XANTOMA
Oleh:
Reynaldi Aulia Rahman, S. Ked
71 2017 020
Pembimbing:
dr. Nurita Bangun Hutahaean, Sp. KK
Laporan Kasus
Xantoma
Oleh
Reynaldi Aulia Rahman, S. Ked
71 2017 020
Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang
berjudul “Xantoma” sebagai syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS)
di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang Bari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Salawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi besar
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya
sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun
spiritual.
3. dr. Nurita Bangun Hutahaean, Sp. KK selaku pembimbing laporan kasus.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan
kasus ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran.
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN 1
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Xantoma
2.1.1 Definisi
Xantoma adalah lesi yang terbatas pada jaringan ikat kulit, tendon
atau fascia yang sebagian besar terdiri dari foam cell, dimana sel-sel ini
terbentuk dari makrofag sebagai hasil dari pengambilan berlebihan partikel
LDL dan modifikasi oksidatifnya.2
Gambaran klinis xantoma bervariasi, dari makula atau papul hingga
nodul, biasanya berwarna kuning (xanthos = kuning) dikarenakan
kandungan karoten yang terdapat dalam lipid.2
2.1.2 Epidemiologi
Data epidemiologis yang tepat tentang prevalensi berbagai jenis
xanthoma masih sangat kurang dan dalam lipidologi klinis memberikan
data yang berbeda. Namun sebagian besar kasus (> 95%) adalah
xanthelasma palpebrarum. Menurut penelitian sebelumnya, prevalensi
adalah 0,3-1,1%, pada wanita dua kali lebih tinggi pada pria dengan subjek
yang lebih tua dari 50 tahun. Sebuah studi prospektif baru-baru ini
menemukan prevalensi xanthelasma 4,4% dalam populasi dengan
distribusi yang merata antara pria dan wanita. 2
Pada beberapa wanita hamil, xanthelasma berkembang selama
trimester pertama kehamilan dan setelah melahirkan sebagian besar
menghilang. Xantoma tendon dapat ditemukan pada sekitar 30% pasien
hiperkolesterolemia keluarga dengan adanya mutasi pada gen LDLR.
Prevalensi meningkat dari 7% pada dekade ketiga menjadi 40% pada
dekade keenam. Data prevalensi serupa (20-50%) diberikan oleh penulis
lain untuk pasien yang didiagnosis secara klinis dengan
hiperkolesterolemia familial.2
2
2.1.3 Etiopatogenesis
Berdasarkan penyebabnya xantoma dapat dibagi menjadi
hiperlipidemia xantoma dan normolipidemia xantoma. Penyebab xantoma
dapat berupa hiperlipidemia primer yang sebagian besar disebabkan oleh
faktor genetik (Tabel 2.1), atau hiperlipidemia sekunder yang berkaitan
dengan penyakit tertentu, seperti sirosis billiar, diabetes melitus, gagal
ginjal kronik, alkoholisme, hipertiroid, dan monoclonal gammopathy, atau
dengan konsumsi obat-obatan tertentu seperti beta bloker dan terapi
estrogen.2,3
Pasien yang menderita DM tipe 1 memiliki kadar HDL, kolesterol
yang cukup tinggi, dan memiliki abnormalitas pada kadar LDLs dan
VLDLs. Sedangkan pasien yang menderita DM tipe 2 memiliki kadar
kolestrol total dan LDL yang relatif normal, namun cenderung memiliki
kadar trigliserid yang tinggi dan HDL yang rendah. Penyakit hepatoseluler
dapat menyebabkan kelainan lipoprotein spesifik, terutama HDL sekunder
akibat defisiensi progresif dari asin transferase kolesterol-lesitin dengan
hipertrigliseridemia ringan, tetapi tidak secara langsung menyebabkan
xantoma.4
Banyak obat dapat menyebabkan dislipidemia, alkohol mungkin
menjadi contoh paling umum dan sering menjadi kontributor dari
hipertrigliseridemia. Dari obat resep yang digunakan oleh dokter kulit, ada
baiknya mempertimbangkan kortikosteroid, siklosporin dan turunan asam
