Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

PSORIASIS GUTATA

Disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin di RSUD Tugurejo Semarang

Pembimbing :
dr. S. Windayati Hapsoro, Sp.KK

Disusun Oleh :
Agatha Juniar
108170001

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
2013

LAPORAN KASUS
MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

PENYUSUN LAPORAN

PENGESAHAN

Nama

: Agatha Juniar

Nama Dosen : dr. S. Windayati H, Sp.KK

NIM

: 108170001

Tanda tangan :

Tanda tangan :

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Kartini, Ny.

Usia

: 56 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Alamat

: Karangayu, Semarang

Pekerjaan

: Guru

Pendidikan tertinggi

: Perguruan Tinggi

Tanggal MRS

: Senin, 9 Desember 2013

B. ANAMNESIS
(secara Autoanamnesis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Tugurejo Semarang)
Tanggal

: Senin, 9 Desember 2013

Pukul

: 10.45 WIB

Keluhan Utama
: Pasien datang dengan keluhan gatal-gatal diseluruh tubuh
Riwayat Penyakit Sekarang
1 bulan sebelum masuk RS pasien mengaku timbul keluhan gatal-gatal di
sekitar punggung disertai bercak merah kasar sebesar koin seribu rupiah, bercak
tersebut terasa gatal hingga membuat pasien ingin menggaruknya. 3 minggu yang

lalu, timbul bercak yang sama semakin banyak memenuhi dada, punggung, di kedua
lengan serta kedua tungkai. Keluhan disertai rasa panas dan bercak bercak yang
terasa gatal, bila di garuk menjadi mengelupas, berwarna putih seperti serpihan
ketombe, tampak bersisik. Bila keringatan dan pada malam hari terasa lebih gatal
sehingga menggaruknya sampai berdarah. 2 minggu yang lalu, pasien berobat ke
bidan di beri obat suntik ( pasien tidak tahu nama obat nya apa). 1 minggu yang
lalu, pasien berobat ke dokter dan diberi salep ( pasien lupa nama salep nya apa).
Keluhan dirasakan pasien berkurang namun dalam beberapa hari terakhir keluhan
muncul kembali dan semakin bertambah gatal dan menyebar ke seluruh tubuh.
Akhirnya pasien disarankan oleh dokter tersebut untuk berobat ke dokter kulit RSUD
Tugurejo. Sebelumnya Pasien mengaku tidak pernah sakit seperti ini. Sebelumnya.
2 bulan yang lalu pasien mengaku mengalami radang pada saluran pernafasannya dan
tidak terlalu dihiraukan oleh pasien sehingga tidak dibawa berobat ke dokter.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat sakit seperti ini
- Riwayat Hipertensi
- Riwayat Diabetes Melitus
- Riwayat sakit kulit lain
- Riwayat sakit kelamin
- Riwayat asma
- Alergi

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat sakit seperti ini
- Riwayat penyakit kulit
- Riwayat sakit kelamin
- Riwayat Hipertensi
- Riwayat Diabetes Melitus
- Riwayat Asma
- Alergi

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

Keadaan Sosial Ekonomi


Ny. Kartini sudah menikah dengan seorang suami yang bekerja sebagai wiraswasta.
Memiliki 3 orang anak yang sudah bekerja dan kuliah. Pasien menggunakan askes
untuk biaya penggobatan. Kesan ekonomi pasien cukup.

C. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik

Tanggal

: Senin, 9 Desember 2013

Pukul

: 10.45 WIB

Status Generalis
KU
: Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Compos Mentis
Status Gizi
: BB 42 kg, TB 150 kg, BMI : 18,67 kg/m2 ( kesan gizi cukup)
Vital sign
Tensi
Nadi
Nafas
Suhu

: 130/90 mmHg
: 75 kali/menit regular, isi dan tegangan cukup
: 20 kali/menit regular thorakoabdominal
: 36,5oC

Kepala
Mata
Leher
Telinga
Hidung
Mulut
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah

: Normocephali, rambut hitam


: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
: Normal, tidak ada kelainan kulit
: Normal, deviasi (-), sekret (-)
: bibir tidak pucat, tidak ada kelainan kulit
: tidak dilakukan, kulit status dematologikus
: tidak dilakukan, kulit status dematologikus
: akral hangat, (status dermatologikus)
: akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, terdapat
kelainan pada (status dermatologikus)

Status Dermatologis :
Distribusi

: Regional

Ad region

: Ekstrimitas atas ( brachii, antebrachii, cubiti ) dekstra et sinistra


Ekstrimitas bawah ( femoralis, tibialis, popliteal ) dekstra et sinistra
vertebralis, infrascapularis, lumbalis

Lesi

: kering, papular-eritematosa mendatar, skuama transparan dan


berwarna putih mengkilat, makula hiperpigmentasi multiple lenticular
sampai plakat Ekskoriasi dan multiple ukuran lentikular sampai
nummular.

