Anda di halaman 1dari 28

PRESENTASI KASUS POLI

CANDIDIASIS KUTIS

Pembimbing :
dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK

Disusun oleh :
CHEVI HIDAYAT 1620221177

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

2017

1
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS BANGSAL


CANDIDIASIS KUTIS

Disusun oleh :
CHEVI HIDAYAT 1620221177

Diajukan untuk Memenuh Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik


Di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Prof. Margono Soekarjo Purwokerto

Telah disetujui dan dipersentasikan


Pada November 2017

Mengetahui,
Pembimbing

dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK


NIP. 19790622 2010 12 2 001

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat yang telah diberikan sehingga laporan presentasi kasus dengan judul
candidiasis kutis ini dapat diselesaikan.
Laporan presentasi kasus ini merupakan salah satu tugas di Kepaniteraan Klinik SMF Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Penulisan
presentasi kasus ini dapat terwujud atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Ismiralda Oke P, Sp.KK selaku dosen pembimbing;
2. Dokter-dokter spesialis kulit dan kelamin di SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto;
3. Orang tua serta keluarga penulis atas doa dan dukungan yang tidak pernah henti diberikan
kepada penulis.
4. Rekan-rekan co-assisten Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin dari
FK UPN dan FK Unsoed.
5. Seluruh pihak terkait yang telah membantu penulis dalam menyusun tugas ini.
Dalam penyusunan presentasi kasus ini penulis menyadari bahwa masih memiliki banyak
kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan presentasi
kasus di masa yang akan datang. Semoga laporan presentasi kasus ini bermanfaat bagi semua
pihak yang ada di dalam maupun di luar lingkungan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.

Purwokerto, November 2017

Penulis

3
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. ST
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 70 tahun
Alamat : purwokerto
Pekerjaan : Petani
Status Pernikahan : Sudah menikah

B. ANAMNESA
Autoanamnesis dilakukan pada tanggan 28 November 2017. Jam 11.05 WIB di bangsal
kemuning RS Margono Sukarjo.

1) Keluhan Utama :
Bercak-bercak merah disekitar dada, punggung, dan tangan.

2) Keluhan Tambahan :
Gatal-gatal

3) Riwayat Penyakit Sekarang :


Sejak 1 bulan yang lalu, pasien sering merasakan adanya gatal di daerah tangan
dan perut kemudian semakin semakin lama semakin menyebar ke beberapa tempat
seperti dada sehingga menyebabkan pasien sulit untuk tidur karena terganggu oleh
gatalnya. Rasa gatal dirasakan hilang timbul, jika timbul pada malam hari saat
berkeringat,
Riwayat riwayat alergi obat, asma, bersin-bersin pada pagi hari, batuk disangkal.
Riwayat bersin-bersin di pagi hari, asma, dalam keluarga disangkal pasien. Pasien
memiliki kebiasaan mandi dua kali dalam sehari tetapi pasien mengaku tidak sering
menggantikan baju pasien jika mulai berkeringat, pasien hanya mengganti baju jika
mandi dalam dua kali sehari saja. Pasien tidak mempunyai riwayat alergi dengan sabun
mandi.

4
pasien mengatakan pasien tidak pernah kontak dengan bahan logam maupun
bahan kimia.

4) Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien belum pernah mengalami riwayat sakit seperti ini sebelumnya.

5) Riwayat Penyakit dalam Keluarga :


Tidak ada keluarga yang mengalami sakit seperti pasien.
C. STATUS GENERALIS

PEMERIKSAAN UMUM
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
Keadaan Gizi : Baik
Tinggi Badan : 165 cm
Berat Badan : 60 kg
Tekanan Darah : 120/80
Nadi : 87 x/menit
Suhu : 36,6 C
Pernapasan : 20 x/menit

PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Normocephali, rambut hitam, distribusi merata, tidak tampak
kelainan pada kulit kepala.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, alis mata hitam
Telinga : Normotia, tidak ada kelainan kulit
Hidung : Normal, deviasi (-), sekret (-)
Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada kelainan kulit
Thoraks : Bentuk normal, pergerakan simetris, terdapat kelainan pada
punggung (status dermatologis)
Paru : Suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

5
Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Datar,supel, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba
membesar, tidak terdapat kelainan
Ekstremitas atas : Akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis
Ekstremitas bawah : Akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, terdapat kelainan
pada lipat paha dan selangkangan (status dermatologis)

D. STATUS DERMATOLOGIS
a) Lokasi/ region : Regio thorax, Abdomen dan Antebrachii
b) Distribusi : Generalisata
c) Konfigurasi :
i) Lesi multiple, bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, difus, bilateral, sebagian
konfluen, berbentuk satelit dengan ukuran mulai dari milar sampai lentikular
dengan pinggir tepi kasar dan basah dengan susunan korimbiformis.
d) Effloresensi :
Primer : Makula eritematosa dengan papul dan pustul
Sekunder :-

