuin

Tripelennamine Hidroklorida

Lisinopril

II.4.

PATOFISIOLOGI

Para ahli masih berbeda pendapat tentang faktor-faktor penyebab timbulnya PR.
Ada yang menduga penyebabnya adalah virus, dikarenakan penyakit ini dapat
sembuh dengan sendirinya (self limited). Keterlibatan dua virus herpes yaitu HHV-6
dan HHV-7, telah diusulkan sebagai penyebab erupsi. Dilaporkan terdapat DNA virus

dalam peripheral blood mononuclear cell (PBMC) dan lesi kulit dan hal ini tidak
terpengaruh dari banyaknya orang dengan PR akut. HHV-7 terdeteksi sedikit lebih
banyak daripada HHV-6, tetapi sering kedua virus ditemukan. Namun, bukti dari
adanya HHV-6 atau HHV-7 dan aktivitasnya juga ditemukan dalam proporsi (1044%) dari individu yang tidak terpengaruh, hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan dengan infeksi, di mana virus tidak selalu menyebabkan penyakit.. (4)
Sementara ahli yang lain mengaitkan dengan berbagai faktor yang diduga
berhubungan dengan timbulnya PR, misalnya faktor penggunaan obat-obat
tertentu.(3)

II.5.

HISTOPATOLOGI

Pemeriksaan histopatologi sangat membantu dalam meyingkirkan diagnosa


banding. Gambaran histopatologi dari pitiriasis rosea meliputi: (10)

Akantosis ringan

Parakeratosis fokal

Ekstravasasi eritrosit ke lapisan epidermis

Spongiosis dapat ditemukan pada kasus akut

Infiltrat perivaskular ringan dari limfosit ditemukan pada dermis.

Gambar 1. Gambaran Histopatologis Pitiriasis Rosea (6)

II.6.

GEJALA KLINIS

Kurang lebih pada 20-50% kasus, bercak merah pada pitiriasis rosea didahului
dengan munculnya gejala mirip infeksi virus seperti gangguan traktus respiratorius
bagian atas atau gangguan gastrointestinal. Sumber lain menyebutkan kira-kira 5%
dari kasus pitiriasis rosea didahului dengan gejala prodormal berupa sakit kepala,
rasa tidak nyaman di saluran pencernaan, demam, malaise, dan artralgia. Lesi
utama yang paling umum ialah munculnya lesi soliter berupa makula eritem atau
papul eritem pada batang tubuh atau leher, yang secara bertahap akan membesar
dalam beberapa hari dengan diameter 2-10 cm, berwarna pink salmon, berbentuk
oval dengan skuama tipis.3,4,6
Lesi yang pertama muncul ini disebut dengan Herald patch/Mother
plaque/Medalion. Insidens munculnya Herald patch dilaporkan sebanyak 12-94%,
dan pada banyak penelitian kira-kira 80% kasus pitiriasis rosea ditemukan
adanya Herald patch. Jika lesi ini digores pada sumbu panjangnya, maka skuama
cenderung untuk melipat sesuai dengan goresan yang dibuat, hal ini disebut
dengan Hanging curtain sign. Herald patch ini akan bertahan selama satu minggu
atau lebih, dan saat lesi ini akan mulai hilang, efloresensi lain yang baru akan
bermunculuan dan menyebar dengan cepat. Namun kemunculan dan penyebaran
efloresensi yang lain dapat bervariasi dari hanya dalam beberapa jam hingga
sampai 3 bulan. Bentuknya bervariasi dari makula berbentuk oval hingga plak
berukuran 0,5-2 cm dengan tepi yang sedikit meninggi. Warnanya pink salmon
(atau berupa hiperpigmentasi pada orang-orang yang berkulit gelap) dan khasnya

terdapat koleret dari skuama di bagian tepinya. Umum ditemukan beberapa lesi
berbentuk anular dengan bagian tengahnya yang tampak lebih tenang. (3,4,6)

skuama

Herald Patch

Gambar 2. Herald Patch(4)

