Anda di halaman 1dari 15

REFLEKSI KASUS Februari 2019

DERMATITIS KONTAK ALERGI

OLEH:

APRILIA SILAMBI
N 111 18 011

PEMBIMBING KLINIK
dr. DIANY NURDIN, Sp.KK ., M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. H
Umur : 38 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Garuda
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 11 Februari 2019
Ruangan : Poliklinik Kesehatan Kulit dan Kelamin Undata

II. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Rasa gatal pada kedua tangan

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien perempuan 38 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Undata dengan
keluhan gatal – gatal pada kedua tangan kurang lebih 1 minggu yang lalu. Pada awalnya
hanya terasa gatal pada daerah telapak tangan, lama – kelamaan teraja perih dan menjalar
sampai ke lengan. Pasien mengaku awalnya gatal-gatal dirasakan ketika pasien rutin
menggunakan minyak telok. pasien sempat mengkonsumsi obat, namun keluhan tidak
membaik. Pasien belum pernah mendapatkan hal serupa sebelumnya.

Riwayat penyakit dahulu :


Pasien tidak pernah menderita gejala ini sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat
alergi (-). Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), riwayat asma (-).

Riwayat penyakit keluarga :


Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Generalisata
1) Keadaan umum : Sakit ringan
2) Status Gizi : Baik
3) Kesadaran : composmentis

b. Tanda-tanda Vital
c. TD : 110/70 mmHg
d. Nadi : 84 x/menit
e. Respirasi : 20 x/menit
f. Suhu : 36,5 derajat celcius

g. Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit:
1. Kepala : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
2. Leher : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
3. Dada : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
4. Punggung : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
5. Perut : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
6. Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
7. Bokong : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
8. Ekstremitas atas :Tampak makula eritema disertai skuama halus berbentuk
tidak teratur sirkumskrip konfluens tidak simetris pada
lengan, dan tampak skuama halus dengan dasar makula
eritema berbentuk tidak teratur diskret tidak simetris pada
telapak tangan.
9. Ekstremitas bawah : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
IV. GAMBAR

Gambar 1. Terdapat makula eritema disertai skuama halus berbentuk tidak teratur
sirkumskrip konfluens tidak simetris
Gambar 2. Terdapat skuama halus dengan dasar makula eritema
berbentuk tidak teratur diskret tidak simetris
V. RESUME
Pasien perempuan 38 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Undata dengan
keluhan gatal – gatal pada kedua tangan kurang lebih 1 minggu yang lalu. Pada awalnya
hanya terasa gatal pada daerah telapak tangan, lama – kelamaan teraja perih dan menjalar
sampai ke lengan. Pasien mengaku awalnya gatal-gatal dirasakan ketika pasien rutin
menggunakan minyak telok. pasien sempat mengkonsumsi obat, namun keluhan tidak
membaik. Pasien belum pernah mendapatkan hal serupa sebelumnya. Terdapat makula
eritema disertai skuama halus berbentuk tidak teratur sirkumskrip konfluens tidak simetris
di regio brachii sinistra et dextra, dan terdapat skuama halus dengan dasar makula eritema
berbentuk tidak teratur diskret tidak simetris di regio ventral manus sinistra et dextra.

VI. DIAGNOSA KERJA


Dermatitis Kontak Alergi (DKA)