D. RINGKASAN :
Ny. Kartini usia 56 tahun datang ke RSUD Tugurejo Senin, 9 Desember 2013
dengan keluhan gatal-gatal di sekitar punggung sejak 1 bulan disertai bercak
merah kasar sebesar koin seribu rupiah, bercak tersebut terasa gatal membuat pasien
ingin menggaruknya. 3 minggu yang lalu, timbul bercak yang sama semakin banyak
memenuhi dada, punggung, kedua lengan, serta di kedua tungkai. Keluhan disertai
rasa panas dan bercak bercak yang terasa gatal, bila di garuk jadi mengelupas,
berwarna putih seperti serpihan ketombe, tampak bersisik. Bila keringatan dan pada
malam hari terasa lebih gatal sehingga menggaruknya sampai berdarah. 2 minggu
yang lalu, pasien berobat ke bidan di beri obat suntik ( pasien tidak tahu nama obat
nya apa). 1 minggu yang lalu, pasien berobat ke dokter dan diberi salep ( pasien
lupa nama salep nya apa). Keluhan dirasakan pasien berkurang namun dalam
beberapa hari terakhir keluhan muncul kembali dan semakin bertambah gatal dan
menyebar ke seluruh tubuh. Akhirnya pasien disarankan oleh dokter tersebut untuk

berobat ke dokter kulit RSUD Tugurejo. Pasien mengaku tidak pernah sakit seperti ini
sebelumnya. Sebelumnya. 2 bulan yang lalu pasien mengaku mengalami radang
pada saluran pernafasannya dan tidak terlalu dihiraukan oleh pasien sehingga tidak
dibawa berobat ke dokter.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit ringan, kesadaran
Compos mentis dan kesan gizi cukup, Tensi : 130/90 mmHg, Nadi : 75x / menit,
regular, isi dan tegangan cukup, Nafas : 20x / menit, regular torakoabdominal, Suhu :
36,5oC. Pemeriksaan status dermatologis didapatkan lesi : kering, papular-eritematosa
mendatar, skuama transparan dan berwarna putih mengkilat, makula hiperpigmentasi
multiple lenticular sampai plakat Ekskoriasi dan multiple ukuran lentikular sampai
nummular.
E. DIAGNOSIS BANDING :
Psoriasis gutata
Prurigo nodularis
Pitiriasis Rosea
Dermatofitosis
Sifilis Psoriasiformis
Dermatitis Atopi
F. DIAGNOSIS :
Psoriasis Gutata
G. USULAN PEMERIKSAAN :
Kerokan kulit dengan KOH 10%
Biopsi kulit dengan menggunakan pewarnaan hematoksilin-eosin
STS (tes serologik untuk sifilis)
Pemeriksaan yang bertujuan menganalisis penyebab psoriasis, seperti pemeriksaan
darah rutin, kimia darah, gula darah, kolesterol dan asam urat.

H. PENATALAKSANAAN
1. Umum

Menghindari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit dan


faktor-faktor yang dapat memperberat penyakit, seperti stress psikis, infeksi
lokal, gangguan metabolik dan trauma.

2. Khusus

Sistemik
o Metotreksat 3 x 2,5 mg perminggu
o Antihistamin: klorfeniramin maleat 2 x 4 mg

Topikal
o Salep campuran Liquor carbonas detergens 5% dan asam salisil 5%
o Hidrokortison 1%-2,5%

I. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanam
Quo ad cosmeticum

:
:
:
:

ad bonam
ad bonam
ad bonam
dubia ad bonam

J. FOLLOW UP
Kontrol bila obat habis belum ada perbaikan atau keluhan berulang.

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa bercak-bercak
eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama yang tebal berlapis-lapis berwarna putih
mengkilap serta transparan, disertai fenomen tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.

Insiden psoriasis pada pria agak lebih banyak dari pada wanita, psoriasis dapat terjadi
pada semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa muda. Onset penyakit ini umumnya
kurang pada usia yang sangat muda dan orang tua. Dua kelompok usia yang terbanyak adalah
pada usia antara 20 30 tahun dan yang lebih sedikit pada usia antara 50 60 tahun.
Psoriasis lebih banyak dijumpai pada daerah dingin dan lebih banyak terjadi pada musim
hujan.
B. ETIOLOGI
Penyebab psoriasis hingga saat ini tidak diketahui, terdapat predisposisi genetik tetapi
secara pasti cara diturunkan tidak diketahui. Psoriasis tampaknya merupakan suatu penyakit
keturunan dan tampaknya juga berhubungan dengan kekebalan dan respon peradangan.
Diketahui faktor utama yang menunjang penyebab psoriasis adalah hiperplasia sel epidermis.
Penyelidikan sel kinetik menunjukkan bahwa pada psoriasis terjadi percepatan proliferasi selsel epidermis serta siklus sel germinatum lebih cepat dibandingkan sel-sel pada kulit normal.
Pergantian epidermis hanya terjadi dalam 3-4 hari sedangkan turn over time epidermis
normalnya adalah 28-56 hari.

