IMPETIGO KRUSTOSA
Dokter Pembimbing :
dr. Dindin Budhi Rahayu,Sp.KK
Disusun Oleh :
Frylie Fremiati
2014730034
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya pada penulis sehingga mampu menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Laporan kasus ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas kepaniteraan stase
ilmu kulit dan kelamin serta penyusun berharap pembaca bisa mengetahui serta
memahami lebih dalam tentang pembahasan penyusun yaitu tentang dasar-dasar ilmu
kedokteran (preklinik) yang berkaitan dengan Impetigo Krustosa.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
B. ANAMNESA
a. Keluhan Utama
Keropeng terasa gatal di kedua punggung kaki sejak 4 hari.
e. Riwayat Pengobatan
Belum pernah membeli berobat untuk mengatasi keluhan yang dirasakan oleh pasien.
f. Riwayat Alergi
Tidak ada riwayat alergi obat, makanan, cuaca, dan debu
g. Riwayat Psikososial
Pasien tinggal di rumah dengan kedua orang tuanya, di daerah padat
penduduk.
C. PEMERIKSAAN FISIS
a. Keadaan Umum : Baik, tampak sakit ringan
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-tanda vital :
Nadi : 92 x/menit, reguler kuat angkat
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,9oC
d. Status Antopometri
BB : 11,8 kg
TB : 86 cm
e. Status Generalis
Kepala : normochepal, rambut berwarna hitam, distribusi merata
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : bentuk daun telinga normal, sekret (-)
Mulut : mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-)
Kulit Kepala : tidak terdapat lesi
Kulit Wajah : lihat status dermatologis
Leher : pembesaran KGB (-)
Tenggorokan : faring tidak hiperemis
Thorax :
Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-).
Paru : vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), pembesaran hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas
Superior : akral hangat, edema -/-, CRT< 2dtk
Inferior : akral hangat, edema -/-, CRT< 2dtk
Kelainan kulit lihat status dermatologis
f. Status Dermatologis
Distribusi Regional
F. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
1. Impetigo krustosa
2. Ektima
3. Dermatitis atopic
G. DIAGNOSA KERJA
Impetigo krustosa
H. USULAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan darah lengkap
Kultur kuman
I. PENATALAKSANAAN
a. Non-medikamentosa:
Menjaga kondisi tubuh dan kulit agar tetap dalam keadaan bersih serta sehat
b. Medikamentosa
Sistemik :
Amoxcicilin syrup 3 x 3/4 cth
Cetirizine syrup 1 x 5ml
Topical :
Fusidic acid 2% cream
J. PROGNOSIS
a. Qua ad Vitam : ad bonam
b. Qua ad Fungtionam : ad bonam
c. Qua ad Sanationam : Dubia ad Bonam
BAB III
ANALISA KASUS
Topical :
Fusidic acid 2%
cream
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Impetigo krustosa (kontagiosa/ non bulosa) adalah bentuk pioderma yang
menyerang epidermis yang disebabkan oleh kuman Streptococcus β hemolyticus
dan Staphylococcus aureus. Streptococcus pyogenes dapat pula terlibat terutama
dalam keadaan panas dengan iklim lembab.1,5
B. EPIDEMIOLOGI
70 % kasus dari keseluruhan pioderma adalah impetigo non bulosa.
Kejadian terutama pada anak-anak dengan frekuensi yang sama baik pada
perempuan maupun laki-laki.1,2
C. ETIOLOGI
Streptococcus β hemolyticus dan Staphylococcus aureus. Streptococcus pyogenes
D. PATOGENESIS
Biasanya, kuman menyebar dari lubang hidung ke kulit normal (sekitar 11
hari) dan kemudian berkembang menjadi lesi kulit (setelah 11 hari kemudian).
Lesi biasanya timbul pada kulit wajah (terutama sekitar hidung) atau ekstremitas
setelah trauma. Kuman yang dibawa dari hidung terlokalisasi terbatas pada nares
anterior dan daerah bibir yang berdekatan. Kondisi yang mengganggu integritas
epidermis, yang memberikan portal masuknya impetiginisasi, meliputi gigitan
serangga, dermatofitosis epidermis, herpes simpleks, varisela, abrasi, laserasi, dan
luka bakar.3
E. MANIFESTASI KLINIS
Impetigo dimulai dari lesi makulopapular yang bertransisi menjadi vesikel
berdinding tipis yang sangat mudah ruptur, bertempat di superfisial, kadang gatal.
Setelah pecah, timbul erosi yang tertutupi oleh krusta klasik berwarna seperti
madu yang dapat berdiameter hingga lebih dari 2 cm. Infeksi dapat terjadi dua
sampai tiga minggu bila tidak diobati. Bila krusta kering, daerah lesi yang sembuh
tidak membentuk jaringan parut. Kulit daerah muka (lubang hidung, regio
perioral) dan ekstremitas adalah daerah yang paling sering terjadi. Limfadenitis
regional mungkin dapat terjadi, namun tidak menunjukan gejala sistemik.4,5
F. KOMPLIKASI
Impetigo bersifat self limiting disease walaupun langka namun dapat
terjadi selulitis, septikemia, osteomielitis, artritis septik, limfangitis, limfadenitis,
staphylococcal scalded skin syndrome, dan glomerulonefritis akut post
streptococcal.5
G. DIAGNOSIS BANDING
Ektima
H. TATALAKSANA
a. Non-medikamentosa
Menjaga kondisi tubuh dan kulit agar tetap dalam keadaan bersih serta sehat
b. Medikamentosa
Topikal5
Sistemik3
I. PROGNOSIS
Prognosisnya baik namun bila tidak diobati dapat mengarah kepada
komplikasi.
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Siregar, RS. Saripati Penyakit Kulit. Edisi 3. Jakarta: EGC. 2013.
2. Djuanda, Adhi, Hamzah, Mochtar, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7.
Jakarta. Balai Penerbit Fkui. 2017.
3. Sheehan, Jessica M., Kingsley, Melanie, Rohrer, Thomas E.. Excisional Surgery
And Reapir, Flapas, And Grafts. In Susan B, Wolff K, Goldsmith La, Katz Si, Et
Al:,. Fitzpatricks’s Dermatology In General Medicine. 8 Th Ed. Volumes 1: New
York: Mc Graw Hill; 2012.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. 2014. Panduan
layanan Klinis Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi. Jakarta
5. Harman, Holly; Banvard, Christine et al. Impetigo: Diagnosis and Treatment. Amerika:
American Academy of Family Physicians. 2014 :
https://www.aafp.org/afp/2014/0815/p229.pdf