Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

ERITRODERMA

PEMBIMBING:

Dr. Nadiah, Sp. KK, M.Kes

PENYUSUN:

Flora Ratu Putribunda

030.12.110

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS TRISAKTI

PERIODE 6 JANUARI – 8 FEBRUARI 2020

1

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan judul:

“ERITRODERMA”

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepanitraan Klinik
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah Tegal

Periode 6 Januari – 8 Februari 2020

Disusun Oleh

Flora Ratu Putribunda

030.12.110

Tegal, Januari 2020

dr. Nadiah, Sp. KK, M.Kes

2

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa, atas
segala nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus yang berjudul “ERITRODERMA” dengan baik dan tepat waktu. Laporan kasus ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu penyakit Kulit dan
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah
Tegal periode 6 Januari – 8 Februari 2020. Di samping itu, juga ditujukan untuk menambah
pengetahuan bagi kita semua.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada dr. Nadiah, Sp. KK, MKes selaku pembimbing dalam penyusunan laporan kasus ini
dan yang telah membimbing penulis selama di Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Tegal. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada rekan-rekan anggota Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Tegal serta berbagai pihak yang telah
memberi dukungan dan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan tidak
luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan, kritik
maupun saran yang membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya, semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi dan manfaat
bagi kita semua.

Tegal, Oktober 2019

Penulis

3

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… 4

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………………… 5

BAB II. LAPORAN KASUS………………………………………………………...…… 6

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………. 14

1. Definisi……………………………………………………………………………. 14
2. Epidemiologi…………………………………………………………………….... 14
3. Etiologi ……………………………………………………………………............ 14
4. patogenesis……………………………………………………………...………… 17
5. Gambaran Klinis………………………………………………………………...…19
6. Diagnosis………………………………………………………………...……...… 21
7. Diagnosis Banding………………………………………...……………………… 21
8. Pemeriksaan Penunjang …………………………………………...……………… 24
9. Tatalaksana ..……………………………………………………………………… 25
10. Komplikasi …………………………………………………..…………………… 25
11. Prognosis…………………………………………………………...……………... 26

BAB IV. ANALISIS KASUS………………………………………………………….…27

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….……28

4

BAB I

PENDAHULUAN

Eritroderma adalah eritema difus dan skuarna yang melibatkan 90% atau lebih
permukaan pada kulit tubuh. Istilah lain dari eritroderma adalah dermatitis eksfoliatif,
eritroderma eksfoliatif atau red man syndrome. Eritroderma digambarkan sebagai
kemerahan dan skuama pada kulit. Pada · banyak kasus, eritroderma umumnya disebabkan
oleh perluasan penyakit kulit yang ada sebelumnya (misalnya psoriasis atau dermatitis
atopik), keganasan; cutaneous T-cell lymphoma (CTCL) dan reaksi obat. Kira-kira pada 1⁄4
kasus, tidak ada etiologi yang spesifik bisa ditemukan, maka pada kasus ini disebut dengan
eritroderma idiopatik.1

Insidens eritroderma sangat bervariasi, menurut penelitian dari 0,9-70 dari 100.000
populasi. Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita namun paling sering pada pria
dengan rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset usia rata-rata > 40 tahun, meskipun
eritroderma dapat terjadi pada semua usia. Insiden eritroderma makin bertambah. Penyebab
utamanya adalah psoriasis. Hal tersebut seiring dengan meningkatnya insidens psoriasis.2,3

Penyakit kulit yang sedang diderita memegang peranan penting lebih dari setengah
kasus dari eritroderma. Identifikasi psoriasis mendasari penyakit kulit lebih dari seperempat
kasus. Didapatkan laporan bahwa terdapat 87 dari 160 kasus adalah psoriasis berat.3

Abraham et al. menyatakan bahwa dari 101 kasus eritroderma didapatkan 75% adalah
pria dengan usia rata-rata 50 tahun, dengan durasi penyakit adalah 5 tahun. Anak-anak bisa
menderita eritroderma diakibatkan alergi terhadap obat. Alergi terhadap obat bisa karena
pengobatan yang dilakukan sendiri ataupun penggunaan obat secara tradisional.4

5

BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. MS

Jenis kelamin : Laki-Laki

Umur : 34 Tahun
Status Pernikahan : Sudah bercarai
Alamat : Adiwerna
Pekerjaan : Karyawan
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
No. Rm : 970xxx

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis pada hari kamis, tanggal 9 Januari 2020
pada pukul 09.30 WIB di Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD
Kardinah Tegal.

