(1)
Prurigo
nodularis merupakan inflamasi kronik pada kulit yang ditandai dengan adanya
nodul yang gatal, terutama terdapat di ekstremitas bagian ekstensor. Penyebab
penyakit ini belum diketahui dengan jelas, namun serangan gatal dapat dicetuskan
oleh berbagai faktor, diantaranya faktor emosi, kecenderungan atopi, maupun
akibat penyakit sistemik. (2)
Prurigo nodularis dapat terjadi pada semua usia, paling banyak mengenai
usia 20-60 tahun. pria dan wanita memiliki kecenderungan yang sama untuk
terkena penyakit ini. Pasien dengan dermatitis atopi umumnya memiliki onset
yang lebih muda (rata-rata 19 tahun) dibandingkan dengan pasien tanpa dermatitis
atopi (rata-rata 48 tahun). (2)
Keluhan yang dapat muncul berupa adanya nodul pada kulit yang terasa
sangat gatal, terutama terdapat di bagian ekstensor ekstremitas. Pasien biasanya
tidak tahan dengan rasa gatal dan akan menggaruk nodul tersebut sehingga akan
timbul lesi sekunder berupa erosi, ekskoriasi dan krusta. (2)
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Prurigo nodularis merupakan inflamasi kronik pada kulit yang ditandai
dengan adanya nodul yang terasa gatal, keras pada perabaan, serta ukuran nodul
bervariasi dengan diameter 0,5-3 cm. Pada kebanyakan kasus, dijumpai riwayat
atopi pada pasien. (1,2)
Epidemiologi
Prurigo nodularis dapat terjadi pada semua usia, paling banyak mengenai
usia 20-60 tahun. Tidak ada perbedaan insidensi antara pria dan wanita. Pada
orang yang mempunyai faktor atopi, onset dapat terjadi lebih lebih cepat (rata-rata
19 tahun) dibandingkan pada pasien yang tidak memiliki riwayat atopi (rata-rata
48 tahun). (2)
Etiopatogenesis
Penyebab pasti dari prurigo nodularis belum diketahui. Penyakit ini
berhubungan dengan riwayat atopi (sebanyak 65-80%), dan penyebab sistemik
lain
yang
dapat
hipertiroid/hipotiroid,
menyebabkan
ganguan
gatal,
fungsi
mencakup
hati,
insufisiensi
penyakit
HIV
renal,
(Human
fisik dijumpai nodul yang padat dengan ukuran bervariasi dengan diameter 0,5-3
cm. Selain itu, dapat ditemukan hiperkeratosis dan ekskoriasi. Pada dasarnya, lesi
dapat dijumpai di area mana saja yang dapat dijangkau oleh pasien. Pada
kebanyakan kasus, lesi umumnya dijumpai di daerah ekstremitas, khususnya
bagian ekstensor. Abdomen dan sacrum juga sering terkena. Wajah dan telapak
tangan merupakan daerah yang jarang dijumpai lesi. Jumlah nodul bisa sedikit
atau melebihi 100 nodul. (2)
Pada pasien tanpa riwayat atopi, tanda-tanda adanya penyakit sistemik juga
dapat dijumpai pada pemeriksaan fisik, seperti limfadenopati.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap penting dilakukan pada pasien
yang dicurigai memiliki penyakit sistemik lain. Perlu dinilai fungsi hati, fungsi
ginjal, maupun fungsi tiroid. (2)
Gambaran histopatologi pada prurigo nodularis akan memperlihatkan: (2)
1.
2.
Diagnosis
Bentuk Lesi
Gambaran Lesi
Prurigo
Tampak
nodul
hiperpigmentasi
dengan
jumlah multipel, biasanya
terdapat di daerah ektremitas
bagian ekstensor. Proses
penggarukan
dapat
menimbulkan ekskoriasi.
nodularis
Liken
Planus
Hipertrofi
Skabies
Tampak
papul
hiperpigmentasi
dengan
lubang keratin di bagian
sentral yang berwarna putih.
Biasa terjadi di ekstremitas.
Multiple
keratoAcanthoma
Tatalaksana
4
Terapi Non-farmakologis
Edukasi yang diberikan kepada pasien adalah hindari garukan, gosokkan
ataupun goresan pada area lesi, menjaga kuku agar tetap pendek, serta
menghindari stress emosional yang berlebih. (2,3)
b.
Terapi Farmakologi
Prinsip farmakoterapi prurigo nodularis adalah merusak siklus gatal,
garukan, gosokkan serta goresan. Pengobatan yang diberikan dapat berupa terapi
kortikosteroid oral, topikal dan intralesi untuk mengurangi proses inflamasi.