retinoat. Kortikosteroid dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL dan
HDL total, sedangkan siklosporin dapat meningkatkan kadar kolesterol
LDL, terkadang cukup signifikan.4
3
(Hyperchylomicronemia, HDL-/normal
hipertrigliseridemia)
Iia Familial hypercholesterolemia (FH) TG normal, C+, LDL+
4
banyak diambil oleh makrofag.2
Makrofag mengekspresikan suatu reseptor yang memediasi
pengikatan dan penyerapan ox-LDL. Sebagai hasil dari struktur yang
dimodifikasi, afinitas terhadap reseptor LDL rendah dan sebagian besar
berikatan dengan reseptor [SR-A, SR-B1, CD36, lektin like oxydized LDL
(ox LDL)-1 (LOX-1)] . Kolesterol yang ditangkap oleh reseptor tersebut
tidak mengaktifkan regulasi umpan balik sintesis de novo. Ketika serapan
kolesterol melebihi kapasitas efluks kolesterol, akumulasi kolesterol
menghasilkan pembentukan droplet.2
Proses pengeluaran kolesterol dimediasi oleh Reverse Cholesterol
Ttransport (RCT). Dalam proses oksidasi lipid, minimally modified LDL
(mm-LDL) dibentuk oleh perubahan kimia yang terbatas pada komponen
lipid (denugasi terkonjugasi, aldehida). Partikel-partikel ini menginduksi
sintesis faktor perangsang koloni monosit (M-CSF) dan mendorong
diferensiasi makrofag. Setelah mengikat glikosaminoglikan, oksidasi
partikel LDL berlanjut, mempengaruhi komponen lipid dan apolipoprotein
dan menimbulkan LDL teroksidasi (ox-LDL) yang ditandai dengan efek
proinflamasi yang kuat. Banyak faktor telah terbukti berperan dalam
oksidasi lipid, termasuk ion logam (Cu2 +, Fe2 +) dan berbagai enzim
(myeloperoxidase, lipoxygenase, NADPH oksidase) yang dibebaskan dari
makrofag, fibroblast, dan sel endotel.2
Reverse Cholesterol transport (RCT) atau transport balik kolesterol
adalah proses dinamis yang menghasilkan pembuangan kolesterol
berlebihan dari jaringan perifer yang terdiri dari beebrapa langkah, yaitu
1) Transfer kolesterol dari ruang intraseluler makrofag ke membran sel,
2) Kolesterol eksternalisasi (penghabisan) melalui pengangkut spesifik
(ABCA1, ABCG1, ABCG4, SR-B1) atau dengan difusi sederhana,
3) Esterifikasi kolesterol bebas oleh lesitin: kolesterol asiltransferase
(LCAT), pembentukan partikel HDL bulat,
4) Transfer ester kolesterol dari HDL ke apoB lipoprotein (VLDL, IDL,
LDL) oleh protein transfer kolesterol (CETP ),
5) Pengikatan partikel lipid oleh reseptor spesifik di hepar (SR-B1 untuk
5
HDL, LRP untuk IDL, betaVLDL dan HDL besar, LDL-R untuk IDL
dan LDL).
6) Transfer kolesterol dari membran sel ke HDL.
6
berwarna kuning-oranye dengan ukuran bervariasi antara 2-10 mm
terutama di sekitar mata.5
2. Xantoma Tuberosum
Adalah suatu xantoma berbentuk tuber kenyal dengan ukuran
bervariasi, dari kecil hingga lebih besar. Xantoma Tuberosum dapat
diisebabkan oleh kelainan metabolsime lipoprotein. Dapat mengenai
semua umur, dan kelainan ini dapat diturunkan secara autosomal
resesif. Perjalanan penyakit berupa timbulnya benjolan sebesar
kelereng yang makin lama makin besar, teraba kenyal warna kuning-
keunguan, tidak nyeri. Predileksi di siku, ketiak, lutut, dan bokong.
Efloresensi berupa tuber/tumor, plakat berwarna oranye kekuningan
lunak, besarnya bervariasi dari kepala jarum pentul hingga sebesar bola
tenis.5
7
Gambar 2.2 Xantoma Tuberosum
3. Xantoma Tendinosum
Adalah suatu xantoma yang terdapat di tendon, berupa nodula yang
keras, ireguler, dengan pertumbuhan lambat. Xantoma Tendinosum
disebabkan adanya kelainan metabolisme lipoprotein, terutama
hiperproteinemia tipe II dan III, dapat mengenai semua umur, terutama
pada pria. Perjalanan penyakit berupa timbulnya benjolan sebesar
kacang ijo yang semakin lama semakin besar hingga sebesar
kelereng/duku, terabaan agak keras tanpa rasa sakit. Predileksi pada
tendo achilles, tendo ekstensor jari-jari, tuberositas tibia, dan maleoli.