Pada pitiriasis rosea gejalanya akan berkembang setelah 2 minggu, dimana ia


mencapai puncaknya. Karenanya akan ditemukan lesi-lesi kecil kulit dalam stadium
yang berbeda. Fase penyebaran ini secara perlahan-lahan akan menghilang secara
spontan setelah 3-8 minggu. Lesi-lesi ini muncul terutama pada batang tubuh
dengan sumbu panjang sejajar pelipatan kulit.Susunannya sejajar dengan kosta,
sehingga tampilannya tampak seperti pohon natal yang terbalik (inverted christmas
tree appearance) yang merupakan lesi patognomonik dari pitiriasis rosea.(1)

Gambar 3. plak primer ( herald patch ) dan


distribusi tipikal plak sekunder sepanjang
garis kulit pada trunkus dalam
susunan Christmas tree(6)

Lokasinya juga sering ditemukan di lengan atas dan paha atas. Lesi-lesi yang
muncul berikutnya jarang menyebar ke lengan bawah, tungkai bawah, dan wajah.
Namun sesekali bisa didapatkan pada daerah tertentu seperti leher, sela paha, atau
aksila. Pada daerah ini lesi berupa bercak dengan bentuk sirsinata yang bergabung
dengan tepi yang tidak rata sehingga sangat mirip dengan Tinea corporis. Gatal
ringan-sedang dapat dirasakan penderita, biasanya saat timbul gejala. Gatal
merupakan hal yang biasa dikeluhkan dan gatalnya bisa menjadi parah pada 25%
pasien. Gatal akan lebih dirasakan saat kulit dalam keadaan basah, berkeringat,
atau akibat dari pakaian yang ketat. Akan tetapi, 25% penderitanya tidak
merasakan gatal. Relaps dan rekurensi jarang sekali ditemukan. Ekskoriasi jarang
ditemukan. Efek dari terapi yang berlebih atau adanya dermatitis kontak, umum
ditemukan.(1,3)

II.7.

VARIASI PITIRIASIS ROSEA(2,9)

Pitiriasis rosea inversa

o Lesi kulit banyak terdapat di wajah dan distal ekstremitas, daerah fleksor seperti
aksila dan sela paha, hanya sedikit yang terdapat di tubuh.
o Umumnya terjadi pada anak-anak.

Pitiriasis rosea terlokalisasi

o Lesinya dapat terjadi pada satu area saja, sehingga diagnosis menajdi sulit

Pitiriasis rosea giganta

o Ditemukan papul-papul atau plak yang besar, tetapi jumlahnya sedikit

Vesicular pitiriasis rosea

o Lebih sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.


o Menyerupai infeksi varisela.

Purpuric pitiriasis rosea

o Hanya ada 10 kasus yang dilaporkan, anak-anak dan dewasa sama banyak.
o Secara histopatologi terdapat perbedaan pada ekstravasasi eritrosit ke stratum
papilare dermis tanpa adanya bukti vaskulitis.
o Manifestasi klinisnya berupa petechie, dan ekimosis sepanjangLanger line pada
leher, tubuh dan ekstremitas proksimal.
o Lesinya mungkin dengan skuama yang lebih sedikit atau didominasi oleh pustule
atau purpura.
o Cenderung meninggalkan tanda hipo atau hiperpigmentasi postinflamasi setelah
sembuh, terutama pada orang-orang yang memiliki banyak pigmen.

Urticarial pitiriasis rosea

o Varian yang jarang ditemukan.


o Menyerupai urtikaria akut.
II.8.

DIAGNOSA

Penegakan diagnosis PR didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan klinis, dan


pemeriksaan penunjang.
1.

Anamnesis
Anamnesis dibutuhkan untuk mendukung penegakan diagnosis PR yaitu:

a.

Pada PR klasik, pasien biasanya menggambarkan onset dari timbulnya lesi kulit
tunggal pada daerah badan, beberapa hari sampai minggu kemudian diikuti
timbulnya berbagai lesi kecil.(6)

b.