6
E. LABORATORIUM
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

F. RESUME
Sejak 1 bulan yang lalu, pasien sering merasakan adanya gatal di daerah tangan dan perut
kemudian semakin semakin lama semakin menyebar ke beberapa tempat seperti dada
sehingga menyebabkan pasien sulit untuk tidur karena terganggu oleh gatalnya. Rasa gatal
dirasakan hilang timbul, jika timbul pada malam hari saat berkeringat,
Riwayat riwayat alergi obat, asma, bersin-bersin pada pagi hari, batuk disangkal. Riwayat
bersin-bersin di pagi hari, asma, dalam keluarga disangkal pasien. Pasien memiliki kebiasaan
mandi dua kali dalam sehari tetapi pasien mengaku tidak sering menggantikan baju pasien
jika mulai berkeringat, pasien hanya mengganti baju jika mandi dalam dua kali sehari saja.
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi dengan sabun mandi. Pasien mengatakan pasien tidak
pernah kontak dengan bahan logam maupun bahan kimia.
Pada status generalis tidak ditemukan adanya kelainan. Pada status dermatologis
didapatkan di daerah punggung, dada dan antebrachii tampak adanya lesi eritematosa dengan
papul dan pustul yang multiple, difus, bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, sebagian
konfluen, berbentuk satelit dengan ukuran mulai dari milar sampai lentikular dengan pinggir
tepi kasar dan basah dengan susunan korimbiformis.

G. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding :
1. Dermatitis Kontak Iritan
2. Eritrasma
3. Tinea korporis et kruris

7
Diagnosis Kerja : Kandidiasis Kutis Generalisata

H. PENATALAKSANAAN
a) Non-medikamentosa
Higiene sanitasi yg baik
Mandi 2x/hr
Hindari pakaian yg tdk menyerap keringat dan ketat
Menjaga tubuh tetap kering
Menghentikan pemakaian obat-obatan yang tidak perlu
Mengobati penyakit sistemik yang mendasari

b) Medikamentosa
Antifungal
Ketokonazol 200mg 1-2x/hr (3-4mgg)
Fluconazol 150mg seminggu sekali (2-4mgg)
Itraconazol 100mg (2mgg)
Griseofulvin micronized 10mg/kgBB/hr (2-3mgg) anak2
Preparat topikal : ketokonazol, miconazol, clotrimazol
Alilamin (fungisidal)
Terbinafin 250mg/hr (2mgg)
Terbinafin topikal
Antihistamin
Loratadin 1x10mg
Cetirizine 1x10mg
CTM 3x4mg

8
I. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Fungsionam : Bonam
Ad Kosmetikam : Bonam
Ad Sanationam : Bonam

9
ANALISA KASUS

Pada kasus ini pasien adalah seorang petani terdapat bercak-bercak merah pada daerah
punggung, dada, dan antebrachii sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mempunyai riwayat hygiene
yang kurang karena pasien jarang menganti baju ketika berkeringat menjadi lembab. Suasana
daerah tubuh yang lembab merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jamur. Jamur
Candida merupakan jamur yang bersifat opprtunistik dan merupakan jamur residen di dalam
tubuh manusia. Jamur ini dapat menjadi pathogen apabila imunitas pada hospes menurun
ataupun higine yang buruk seperti pada pasien ini yang memingkinkan jamur Candida ini
berubah menjadi pathogen. Pada status dermatologis, lokasi kelainan ini adalah di regio thorax,
abdomen dan antebrachii ditemukan lesi eritematosa dengan papul dan pustule yang multiple,
difus, bentuk tidak teratur, bilateral, sebagian konfluen, berbentuk satelit dengan ukuran mulai
dari milar sampai lentikular dengan pinggir tepi kasar dan basah dengan susunan korimbiformis.
Gambaran lesi ini menunjukkan gejala khas untuk Kandidosis Kutis Generalisata. Pengobatan
yang diberikan pada pasien ini adalah Ketokonazol 200mg 1-2x/hr (3-4mgg) dan diberikan
Loratadin 1x10mguntuk mengurangkan rasa gatal. Prognosis pada kasus ini untuk ad vitam, ad
fungtionam, ad kosmetikum dan ad sanationam adalah baik.

10
TINJAUAN PUSTAKA
KANDIDOSIS KUTIS

A. DEFINISI
Kandidosis kutis adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur dari
genus Candida. Kandidosis terbagi menjadi 2 macam yakni kandidosis profunda dan
kandidosis superfisial. Nama lain kandidosis kutis adalah superficial kandidosis atau infeksi
kulit-jamur; infeksi kulit-ragi; kandidosis intertriginosa. Berdasarkan letak gambaran
klinisnya terbagi menjadi kandidosis terlokalisasi dan generalisata.
Predileksi Candida albicans pada daerah lembab, misalnya pada daerah lipatan kulit.
Karena organisme ini menyukai daerah yang hangat dan lembab.