A. Keluhan Utama
Gatal seluruh tubuh ± 5 hari SMRS.

B. Keluhan Tambahan
kulit bersisik, terasa tebal, terasa dingin, mudah menggigil sejak 4 bulan
yang lalu.

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah
Tegal dengan keluhan gatal seluruh tubuh ± 5 hari yll, selain gatal kulit

6

pasien terasa dingin dan mudah menggigil saat mandi, cuaca dingin, terkena
AC Maupun angin. Kulit bersisik dan terasa tebal ± 4 bulan lalu.
Pada ± 4 bulan lalu timbul gatal dan bercak-bercak kemerahan yang
diawali pada kaki sebelah kanan, kemudian semakin lama semakin meluas
ke seluruh tubuh hingga kulit menjadi bersisik dan terasa tebal hanya telapak
tangan dan kaki yang tidak bersisik. Pasien sudah pernah berobat 2,5 bulan
yang lalu ke dokter kulit dan kelamin yang ada di slawi, terdapat perbaikkan
pasien tidak gatal lagi namun untuk kulit bersisik dan terasa tebal tidak
membaik. Pasien diberikan obat salep dan obat minum.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit yang serupa dahulu.
Tidak terdapat riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan, maupun debu.
Riwayat hipertensi dan DM disangkal.

E. Riwayat Keluarga
Pasien mengaku tidak dijumpai keluhan serupa pada anggota keluarga
pasien.
Riwayat penyakit seperti alergi, hipertensi, diabetes mellitus,
jantung, paru kelainan bawaan disangkal oleh keluarga pasien.

F. Riwayat Pengobatan
Pada ± 2,5 bulan lalu pasien pernah berobat ke dokter kulit dan
kelamin yang ada di slawi, terdapat perbaikkan pasien tidak gatal lagi namun
untuk kulit bersisik dan terasa tebal tidak membaik. Pasien diberikan obat
salep dan obat minum.

G. Riwayat Sosial
Dilingkungan pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa.

III. PEMERIKSAAN FISIK

7

Pemeriksaan Fisik dilakukan pada hari kamis, tanggal 9 Januari 2020 pada
pukul 09.30 WIB di Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah
Tegal.

A. Keadaan umum
- Kesan Sakit : Tampak sakit ringan
- Kesadaran : Compos mentis
- Tanda Vital :

• Tekanan darah : 120/80 mmHg

• Nadi : 80 x/menit

• Pernapasan : 20 x/menit

• Suhu : 36,5 oC
- Antropometri :
• BB : 52 Kg
• TB : 160 Cm
• BMI : 20,3 (Normal)

B. Status Generalis
Kepala :Normosefali, rambut hitam, tidak rontok,
terdistribusi merata, tidak terdapat jejas atau bekas
luka, kelainan kulit (+)
Mata: ODS tidak ada kelainan.
Telinga: Normotia, kemerahan (+), oedem (-), liang
telinga lapang, serumen (+), berbau (+) nyeri tekan
(-), nyeri tarik (-)
Hidung: Deviasi septum (-), deformitas (-), sekret
(-), pernapasan cuping hidung (-)
Mulut: mukosa bibir merah muda, sianosis (-), gusi
kemerahaan (-) oedem (-), plak gigi (-) caries (-),
normoglosia, atrofi papil (-), tonsil T1-T1, uvula
ditengah, arkus faring simetris, mukosa faring

8

hiperemis (-)
Leher Inspeksi: oedem (-), hematom (-), Kelainan kulit (+)
Palpasi: deviasi trakea (-), pembesaran KGB dan
kelenjar tiroid (-),
Thorax Inspeksi: bentuk dada fusiformis, gerak dinding
dada simetris saat statis dan dinamis, sela iga
normal, sternum datar, retraksi sela iga (-), kelainan
kulit (+)
Palpasi: pernapasan simetris, vocal fremitus
simetris, tidak teraba thrill, ictus cordis teraba di ICS
VI linea midclavicularis sinistra
Perkusi: hemitoraks kanan dan kiri sonor, batas
paru dan hepar setinggi ICS VI linea midclavicularis
dextra dengan perkusi redup, batas bawah paru dan
lambung setinggi ICS VIII linea axillaris anterior
sinistra dengan perkusi timpani. Batas paru dan
jantung kanan setinggi ICS IV linea parasternal
dextra, batas paru dan jantung kiri setinggi ICS VI
linea midclavicularis sinistra, batas atas jantung ICS
II linea parasternalis sinistra, pinggang jantung
setinggi ICS III linea parasternal sinistra
Auskultasi: Suara napas vesikuler +/+, ronki -/-,
wheezing -/-, Bunyi Jantung I dan II reguler, gallop
(-), murmur (-)
Abdomen Inspeksi: bentuk datar, ikterik (-), spider naevi (-),
benjolan (-), kelainan kulit (+)
Auskultasi: peristaltik usus 4x/menit, arterial bruit
(-)
Palpasi: teraba supel, massa (-), nyeri tekan (-),
nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak membesar,
ballottement ginjal (-), undulasi (-)
Perkusi: timpani di keempat kuadran, shifting

9

dullness (-)
Genitalia Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas Ekstremitas Superior
Simetris kanan dan kiri, deformitas -/-, kelainan kulit
+/+, turgor kulit baik, CRT < 2 detik, akral hangat
+/+, oedem -/-, Kelainan kulit (+)
Ekstremitas Inferior
Simetris kanan dan kiri, deformitas -/-, kelainan kulit
+/+, turgor kulit baik, CRT < 2 detik, akral hangat
+/+, oedem -/-, Kelainan kulit (+)