Gatal hebat dirasakan pada 25% pasien PR tanpa komplikasi, 50% lainnya
merasakan gatal dari yang ringan sampai sedang, dan 25% lainnya tidak
mengeluhkan rasa gatal.(6)

c.

Sebagian kecil pasien menunjukkan gejala prodromal seperti gejala flu, demam,
malaise, arthralgia, dan faringitis.(6,12)

2.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan terlihat:

a.

Kelainan berupa bercak berskuama dengan batas tegas berbentuk oval atau bulat
(herald patch) yang meluas ke perifer, terlihat erupsi makulopapular berwarna
merah-coklat berukuran 0,5-4 cm.(6,12)

b.

Bagian tepi lesi terlihat lebih aktif, meninggi, eritematosa dengan bagian tengah
berupa central clearing.(12)

c.

Terlokalisasi pada badan, leher, dan daerah poplitea atau pada area yang lembab
dan hangat misalnya di area lipatan kulit. (6,12)

d.

Erupsi sekunder mengikiuti garis Langer, berbentuk pola pohon natal atau pola
pohon cemara.(6,12)
Biopsi biasanya tidak selalu diindikasikan untuk menggevaluasi pasien dengan
suspek PR. Karena bisa terjadi kesalahan untuk beberapa penyakit kulit, diagnosis
klinis PR mungkin kadang-kadang sulit, terutama di varian atipikal. (12)
II.9.

a.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan ini jarang diperlukan dalam kasus PR. Pemeriksaan fisik, hitung
darah sel, biokimia dan analisis urin dalam rentang normal, kadang ditemukan
leukositosis, neutrophilia, basophilia dan limfositosis. (2,12)
Tes
VDRL
dan
uji fluorescent
menyingkirkan adanya sifilis.(2)

antibody

trepenomal dilakukan

untuk

b. Biopsi kulit
Superfisial peri infiltrasi vaskular dengan limfosit, histiosit, dengan eosinofil
jarang terlihat. Sel epidermis menunjukkan sel darah merah diskeratosis dan
ekstravasasi RBCs dapat dilihat.(2)

Gambar 7. parakeratosis, akantosis minimal, spongiosis, eksositosis dengan mononuklear yang cukup
menginfiltrasi perivaskuler di atas dermis dan ekstravasasi RBC

II.10.

DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding dari pitiriasis rosea mencakup:

1.

Sifilis stadium II (yang paling penting) (6,11)


Sifilis stadium II dapat menyerupai pitiriasis rosea, namun biasanya pada sifilis
sekunder lesi juga terdapat di telapak tangan, telapak kaki, membran mukosa,
mulut, serta adanya kondiloma lata atau alopesia. Tidak ada keluhan gatal (99%).
Ada riwayat lesi pada alat genital. Tes serologis terhadap sifilis perlu dilakukan
terutama jika gambarannya tidak khas dan tidak ditemukan Herald patch.

2.

Psoriasis gutata(6)
Kelainan kulit yang terdiri atas bercak-bercak eritem yang meninggi (plak) dengan
skuama diatasnya. Eritem sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium
penyembuhan sering eritem yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di
pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta
transparan. Besar kelainan bervariasi, jika seluruhnya atau sebagian besar
lentikuler
disebut
sebagai
psoriasis
gutata.
Umumnya
setelah
infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas sehabis influenza atau morbili,
terutama pada anak dan dewasa muda.

3.

Lichen planus(11)
Dapat menyerupai pitiriasis rosea papular. Lesinya memiliki lebih banyak papul dan
berwarna violet/lembayung, ditemukan di membran mukosa mulut dan bibir.

4.

Dermatitis numularis(6)

Gambaran lesinya berbentuk seperti koin dengan skuama yang dapat menyerupai
pitiriasis rosea. Namun tidak terdapat koleret dan predileksi tempatnya pada
tungkai, daerah yang biasanya jarang terdapat lesi pada pitiriasis rosea.
5.