B. ETIOLOGI
Yang tersering sebagai penyebab : Candida albicans.
Spesies patogenik yang lainnya :
Candida tropicalis
Candida parapsilosis
Candida guilliermondii
Candida krusei
Candida pseudotropicalis
Candida lusitaneae

Candida albicans dapat diisolasi dari kulit, mulut, selaput mukosa vagina, dan feses
orang normal (Kuswadji. 2007). Secara mikroskopis, sel jamur kandida berbentuk bulat,
lonjong, atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 x 3-6m hingga 2-5,5 x 5-28,5m, tergantung
pada umurnya. Sedangkan secara mikroskopis, koloni pada medium pada agar Sabouraud
sedikit menonjol dari permukaan medium, permukaan halus licin, atau berlipat-lipat,
berwarna putih kekuningan dan berbau ragi. Besar koloni tergantung pada umur. Pada tepi
koloni dapat dilihat hifa semu sebagai benang-benang halus yang masuk ke dalam medium.
Pada medium cair, jamur biasanya tumbuh pada dasar tabung.

11
C. EPIDEMIOLOGI
Candida albicans adalah saprofit yang berkoloni pada mukosa seperti mulut, traktus
gastrointestinal, dan vagina.Merupakan jamur yang berbentuk oval dengan diameter 2-6
um.Dan dapat hidup dalam 2 bentuk yakni bentuk hifa dan bentuk yeast. Jumlah koloni
sangat menentukan derajat penyakit, akan tetapi dilaporkan bahwa frekuensi terjadinya di
mulut 18 %, vagina 15 %, dan mungkin dalam feses 19 %. Tapi kejadian tersebut
dipengaruhi beberapa faktor seperti rumah sakit dan kemoterapi.
Jamur ragi termasuk spesies kandida yang merupakan flora komensal normal pada
manusia dapat ditemukan pula pada saluran gastrointestinal (mulut sampai anus). Pada
vagina sekitar 13 % kebanyakan Candida albicans dan Candida glabrata. Isolasi spesies
kandida komensal oral berkisar pada 30 60 % ditemukan pada orang dewasa sehat.
Di Jerman ditemukan penyebab yang berbeda-beda pada diaper dermatitis pada 46 laki-
laki dan perempuan. Pada 38 pasien menunjukkan penyebab yang spesifik, 63 % dengan
kandidiasis, 16 % dengan dermatitis iritan, 11 % dengan ekzema, dan 11 % dengan psoriasis.
Dari pasien tersebut, 37 orang diterapi dan 73 % dirawat setelah 8 minggu setelah terapi.
Di Argentina, dianalisa 2073 sampel kulit, rambut, kuku, dan membran mukosa oral
didapatkan 1817 pasien yang datang ke bagian mirkobiologi dari laboratorium sentral Dr.
J.M. Cullen Hospital dari September 1999 sampai dengan September 2003. Sampel tersebut
diteliti dan diidentifikasi berdasarkan lokalisasi dan tipe lesi. Dari total sampel, 55,6 %
adalah positif, 63 % terkena pada wanita dan 37 % terkena pada laki-laki.
Di Jepang, dilaporkan bahwa kutaneus kandidiasis terdapat pada 755 (1 %) dari 72.660
pasien yang keluar dari rumah sakit. Intertrigo (347 kasus) merupakan manifestasi klinis
kandidiasis paling sering, erosi interdigitalis terjadi pada 103 kasus, diaper kandidiasis
tercatat 102 kasus.

D. PATOGENESIS
Candida albicans bentuk yeast-like fungi dan beberapa spesies kandida yang lain memiliki
kemampuan menginfeksi kulit, membran mukosa, dan organ dalam tubuh. Organisme
tersebut hidup sebagai flora normal di mulut, traktus vagina, dan usus. Mereka berkembang
biak melalui ragi yang berbetuk oval.