C. Status Dermatologis :
• Lokasi : Regio seluruh tubuh
• Distribusi : Universal
• Bentuk : Irreguler
• Batas : Tidak tegas
• Efloresensi : Eritematosa disertai skuama pada seluruh tubuh
kecuali telapak kaki dan tangan

10

Gambar 2.1 : Foto Regio Facialis

Gambar 2.2 Foto Regio Thorax, Abdomen & Extremitas Superior

11

Gambar 2.3 : Foto punggung dan Regio Ekstremitas Superior

Gambar 2.4 : Foto Regio Ektremitas Inferior

12

IV. RESUME :
Seorang Laki-Laki berusia 34 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUD Kardinah Tegal dengan keluhan gatal seluruh tubuh ± 5 hari yll, selain
gatal kulit pasien terasa dingin dan mudah menggigil saat mandi, cuaca dingin,
terkena AC Maupun angin. Kulit bersisik dan terasa tebal ± 4 bulan lalu. Sudah
pernah berobat 2,5 bulan yang lalu, namun hanya hilang rasa gatalnya saja.

Pada Status dermatologis ditemukan Eritrematosa Universal (kecuali telapak


tangan dan telapak kaki).

V. DIAGNOSIS BANDING :

• Eritroderma

• Psoriasis

• Dermatitis Sebororoik

• Dermatofitosis

VI. DIAGNOSIS KERJA :


Eritroderma

VII. PEMERIKSAAN ANJURAN

• Pemeriksaan laboratorium darah rutin

• Histopatologi

VIII. TATALAKSANA :
a. Medikamentosa :
i. Sistemik :
1) Metil prednisolone 2x16mg PO
2) Cetirizine 2x10mg PO
ii. Topikal :

13

1) Lanolin 10%
b. Non Medikamentosa :
• Meminum obat secara teratur
• Kontrol rutin
• Sering menggunakan pelembab
• Diet tinggi protein
• Jangan menggaruk luka

IX. PROGNOSIS :
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Functionam : Ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
Ad Kosmetikum : Ad Bonam

14

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Eritoderma berasal dari bahasa Yunani, yaitu erythro- (red = merah) dan
derma, dermatos (skin = kulit), merupakan kelainan kulit yang ditandai dengan
adanya eritema universalis (90-100%), biasanya disertai skuama. Pada beberapa
kasus skuama tidak selalu ditemukan, misalnya pada eritroderma yang disebabkan
oleh alergi obat secara sistemik, pada mulanya tidak disertai skuama. Eritroderma
ialah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema universalis (90%-100%).2
Eritroderma adalah gambaran kelainan inflamasi pada kulit berupa eritema pada
lebih dari 90% permukaan tubuh.5

2. Epidemiologi
Insidens eritroderma sangat bervariasi, menurut penelitian dari 0,9-70 dari
100.000 populasi. Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita namun paling
sering pada pria dengan rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset usia rata-rata > 40
tahun, meskipun eritroderma dapat terjadi pada semua usia.2
Berdasarkan penelitian Nanda dkk, di Instalasi Rawat Inap Kesehatan Kulit
dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya dilaporkan
jumlah penderita eritroderma 30 orang (1,2%) dari seluruh penderita rawat inap.
Didapatkan perbandingan laki-laki dan perempuan 1,7:1 dengan rentang usia
terbanyak >65 tahun. Sedangkan penyebab terbanyak adalah dermatitis seboroik
(43,3%), diikuti dengan alergi obat (26,7%), psoriasis vulgaris (3,3%), dermatitis
kronis.(3,3) dan pemfigus foliakus (3,3%).6

3. Etiologi
Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara sistemik,
perluasan penyakit kulit, penyakit sistemik termasuk keganasan.7 Pada banyak
kasus, eritroderma umumnya disebabkan kelainan kulit yang ada sebelumnya
(misalnya psoriasis atau dermatitis atopik), cutaneous T-cell lymphoma (CTCL)
atau reaksi obat. Identifikasi penyakit yang menyertai menggambarkan satu dari