Parapsoriasis (Pitiriasis lichenoides kronik)(6,11)


Penyakit
ini
jarang
ditemukan,
pada
bentuk
yang
kronis
mungkin
didapatkan cigarrete paper atrofi. Penyakit ini dapat berkembang menjadi mikosis
fungoides.

6.

Dermatitis seboroik(11)
Pada dermatitis seboroik, kulit kepala dan alis mata biasanya berskuama dan ruam
kulitnya ditutupi skuama yang berminyak dengan predileksi tempat di sternum,
regio intercapsular, dan permukaan fleksor dari persendian-persendian.

7.

Tinea corporis(1,6)
Herald patch atau bercak yang besar pada pitiriasis rosea dapat menyerupai tinea
corporis. Tinea corporis juga memiliki lesi papuloeritemaskuamosa yang bentuknya
anular, dengan skuama, dancentral healing. Namun pada tepinya bisa terdapat
papul, pustul, skuama, atau vesikel. Bagian tepi lesi yang lebih aktif pada infeksi
jamur ini menunjukkan adanya hifa pada pemeriksaan sitologi atau pada kultur,
yang membedakannya dengan pitiriasis rosea. Tinea corporis jarang menyebar luas
pada tubuh.

8.

Erupsi kulit mirip pitiriasis rosea oleh karena obat (6,11)


Senyawa emas dan captopril paling sering menimbulkan kelainan ini. Setelah
diketahui macam-macam obat yang bisa menginduksi timbulnya erupsi kulit mirip
pitiriasis rosea, kasusnya sudah berkurang sekarang. Gambaran klinisnya ialah
lesinya tampak lebih besar dengan skuama yang menutupi hampir seluruh lesi,
sedikit yang ditemukan adanyaHerald patch, umumnya sering didapatkan adanya
lesi pada mulut berupa hiperpigmentasi postinflamasi. Sebagai tambahan, erupsi
kulit mirip pitiriasis rosea karena obat yang berlangsung lama dikatakan ada
hubungannya dengan AIDS.

II.10.

KOMPLIKASI

Tidak ada komplikasi yang serius yang terjadi pada pasien dengan pitiriasis
rosea. Gatal yang hebat bisa saja terjadi dan mengarah pada pembentukan eksema
dan infeksi sekunder akibat garukan. Pasien mungkin mengalami gejala seperti flu,
tetapi biasanya relatif ringan jika hal ini terjadi.Sekitar 1/3 pasien PR mengalami
derajat kecemasan dan depresi yang signifikan, yang diakibatkan ketidakpastian
mengenai durasi penyembuhan penyakitnya. Edukasi sangat penting pada pasien-

pasien ini bahwa tidak ada komplikasi yang serius yang akan terjadi. Namun, PR
selama kehamilan perlu mendapatkan perhatian khusus. Pada 38 kasus kehamilan
dengan PR, Drago dkk melaporkan 9 kelahiran prematur, walaupun semua bayi lahir
dari ibu yang tidak memliki kelainan dalam kehamilannya. Lima ibu mengalami
keguguran, paling sering terjadi pada trimester pertama. Oleh karena itu perlu
diwaspadai dan terus diikuti perkembangannya secara teliti dan diberikan perhatian
yang lebih.(6)

II.11.

PENATALAKSANAAN

Kebanyakan pasien tidak memerlukan pengobatan karena sifatnya yang


asimptomatik. Penatalaksanaan pada pasien yang datang berobat pertama kali: (11)
a.
b.

Tenangkan pasien bahwa ia tidak memiliki penyakit sistemik dalam tubuhnya,


penyakit ini tidak menular, dan biasanya tidak akan berulang kembali.
Colloidal bath
1 bungkus bubur gandum Aveeno dituangkan ke dalam bak mandi atau ember
besar yang berisi 6-8 inci air yang hangatnya suam-suam kuku. Pasien diminta
untuk mandi selama 10-15 menit setiap harinya. Hindari sabun dan air panas
sebisanya untuk mengurangi rasa gatal yang ada.

c.
d.
e.