12
Kehamilan, kontrasepsi oral, antibiotik, diabetes, kulit yang lembab, pengobatan steroid
topikal, endokrinopati yang menetap, dan faktor yang berkaitan dengan penurunan imunitas
seluler menyediakan kesempatan ragi menjadi patogenik dan memproduksi spora yang
banyak pseudohifa atau hifa yang utuh dengan dinding septa.
Ragi hanya menginfeksi lapisan terluar dari epitel membran mukosa dan kulit (stratum
korneum). Lesi pertama berupa pustul yang isinya memotong secara horizontal di bawah
stratum korneum dan yang lebih dalam lagi. Secara klinis ditemukan lesi merah, halus,
permukaan mengkilap, cigarette paper-like, bersisik, dan bercak yang berbatas tegas.
Membran mukosa mulut dan traktus vagina yang terinfeksi terkumpul sebagai sisik dan sel
inflamasi yang dapat berkembang menjadi curdy material.
Kebanyakan spesies kandida memiliki faktor virulensi termasuk faktor protease.
Kelemahan faktor virulensi tersebut adalah kurang patogenik. Kemampuan bentuk yeast
untuk melekat pada dasar epitel merupakan tahapan paling penting untuk memproduksi hifa
dan jaringan penetrasi. Penghilangan bakteri dari kulit, mulut, dan traktus gastrointestinal
dengan flora endogen akan menyebabkan penghambatan mikroflora endogen, kebutuhan
lingkungan yang berkurang dan kompetisi zat makanan menjadi tanda dari pertumbuhan
kandida.
Jumlah infeksi kandida meningkat secara dramatis pada beberapa tahun terakhir,
mencerminkan peningkatan jumlah pasien yang immunocompromised. Secara spesifik,
tampak makin bertambahnya umur semakin pula terjadi peningkatan angka kesakitan dan
kematian. Meskpin infeksi kandidiasis superfisial dipercaya termasuk ringan, akan tetapi
menyebabkan kematian pada populasi lanjut usia. Candida albicans juga dapat menyerang
kulit dengan folikel rambut yang aktif atau istirahat.
Infeksi kandida diperburuk oleh pemakaian antibiotik, perawatan diri yang jelek, dan
penurunan aliran saliva, dan segala hal yang berkaitan dengan umur. Dan pengobatan dengan
agen sitotoksik (methotrexate, cyclophosphamide) untuk kondisi rematik dan dermatologik
atau kemoterapi agresif untuk keganasan pada pasien usia lanjut memberikan resiko yang
tinggi.
Patologi kutaneus superfisial dicirikan dengan pustul subkorneal. Organisme ini jarang
tampak dalam pustul tetapi dapat dilihat pada pewarnaan stratum korneum dengan PAS
(Periodic Acid-Schiff). Histologi granuloma kandidal menunjukkan tanda papillomatous dan

13
hyperkeratosis dan kulit yang menebal berisi infiltrat limfosit, granulosit, plasma sel, dan sel
giant multinuclear.

E. FAKTOR PREDISPOSISI
Terjadinya infeksi ini meliputi faktor endogen maupun eksogen, antara lain :
1) Faktor endogen :
a) Perubahan fisiologik
Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina
Kegemukan, karena banyak keringat
Debilitas
Iatrogenik
Endokrinopati, gangguan gula darah
Penyakit kronik : tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum
yang buruk.
b) Umur : orang tua dan bayi lebih sering terkena infeksi karena status
imunologiknya tidak sempurna
c) Imunologik : penyakit genetik.
2) Faktor eksogen :
a) Iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
b) Kebersihan kulit
c) Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan
memudahkan masuknya jamur.
d) Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis. 1

Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan Candida albicans serta


memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena adanya perubahan
dalam sistem pertahanan tubuh.

F. GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis yang muncul dapat berupa gatal yang mungkin sangat hebat. Terdapat
lesi kulit yang kemerahan atau terjadi peradangan, semakin meluas, makula atau papul,

14
mungkin terdapat lesi satelit (lesi yang lebih kecil yang kemudian menjadi lebih besar).
Lesi terlokalisasi di daerah lipatan kulit, genital, bokong, di bawah payudara, atau di
daerah kulit yang lain. Infeksi folikel rambut (folikulitis) mungkin seperti pimple like
appearance:.

1) Kandidosis Kutis Lokalisata


i) Kandidosis Intertriginosa
Lesi yang terjadi pada daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal,
lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glands penis, dan umbilikus. Berupa
bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut
dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula
yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif, dengan pinggir yang kasar dan
berkembang seperti lesi primer.
Pada orang yang banyak mencuci, jamur ini menyerang daerah interdigital
tangan maupun kaki.Terjadi daerah erosi dan maserasi berwarna keputihan di
tengahnya. Disini juga terjadi lesi-lesi satelit di sekelilingnya. Kondisi ini
menimbulkan rasa tidak nyaman dan kadang bisa menimbulkan nyeri. Kandidosis
intertriginosa yang terjadi pada sela jari tangan maupun kaki dapat diikuti dengan
paronikia dan onikomikosis pada tangan atau kaki yang sama.