15

sekian banyak kelainan kulit.8 Penyakit kulit yang dapat menimbulkan eritroderma
diantaranya adalah psoriasis 23%, dermatitis spongiotik 20%, alergi obat 15%,
CTCL atau sindrom sezary 5%.9
Secara morfologis gambaran eritroderma menyerupai beberapa kelainan
kulit dan penyakit sistemik, begitu pula akibat alergi obat-obatan tertentu, berikut
klasifikasi eritroderma:
1. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik.
Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang dapat
menyebabkan eritroderma adalah arsenik organik, emas, merkuri
(jarang), penisilin, barbiturat. Insiden ini dapat lebih tinggi karena
kebiasaan masyarakat sering melakukan pengobatan sendiri dan
pengobatan secara tradisional.10 Waktu mulainya obat masuk ke dalam
tubuh hingga timbul penyakit bervariasi dapat segera sampai 2 minggu.
Gambaran klinisnya adalah eritema universal. Bila ada obat yang masuk
ke dalam tubuh lebih dari satu diduga sebagai penyebabnya ialah obat
yang paling sering menyebabkan alergi.10
2. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit.
Eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang paling
banyak ditemukan dan dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun
akibat pengobatan psoriasis yang terlalu kuat.14 Dermatitis seboroik
pada bayi juga dapat menyebabkan eritroderma yang juga dikenal
sebagai penyakit Leiner. Etiologinya belum diketahui pasti. Usia
penderita berkisar 4-20 minggu. Ptyriasis rubra pilaris yang berlangsung
selama beberapa minggu dapat pula menjadi eritroderma. Selain itu
yang dapat menyebabkan eritroderma adalah pemfigus foliaseus,
dermatitis atopik dan liken planus.2,10
3. Eritroderma akibat penyakit sistemik.
Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal dapat
memberi kelainan kulit berupa eritroderma. Jadi setiap kasus
eritroderma yang tidak termasuk akibat alergi obat dan akibat perluasan
penyakit kulit harus dicari penyebabnya, yang berarti perlu pemeriksaan
menyeluruh (termasuk pemeriksaan laboratorium dan sinar X toraks),

16

untuk melihat adanya infeksi penyakit pada alat dalam dan infeksi fokal.
Ada kalanya terdapat leukositosis namun tidak ditemukan penyebabnya,
jadi terdapat infeksi bakterial yang tersembunyi (occult infection) yang
perlu diobati.2
Tabel 1. Proses yang berkaitan dengan timbulnya Eritroderma7

Penyakit Kulit Penyakit Sistemik Obat-obatan

Dermatisis atopik Mikosis fungoides Sulfonamid

Dermatitis kontak Penyakit Hodgkin Antimalaria

Dermatofitosis Limfoma Penisilin

Penyakit Leiner Leukemia akut dan kronis Sefalosporin

Liken planus Multipel mieloma Arsen

Mikosis fungoides Karsinoma paru Merkuri

Pemfigus foliaceus Karsinoma rektum Barbiturat

Pitiriais rubra Karsinoma tuba falopii Aspirin

Psoriasis Dermatitis Kodein


papuloskuamosa pada
Sindrom Reiter Difenilhidantoin
AIDS
Dermatitis seboroik Yodium

Dermatitis statis Isoniazod

Kuinidin

Captopril

Harus lebih diperhatikan komplikasi sistemik akibat eritroderma seperti;


hipotermia, edema perifer, dan kehilangan cairan, dan albumin dengan takikardia dan
kelainan jantung harus mendapat perawatan yang serius. Pada eritroderma kronik dapat
mengakibatkan kakeksia, alopesia, palmoplantar keratoderma, kelainan pada kuku dan
ektropion.

17

4. Patogenesis
Mekanisme terjadinya eritroderma belum diketahui secara pasti. Patogenesis
eritroderma berkaitan dengan patogenesos penyakit yang mendasarinya, dermatosis
yang sudah ada sebelumnya berkembang menjadi eritroderma, atau perkembangan
eritroderma idiopatik de novo tidaklah sepebuhnya dimengerti. Penelitian terbaru
imunopatogenesis infeksi yang dimediasi toxin menunjukkan bahwa lokus
patogenesitas staphilococcus mengkodekan superantigen. Lokus-lokus tersebut
mengandung gen yang mengkodekan toxin dari toxic shock syndrome dan
staphylococcal scalded-skin syndrome. Kolonisasi staphylococcusa ureus atau
antigen lain merupakan teori yang mungkin saja seperti toxic shock syndrome
toxin-1, mungkin memainkan peranan pada patogenesis eritroderma. Pasien-pasien
dengan eritroderma biasanya mempunyai kolonisasi S. aureus sekitar 83% dan
pada kulit sekitar 17%, bagaimanapun juga hanya ada satu dari pasien yang
memiliki toxin S. aureus yang positif.11
Dalam mempelajari patogenesis dari eritroderma membutuhkan pengetahuan
biologi normal dari epidermis. Seperti pada jaringan lainnya, epidermis melakukan
regenerasi secara rutin yang terjadi pada membrana basalis, dan sel-sel ini berubah
menjadi struktur keratin yang utuh melalui proses selama 10-12 hari. Pada
umumnya, sel-sel ini membutuhkan tambahan sekitar 12-14 hari lagi di stratum
korneum sebelum sel ini dilepaskan.7
Berdasarkan penelitian, jumlah skuama yang hilang pada manusia normal
antara 500-1000 mg/hari. Pengelupasan keratin paling banyak terjadi pada telapak
tangan, kulit kepala, dan dahi (kurang lebih 2-3,5 gr/m2 per 24 jam) dan paling
sedikit pada dada, lengan bawah dan tungkai bawah (0,1 gr/m2 per 24 jam). Karena
tubuh mengkatabolisme 50-60 gr protein per hari, pengelupasan kulit yang
fisiologis ini berperan penting dalam metabolisme protein secara keseluruhan.7
Patogenesis eritroderma masih menjadi perdebatan. Penelitian terbaru
mengatakan bahwa hal ini merupakan proses sekunder dari interaksi kompleks
antara molekul sitokin dan molekul adhesi seluler yaitu Interleukin (IL-1, IL-2, IL-
8), molekul adhesi interselular 1 (ICAM-1), tumor nekrosis faktor, dan interferon-
γ.19 Pada eritroderma terjadi peningkatan laju pengelupasan epidermis. Meskipun
beberapa peneliti memperkirakan sekitar 100 gr epidermis hilang setiap harinya,