Faktor genetik sangat berperan, dimana bila orang tuanya tidak menderita psoriasis, resiko
untuk mendapat psoriasis 12 %, sedangkan jika salah seorang orang tuanya menderita
psoriasis resikonya mencapai 34-39 %. Hal lain yang menyokong adanya faktor genetik ialah
bahwa psoriasis berkaitan dengan HLA. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe :
Psoriasis tipe I dengan awitan dini bersifat familial dan berhubungan dengan HLA-B13, B17,
Bw57, dan Cw6 sedangkan psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial dan

berhubungan dengan HLA-B27 dan Cw2 dan Psoriasis Pustulosa berkorelasi dengan HLAB27. Psoriasis merupakan kelainan multifaktorial dimana faktor genetik dan lingkungan
memegang peranan penting.
Ada beberapa faktor faktor yang dapat mencetuskan psoriasis, yaitu:

Trauma: Dilaporkan bahwa berbagai tipe trauma kulit dapat menimbulkan psoriasis.

Infeksi: Sekitar 54 % anak-anak dilaporkan terjadi eksaserbasi psoriasis dalam 2-3


minggu setelah infeksi saluran pernapasan atas. Infeksi fokal yang mempunyai
hubungan erat dengan salah satu bentuk psoriasis ialah Psoriasis Gutata, sedangkan
hubungannya dengan Psoriasis Vulgaris tidak jelas dan pernah di laporkan kasuskasus Psoriasis Gutata yang sembuh setelah diadakan tonsilektomi. Streptococcus
pyogenes telah diisolasi sebanyak 26 % pada Psoriasis Gutata Akut, 14 % pada pasien
Psoriasis Plak, dan 16 % pada pasien Psoriasis Kronik.

Stres : Dalam penyelidikan klinik, sekitar 30-40 % kasus terjadi perburukan oleh
karena stres. Stres bisa merangsang kekambuhan psoriasis dan cepat menjalar bila
kondisi pasien tidak stabil. Pada anak-anak, eksaserbasi yang dihubungkan dengan
stres terjadi lebih dari 90 %. Stres psikis merupakan faktor pencetus utama. Tidak
ditemukan gangguan kepribadiaan pada penderita psoriasis. Adanya kemungkinan
bahwa stres psikologis dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan menerima
terapi dan dapat menyebabkan deteriorasi terutama pada kasus berat.

Alkohol : Umumnya dipercaya bahwa alkohol berefek memperberat psoriasis tetapi


pendapat ini belum dikonfirmasi dan kepercayaan ini muncul berdasarkan observasi
pecandu alkohol yang menderita psoriasis. Peminum berat yang telah sampai pada
level yang membayakan kesehatan sering ditemukan pada pasien psorasis berat lakilaki dibandingkan penderita psorasis lainnya. Kemungkinan alkohol yang berlebihan
dapat mengurangi kemampuan pengobatan dan juga adanya gejala stres menyebabkan
parahnya penyakit kulit.

Faktor endokrin : Puncak insiden psoriasis pada waktu pubertas dan menopause. Pada
waktu kehamilan umumnya membaik, sedangkan pada masa pasca partus memburuk.

Sinar matahari : Dilaporkan 10 % terjadi perburukan lesi.

C. PATOGENESIS PSORIASIS

Psoriasis merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan aktivitas berbagai gen


yang berinteraksi dengan lingkungan, berhubungan kuat dengan alel HLA-CW-6. The Human
Genom Project akan membantu mengidentifikasi major histocompatibility Complex (MHC)
dan gen non MHC yang terlibat pada psoriasis.
Patogenesis psoriasis tetap tidak diketahui tetapi beberapa penulis percaya bahwa
penyakit ini merupakan autoimun murni dan sel T mediated. Beberapa penemuan mendukung
autoimun ini seperti histokompatibiliti kompleks mayor (MHC) antigen, akumulasi sel T
terutama memori, serta adanya lapisan anti korneum dan anti keratinosit antibodi nukleus.
Beragam data yang diperoleh akhir-akhir ini pada penyelidikan psoriasis menekankan
bahwa terdapat aktivitas infiltrasi sel-sel CD4 pada lesi-lesi kulit. Lesi psoriasis lama
umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis yang terutama terdiri atas limfosit T
CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis.
Pada psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Sel langerhans
juga berperan pada imunopatogenesis. Terjadinya proliferasi epidermis diawali dengan
adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel Langerhans.
Beberapa sitokin dan reseptornya memperlihatkan peningkatan level pada epidermis
psoriasis. Perubahan-perubahan biokimia yang ditemukan pada psoriasis meliputi :
Konsentrasi lipid yang tinggi dan peningkatan level enzim protein nuklear pada glikolitik
pathway yang menyebabkan turn over sel meningkat.
Perhatian yang sungguh-sungguh difokuskan pada level siklik nukleotida terutama
AMP siklik (cAMP) yang mengontrol epidermopoesis. Juga dilaporkan terjadinya kenaikan
yang menyolok dari level siklik GMP (cGMP) dalam epidermis. Walaupun demikian
peningkatan cGMP yang menyebabkan peningkatan kecepatan proliferasi seluler tidak
diketahui hingga saat ini. cAMP epidermis sangat menurun selanjutnya asam arakidonik
meningkat dalam epidermis.
D. BENTUK KLINIS PSORIASIS
Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis, yaitu:
1. Psoriasis Vulgaris

Hampir 80 % penderita psoriasis adalah tipe Psoriasis Plak yang secara ilmiah disebut juga
Psoriasis Vulgaris. Dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya umumnya berbentuk plak.
Tempat predileksinya seperti yang telah diterangkan di atas.