Gambar 1. Kandidiasis intertriginosa

15
ii) Kandidosis Perianal
Kandidosis perianal adalah infeksi Candida pada kulit di sekitar anus yang
banyak ditemukan pada bayi, sering disebut juga sebagai kandidosis popok atau
diaper rash. Hal ini terjadi karena popok yang basah oleh air kencing tidak segera
diganti, sehingga menyebabkan iritasi kulit genital dan sekitar anus. Penyakit ini
juga sering diderita oleh neonatus sebagai gejala sisa dermatitis oral dan perianal.
Popok yang basah akan tampak seperti area intertriginosa buatan,
merupakan tempat predisposisi untuk infeksi ragi. Lesi yang tampak berupa dasar
merah dan pustule satelit.Kadang sering dijumpai pula gejala pruritus ani.
Dermatitis popok sering diobati dengan kombinasi steroid krim dan lotion
yang mengandung antibiotic. Walaupun obat ini mungkin berisi klotrimazol yang
merupakan obat anti jamur, mungkin konsentrasinya tidak cukup untuk
mengendalikan infeksi jamur yang terjadi. Komponen kortison dapat mengubah
gambaran klinis dan memperpanjang penyakit. Bentuk nodular granulomatosis
kandidosis di daerah popok, muncul sebagai kusam, eritem, dan nodul dengan
bentuk yang tidak teratur, kadang-kadang dasar yang eritem merupakan reaksi
biasa untuk organisme Candida atau infeksi Candida yang disebabkan oleh
steroid. Meskipun infeksi dermatofit jarang terjadi di daerah popok, tetapi kasus
ini sering ditemukan. Setiap upaya harus dilakukan untuk mengidentifikasi
organism dan mengobati infeksi dengan tepat.

Gambar 2. Kandidiasis perianal

16
2) Kandidosis Kutis Generalisata
Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga di lipat payudara, intergluteal, dan
umbilikus. Sering disertai glositis, stomatitis, dan paronikia. Lesi berupa ekzematoid,
dengan vesikel-vesikel dan pustul-pustul. Penyakit ini sering terdapat pada bayi, mungkin
karena ibunya menderita kandidiasis vagina atau mungkin karena gangguan imunologik
sehingga daya tahan tubuh bayi tersebut rendah.
Pada bayi baru lahir yang menderita kandidosis kutis generalisata, dengan
vesikulopustul di atas eritem muncul pada saat bayi baru lahir atau beberapa jam setelah
lahir.Lesi pertama kali muncul di muka, leher dan menyebar ke seluruh tubuh dalam
waktu 24 jam.

3) Kandidiasis Napkin (Diaper-Rash)


Bentuk paling sering pada kandidiasis kutis. Khas adanya eritema, edema dan cairan
purulen, tebal, pus putih, dan terdapat pada bayi yang popoknya selalu basah dan jarang
diganti. Mengenai kulit lembab pada pantat, genetalia pada bayi, lipatan paha, tersering
pada area kulit yang terpapar air seni bayi terlalu lama.

Gambar 3. Kandidiasis Napkin

4) Paronikia dan Onikomikosis


Paronikia dan onikomikosis adalah peradangan kuku dan bantalan kuku.
Paronikia dapat bersifat akut dan kronis. Paronikia akut disebabkan oleh bakteri,

17
sedangkan paronikia kronis disebabkan oleh Candida sebagai pathogen tunggal atau
ditemukan bersamaan bersama dengan bakteri lain seperti Proteus atau Pseudomonas sp.
Ini merupakan proses peradangan kronis pada lipatan kuku proksimal dan matriks
kuku. Hal ini terutama terjadi pada orang- orang yang tangannya sering terendam dalam
air seperti pada ibu rumah tangga, pegawai bar atau rumah makan, penggemar tanaman,
dan pegawai ikan.Pemakaian alat pencuci piring mekanis yang semakin meluas mungkin
berhubungan dengan penurunan insidensi kelainan ini.
Gambaran klinis berupa eritema pada lipatan kuku proksimal (boilstering),
pembengkakan tidak bernanah, kuku menjadi tebal, mengeras dan berlekuk-lekuk,
kadang-kadang berwarna kecoklatan, tidak rapuh, tetap berkilat, tidak terdapat sisa
jaringan di bawah kuku seperti pada tinea unguium, dan hilangnya kutikula. Hal ini
sering berhubungan dengan terjadinya distrofi kuku.Candida albicans mempunyai peran
patogenik, tetapi bakteri mungkin juga ikut menyertainya. Tidak adanya kutikula
memungkinkan masuknya bahan-bahan iritan seperti detergen ke daerah di bawah
kukuku proksimal, dan hal ini turut menyebabkan proses peradangan.
Kondisi ini cukup berbeda dengan paronikia bacterial akut, yang timbul cepat,
rasa sakit yang hebat, dan banyak nanah hijau. Penekanan pada lipatan kuku yang
bengakak pada paronikia kronis bias mengeluarkan butiran-butiran kecil nanah yang
berbentuk seperti krim susu dari bawah lipatan kuku, tetapi hanya itu saja yang terjadi