18

tetapi pada beberapa literatur menyatakan bahwa hanya 20-30 gr yang hilang. Pada
skuama penderita eritroderma ditemukan peningkatan jumlah asam nukleat dan
hasil metabolismenya, penurunan jumlah asam amino, dan peningkatan jumlah
protein bebas.7
Reaksi tubuh terhadap suatu agen dalam tubuh (baik itu obat-obatan,
perluasan penyakit kulit dan penyakit sistemik) adalah berupa pelebaran pembuluh
darah kapiler (eritema) yang generalisata. Eritema berarti terjadi pelebaran
pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke kulit meningkat sehingga
kehilangan panas bertambah.
Akibatnya pasien merasa dingin dan menggigil. Pada eritroderma kronis dapat
terjadi gagal jantung. Juga dapat terjadi hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit.
Penguapan cairan yang makin meningkat dapat menyebabkan dehidrasi. Bila suhu
badan meningkat, kehilangan panas juga meningkat. Pengaturan suhu terganggu.
Kehilangan panas menyebabkan hipermetabolisme kompensatoar dan peningkatan
laju metabolisme basal. Kehilangan cairan oleh transpirasi meningkat sebanding
laju metabolisme basal.2,7
Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih
sehari sehingga menyebabkan kehilangan protein. Hipoproteinemia dengan
berkurangnya albumin dan peningkatan relatif globulin terutama gammaglobulin
merupakan kelainan yang khas. Edema sering terjadi, kemungkinan disebabkan
oleh pergesaran cairan ke ruang ekstravaskuler.2 Eritroderma akut dan kronis dapat
menganggu mitosis rambut dan kuku berupa kerontokan rambut dan kuku berupa
kerontokan rambut difus dan kehilangan kuku. Pada eritroderma yang telah
berlangsung berbulan – bulan dapat terjadi perburukan keadaan umum yang
progresif.4
Pada eritroderma ec alergi obat berbeda dengan eritroderma pada umumnya yang
biasanya disertai dengan eritem dan skuama. Pada eritroderma ec alergi obat
terlihat adanya eritem tanpa adanya skuama. Skuama justru baru akan timbul pada
stadium penyembuhan. 2

19

5. Gambaran Klinis
Gambaran klinis eritroderma beraneka ragam dan bervariasi tiap individu.
Kelainan yang paling pertama muncul adalah eritema, yang disebabkan oleh
pelebaran pembuluh darah, yang umumnya terjadi pada area genetalia, ekstremitas,
atau kepala. Eritema ini akan meluas sehingga dalam beberapa hari atau minggu
seluruh permukaan kulit akan terkena, yang akan menunjukan gambaran yang
disebut “red man syndrome”.3
Skuama muncul setelah eritema, biasanya setelah 2-6 hari. Skuama adalah
lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama berkonsistensi mulai dari
halus sampai kasar.3 Ukuran skuama bervariasi; pada proses akut akan berukuran
besar, sedangkan pada proses kronis akan berukuran kecil. Warna skuama juga
bervariasi, dari putih hingga kekuningan. Deskuamasi yang difus dimulai dari
daerah lipatan, kemudian menyeluruh. Dapat juga mengenai membran mukosa,
terutama yang disebabkan oleh obat. Bila kulit kepala sudah terkena, dapat terjadi
alopesia, perubahan kuku, dan kuku dapat lepas. Pada eritroderma, skuama tidak
selalu terdapat, misalnya eritroderma karena alergi obat sistemik, pada mulanya
tidak disertai skuama, skuama kemudian timbul pada stadium penyembuhan
timbul.2,11

Gambar 3.1 : Eritema disertai Skuama


Kulit kepala dapat terlibat, yang akan meluas ke folikel rambut dan matriks
kuku. Kurang lebih 25% dari pasien mengalami alopesia, dan pada banyak kasus,
kuku akan mengalami kerapuhan sebelum lepas seluruhnya. Telapak tangan dan
kaki biasanya ikut terlibat, namun jarang mengenai membran mukosa. Sering
terjadi pula bercak hiper dan hipopigmentasi. Pada eritroderma kronis, eritema
tidak begitu jelas karena bercampur dengan hiperpigmentasi.2,11