Gambaran. Psoriasis Plak (Vulgaris)


2. Psoriasis Gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan diseminata,
umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas atau sehabis influenza
atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda.2,5,8,9,12 Selain itu, juga dapat timbul
setelah infeksi yang lain, baik bakterial maupun viral, pada stres, luka pada kulit, penggunaan
obat tertentu (antimalaria dan beta bloker)

Gambaran. Psoriasis Gutata

3. Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural)


Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada darerah fleksor sesuai dengan namanya,
misalnya pada daerah aksilla, pangkal pahadi bawah payudara, lipatan-lipatan kulit di seklitas
kemalua dan panggul.

Gambaran. Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural)


4. Psoriasis Pustulosa
Ada dua pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai penyakit
tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat dua bentuk psoriasis pustulosa,
bentuk lokalisata dan generalisata. Bentuk lokalisata contohnya psoriasis pustulosa palmplantar (Barber) yang menyerang telapak tangan dan kaki serta ujung jari. Sedangkan bentuk
generalisata, contohnya psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch) jika pustula
timbul pada lesi psoriasis dan juga kulit di luar lesi, dan disertai gejala sistemik berupa
panas / rasa terbakar.

Gambaran. Psoriasisi Pustula

5. Psoriasis Eritroderma
Psoriasis Eritroderma dapat disebabkan oleh pengobatan topikal terlalu kuat atau oleh
penyakitnya sendiri yang meluas. Bentuk ini dapat juga ditimbulkan oleh infeksi,
hipokalsemia, obat antimalaria, tar dan penghentian kortikosterid, baik topikal maupun

sistemik. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema
dan skuama tebal universal. Ada kalanya lesi psoriasis masih tampak samar-samar, yakni
lebih eritematosa dan kulitnya lebih meninggi.

Gambaran. Psoriasis Eritroderma


E. DIAGNOSIS PSORIASIS
Diagnosis Psoriasis dilakukan melalui:
Pemeriksaan Kulit :
Dari autoanamnesis pasien Psoriasis Vulgaris mengeluh adanya bercak kemerahan
yang menonjol pada kulit dengan pinggiran merah, tertutup dengan sisik keperakan, dengan
ukuran yang bervariasi, makin melebar, bisa pecah dan menimbulkan nyeri, jarang
menyebabkan gatal. Kelainan kulit pada psoriasis terdiri atas bercak-bercak eritema yang
meninggi (plak) dengan skuama di atasnya. Bisa ditemukan eritema sirkumskrip dan merata,
tetapi pada stadium penyembuhannya sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya
terdapat di pingir.
Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika (mica-like scale), serta
transparan. Besar kelainan bervariasi dari milier, lentikular, numular, sampai plakat, dan
berkonfluensi, dengan gambaran yang beraneka ragam, dapat arsinar, sirsinar, polisiklis atau
geografis.
Tempat predileksi pada ekstremitas bagian ekstensor terutama (siku, lutut,
lumbosakral), daerah intertigo (lipat paha, perineum, aksila), skalp, perbatasan skalp dengan
muka, telapak kaki dan tangan, tungkai atas dan bawah, umbilikus, serta kuku.

Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik).
Fenomena tetesan lilin dan Auspitz merupakan gambaran khas pada lesi psoriasis dan
merupakan nilai diagnostik, kecuali pada psoriasis inverse (psoriasis pustular) dan digunakan
untuk membandingkan psoriasis dengan penyakit kulit yang mempunyai morfologi yang
sama, sedangkan Kobner tidak khas, karena didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken
planus, liken nitidus, veruka plana juvenilis, pitiriasis rubra pilaris, dan penyakit Darier.
Fenomena Kobner didapatkan insiden yang bervariasi antara 38-76 % pada pasien psoriasis.
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada
goresan, seperti lilin yang digores disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara menggores
dapat menggunakan pingir gelas alas.
Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebakan
oleh papilomatosis. Cara megerjakannya : skuama yang berlapis-lapis itu dikerok, bisa
dengan pinggir gelas alas. Setelah skuamanya habis, maka pengerokan harus dilakukan
perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak akan tampak perdarahan yang berbintik-bintik
melainkan perdarahan yang merata.
Fenomena Kobner dapat terjadi 7-14 hari setelah trauma pada kulit penderita
psoriasis, misalnya garukan dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan
psoriasis.
Dua puluh lima sampai lima puluh persen penderita psoriasis yang lama juga dapat
menyebabkan kelainan pada kuku, dimana perubahan yang dijumpai berupa pitting nail atau
nail pit pada lempeng kuku berupa lekukan-lekukan miliar.