VII. DIAGNOSA BANDING


 Dermatitis Kontak Iritan
 Dermatitis Atopik
 Dermatitis Seboroik

Dermatitis Atopik Dermatitis kontak Dermatitis Dermatitis seboroik


iritan Kontak Alergi
Anamesis Kulit yang gatal Penderita umumnya Dermatitis Lokasi yang sering
(atau tanda mengeluh gatal, kontak alergi kali terkena yaitu
garukan pada kelainan bergantung biasanya daerah kulit kepala
anak kecil). pada keparahan ditandai dengan berambut, wajah,
dermatitis. adanya lesi alis, dada, punggung.
Dermatitis kontak eksematosa Dapat ditemukan
alergi umumnya berbatas tegas skuama kuning
mempunyai kemudian berminyak,
gambaran klinis diikuti eritema, eksamatosa rngan
dermatitis, yaitu edem, vesikula, kadang disertai rasa
terdapat efloresensi dan gatal yang
kulit yang bersifat terbentuknya menyengat.
polimorf dan papulovesikula
berbatas tegas.
Dermatitis kontak
iritan umumnya
mempunyai ruam
kulit yang lebih
bersifat monomorf.
Pemeriksa Riwayat perubahan Pertama-tama Misalnya ada Gejala klinis
an fisik kulit/ kering di tentukan lokalisasi kelainan kulit umumnya gatal,
fossa cubiti, fosa kelianan apakah berupa lesi pada daerah seboroik
poplitea, bagian sesuai dengan numularis berupa makula, atau
anterior dorsum kontak bahan yang disekitar plakat, folikular
pedis, atau seputar dicurigai, yang umbilikus perifolikular, atau
lehe. Riwayat asma tersering adalah berupa papul, kemerahan
atau hay fever pada daerah tangan, hiperpigmentasi, atau kekuningan
anak (riwayat atopi lengan, muka atau likenifiksi, dengan derajat
pada anak <4 tahun anggota gerak. dengan papul ringan sampai berat,
pada generasi-1 Pemeriksaan fisik dan erosi, maka inflamasi, skuama
dalam keluarga) sangat penting, perlu ditanyakan dan krusta tipis
karena dengan apakah sampai tebal yang
melihat lokalisasi penderita kering , basah atau
dan pola kelainan memakai berminyak
kulit seringkali dapat kancing celana
diketahui atau kepala ikat
kemungkinan pinggan yang
penyebabnya. terbuat dari
Misalnya, di ketiak logam(nikel).
oleh deodoran, di
pergelangan tangan
oleh jam tangan, dan
di kedua kaki oleh
sepatu.
Pemeriksa Pemeriksaan kadar Pemeriksaan Patch test Pemeriksaan
an Ig E penunjang dilakukan Histopatology
penunjang Patch test dengan uji tempel

Penatalaks  Hindari faktor  Menghindari Non Non


anaan pencetus/ pajanan terhadap Medikamentos Medikamentosa
alergen, diet. iritan. a  Kurangi
 Terapi topikal:  Peradangan kulit:  Menjaga stress
Kortikosteroid: kortikosteroid kebersihan  Kurangi
untuk bayi dan topikal. dan makan
anak dianjurkan Pemakaian alat kelembaban makanan
pemilihan pelindung diri saat kulit yang
kortikosteroid bekerja dengan  Menghindari banyak
golongan VII- bahan iritan. alergen atau mengandun
VI. factor g minyak
1. Pelembab: pencetus Medikamentosa
humektan  Jangan  Miconazole
(gliserin, menggaruk cream
propilen area yang  Desoxymet
glikol), urea luka ason cream
10%, a. Medikame 0,25%
emolien ntosa Krim 5gr (2
(lanolin  Sistemik x Sehari)
10%,petrola Cetirizin 10
tum). mg
2. Obat  Topikal
penghambat Desoxymet
kalsineurin ason cream
(pimekroli 0,25%
mus atau Krim 5gr
takrolimus).
 Terapi sistemik
1. Antihistami
n
Obat imunosupresi
( kortikosteroid,
siklosporin, obat
imunosupresi
merupakan pilihan
obat terakhir).
Prognosis Prognosis penyakit Prognosis baik pada Prognosis Prognosis penyakit
dermatitis atopik individu non atopi dermatitis dermatitis seborik
sangat sulit dimana DKI kontak alergi prognosis biasanya
diramalkan, didiagnosis dan umumnya baik, baik, bila
prognosis biasanya diobati dengan baik. sejauh bahan penangannaya cepat.
lebih buruk bila Individu dengan kontaknya dapat
penyakit ini dermatitis atopi didingkirkan.
dimulai sejak usia rentan terhadap DKI. Prognosis
yang lebih muda Bila bahan iritan kurang baik dan
dan di dalam tidak dapat menjadi kronis
keluarga kedua disingkirkan bila bersamaan
orang tua pasien sempurna, dengan
juga mengalami prognosisnya kurang dermatitis oleh
dermatitis. baik faktor endogen.