Gambar 4. Paranokia

18
5) Kandidosis Granulomatosa
Kelainan ini jarang dijumpai HOUSER dan ROTHMAN melaporkan bahwa
penyakit ini sering menyerang anak-anak, lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta
tebal berwarna kuning kecoklatan dan melekat erat pada dasarnya.Krusta ini dapat
menimbul seperti tanduk sepanjang 2 cm, lokalisasinya sering terdapat di muka, kepala,
kuku, badan, tungkai, dan faring.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pada penampakan kulit, terutama jika ada faktor resiko
yang menyertai.Kerokan kulit dapat menunjukkan bentuk jamur yang mendukung candida.
Bahan-bahan klinis yang dapat digunakan untuk pemeriksaan adalah kerokan kulit, urin,
bersihan sputum dan bronkus, cairan serebrospinal, cairan pleura dan darah, dan biopsi
jaringan dari organ-organ visceral. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :

1. Pemeriksaan Langsung
Merupakan cara paling mudah dan metode yang paling efektif untuk mendiagnosis, tapi
tidak cukup untuk menyingkirkan bukti klinis yang lain. Pemeriksaan dengan kerokan
kulit dengan penambahan KOH 10% akan memperlihatkan elemen candida berupa sel
ragi, balastospora, peudohifa atau hifa bersepta. Pemeriksaan langsung tidak dapat
menetukan identifikasi etiologi secara spesifik dan kurang sensitive dibandingkan dengan
biakan.Hasil negative tidak selalu bukan disebabkan oleh Candida. Pemeriksaan langsung
mempunyai nilai sensitifitas dan spesifisitas sebesar 89,4% dan 83,90%. Pewarnaan gram
juga dapat digunakan dan akan memberikan hasil yang sama dengan yang diperlihatkan
pada pemeriksaan KOH 10%.

2. Pemeriksaan Biakan
Biakan merupakan pemeriksaan paling sensitive untuk mendiagnosis infeksi Candida.
Sabouraud Dextrose Agar (SDA) merupakan media standar yang banyak digunakan
untuk pemeriksaan jamur.Media ini mengandung 10 gr pepton, 40 gr glukosa, dan 10 gr
agar, serta ditambahkan 1000 ml air. Penambahan antibiotika pada SDA digunakan untuk
mencegah pertumbuhan bakteri. Biakan diinkubasi pada suhu kamar yaitu 25-270 C dan

19
diamati secara berkala untuk melihat pertumbuhan koloni. Koloni berwarna putih sampai
kecoklatan, basah, atau mukoid dengan permukaan halus dan dapat berkerut.

Gambar 5. Tipe Koloni Candida

3. Identifikasi Species
Meskipun gambaran klinis sulit dibedakan penentuan etiologi spesisik Candida sampai ke
tingkat spesies berguna untuk menentukan terapi dan prognosis. Adapun cara
mengidentifikasi Candida sp.dapat dilakukan dengan cara tradisional dan komersil.
a) Germ Tube Test
Germ tube test merupakan cara yang digunakan untuk menentukan indentifikasi
spesies C. albicans.Pemeriksaan ini menggunakan media yang mengandung serum
dan diinkubasi pada suhu 370 C selama 2 jam. Bila terdapat pertumbuhan germ tube
atau sprout mycelium,berarti spesies tersebut adalah C. albicans.Pertumbuhan Germ
tube dikenal sebagai Fenomena Reynols-Braude.
b) Penilaian Klamidospora
Penilaian Klamidospora menggunakan media commeal agar dengan Tween
890.Morfologi koloni Candida sp. dibedakan berdasarkan susunan blastospora dan
gambaran morfologi pseudohifa.Umumnya hanya C. albicans yang menghasilkan
klamidiospora.
c) Uji Asimilasi dan Fermentasi
Identifikasi Candida sp. dapat juga dilakukan berdasarkan kemampuan ragi untuk
mengasimilasi dan fermentasi karbohidrat yang berbeda utuk setiap spesies.Candida

20
albicans dapat mengasimilasi dan memfermentasi glukosa, galaktosa, maltose, dan
sukrosa.
d) CHROM agar candida
CHROM agar kandida merupakan cara komersil media biakan selektif untuk
mengidentifikasi Candida sp. Koloni C. albicans, C. tropicalis, C. glabrata, dan C.
krusei dapat dibedakan berdasarkan morfologi koloni dan warna yang ditimbulkan
oleh masing-masing koloni. Media ini mengandung 10 gr pepton, 20 gr glukosa, 0,5
gr kloramfenikol, 15 gr agar dan 2 gr chromogenic mix. Chromogenic mix merupakan
bahan yang menyebabkan perubahan warna koloni pada Candida sp.

4. Serologi
Macam-macam prosedur pemeriksaan serologi direncanakan untuk mendeteksi adanya
antibodi Candida yang berkisar pada tes immunodifusi yang lebih sensitive seperti
counterimmunoelectrophoresis(CIE), enzyme-linked immunosorbent assay(ELISA), and
radioimmunoassay (RIA).Produksi empat atau lebih garis precipitin dengan tes CIE telah
menunjukkan diagnosis kandidiasis pada pasien yang terpredisposisi.