Efluoresensinya berupa papula atau nodul berdiameter 5-25 mm di atas
tendon pada bagian ekstensor. Untuk menegakkan diagnosis ini dapat
dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa analisis lipoprotein darah.5
8
Gambar 2.3 Xantoma Tendinosum
4. Xantoma Erupive
Xantoma eruptive berbentuk papul multiple dimana tempat predileksi
biasanya terdapat pada permukaan ekstensor. Munculnya tipe xantoma
ini dapat dikaitkan dengan hipertrigliseridemia. Xantoma yang
berukuran kecil ini terdiri dari papul kuning dengan ukuran 2-5 mm
dengan adanya eritema pada dasarnya. Biasanya muncul dengan
jumlah yang banyak pada bokong, punggung, lengan, dan tungkai.
Pada kasus yang berat terdapat keluhan gatal dan papul tersebar lebih
luas. Untuk menegakkan diagnosis ini diperlukan pemeriksaan profil
lemak puasa (terutama trigliserid) dan kadar glukosa darah.4
9
2.1.5 Diagnosis Banding
Diagnosis Xantoma dapat ditegakan berdasarkan manifestasi atau
gambaran klinis. Xantelasma memiliki gambaran klinis sangat jelas,
namun harus dipikirkan diagnosis banding lipoma atau fibroma.
Xantoma tendinosum biasanya sangat khas, tetapi jika meragukan
harus dipikirkan tumor jinak kulit seperti ateroma, fibroma, lipoma,
atau kista. 4,5
10
2.1.7 Tatalaksana
Pencegahan xantoma berjalan seiring dengan pengelolaan
kelainan metabolisme lipid yang mendasarinya. Gaya hidup
merupakan landasan terapi untuk kelainan metabolisme lipid.
Peningkatan aktivitas fisik (setidaknya 30 menit / hari berjalan, naik
sepeda, atau aktivitas lain) serta pengendalian berat badan sangat
penting untuk menurunkan trigliserida, dan meningkatkan kadar
kolesterol HDL. Pada pasien dengan peningkatan kolesterol LDL dan
pasien berisiko tinggi, rujukan ke ahli gizi untuk pembatasan diet
sesuai.2,6
Manajemen diet melibatkan pembatasan lemak jenuh
makanan menjadi <7% dari kalori, minimal lemak trans, pembatasan
kolesterol makanan hingga <200 mg / hari, penggantian lemak hewani
dengan minyak nabati, dan peningkatan asupan ikan. Caranya adalah
dengan mengganti mentega dengan margarin tanpa lemak trans
(termasuk margarin sterol nabati tinggi) dan minyak nabati (terutama
minyak kedelai dan minyak canola), mengganti susu murni, dan krim
dengan 1% susu rendah lemak atau skim, mengganti daging merah
dengan ayam, kalkun (daging putih) atau ikan, dan menggantikan
makanan penutup tinggi lemak atau tinggi gula dengan buah-buahan,
sayuran, dan biji-bijian utuh. Mengganti lemak hewani dengan minyak
nabati telah terbukti menurunkan kolesterol LDL dan meningkatkan
transportasi balik kolesterol.6
Statin merupakan terapi pilihan pertama pada individu
dengan gangguan lipid serius (sesuai dengan prinsip EBM). Statin
adalah terapi terbaik yang tersedia untuk menurunkan kolesterol LDL,
diikuti oleh ezetimibe, dan kemudian resin. Fibrat, seperti fenofibrate,
merupakan terapi terbaik untuk menurunkan trigliserida, diikuti oleh
minyak ikan dan niacin. 2,6
Beberapa tipe xantoma seperti xantoma masif tendon
Achilles dapat membutuhkan rekonstruksi bedah. Dalam pengobatan
11
lokal bentuk xanthelasma dapat berupa tindakan eksisi operatif,
elektrokautery, asam trichloracetic topikal, atau laser, namun lesi
dapat muncul kembali setelah dilakukan terapi.2,4
2.1.8 Prognosis
Xanthelasma, jenis xanthoma yang paling umum, sampai saat ini