Kortikosteroid yang diberikan potensi sedang sampai dengan potensi tinggi,
sedangkan mentol, phenol, pramoxine, capsaicin cream, vitamin D-3 oint, dan
anastesi topikal digunakan sebagai antipruritus. Steroid intralesi yang dapat
diberikan berupa triamsinolon asetonid. Pemberian antihistamin, opiate antagonis
juga biasa digunakan pada pengobatan prurigo nodularis. Pemberian emolien juga
penting pada prurigo nodularis. Selective serotonin re-uptake inhibitor bisa
diberikan pada pasien dengan gangguan kompulsif. (2,3,4)
Antiinflamasi
Kortikosteroid topikal dan senyawa tar termasuk kedalam golongan
antiinflamasi
pada
dermatofarmakologi.
Sediaan
kortikosteroid
memiliki
: Tn. F
Umur
: 30 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: wiraswasta
Suku
: Aceh
Agama
: Islam
Alamat
: Kuta Alam
No. RM
: 0-96-35-58
a. Keluhan utama
Bentol-bentol di tangan kanan dan kaki kiri
b. Keluhan tambahan
Kulit kering
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan timbul benjolan kehitaman di tangan kanan
dan kaki kirinya sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya hanya timbul gatal lalu diikuti
timbul bentol-bentol yang sangat gatal. Untuk mengurangi gatalnya pasien
menggaruk tangan dan kakinya sehingga beberapa bentolan terkelupas dan
berdarah. Pasien mengaku rasa gatal tersebut timbul setelah pasien menjalani cuci
darah sejak 1 tahun yang lalu. Saat ini keluhan gatal sudah mulai berkurang.
Pasien juga mengeluh kulitnya menjadi lebih kering. Riwayat tersengat serangga
disangkal oleh pasien. Pasien mengalami hipertensi sejak 3 tahun yang lalu.
d. Riwayat penyakit dahulu
- Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumya.
- Pasien mengalami gagal ginjal sejak 1 tahun yang lalu dan telah
menjalani cuci darah sejak 1 tahun yang lalu.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami hal yang sama seperti pasien.
Riwayat alergi pada keluarga disangkal.
d. Riwayat penggunaan obat
Pasien sudah menggunakan salap Gentamicin selama 1 bulan terakhir.
g. Riwayat kebiasaan sosial
Pasien merupakan seorang konsultan di bagian pekerjaan konstruksi, sehari
hari menggunakan sandal saat bekerja. Mandi dua kali sehari.
Pemeriksaan Tanda Vital
Status Generalisata
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah
: 140/90 mmHg
Laju nadi
: 90 kali/menit
7
Laju pernapasan
: 23 kali/menit
Suhu tubuh
: 36,7oC
Pemeriksaan Fisik
Status Dermatologis:
Regio
Efloresensi
Diagnosis Banding
1. Prurigo Nodularis
2. Liken Planus Hipertrofi
3. Skabies
Planning Diagnosis
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah
sebagai berikut:
Resume
Pasien laki-laki 30 tahun datang dengan keluhan timbul benjol kehitaman
di tangan kanan dan kaki kirinya sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya hanya timbul
rasa gatal lalu diikuti timbul benjol yang sangat gatal. Rasa gatal tersebut timbul
setelah pasien menjalani cuci darah sejak 1 tahun yang lalu. Pasien. Pemeriksaan
fisik kulit di regio ekstremitas superior dekstra dan ekstremitas inferior sinistra,
ditemukan papul dan nodul di atas permukaan yang hiperpigmentasi, jumlah
multipel, di beberapa tempat dijumpai krusta kehitaman, ekskoriasi dan skuama.
Distribusi generalisata. Saat ini pasien menggunakan salap gentamicin.
Diagnosis Klinis
Prurigo nodularis
Tatalaksana
a. Farmakologis
10
Topikal:
(oles malam)
Tupepe cream (oles sore)
b. Edukasi
1. Hindari garukan, goresan serta gosokan pada daerah lesi
Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
11
Diskusi Kasus
Telah diperiksa seorang laki-laki usia 30 tahun di poliklinik kulit dan
kelamin RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada tanggal 18 Maret 2015
dengan keluhan timbul bentol-bentol kehitaman di tangan kanan dan kaki kirinya
sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya hanya timbul gatal lalu diikuti timbul bentolbentol yang sangat gatal. Untuk mengurangi gatalnya pasien menggaruk tangan
dan kakinya sehingga beberapa bentol terkelupas dan berdarah. Pasien mengaku
rasa gatal tersebut timbul setelah pasien menjalani cuci darah sejak 1 tahun yang
lalu. Saat ini keluhan gatal sudah mulai berkurang. Pasien juga mengeluh kulitnya
menjadi lebih kering. Riwayat tersengat serangga disangkal oleh pasien. Pasien
memiliki riwayat alergi terhadap ikan tongkol. Riwayat alergi pada keluarga
disangkal.