5. Pemeriksaan Histologi
Didapatkan bahwa spesimen biopsi kulit dengan pewarna periodic acid-schiff (PAS)
menampakkan hifa tak bersepta.Hifa tak bersepta yang menunjukkan kandidiasis
kutaneus berbeda dengan tinea.

Gambar 6. PAS candadida

21
6. Uji sensitifitas secara cepat dan tepat berdasarkan PCR dari DNA dapat juga digunakan
untuk mengidentifikasi patogenitas candida dalam jaringan

H. DIAGNOSIS BANDING
Kandidosis lokalisata dengan:
Dermatitis kontak iritan
Disebabkan terpaparnya kulit dengan bahan iritan, bisa akut ataupun kronis. Lesi
polimorf tanpak makula eritematosa, batas tidak tegas, diatas makula terdapat papul,
vesikel, bula yang bila pecah menjadi lesi yang eksudatif.

Gambar 7. Dermatitis Kontak Iritan

Penyakit
Keterangan
Tinea kruris Dermatitis Eritrasma
Penyakit pada Peradangan kulit Penyakit bakteri kronik
jaringan yang (epidermis dan dermis) pada stratum korneum
mengandung zat sebagai respon yang disebabkan
tanduk pada lipatan terhadap pengaruh corynebacterium
Definisi paha, daerah endogen dan atau minitussismum, ditandai
perineum, dan sekitar eksogen, menimbulkan dengan adanya lesi
anus, yang bersifat kelainan klinis berupa berupa eritema dan
akut atau efloresensi polimorfik skuama halus terutama
menahun.(10) (eritema, edema, papul, di daerah ketiak dan

22
vesikel, skuama, lipatan paha. (12)
likenifikasi) dan
keluhan gatal.(11)
Tinea kruris biasanya Penyebab eksogen Disebabkan oleh bakteri
disebabkan oleh (bahan kimia, fisik, Corynebacterium
T.rubrum, mikroorganisme)dan minissusmum. (12)
T.mentagrophytes, penyebab endogen (
Etiologi
atau E.flocossum.(6) atopik), sebagiannya
tidak diketahui
etiologinya yang
pasti.(11)
Lesi berbatas tegas, Pada stadium akut Lesi kulit dapat
peradangan pada tepi kelainan kulit berupa berukuran sebesar miliar
lebih nyata daripada eritema, edem, vesikel sampai plakat. Lesi
daerah tengahnya. atau bula, erosi dan eritroskuamosa,
Efloresensi terdiri eksudasi, sehingga berskuama halus
atas macam-macam tampak basah kadang-kadang dapat
bentuk yang primer (madidans). Stadium terlihat merah kecoklat-
dan sekunder subakut, eritema dan coklatan. Variasi ini
(polimorf). (10) edema berkurang, rupanya tergantung pada
eksudat mengering daerah area lesi dan
Lesi
menjadi krusta. Pada warna kulit penderita
stadium kronis lesi Tempat predileksi di
tampak kering, skuama, daerah ketiak dan lipat
hiperpigmentasi, papul paha, kadang berlokasi
dan likenifikasi, di daerah intertriginosa
mungkin juga terdapat lain terutama pada
erosi atau eksoriasi penderita gemuk.
karena garukan.(11) Perluasan lesi terlihat
pada pinggir yang
eritematosa dan

23
serpiginosa. Lesi tidak
menimbul dan tidak
terlihat vesikulasi.
Skuama kering yang
halus menutupi lesi dan
pada perabaan terasa
lemak. (12)
Pemeriksaan Dermatitis atopik Pemeriksaan Wood
KOH 10%, akan Prick Test. (13) Lamp, tampak merah
tampak elemen Dermatitis kontak membara (coral
jamur.(4) Patch Test. (14) red).(16)
Kultur sediaan Dermatitis seboroik Pemeriksaan
pada Sabouround pengecetan gram
Dextrose Agar Pemeriksaan atau giemsa gram
Pemeriksaan (SDA) atau KOH 10 %, akan positif.
penunjang Dermatophyt Test tampak spora
Medium (DTM). atau
blastokonidia
tanpa hifa
Pemeriksaan
Wood Lamp ,
negatif (warna
violet).