Lotion kocok putih non-alkohol atau Calamine lotion digunakan 2 kali sehari pada
lesi kulit.
Antihistamin jika ada keluhan gatal.
Terapi UVB dapat diberikan pada kasus dengan peningkatan suberitem, sebanyak
1-2 kali seminggu. Gejala klinis yang berat akan berkurang namun tidak akan
berpengaruh terhadap rasa gatal dan lamanya sakit.
Kunjungan berikutnya:(11)

a.

b.

Jika kulitnya menjadi terlalu kering karena Colloidal bath dari lotionnya, hentikan
pemakaian lotion atau diganti dengan krim atau salep hidrokortison 1%, gunakan 2
kali sehari pada daerah yang kering.
Teruskan fototerapi.
Jika disertai dengan gatal hebat: (11)

a.

Selain obat-obat di atas diberikan pula prednison 5 mg. Diberikan 4 kali 1 tablet
selama 3 hari, kemudian 3 kali 1 tablet selama 4 hari, kemudian 2 tablet setiap pagi
selama 1-2 minggu, sampai gatalnya menghilang.

b.

Eritromisin 250 mg, diberikan 2 kali sehari selama 2 minggu, telah dicoba oleh
beberapa penulis.

Dari suatu penelitian diketahui eritromisin dosis 250 mg yang diberikan 4 kali
sehari pada orang dewasa dan dosis 25-40 mg/kgBB dibagi dalam 4 dosis untuk
anak-anak, dalam waktu 2 minggu semua gejala klinis yang nampak sebelumnya
telah hilang.(3)
Fototerapi dapat bermanfaat pada kasus-kasus yang lama penyembuhannya.
Fototerapi UVB dapat mempercepat hilangnya erupsi kulit yang ada. Satu-satunya
efek samping dari terapi ini ialah kulit yang terasa sedikit perih dan kekeringan
pada kulit. Namun risiko terjadinya hiperpigmentasi postinfeksi dapat meningkat
dengan terapi ini.(2,3)

II.12.

PROGNOSA

Pitiriasis rosea merupakan penyakit akut yang bersifat self limiting illnesyang
akan menghilang dalam waktu 3-8 minggu, dengan beberapa minngu pertama
terkait dengan lesi kulit inflamasi yang baru dan mungkin gejala seperti flu. Dapat
terjadi hipopigmentasi dan hiperpigmentasi pasca inflamasi pada kasus pityriasis
rosea. Relaps dan rekuren jarang ditemukan.(1,5,6)

II.13.

KESIMPULAN

Pitiriasis Rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya


yang dimulai dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus.
Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan dan paha atas yang
tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh dalam waktu 3-8
minggu.(1,2)
Gejala klinis dimulai dari lesi inisial yang berupa herald patch, kemudian
disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil. Umumnya herald patch ini terdapat di lengan
atas, badan atau leher, bias juga pada wajah, kepala atau penis. (8)
Para ahli masih berbeda pendapat tentang faktor-faktor penyebab timbulnya
PR. Ada yang menduga penyebabnya adalah virus, dikarenakan penyakit ini dapat
sembuh dengan sendirinya (self limited). Keterlibatan dua virus herpes yaitu HHV-6
dan HHV-7, telah diusulkan sebagai penyebab erupsi
Penegakan diagnosis PR didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan klinis, dan
pemeriksaan penunjang. Kebanyakan pasien tidak memerlukan pengobatan karena
sifatnya yang asimptomatik, Sangat penting bagi dokter untuk mengetahui
spektrum yang luas dari varian pityriasis rosea, sehingga manajemen yang tepat
dan pasti dapat dilakukan. Terutama pada anak-anak, diagnosis banding erupsi kulit
lebih sulit dibandingkan orang dewasa. Untuk erupsi yang atipikal tanpa diagnosis
pasti, lebih aman untuk mempertimbangkan melakukan biopsi pada lesi kulit dan
pemeriksaan lainnya sehingga diagnosis banding penting untuk tidak dilewatkan. (12)