Pada anamnesis diketahui usia pasien saat ini adalah 30 tahun. Sesuai
dengan teori, bahwa Prurigo nodularis dapat menyerang berbagai kalangan usia,
namun paling sering menyerang usia dewasa. (3)
Pada anamnesis pasien awalnya mengeluh gatal yang diikuti dengan
munculnya bentol-bentol yang sangat gatal. Untuk mengurangi rasa gatal pasien
menggaruk bentol bentol tersebut sehingga terkelupas dan berdarah. Sesuai
dengan teori bahwa pada pasien dengan prurigo nodularis, papul dan nodul yag
muncul di kulit tersa sangat gatal, kemudian pasien akan terus menerus
menggaruk pada lesi tersebut sehingga menimbulkan erosi dan ekskoriasi kullit.
(4)
(6) (7)
12
Keluhan utama berupa rasa gatal disertai bentolan pada kulit yang kemudian
meluas dan terbentuk luka akibat garukan serta kulit menjadi kehitaman dan
kering. Sesuai dengan teori bahwa pada pasien dengan chronic renal failure dan
rutin melakukan hemodialisa mengalami berbagai macam
manifestasi klinis
seperti gatal, xerosis kulit, dermatosis bulosa, penyakit penyerta, infeksi bakteri
dan prurigo. Berdasarkan penelitian dilaporkan bahwa pasien dengan gagal ginjal
kronik memiliki rasa gatal yang sangat berat diseluruh tubuh sehingga penderita
memiliki kecenderungan untuk menggaruk berulang kali pada tempat lesi. Selain
itu peran penting AGE (Advanced Glycation End product) yang terakumulasi pada
pasien gagal ginjal beraitan erat dengan penyakit kulit. Hal ini disebabkan oleh
peningkatan CML dan pentosidine di dalam plasma yang sangat signifikan
dibandingkan pada pasien yang sehat. (8)
Pada gagal ginjal kronik, terjadi ketidakseimbangan antara fungsi
eksresi,endokrin
dan
metabolisme
tubuh
yang
menyebabkan
terjadinya
(10,4)
dengan bentuk kubah disertai dengan vesikel yang sangat kecil diatasnya. Vesikel
ini akan pecah akibat garukan sehingga menyebabkan ekskoriasi.gambaran
13
golongan
kortikosteroid
potensi
tinggi.
Sedangkan
Clobetasol
(5)
Pada
pasien yang menjalani hemodialisa sangat rentan terjadinya infeksi dan kuman
yang paing sering menyebabkan infeksi adalah Staphylococcus Aureus.
(9)
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Jones J. Eczema, lichenification, prurigo and erythroderma. In Burns
TBSCNGC. Rook`s Textbook of Dermatology. 8th ed. London: WileyBlackwell; 2010. p. 23.1-23.51.
2. Burgin S. Nummular eczema and lichen simplex chronicus/prurigo
nodularis. In Wollf K, Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller A,
Leffell J. Fitzpatrick's dermatology in general medicine. 7th ed. New
York: McGraw-Hill; 2008. p. 160-162.
3. Hogan DJ. Medscape. [Online].; 2014 [cited 2015 March 28.
Available from:
http://www.emedicine.medscape.com/article/1088032-overview.
4. Habif , P T, Campbell JL, Chapman MS, Dinulos JGH, Zug KA. Skin
Disease Diagnosis and Treatment. 3rd ed. China: Elsevier Saunders;
2011.
5. Robetson DB, Maibach HI. Farmakologi Dermatologik. In Nirmala
WK, editor. Farmakologi Dasar dan Klinik. 10th ed. Jakarta: EGC;
2010. p. 1040-45.
6. Taefehnoroz H, Trucetet F, Barbaud A. Efficacy of Thalidomide in The
Treatment of Prurigo Nodularis. Acta Dermato-Venereologica. 2011
May; 91.
7. Spring P, Gschwind I, Gilliet M. Prurigo Nodularis; Retrospective
15
16