Gambar

24
I. PENATALAKSANAAN
1. Terpenting adalah menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi.
2. Terapi Topikal
Larutan ungu gentian: 0,5 % untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit dan dioleskan
sehari 2 kali selama 3 hari.
Nistatin dapat diberikan berupa krim, salep, emulsi.
Golongan azol
krim atau bedakmikonazol 2%
bedak, larutan dan krim klotrimazol 1%
krim tiokonazol1%
krim bufonazol1%
krim isokonazol1%
krim siklopiroksolamin 1%
Antimikotik topikal lain yang berspektrum luas

3. Terapi Sistemik
Nistatin tablet
Untuk menghilangkan infeksi lokal dalam saluran cerna, obat ini tidak diserap
oleh usus.
25
Amfoterisin B
Diberikan intravena untuk kandidiasis sistemik.
Kotrimazol
Pada kandidiasis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500mg per vaginam dosis
tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2x200 mg dosis tunggal atau
dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal.
Itrakonazol
Diberikanpada kandidiasis vulvovaginalis. Dosis untuk orang dewasa 2x100 mg
sehari, selama 3 hari.

Penggunaan obat anti jamur yang standard hanya flukonazol, itrakonazol, dan
flucytosine. Atau bahkan dapat menggunakan obat antijamur golongan azol terbaru
antara lain voriconazole, ravuconazole, posaconazole.
Amorolfine biasa digunakan karena efektifitasnya sebagai terapi topikal pada
kandidiasis superficial yang disebabkan oleh jamur dan dermatofitosis dan afinitasnya
yang tinggi terhadap stratum korneum dan kuku.
Obat anti jamur imidazol, clotrimazol, mikonazol, econazol, oxiconazol, dan
bifonazol digunakan secara luas sebagai pengobatan topikal dermatofitosis. Beberapa
tahun terakhir, imidazol (lanakonazol) dan tiga kelas anti jamur gabungan benzylamine
(butenafine), alylamine (terbinafine), dan morfin (amorolfine), telah berhasil
dikembangkan dan diperkenalkan dalam penggunaan di klinik. Obat-obat terbaru ini
lebih aktif daripada imidazol sebelumnya untuk melawan dermatofitosis secara in vitro
dan in vivo dermatofitosis pada babi sebagai binatang percobaan.

4. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi kutaneus kandidiasis yang bisa terjadi, antara lain :
i) Rekurens atau infeksi berulang kandida pada kulit
ii) Infeksi pada kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan mungkin
menginfeksi daerah di sekitar kuku
iii) Disseminated candidiasis yang mungkin terjadi pada tubuh yang
immunocompromised.

26
Kandidiasis Diseminata
Papul eritematosa dengan tengah yang pucat terdapat pada lengan laki-laki 13 tahun
dengan neutropenia dan ewings sarcoma. Kultur darah tumbuh candida parapsilos dan
candida Lusitania.Lesi tersebut tersebar dan terhitung ratusan.Pasien menunjukkan gejala lesi
kulit yang disertai dengan nyeri otot dan nyeri mata.Pustul adalah tanda kutaneus dari
kandidiasis diseminata pada pasien dengan leukositosis.Adanya neutrofil dalam sirkulasi,
pustule tidak tampak pada kulit, karena jumlah sel darah putih menutupinya, lesi mungkin
menjadi pustular yang menetap.

5. PENCEGAHAN
Keadaan umum dan higienitas yang baik dapat membantu pencegahan infeksi kandida, yakni
dengan menjaga kulit selalu bersih dan kering. Bedak yang kering mungkin membantu
pencegahan infeksi jamur pada orang yang mudah terkena. Penurunan berat badan dan
kontrol gula yang baik pada penderita diabetes mungkin membantu pencegahan infeksi
tersebut.

6. PROGNOSIS
Prognosis kutaneus kandidiasis umumnya baik, bergantung pada berat ringanya faktor
predisposisi. Biasanya dapat diobati tetapi sekali-kali sulit dihilangkan. Infeksi berulang
merupakan hal yang umum terjadi.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Kuswadji. Kandidosis. Dalam : Djuanda A., Hamzah M., Aishah S., Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi IV, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Pp:103-6
2. SMF Ilmu Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Atlas Penyakit Kulit
dan Kelamin. Airlangga University Press, 2007. Pp:86-92
3. James William,Berger Timothy, Elston Dirk. Candidiasis. Dalam : Andrews Disease of The
Skin Clinical Dermatology. Ed 10th. British. WB Saunders Company. 2000. Pp:308-9
4. Wolff, Klauss. Candidiasis. Dalam : Fitzpatrick. Dermatology in General Medicine. Ed 7th.
New york. McGraw Hill Company. 2007. p: 1822
5. Wolf K, Richard AJ, Dick S. Candidiasis. Dalam : Fitzpatrick. Color Atlas and Synopsis of
Clinical Dermatology. Ed 5th. New york. McGraw Hill Company. 2007.
6. Siregar, R.S. Atlas Berwana Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2004. Pp: 279-
280.
7. Sandy S Suharno. Tantien Nugrohowati, Evita H. F. Kusmarinah. Mekanisme
Pertahanan Pejamu pada Infeksi Kandida. Dalam : Media Dermato-venereologica
Indonesiana, Jakarta, 2000 ; 187-92

28

Anda mungkin juga menyukai