dianggap sebagai lesi kosmetik jinak. Namun, studi prospektif menunjukkan
bahwa kehadirannya secara signifikan terkait dengan rentang hidup yang
lebih pendek, rata-rata 15 tahun. Menurut studi prospektif yang dilakukan
terhadap 13.000 subjek yang diamati selama lebih dari 20 tahun di Denmark,
kehadiran xanthelasma dikaitkan dengan peningkatan risiko infark miokard
yang signifikan (sebesar 48%), penyakit jantung iskemik (sebesar 38%) , dan
penyakit iskemik pada ekstremitas bawah (hingga 70%), bahkan setelah
penyesuaian untuk beberapa kovariat, seperti usia, jenis kelamin, diabetes
mellitus, merokok, perawatan hipolipidemik, dan pasca menopause. Studi lain
mengkonfirmasi hubungan signifikan xanthelasma dengan prevalensi
penyakit fatty liver non-alcoholic, yang baru-baru ini dianggap sebagai faktor
risiko independen untuk penyakit jantung iskemik dan peningkatan ketebalan
media intima-media.2
Xantoma tendina dan tuberous dapat menandakan hiperkolesterolemia
familial dan akibatnya risiko kardiovaskular terkait dengan peningkatan
konsentrasi kolesterol LDL plasma. Menurut meta-analisis dari 22 studi pada
pasien dengan diagnosis genetik hiperkolesterolemia familial, kehadiran
xanthomas tendon dikaitkan dengan risiko 3,2 kali lebih tinggi penyakit
kardiovaskular. Demikian pula, risiko penyakit kardiovaskular dini lebih
tinggi pada pasien yang didiagnosis secara genetik dengan
hiperkolesterolemia familial dan xantoma tendina, 2,3 kali pada pria dan 4,5
kali pada wanita, terlepas dari jenis mutasi pada gen LDLR15. Xanthoma
tenden dan tuberous juga dapat ditemukan pada beberapa kelainan
metabolisme yang jarang terjadi; peningkatan konsentrasi plasma kolestanol
(dalam xanthomatosis serebrotendinous) atau fitosterol (dalam β
sitosterolemia familial) menyebabkan pengendapan zat-zat ini dalam jaringan
12
ikat. Xantoma tendon dapat menyebabkan rasa sakit, terutama jika
terlokalisasi dalam tendon Achilles (achillodynia). Kadang-kadang, dapat
menyebabkan ruptur tendon secara spontan. 2
13
2.3 Lipoma
Lipoma adalah tumor jinak subkutan multiple atau soliter yang mudah
dikenali karena kenyal, tidak nyeri, soliter, nodul subkutan yang bersifat
mobile. Lipoma dapat berukuran kecil dari ukuran 2 cm hingga lebih dari 6 cm.
Tempat predileksi biasanya terdapat pada leher, punggung, dan ekstremitas,
namun dapat muncul di seluruh regio tubuh. Lipoma terdiri dari sel- sel lemak
yang memiliki morfologi yang sama dengan sel lemak normal dalam jaringan
ikat. Lipoma biasanya teletak di jaringan adiposa subkutan. Wanita memiliki
jaringan lemak subkutan lebih banyak dibandingkan pria, sehingga wanita
lebih banyak menderita lipoma.3,7
Penyebab pasti dari lipoma tidak diketahui. Genetik tampaknya lebih
beperan karena 2% hingga 3% pasien yang terkena memiliki lesi multipel yang
diturunkan dari keluarga. Ada juga beberapa sindrom genetik yang
menonjolkan lipoma sebagai manifestasi klinis. Insiden lipoma meningkat pada
pasien dengan obesitas, hiperlipidemia, dan diabetes mellitus.7
Patofisiologi pasti lipoma belum jelas. Namun, beberapa kelainan
sitogenetik telah diidentifikasi termasuk yang berikut:7
14
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2. Anamnesis
Autoanamnesis (21 Mei 2019 pukul 12.00 WIB)
3.2.1. Keluhan Utama
Timbul benjolan berwarna kuning pada punggung, sisi kiri leher,
dan ketiak kiri sejak dua tahun yang lalu.