Perubahan pada kuku terdiri dari onikolosis (terlepasnya seluruh atau sebagian kuku
dari matriksnya), hiperkeratosis subungual (bagian distalnya terangkat karena terdapat lapisan
tanduk di bawahnya), oil spots subungual, dan koilonikia ( spooning of nail plate).
Disamping menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini dapat pula
menyebabkan kelainan pada sendi, tetapi jarang terjadi. Antara 10-30 % pasien psoriasis
berhubungan dengan atritis disebut Psoriasis Artritis yang menyebabkan radang pada sendi.
Umumnya bersifat poliartikular, tempat predileksinya pada sendi interfalangs distal,
terbanyak terdapat pada usia 30-50 tahun. Sendi membesar, kemudian terjadi ankilosis dan
lesi kistik subkorteks.
Gambaran Histopatologi Psoriasis
Psoriasis memberikan gambaran histopatologi, yaitu perpanjangan (akantosis)
reteridges dengan bentuk clubike, perpanjangan papila dermis, lapisan sel granuler
menghilang, parakeratosis, mikro abses munro (kumpulan netrofil leukosit polimorfonuklear
yang menyerupai pustul spongiform kecil) dalam stratum korneum, penebalan suprapapiler
epidermis (menyebabkan tanda Auspitz), dilatasi kapiler papila dermis dan pembuluh darah
berkelok-kelok, infiltrat inflamasi limfohistiositik ringan sampai sedang dalam papila dermis
atas.
Laboratorium Psoriasis
Tidak ada kelainan laboratorium yang spesifik pada penderita psoriasis tanpa
terkecuali pada psoriasis pustular general serta eritroderma psoriasis dan pada plak serta
psoriasis gutata. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan bertujuan menganalisis penyebab
psoriasis, seperti pemeriksaan darah rutin, kimia darah, gula darah, kolesterol, dan asam urat.
Pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan untuk mengkonfirmasi suatu
psoriasis ialah biopsi kulit dengan menggunakan pewarnaan hematoksilin-eosin. Pada
umumnya akan tampak penebalan epidermis atau akantosis serta elongasi rete ridges. Terjadi
diferensiasi keratinosit yang ditandai dengan hilangnya stratum granulosum. Stratum
korneum juga mengalami penebalan dan terdapat retensi inti sel pada lapisan ini yang disebut
dengan parakeratosis. Tampak neutrofil dan limfosit yang bermigrasi dari dermis.
Sekumpulan neutrofil dapat membentuk mikroabses Munro. Pada dermis akan tampak tandatanda inflamasi seperti hipervaskularitas dan dilatasi serta edema papila dermis. Infiltrat
dermis terdiri dari neutrofil, makrofag, limfosit dan sel mast

Bila penyakit tersebar luas, pada 50 % pasien dijumpai peningkatan asam urat,
dimana hal ini berhubungan dengan luasnya lesi dan aktifnya penyakit. Hal ini meningkatkan
resiko terjadinya Artritis Gout. Laju endapan eritrosit dapat meningkat terutama terjadi pada
fase aktif. Dapat juga ditemukan peningkatan metabolit asam nukleat pada ekskresi urin.
Pada psoriasis berat, psoriasis pustular general dan eritroderma keseimbangan
nitrogen terganggu terutama penurunan serum albumin. Protein C reaktif, makroglobulin,
level IgA serum dan kompleks imun IgA meningkat, dimana sampai saat ini peranan pada
psoriasis tidak diketahui.
F. DIAGNOSIS BANDING PSORIASIS
a. Prurigo nodularis
Prurigo nodularis merupakan penyakit kulit kronik dan terutama mengenai wanita.
Lesinya berupa nodus, dapat tunggal atau multiple, mengenai ekstremitas, terutama pada
permukaan anterior dan tungkai bawah. Lesi sebesar kacang polong atau lebih besar, keras
dan berwarna merah atau kecoklatan. Bila perkembangannya sudah lengkap, maka lesi
tersebut akan berubah menjadi verukosa atau mengalami fisurasi.
b. Pitiriasis Rosea
Pada pitiriasis Rosea, lokasi erupsi pada lengan atas, badan dan paha, bentuk oval,
distribusi memanjang mengikuti garis tubuh (pohon cemara), skuama sedikit tidak berlapislapis dan didahului oleh herald patch.
c. Dermatofitosis (Tinea dan Onikomikosis)
Pada stadium penyembuhan psoriasis telah dijelaskan bahwa eritema dapat terjadi
hanya di pinggir, hingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaannya adalah skuama umumnya
pada perifer lesi dengan gambaran khas adanya central healing, keluhan pada dermatofitosis
gatal sekali dan pada sediaan langsung ditemukan jamur.
d. Sifilis Psoriasiformis
Sifilis pada stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis psoriasiformis.
Perbedaannya adalah skuama berwarna coklat tembaga dan sering disertai demam pada
malam hari (dolores nocturnal), STS positif (tes serologik untuk sifilis), terdapat senggama

tersangka (coitus suspectus), dan pembesaran kelenjar getah bening menyeluruh serta
alopesia areata.
e. Dermatitis Atopi
Distribusi biasanya tidak ada pada permukaan ekstensor siku dan lutut, biasanya
disertai eksudasi dengan skuama keabu-abuan disertai gatal berat.