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Patch test

IX. PENATALAKSANAAN
a. Non Medikamentosa
 Menjaga kebersihan kulit
 Menghindari kontak dengan alergen
 Jangan menggaruk area yang luka
 Kompres lesi kulit
b. Medikamentosa
a. Pengobatan sistemik
Metilprednisolon 4 mg (3x1)
b. Pengobatan topikal
Desoximethasone cream 0,25 % 5gr (2 x sehari)
X. PROGNOSIS
a. Qua ad vitam : ad bonam
b. Qua ad fungtionam : ad bonam
c. Qua ad sanationam : ad bonam
d. Qua ad cosmetikam : ad bonam
PEMBAHASAN

Pasien perempuan 38 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Undata dengan
keluhan gatal – gatal pada kedua tangan kurang lebih 1 minggu yang lalu. Pada awalnya
hanya terasa gatal pada daerah telapak tangan, lama – kelamaan teraja perih dan menjalar
sampai ke lengan. Pasien mengaku awalnya gatal-gatal dirasakan ketika pasien rutin
menggunakan minyak telok. pasien sempat mengkonsumsi obat, namun keluhan tidak
membaik. Pasien belum pernah mendapatkan hal serupa sebelumnya.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis dengan Dermatitis
Kontak Alergi (DKA). Dermatitis kontak alergi adalah peradangan yang terjadi pada kulit
akibat pajanan atau kontak dengan bahan yang bersifat alergen, yang di mana akan
menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe 4. Pada dermatitis kontak alergi dapat terjadi
penyebaran di luar area yang terkena serta dapat menyebar secara menyeluruh. 1
Bila dibandingkan dengan DKI, jumlah penderita DKA lebih sedikit, karena hanya
mengenai orang dengan keadaan kulit yang sangat peka (hipersensitif). Dahulu perkirakan
bahwa kejadian DKA sebanyak 20% dan DKI sebanyak 80%, tetapi data baru dari Inggris
dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa dermatitits kontak alergi akibat kerja ternyata
cukup tinggi yaitu berkisar antara 50-60%.1

Penyebab dari dermatitis kontak alergi ini berasal dari bahan kimia sederhana dengan
berat molekul rendah (<1000 dalton), disebut juga sebagai hapten, bersifat lipofilik, sangat
reaktif, dan dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis bagian
dalam yang hidup. Berbagai faktor berpengaruh terhadap kejadian dermatitits kontak alergi,
misalnya potensi sensitisasi alergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama
pajanan, oklusi, suhu, dan kelembaban lingkungan. Juga faktor individu misalnya keadaan
kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum korneum), status imun (misalnya sedang
mengalami sakit atau terpajan sinar matahari).1

Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada DKA mengikuti respons imun yang
diperantarai oleh sel (cell-mediated immune respons) atau reaksi imunologik tipe IV, atau
reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Reaksi dermatitis kontak alergi terjadi melalui 2 fase,
yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi.1 Pada fase sensitisasi, hapten melakukan penetrasi ke
kulit dan membentuk kompleks dengan protein karier epidermis, membentuk alergen.
Molekul MHC II atau HLA-DR pada permukan antigen presenting Langerhans cells (LCs)
berperan sebagai tempat melekat alergen tersebut. Sel Langerhans kemudian bermigrasi ke
kelenjar getah bening (KGB) untuk mensensitisasi sel T naive. Sel T tersensitisasi ini,
meliputi sel Th1(CD4) dan sel Tc1(CD8), kemudian bermigrasi ke kulit. Fase elisitasi terjadi
pada pajanan ulang alergen kontak pada kulit. Alergen ini kemudian dipresentasikan oleh sel
Langerhans dan dikenali sel T tersensitisasi yang akan menginduksi reaksi. Reaksi inflamasi
ini diperantarai komponen selular sistem imun spesifik. Respons inflamasi yang terjadi
melibatkan migrasi berbagai sel inflamatorik dan pelepasan sitokin oleh keratinosit apoptotik.
Gambaran histologis yang ditemui pada DKA dapat berupa spongiosis dan infiltrat pada
dermis.5