20

Epidermis berukuran tipis pada awal proses penyakit dan akan terlihat dan
terasa tebal pada stadium lanjut. Kulit akan terasa kering dengan krusta berwarna
kekuningan yang disebabkan serum yang mengering dan kemungkinan karena
infeksi sekunder. Pada beberapa kasus, manifestasi klinis yang muncul pada
eritroderma yang akut menyerupai nekrolisis epidermal toksik, walaupun secara
patofisiologi sangat berbeda.3
Pada eritroderma karena penyakit kulit, penyakit sistemik dan obat-obatan,
sering dijumpai kelainan-kelainan yang mendasarinya, yang membantu dalam
menegakan diagnosis. Sering ditemukan plak psioriasis yang masih tersisa; papul
atau lesi oral likenplanus; gambaran pulau yang khas dari pitiriasis rubra; dan lesi
papular dari drug eruption.3 Gejala dari penyakit yang mendasari ini sering sulit
ditemukan dan harus diperiksa dengan cermat.2
Pasien mengeluh kedinginan. Pengendalian regulasi suhu tubuh menjadi
hilang, sehingga sebagai kompensasi terhadap kehilangan panas tubuh, sekujur
tubuh pasien menggigil untuk dapat menimbulkan panas metabolik. Eritroderma
akibat alergi obat secara sistemik diperlukan anamnesis yang teliti untuk mencari
obat penyebabnya. Umumnya alergi timbul akut dalam waktu 10 hari. Pada
mulanya kulit hanya eritem saja, setelah penyembuhan barulah timbul skuama.3,4
Pada eritroderma akibat alergi obat, dapat disertai edema pada wajah dan leher.12,13

Gambar 3.2 : Eritroderma karena alergi obat (kiri); Red Man Syndrome (kanan)

21

Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit seringkali pada psoriasis dan
dermatitis seboroik bayi. Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena dua hal yaitu:
karena penyakitnya sendiri atau karena pengobatan yang terlalu kuat. Psoriasis
yang menjadi eritroderma tanda khasnya akan menghilang. Pada eritroderma et
causa psoriasis, merupakan eritroderma yang disebabkan oleh penyakit psoriasis
atau pengobatan yaitu kortikosteroid sistemik, steroid topikal, komplikasi
fototerapi, stress emosional yang berat, penyakit terdahulu misalnya infeksi.4,9,12

6. Diagnosis
Diagnosis agak sulit ditegakkan, harus melihat dari tanda dan gejala yang
sudah ada sebelumnya, misalnya warna hitam-kemerahan di psoriasis dan di pilaris
rubra pityriasis; perubahan kuku khas psoriasis; likenifikasi, erosi, dan ekskoriasi di
dermatitis atopik dan eksema; menyebar, relatif hiperkeratosis tanpa skuama, dan
pityriasis rubra; ditandai bercak kulit dalam eritroderma di pilaris rubra pityriasis;
hiperkeratotik skala besar kulit kepala, biasanya tanpa rambut rontok di psoriasis
dan dengan rambut rontok di CTCL dan pityriasis rubra, ektropion mungkin terjadi.
Dengan beberapa biopsi biasanya dapat menegakkan diagnosis.2

7. Diagnosis Banding 2,7,9,10


Diagnosis Penyebab Predisposisi Predileksi Efloresensi Manifestasi
Banding lain

Psoriasis Tidak Pria lebih Kulit kepala, Makula Kadang


diketahui, banyak, perbatasan eritematosa gatal
diduga biasanya daerah tersebut berbatas tegas,
autoimun dewasa dengan muka, miliar-numular,
ekstremitas ditutupi oleh
bagian ekstensor skuama yang
terutama siku tebal, kasar,
dan lutut, kuku berlapis-lapis,
dan daerah berwarna putih
lumbosakral mengkilat,

22

fenomena tetesan
lilin, Auspit,
Kobner

Dermatitis Peningkatan Lebih sering Bagian tubuh Makula Gatal


Seboroik aktivitas pada dewasa yang banyak eritematosa yang
kelenjar mengandung ditutupi papula
sebasea kelenjar sebasea: lonjong, miliar
kulit kepala, difus, skuama
belakang telinga, halus putih
alis mata, cuping berminyak.
hidung, ketiak, Kadang erosi
dada, dengan krusta
antarskapula, kekuningan
suprapubis

Dermato- Golongan Pria=wanita, Dapat tersebar di Makula Gatal


fitosis jamr semua usia seluruh tubuh eritematosa terutama
dermatofita manapun dengan tepi aktif jika
disertai berkeringat
papul/vesikel,
penyembuhan
sentral, berbatas
tegas, skuama
halus, jika
berlangsung
kronik dijumpai
likenifikasi atau
hiperpigmentasi

23

8. Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin, didapatkan penurunan
hemoglobin, peningkatan eosinofil, dan peningkatan leukosit (pada infeksi
sekunder). Kadar imunoglobulin dapat meningkat, khususnya IgE. Albumin serum
menurun dan gamma globulin meningkat relatif. Didapatkan pula
6
ketidakseimbangan elektrolit karena dehidrasi.
Pasien dengan eritrodetma yang luas dapat ditemukan tanda-tanda dari
ketidakseimbangan nitrogen: edema, hipoalbuminemia, dan hilangnya masa otot.
Beberapa penelitian menunjukan terdapat perubahan keseimbangan nitrogen dan
potasium ketika laju pembentukan skuama mencapai 17 gr/m2 per 24 jam.