G. PENATALAKSANAAN PSORIASIS
Oleh karena penyebab pasti belum jelas, maka diberikan pengobatan simtomatis
sambil berusaha mencari / mengeliminasi faktor pencetus :
A. Topikal
a. Preparat ter
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya adalah anti
radang. Preparat ter berguna pada keadaan-keadaan:
Bila psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal atau takhifilaksis oleh karena
pemakaian pada lesi luas.
Lesi yang melibatkan area yang luas sehingga pemakaian steroid topikal kurang bijaksana.
Bila obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat penyakit sistemik.
Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari :
Fosil, misalnya iktiol.
Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski.
Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens.
Ter dari kayu dan batubara yang efektif untuk psoriasis, dimana ter batubara lebih
efektif dari pada ter kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan iritasi juga jauh lebih besar.
Pada psoriasis yang menahun lebih baik digunakan ter yang beasal dari batubara, sebaliknya
psoriasis akut dipilih ter dari kayu. Preparat ter digunakan dengan konsentrasi 2-5 %. Untuk
mempercepat, ter dapat dikombinasi dengan asam salisilat 2-10 % dan sulfur presipitatum 3-5
%.
b. Kortikosteroid

Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara, yaitu:
1. Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema.
2. Menurunkan turnover sel dengan memperlambat proliferasi seluler.
3. Efek anti inflamasi, dimana diketahui pada psoriasis, leukosit memegang peranan dan
steroid topikal dapat menurunkan inflamasi.
Fluorinate, triamcinolone 0,1 % dan flucinolone topikal efektif untuk kebanyakan
kasus psoriasis pada anak. Preparat hidrokortison 1%-2,5% harus digunakan pada fase akut
dan sebagai pengobatan maintenance.
Kortikosteoid tersedia dalam bentuk gel, lotion, solution dan krim, serta ointment
dimana pada pemakaian jangka panjang dapat terjadi efek samping. Efek samping berupa
atrofi, erupsi akneiformis, striae, telangiektasis di muka, dapat terjadi pada pemakaian topikal
potensi kuat, terutama bila digunakan under occlusion. Kadang-kadang pada pemakaian
jangka panjang dapat terjadi hypothalamic pituitary adrenal axis (HPA) sehingga dianjurkan
pemeriksaaan level serum kortisol.
c. Ditranol (antralin)
Antralin mempunyai efek sitostatik, sebab dapat mengikat asam nukleat, menghambat
sintesis DNA dan menggabungkan uridin ke dalam RNA nukleus.6,8 Obat ini dikatakan
efektif pada Psoriasis Gutata.2,8 Kekurangannya adalah mewarnai kulit dan pakaian.2,6,7,8
Konsentrasi yang digunakan biasanya 02-0,8 persen dalam pasta, salep, atau krim.1,2 Lama
pemakaian hanya jam sehari sekali untuk mencegah iritasi penyembuhan dalam 3
minggu.

d. Calcipotriol
Calcipotriol ialah sintetik vit D yang bekerja dengan menghambat proliferasi sel dan
diferensiasi sel terminal, meningkatkan diferensiasi terminal keratinosit, dan menghambat
proliferasi keratinosit.2,6,8 Preparatnya berupa salep atau krim 50 mg/g.2 Efek sampingnya
berupa iritasi, yakni rasa terbakar dan tersengat, dapat pula telihat eritema dan skuamasi.
Rasa tersebut akan hilang setelah beberapa hari obat dihentikan.
e. Tazaroten

Merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat proliferasi dan


normalisasi petanda differensiasi keratinosit dan menghambat petanda proinflamasi pada sel
radang yang menginfiltrasi kulit. Tersedia dalam bentuk gel, dan krim dengan konsentrasi
0,05 % dan 0,1 %. Bila dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat akan
mempercepat penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek sampingnya ialah iritasi berupa
gatal, rasa terbakar, dan eritema pada 30 % kasus, juga bersifat fotosensitif.
f. Emolien
Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh (selain lipatan),
ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep dengan bahan dasar vaselin 1-2
kali/hari, fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan
aktif. Jadi emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.
B. Sistemik
a. Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, dan diindikasikan pada Psoriasis
Eritroderma, Psoriasis Artritis, dan Psoriasis Pustulosa Tipe Zumbusch. Dimulai dengan
prednison dosis rendah 30-60 mg (1-2 mg/kgBB/hari), atau steroid lain dengan dosis
ekivalen. Setelah membaik, dosis diturunkan perlahan-lahan, kemudian diberi dosis
pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan menyebabkan kekambuhan dan dapat
terjadi Psoriasis Pustulosa Generalisata.
b. Sitostatik
Obat sitostatik yang biasa digunakan ialah metotreksat (MTX). Indikasinya ialah
untuk psoriasis, Psoriasis Pustulosa, Psoriasis Artritis dengan lesi kulit, dan Psoriasis
Eritroderma yang sukar terkontrol dengan obat. Dosis 2,5-5 mg/hari selama 14 hari dengan
istirahat yang cukup. Dapat dicoba dengan dosis tunggal 25 mg/minggu dan 50 mg tiap
minggu berikutnya. Dapat pula diberikan intramuskular 25 mg/minggu, dan 50 mg pada tiap
minggu berikutnya.
Kerja metotreksat adalah menghambat sintesis DNA dengan cara menghambat
dihidrofolat reduktase dan dengan demikian menghasilkan kerja antimitotik pada epidermis.
Penyelidikan in vitro akhir-akhir ini, metotreksat 10-100 kali lebih efektif dalam menghambat
proliferasi sel-sel limfoid.