DAFTAR PUSTAKA
Djuanda Adhi. Dermatosis Eritriskuamosa. Dalam: Djuanda Adhi, Hamzah
Mochtar, Aisah Siti, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi ke-5. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 2007: 189-200.
2.
Vijayabhaskar C. Pityriasis Rosea. Journal of the Indian Society of
Teledermatology. 2008. Vol 2(3): 1-5.
3.
James William D, Berger Timothy G, Elston Dirk M. Andrews Disease of The
Skin Clinical Dermatology; edisi ke-10. Philadelphia, USA: Elsevier. 2006: 208-9.
4.
Sterling, J.C. Viral Infections. Dalam: Rooks textbook of dermatology; edisi ke7. 2004: 79-82.
5.
Sankararaman S, Velayuthan S. Multiple Recurrence in Pityriasis Rosea. Indian
J Dermatol 2014. 2012. 59: 316
6.
Blauvelt, Andrew. Pityriasis Rosea. Dalam: Dermatology in General Medicine
Fitzpatricks. The McGraw-Hill Companies, Inc. 8 ed. 2012: 362-65.
7.
Zawar V. Giant Pityriasis Rosea. Indian J Dermatol. 2010. 55(2): 192-4
8.
Polat M, Yildirim Y, Makara A. Palmar Herald Patch in Pityriasis Rosea.
Australian Journal of Dermatology. 2012. 55: 64-5.
9.
Relhan V, Sinha S, Garg VK, Khurana N. Pityriasis Rosea with Erythema
Multiforme- Like Lesions: An Observational Analysis. Indian J Dermato 2013. 2012.
58: 242.
10.
Elder D, Johnson B, Elenitsas R. Levers Histopathology of the Skin; edisi ke-9.
2006:193-4.
11.
Hall John C. Sauers Manual of Skin Disease; edisi ke-9. Philadelphia, USA:
Lippincott William and Wilkins. 2006: 157-61.
12.
Ermertcan AT, zgven A, Ertan P, Bila C, Temiz P, eds. Childhood pityriasis
rosea inversa without herald patch mimicking cutaneous mastocytosis. Iranian
Journal of Pediatrics, Jun 2010;20(2):237241
1.

Diposkan oleh fathin nurqalbi di 19.03


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Pityriasis rosea, skuama

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

2015 (3)

2014 (3)

November (1)

Agustus (2)

Pityriasis Rosea

Diaper Rash
Mengenai Saya

fathin nurqalbi
Lihat profil lengkapku

Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.

Perawatan pityriasis rosea

inShare

10

Oleh Dr Ananya Mandal, MD


Pityriasis rosea adalah suatu kondisi kulit yang mewujudkan dengan lesi secara luas
didistribusikan kulit yang merah, bersisik dan sering gatal. Kondisi ini biasanya
mempengaruhi orang-orang antara usia 10 dan 40 tahun dan sedikit lebih umum di
kalangan perempuan daripada laki-laki.
Dalam kebanyakan orang kondisi menyelesaikan dengan sendirinya dalam 4-8 minggu atau
pada sebagian besar dua belas minggu atau tiga bulan waktu dan tidak ada pengobatan
khusus yang diperlukan. Perawatan ini terutama ditujukan untuk meredakan gejala seperti
gatal atau benar sekunder infeksi bakteri atau komplikasi lainnya. 1-7

Perawatan pityriasis rosea termasuk pelembab kulit atau emollients, krim yang mengandung
kortikosteron dan sebagainya.

Pelembab kulit atau emollients


Ini adalah krim kulit yang ditargetkan untuk melembabkan atau menenangkan kulit atas
lesi. Ini mengarah ke bantuan dari gatal. Ini tersedia sebagai salep, lotion juga.
Pada beberapa orang sabun dengan pelembab mungkin juga diresepkan. Sabun biasa
menyebabkan iritasi dan menguras lapisan minyak atas kulit karena kekerasan mereka.
Pasien mungkin dianjurkan untuk menghindari sabun ini dan menggunakan sabun dengan
pelembab lebih tinggi atau konten yg melunakkan. Ini dapat diterapkan sebagai sering yang
diperlukan untuk meringankan gatal dan mencegah kekeringan kulit.
Pelembab atau yg melunakkan harus diterapkan dengan lembut ke arah pertumbuhan
rambut dan menggosok kuat harus dihindari.