• Histopatologi
Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat membantu
mengidentifikasi penyebab eritroderma pada sampai dengan 50% kasus, biopsi kulit
dapat menunjukkan gambaran yang bervariasi, tergantung berat dan durasi proses
inflamasi. Pada tahap akut, spongiosis dan parakeratosis menonjol, terjadi edema.
Pada stadium kronis, akantosis dan perpanjangan rete ridge lebih dominan.2
Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrasi bisa menjadi semakin
pleomorfik, dan mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostik spesifik, seperti
bandlike limfoid infiltrat di dermis-epidermis, dengan sel cerebriform mononuklear
atipikal dan Pautrier's microabscesses. Pasien dengan sindrom Sezary sering
menunjukkan beberapa fitur dari dermatitis kronis, dan eritroderma jinak mungkin
kadang-kadang menunjukkan beberapa gambaran tidak jelas pada limfoma.2

Pemeriksaan immunofenotipe infiltrat limfoid juga mungkin sulit


menyelesaikan permasalahan karena pemeriksaan ini umumnya memperlihatkan
gambaran sel T matang pada eritroderma jinak maupun ganas. Pada psoriasis
papilomatosis dan gambaran clubbing lapisan papiler dapat terlihat, dan pada
pemfigus foliaseus, akantosis superficial juga ditemukan. Pada eritroderma
ikhtisioform dan ptiriasis rubra pilaris, biopsi diulang dari tempat-tempat yang
dipilih dengan cermat dapat memperlihatkan gambaran khasnya. 2

24

9. Tatalaksana
Umumnya pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Pada golongan I,
yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednison 3 x 10 mg – 4 x
10 mg. Penyembuhan terjadi cepat, umumnya dalam beberapa hari- beberapa
minggu. Pada golongan II akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan
kortikosteroid. Dosis mula prednison 4 x 10 mg – 4 x 15 mg sehari. Jika setelah
beberapa hari tidak tampak perbaikan dosis dapat dinaikkkan. Setelah tampak
perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Jika eritroderma terjadi akibat
pengobatan dengan ter pada psoriasis, maka obat tersebut harus dihentikan.
Eritroderma karena psoriasis dapat pula diobati dengan etretinat. Lama
penyembuhan golongan II ini bervariasi beberapa minggu hingga beberapa bulan,
jadi tidak secepat golongan I. 2
Pengobatan penyakit Leiner dengan kortikosteroid memberi hasil yang baik.
Dosis prednison 3 x 1-2 mg sehari. Pada sindrome Sezary pengobatannya
terdiriatas kortikosteroid dan sitostatik, biasanya digunakan klorambusil dengan
dosis 2-6 mg sehari. Pada eritroderma yang lama diberikan pula diet tinggi protein,
karena terlepasnya skuama mengakibatkan kehilangan protein. Kelainan kulit perlu
pula diolesi emolien untuk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh eritema,
misalnya dengan salep lanolin 10%.2

10. Komplikasi
Banyak sistem organ selain epidermis dan dermis juga terlibat pada
eritroderma. Limpadenopati terjadi pada 60% dari sebagian besar kasus.
Hepatomegali ditemukan pada 20% kasus (Abrahams et al.). spenomegali
ditemukan pada 3% kasus (kesemuanya mengalami limpoma) baik pada stadium
awal dan pada hampir 20% stadium akhir.
Rusaknya barier kulit pada eritroderma menyebabkan peningkatan
extrarenal water lost (karena penguapan air berlebihan melalui barrier kulit yang
rusak). Peningkatan extrarenal water lost ini menyebabkan kehilangan panas tubuh
yang menyebabkan hipotermia dan kehilangan cairan yang menyebabkan
dehidrasi.2,6 Respon tubuh terhadap dehidrasi dengan meningkatkan cardiac output,
yang bila terus berlanjut akan menyebabkan gagal jantung, dengan manifestasi

25

klinis seperti takikardia, sesak, dan edema. Oleh karena itu evaluasi terhadap balans
cairan sangatlah penting pada pasien eritroderma.6
Pasien dengan eritroderma yang luas dapat ditemukan tanda-tanda dari
ketidakseimbangan nitrogen: edema, hipoalbuminemia, dan hilangnya masa otot.
Pada eritroderma kronik dapat mengakibatkan kakeksia, alopesia, palmoplantar
keratoderma, kelainan pada kuku and ektropion.2