Kontraindikasinya ialah kelainan hepar, ginjal, sistem hematopoietik, kehamilan,


penyakit infeksi aktif (misalnya tuberkulosis), ulkus peptikum, kolitis ulserosa, dan psikosis.
Efek samping metotreksat berupa nyeri kepala, alopesia, kerusakan kromosom, aktivasi
tuberkulosis, nefrotoksik, juga terhadap saluran cerna, sumsum tulang belakang, hepar, dan
lien. Pada saluran cerna berupa nausea, nyeri lambung, stomatitis ulserosa, dan diare. Jika
hebat dapat terjadi enteritis hemoragik dan perforasi intestinal. Sumsum tulang berakibat
timbulnya leukopenia, trombositopenia, kadang-kadang anemia. Pada hepar dapat terjadi
fibrosis portal dan sirosis hepatik.
c. DDS
DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan Psoriasis Pustulosa tipe
Barber dengan dosis 2100 mg/hari.1,2 Efek sampingnya ialah anemia hemolitik,
methemoglobinemia, dan agranulositosis.
d. Etretinat (tegison, tigason)
Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan bagi psoriasis
yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya. Etretinat efektif
untuk Psoriasis Pustular dan dapat pula digunakan untuk psoriasis eritroderma. Kerja retinoid
yaitu mengatur pertumbuhan dan diferensiasi terminal keratinosit yang pada akhirnya dapat
menetralkan stadium hiperproliferasi.
Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis
dan kulit normal. Retinoid juga memberikan efek anti inflamasi seperti menghambat netrofil.
Dosisnya bervariasi : pada bulan pertama diberikan 1mg/kgbb/hari, jika belum terjadi
perbaikan dosis dapat dinaikkan menjadi 1 mg/kgbb/hari.
Efek sampingnya berupa kulit menipis dan kering, selaput lendir pada mulut, mata,
dan hidung kering, kerontokan rambut, cheilitis, pruritus, nyeri tulang dan persendian,
peninggian lipid darah, gangguan fungsi hepar (peningkatan enzim hati), hiperostosis, dan
teratogenik. Kehamilan hendaknya tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah obat dihentikan.
e. Asitretin (neotigason)
Merupakan metabolit aktif etretinat yang utama. Asitretin sebagai monoterapi sangat
efektif untuk Psoriasis Eritroderma dan Pustular.2,8,13 Efek sampingnya dan manfaatnya
serupa dengan etretinat. Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya hanya 2-4 hari,

dibandingkan dengan etretinat yang lebih dari 100-120 hari.2,6,8 Dosisnya 0,5 mg/kgbb/hari.
Obat ini lebih menjanjikan untuk penderita anak-anak dan wanita usia produktif.
f. Siklosporin A
Digunakan bila tidak berespon dengan pengobatan konvensional. Efeknya ialah
imunosupresif.2,7,16 Dosisnya 1-4 mg/kgbb/hari.6 Bersifat nefrotoksik dan hepatotoksik,
gastrointestinal, flu like symptoms, hipertrikosis, hipertrofi gingiva, serta hipertensi. Hasil
pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.
g. Eritromisin
Merupakan antibiotik pilihan karena menghambat efek kemotaksis netrofil dan
biasanya pada psoriasis gutata yang rekuren setelah infeksi streptokokus dapat
dipertimbangkan untuk pemeriksaan kultur tenggorokan.
C. Fototerapi
Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan
untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan penyinaran secara alamiah,
tetapi sayang tidak dapt diukur dan jika berlebihan maka akan memperparah psoriasis.
Karena itu, digunakan sinar ulraviolet artfisial, diantaranya sinar A yang dikenal
sebagai UVA. Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan
psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan
preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman. PUVA efektif pada 85 %
kasus, ketika psoriasis tidak berespon terhadap terapi yang lain.
Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka degan UVA akan terjadi efek sinergik.
Diberikan 0,6 mg/kgbb secara oral 2 jam sebelum penyinaran ultraviolet. Dilakukan 2x
seminggu, kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan. Selanjutnya dilakukan pengobatan
rumatan (maintenance) tiap 2 bulan.
Efek samping overdosis dari fototerapi berupa mual, muntah, pusing dan sakit kepala.
Adapun kanker kulit (karsinoma sel skuamos) yang dianggap sebagai resiko PUVA masih
kontroversial.