Krim yang mengandung Kortikosteron


Obat-obat ini ditujukan untuk mengurangi peradangan atas lesi. Ini perlu diresepkan oleh
dokter untuk kebanyakan orang. Kortikosteron diresepkan jika emollients gagal untuk
menunjukkan keberhasilan. Ini adalah dasarnya bentuk sintetis hormon yang diproduksi
oleh kelenjar adrenal dalam tubuh manusia. Mereka bertindak dengan mengurangi gatal
yang disebabkan oleh kemerahan dan peradangan.
Krim yang harus diterapkan ringan pada daerah yang terkena kulit sekali atau dua kali
sehari. Krim steroid yang tidak diresepkan untuk lebih dari seminggu dan biasanya dosis
sedang dianjurkan. Hal ini karena mereka dapat mengakibatkan komplikasi seperti melebar
peradangan jika berhenti tiba-tiba. Selain itu beberapa orang akan mengalami sedikit
pembakaran atau sensasi menyengat ketika mereka pertama kali menerapkan obat. Ini
biasanya efek samping sementara dan pergi jauh dengan waktu.

Antihistamin mengandung pil


Ini adalah obat anti-allergy yang dapat meringankan gatal. Obat-obatan yang paling umum
dari kelas ini adalah Hydroxyzine atau chlorphenamine.
Antihistamin generasi pertama seperti chlorphenamine menyebabkan sedation dan
mengantuk dan digunakan sebelumnya untuk alergi. Ini dapat membantu dalam pityriasis
rosea karena mereka membantu pasien tidur lebih baik. Namun, pasien dianjurkan untuk
tidak mengemudi atau mengoperasikan mesin-mesin berat saat menggunakan obat ini.
Agen-agen baru biasanya tidak menyebabkan sedation tapi menghilangkan gatal.

Terapi cahaya ultraungu b


Jika pasien tidak menanggapi terapi umum mereka mungkin dianjurkan untuk terapi cahaya
UV B. Ini melibatkan dikontrol mengekspos kulit terkena selama beberapa menit interval
teratur untuk sinar UV B di bawah pengawasan seorang dokter kulit atau spesialis kulit.
Paparan sinar matahari alam juga dapat berguna tapi matahari luka bakar harus dihindari

dan paparan sinar matahari dapat juga menyebabkan risiko yang lebih tinggi dari kanker
kulit.

Obat lain untuk pityriasis rosea


Obat lain yang mungkin mencoba termasuk acyclovir yang adalah obat antivirus yang dapat
digunakan untuk herpes infeksi. Terdapat bukti terbatas bahwa acyclovir sangat berguna
dalam pityriasis rosea dan Selain itu bermanfaat hanya jika itu diambil selama minggu
pertama dari kondisi.
Orang-orang yang mengembangkan infeksi bakteri sekunder selama lesi juga perlu
antibiotik untuk mengobati infeksi.

Penghindaran faktor yang memperburuk kondisi


Pasien yang dianjurkan untuk menghindari apa pun yang memperburuk kondisi mereka. Ini
termasuk panas mandi, aktivitas fisik yang mengarah ke berkeringat dll.

Gejala pityriasis rosea

inShare

Oleh Dr Ananya Mandal, MD


Ptyriasis rosea adalah suatu kondisi kulit yang umum dan gejala sering kemajuan dalam
tiga tahap yang berbeda. Tahap pertama dan kedua mungkin kehilangan atau mungkin tidak
terjadi di banyak pasien.
Kondisi ini biasanya mempengaruhi tua anak-anak dan orang dewasa antara usia 10-40 dan
puncak dalam kelompok usia 25-30. Ada insiden sedikit lebih tinggi di antara wanita tetapi
alasan-alasan ini tidak jelas.
Tua lebih dari delapan puluh dan muda bayi di bawah usia 1 tahun jarang dipengaruhi. Yang
tepat penyebab kondisi ini tidak jelas tetapi diduga bahwa ini mungkin disebabkan oleh
infeksi virus. 1-7
Gejala dapat diuraikan menurut tahap kondisi.