11. Prognosis
Prognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang mendasarinya.
Prognosis pada kasus alergi obat adalah baik setelah obat dihentikan. Penyembuhan
golongan ini adalah yang tercepat dibandingkan dengan golongan lain. Prognosis
kasus akibat gangguan sistemik seperti limfoma akan tergantung pada keberhasilan
pengobatan penyakitnya itu sendiri. Kasus idiopatik adalah kasus yang sulit
diramalkan, dapat bertahan dalam waktu yang lama, dan seringkali disertai dengan
keadaan umum yang lemah.11
Pada eritroderma yang belum diketahui sebabnya, pengobatan dengan
kortikosteroid hanya mengurangi gejalanya, danpasien akan mengalami
ketergantungan kortikosteroid.12

26

BAB IV
ANALISIS KASUS

ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK


• Kesan gizi : normal
• Laki-Laki, 34tahun STATUS DERMATOLOGI
• Gatal +, kulit bersisik
• Lokasi : Regio seluruh tubuh
• Lokasi à seluruh tubuh (Universal).
• Gatal dirasakan 5 hari SMRS • Distribusi : Universal
• Kulit bersisik dan terasa tebal 4 bulan • Bentuk : Irreguler
yll
• Batas : Tidak tegas
• Awal bercak berwarna kemerahan gatal
pada kaki kanan makin lama makin • Efloresensi : Eritematosa
luas keseluruh tubuh disertai skuama pada seluruh tubuh
• Sering kedingan, mudah menggigil kecuali telapak kaki dan tangan

DIAGNOSIS KERJA
ERITRODERMA

kemerahan yang timbul pada seluruh tubuh (±90%).5,6 Kulit bersisik terasa tebal,
serta keluhan sering kedinginan dan menggiggil yang dikarenakan pengendalian regulasi
suhu tubuh hilang, sehingga sebagai kompensasi terhadap kehilangan panas tubuh, sekujur

tubuh pasien menggigil untuk dapat menimbulkan panas metabolik.9,10

Dapat disimpulkan differential diagnosis dari kasus tersebut adalah Eritroderma,


Psoriasis dan Dermatitis Seboroik, dermatofitosis.2,9

27

DAFTAR PUSTAKA

1. Callen JP, Hom TD, Mancini AJ, Salache SJ, Schaffer J,V, Schwarz T, et a al
dermatology 2nd ed Vol. 1 Elsevier, Spain. 2008. p. 149 – 58
2. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6th ed.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2013.p;197-200.
3. Freederg IM. Exfoliative dermatitis. Fitzpatrick et all. Fitzpatrick’s dermatology in
general medicine. 6th ed. Newyork: Mcgraw-Hill. 2003. Chapter-41.p; 527-531.
4. Champion RH. Eczema, Lichenification, prurigo, and erythroderma. In: Champion
RH eds. Rook’s, textbook of dermatology, 5th ed. Washington; Blackwell Scientific
Publications. 1992.p;17.48-17.52.
5. Margaret J, Bernstein ML, Rothe MJ. Exfoliative dermatitis. In: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, editors. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 8
th ed. New Yo rk: Mc. Graw Hill Medical; 2012. P. 225 - 32.
6. Earlia N, Nurharini F, Jatmiko AC, Ervianti E.Penderita Eritroderma di Instalasi
Rawat Inap Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soctomo Surabaya Tahun
2005-2007,2009. Available from:
URL:http://journal.unair.ac.id/filerPDF/art%201.pdf, Diakses 18 Januari 2020
7. Grant-Kels JM, Bernstein ML, Rothe MJ. Exfoliative Dermatitis In: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill Book Co; 2009.
p.225–32.
8. Shimizu H. Shimizu’s textbook of dermatology. 1st ed. Hokkaido: Nakayama
Shoten Publishers; 2017.p; 122-25, 98-101.
9. Siregar RS. Dermatosis eritroskuamosa. Saripati penyakit kulit. 2nd ed. Jakarta:
EGC. 2005.p; 94-106,236-238.
10. Champion RH. Eczema, Lichenification, prurigo, and erythroderma. In: Champion
RH eds. Rook’s, textbook of dermatology, 5th ed. Washington; Blackwell Scientific
Publications. 1992.p;1748-52.
11. Utama HW, Kurniawan D. Erupsi alergi obat. Tesis. Palembang: Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.2017.p; 11.
12. Tyrrell JD. Severe exfoliating dermatitis from sodium sulphocyanate therapy. Can
Med Assoc J. 2017 January; 22(1): 80–81.
13. Gupta S et al. Allergic contact dermatitis with exfoliation secondary to
calamine/diphenhydramine lotion in a 9 year old girl. Journal of clinical and
diagnostic research [serial online] 2007 june [cited: 19 Januari 2020]; 1:147-150.
Available from: URL: http://www.jcdr.net/back_issues.asp?issn=0973-
709x&year=2007&month=june&volume=1&issue=3&page=147-150&id=72

28

Anda mungkin juga menyukai