3.2.2. Keluhan Tambahan
Tidak ada
15
Tiga bulan kemudian timbul benjolan yang sama di leher
sebelah kiri, gatal tidak ada, nyeri tidak ada.
Pasien tidak memiliki riwayat keluhan yang sama
sebelumnya, riwayat mengonsumsi obat sebelumnya disangkal. Pasien
memiliki kebiasaan mengkonsumsi gorengan setiap hari, dan sering
mengkonsumsi makanan bersantan, kebiasaan mengkonsumsi alkohol
disangkal.
16
Suhu : tidak dilakukan
Pernapasan : 18x/menit
Keadaan Spesifik
Kepala : Tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada kelainan
Thoraks : Tidak ada kelainan
Abdomen : Tidak ada kelainan
Genitalia : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Tidak ada kelainan
17
3.3.2. Status Dermatologikus
Papul
Nodul
18
Nodul
Nodul
eritema
19
3.4 Diagnosa Banding
1. Xantoma
2. Kista Epidermoid
3. Lipoma
Histopatologi
3.7 Penatalaksanaan
Non Farmakologi
Edukasi pasien untuk diet rendah lemak dan kolesterol serta olahraga
secara teratur.
3.8 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Quo ad cosmetica : dubia ad bonam
20
BAB IV
ANALISIS KASUS
21
Pada kasus ini didiagnosis banding dengan Kista Epidermal dan Lipoma
Kasus Xantoma Kista Lipoma
Epidermal
Epidemiologi Berjenis perempuan Perempuan Perempuan lebih
kelamin lebih lebih banyak banyak
perempuan banyak dari dibandingkan dibandingkan
laki-laki
dengan usia laki-laki, laki-laki,
22 tahun dapat mengenai usia
Umur
mengenai muda,
pertengahan
semua umur pertengahan
dekade 3 dan 4
Anamnesis Timbul Efloresensi Efloresensi Efloresensi
benjolan berupa berupa papul Nodus pipih,
berwarna makula, atau nodus bulat, atau oval,
kuning pada papul, plak, berbentuk kekuningan,
punggung, nodul yang kubah, dan dapat
leher kiri, kuning bebas dari digerakkan
dan ketiak kecoklatan, dasarnya, yang
kiri sejak merah biasanya -Tidak Nyeri
dua tahun muda, atau terdapat
yang lalu. jingga punktum berisi
keratin
-Tidak -Tidak nyeri
disertai dan gatal -Nyeri bila
nyeri dan radang
gatal -Pada orang
yang banyak
-Kebiasaan mengkonsu
konsumsi msi lemak,
gorengan atau
dan alkohol,
makanan atau obat
22
bersantan obatan
tertentu
23
Pada Nn. D ditemukan efluoresensi yang sama dan tempat predileksi
yang sama pada kasus yaitu pada leher dan punggung dan faktor risiko yaitu
genetik dan hiperlipidemia, namun pada lipoma tidak ditemukan efluoresensi
berupa papul hingga nodul berwarna kekuningan yang merupakan efluoresensi
khas pada xantoma sehingga diagnosis lipoma dapat disingkirkan.
Pada Nn. D dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
laboratorium profil lipid. Didapatkan pengingkatan kadar kolesterol, dan LDL,
penurunan kadar HDL, dan trigliserid yang normal. Hal ini menandakan
adanya hubungan keluhan pasien dengan kadar lipid dalam darah dengan
interpretasi berupa hiperlipidemia sehingga diagnosis xantoma dapat
ditegakkan.
Tatalaksana pada kasus ini berupa non medikamentosa. Tatalaksana
non medikamentosa yaitu melakukan edukasi pasien harus menurunkan kadar
profil lipid menjadi normal dengan melakukan diet rendah lemak dan
kolesterol, pasien juga dianjurkan untuk melakukan aktivitas olahraga secara
teratur. Peningkatan aktivitas fisik serta pengendalian berat badan sangat
penting untuk menurunkan trigliserida, dan meningkatkan kadar kolesterol
HDL. Prognosis pada pasien ini adalah bonam, karena keadaan umum pasien
baik serta klinis yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari.
24
BAB V
KESIMPULAN
25
DAFTAR PUSTAKA
26