Prodromal gejala (awal) ptyriasis rosea


Ini terjadi di kurang dari setengah dari orang-orang yang terkena dampak. Gejala ini dapat
berlangsung seminggu atau lebih di individu. Ini mencakup:

suhu tinggi atau demam 38C atau 100.4F atau di atas

sakit perut

sakit kepala

kehilangan nafsu makan

rasa sakit di sendi

perasaan umum yang tidak enak disebut malaise

Tahap kedua gejala ptyriasis rosea


Tahap kedua adalah awal dari tahap ruam. Ada awal merah, oval patch bersisik kulit yang
berkisar dari ukuran 2-10 cm (4 0,8 inci) disebut "herald patch". Ini muncul biasanya pada
batang atas perut atau dada.
Herald patch juga dapat terjadi kurang umum di situs-situs lain seperti alat kelamin, kulit
kepala atau wajah. Herald patch tumbuh semakin selama hari.

Ruam kulit umum


Kemudian ruam kulit umum muncul. Ini biasanya berlangsung beberapa hari untuk dua
minggu dari penampilan pertama herald patch.
Ruam ini adalah kecil, dibesarkan dan merah patch yang antara 0,5 - 1,5 cm ukuran. Ini
muncul atas dada, perut, lengan, kaki (paha), leher dll. Wajah biasanya tidak terpengaruh.
Patch sering didistribusikan dalam 'pohon Natal pola' pada bagian atas punggung dan v
berbentuk distribusi atas dada. Ruam meluas sebagai ke bawah garis miring segitiga sisi
yang memberikan tampilan pohon Natal atau pohon cemara.
Kaukasia dan cahaya berkulit pasien ruam muncul kemerah-merahan atau kemerahan
dalam warna. Pada individu berkulit gelap patch ini mungkin tampak abu-abu, coklat gelap
atau hitam. Ruam biasanya tidak menyakitkan tetapi dalam tiga perempat dari semua kasus
mungkin gatal.
Rasa gatal mungkin ringan di beberapa tetapi dapat berkisar pada tingkat keparahan dan
beberapa orang mungkin mengembangkan lesi sangat gatal. Gatal memperburuk ketika
orang panas, berkeringat, mengenakan pakaian ketat atau datang dalam kontak dengan air.
Jarang beberapa pasien dapat mengembangkan plak patch dan ulcers dalam mulut mereka.
Herald patch maupun sekunder ruam biasanya membersihkan dalam tiga bulan atau sekitar

12 minggu. Dalam beberapa, gejala mungkin bertahan selama enam bulan. Setelah ruam
telah sembuh mungkin ada penggelapan atau keringanan kulit. Ini biasanya normal tanpa
perawatan dalam beberapa bulan. Ada tidak ada jaringan parut dengan pityriasis rosea.

Ketika mencari bantuan medis


Bantuan medis harus dicari jika gejala gatal mengganggu atau jika mereka yang
mengganggu tidur atau sehari-hari kegiatan.
Bantuan medis harus dicari segera jika salah satu berikut terjadi:

mereka yang memiliki gejala selama lebih dari lima bulan

orang-orang dengan ruam yang mencakup lengan dan kaki tetapi suku cadang
bagasi

orang-orang dengan ruam yang menyebar dengan cepat atas tubuh

patch yang bocor darah, cairan atau nanah

Hal ini karena gejala-gejala ini dapat menunjukkan bahwa ini mungkin ruam berbeda
daripada pityriasis rosea.
Umumnya kulit kondisi seperti psorias, menular seksual infeksi (IMS) dan kulit manifestasi
dari sifilis mungkin perlu dikesampingkan dalam kasus ini.

Anda mungkin juga menyukai