H. KESIMPULAN
Psoriasis adalah penyakit kronik yang residif yang hingga saat ini belum diketahui
secara pasti penyebabnya. Psoriasis bisa terjadi pada semua umur, umumnya terjadi pada
orang dewasa. Pada penderita psoriasis tidak mempengaruhi keadaan umum, penderita hanya
mengeluh gatal ringan, lesi pada kulit berupa eritema dan skuama yang berlapis-lapis.
Selain itu psoriasis dapat menyebabkan kelainan kuku dan kelainan pada sendi.
Kebanyakan psoriasis yang onsetnya di mulai pada anak-anak biasanya menjadi berat pada
usia dewasa. Pengobatan agresif dan edukasi dapat mengurangi beratnya penyakit ini.
Dengan kontrol teratur dapat memberi kesembuhan, walaupun pada beberapa penderita dapat
terjadi penyembuhan spontan namun dapat juga berlangsung lama (kronis)

DISKUSI
Pada kasus ini di diagnosis psoriasis berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis yang
terdapat pada pasien. Riwayat dan gejala klinis psoriasis ditemukan pada kasus ini. Dari
anamnesis didapatkan keluhan terdapat bercak merah kasar terasa gatal semakin banyak
memenuhi dada, punggung, di kedua lengan, serta di kedua tungkai. Keluhan disertai rasa
panas. Yang kemudian digaruk jadi mengelupas, berwarna putih seperti serpihan ketombe,
tampak bersisik dan makin menebal. Dengan perjalanan penyakit yang kronik dan residif.
Pada gambaran klinis ditemukan lesi : kering, papular-eritematosa mendatar, skuama
transparan dan berwarna putih mengkilat, makula hiperpigmentasi multiple lenticular sampai
plakat Ekskoriasi dan multiple ukuran lentikular sampai nummular.
Gambaran ini sesuai dengan gambaran klinis psoriasis dimana ditemukan bercakbercak eritem yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritem berbatas tegas dan
merata, Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transparan.
Terdapat fenomena tetesan lilin, dan Auspitz.
Pada pasien ini diagnosis bandingnya adalah :
a. Prurigo nodularis
Prurigo nodularis merupakan penyakit kulit kronik dan terutama mengenai wanita.
Lesinya berupa nodus, dapat tunggal atau multiple, mengenai ekstremitas, terutama pada
permukaan anterior dan tungkai bawah. Lesi sebesar kacang polong atau lebih besar, keras
dan berwarna merah atau kecoklatan. Bila perkembangannya sudah lengkap, maka lesi
tersebut akan berubah menjadi verukosa atau mengalami fisurasi.
b. Pitiriasis Rosea
Pada pitiriasis Rosea, lokasi erupsi pada lengan atas, badan dan paha, bentuk oval,
distribusi memanjang mengikuti garis tubuh (pohon cemara), skuama sedikit tidak berlapislapis dan didahului oleh herald patch.
c. Dermatofitosis (Tinea dan Onikomikosis)
Pada stadium penyembuhan psoriasis telah dijelaskan bahwa eritema dapat terjadi
hanya di pinggir, hingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaannya adalah skuama umumnya

pada perifer lesi dengan gambaran khas adanya central healing, keluhan pada dermatofitosis
gatal sekali dan pada sediaan langsung ditemukan jamur.
d. Sifilis Psoriasiformis
Sifilis pada stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis psoriasiformis.
Perbedaannya adalah skuama berwarna coklat tembaga dan sering disertai demam pada
malam hari (dolores nocturnal), STS positif (tes serologik untuk sifilis), terdapat senggama
tersangka (coitus suspectus), dan pembesaran kelenjar getah bening menyeluruh serta
alopesia areata.
e. Dermatitis Atopi
Distribusi biasanya tidak ada pada permukaan ekstensor siku dan lutut, biasanya
disertai eksudasi dengan skuama keabu-abuan disertai gatal berat.
Pengobatan yang diberikan pada kasus ini untuk sistemik dan topikal antara lain:
-

Metotreksat merupakan sitostatika, mencegah lesi agar tidak melebar. Perlu periksa
fungsi hati karena salah satu efek sampingnya ke hati.

Antihistamin: klorfeniramin maleat untuk mengurangi gejala gatal gatal,


menghambat efek histamin yang dilepaskan sewaktu reaksi antigen antibodi terjadi.

Salap campuran liquor Carbonas detergens 5% dan asam salisil 5% bersifat


keratolitik, digunakan salap karena mempunyai daya penetrasi yang baik.

Krim Hidrokortison 1%-2,5% digunakan pada fase akut dan sebagai pengobatan
maintenance.

DAFTAR PUSTAKA
DeLauro TM, DeLauro NM. Corns and Calluses. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, eds. Fitzpatrick's Dermatology in General
Medicine. 7th ed. New York, NY: McGraw-Hill; 2008:407-426.
James William D, Berger Timothy G, Elston Dirk M. . In: Andrews Disease of The Skin
Clinical Dermatology 10th ed. Elsevier Inc; 2000: 193-202
Djuanda, A Hamzah M. Psoriasis dalam Djuanda A, hamzah M, in Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin Edisi ke 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007: 189-195
Siregar R.S: psoriasis dalam atlas berwarna saripati penyakit kulit, edisi kedua, EGC, Jakarta,
2005
Emmy S Sjamsoe, Daili, Sri, I Made. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia, Sebuah
Panduan Bergambar. Jakarta : PT.Medical Multimedia Indonesia;2005. 22-23
National Institutes of Health | Department of Health & Human Services
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/psoriasis.html
Yayasan Psoriasis Indonesia. Pusat Informasi Online
http://www.psoriasis.or.id/psoriasis.php
http://www.psoriasisindonesia.org

Penyakit

Kulit

Psoriasis.

Anda mungkin juga menyukai