Pasien dengan dermatitis kontak alergi pada umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit
bergantung pada keparahan dermatitis dan lokasinya. Pada stadium akut di mulai dengan
muncul 24-48 jam di tempat kontak. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritematosa yang
berbatas tegas kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. DKA akut ditempat
tertentu, misalnya kelopak mata, penis, skrotum, eritema dan edema lebih dominan daripada
vesikel.1 Pada stadium sub akut tampak eritema dan edema berkurang, eksudat mengering
menjadi krusta. Sedangkan stadium yang kronis terlihat kulit kering, berskuama,
hiperpigmentasi, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisura, batasnya tidak jelas, mungkin
juga terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan. 2

Berbagai lokasi terjadi DKA


1. Tangan
Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling sering di tangan,
mungkin karena tangan merupakan organ tubuh yang paling sering digunakan untuk
melakukan pekerjaan sehari-hari. Penyakit kulit akibat kerja sepertiga atau lebih
mengenai tangan. Tidak jarang ditemukan riwayat atopi pada penderita. Pada pekerjaan
yang basah (wet work), misalnya memasak makanan, mencuci pakaian pengatur rambut
di salon, angka kejadian dermatitis tangan lebih tinggi. Etiologi dermatitis tangan sangat
kompleks karena banyak sekali faktor yang berperan di samping atopi. Contoh bahan
yang dapat menimbulkan dermatitis tangan, misalnya deterjen, antiseptik, getah sayuran,
semen, dan pestisida.6
2. Lengan
Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan (nikel),
sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman. Di ketiak dapat disebabkan oleh
deodoran, antiperspiran, formaldehid yang ada di pakaian.6
3. Wajah
Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan oleh bahan kosmetik, spons (karet),
obat topikal, alergen di udara (aero-alergen), nikel (tangkai kaca mata), semua alergen
yang kontak dengan tangan dapat mengenai muka, ketopak mata, dan leher pada waktu
menyeka keringat. Bila di bibir atau sekitarnya mungkin disebabkan oleh lipstik, pasta
gigi, getah buah-buahan. Dermatitis di kelopak mata dapat disebabkan oleh cat kuku, cat
rambut, maskara, eye shadow, obat tetes mata, salap mata.6
4. Telinga
Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis kontak pada telinga.
Penyebab lain, misalnya obat topikal, tangkai kaca mata, cat rambut, hearing-aids, gagang
telepon.6
5. Leher
Penyebab kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari ujung jari), parfum, alergen
di udara, zat warna pakaian.6
6. Badan
Dermatitis kontak di badan dapat disebabkan oleh tekstil, zat wama, kancing logam,
karet (elastis, busa), plastik, deterjen, bahan pelembut atau pewangi pakaian.6
7. Genitalia
Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut wanitia,
alergen yang berada di tangan, parfum, kontrasepsi, deterjen.Bila mengenai daerah anal,
mungkin disebabkan oleh obat antihemoroid.6
8. Paha dan tungkai bawah
Dermatitis di tempat ini dapat disebabkan oleh tekstil, dompet, kunci (nikel), kaos
kaki nilon, obat topikal, semen, sepatu/sandal. Pada kaki dapat disebabkan oleh deterjen,
bahan pembersih lantai.6
9. Dermatitis kontak sistemik
Terjadi pada individu yang telah tersensitisasi secara topikal oleh suatu alergen,
selanjutnya terpajan secara sistemik, kemudian timbul reaksi tebatas pada tempat tersebut.
Walaupun jarang terjadi, reaksi dapat meluas bahkan sampai eritroderma. Penyebabnya,
misalnya nikel, formaldehid.6
Untuk penatalaksanaan kasus dermatitis kontak alergi dapat di lakukan dengan
medikamentosa dan non medikamentosa. Penanganan non medikamentosa seperti
menghindari faktor penyebab dan faktor resiko seperti:

1. Menghindari kontak dengn bahan alergen


2. Menggunakan sarung tangan ketika hendak kontak dengan bahan detergen/sabun.
3. Menghentikan pemakaian kosmetik/obat yang tidak cocok
4. Menjaga kebersihan kulit, jika terkena bahan alergen cepat dibersihkan.3

Pada pengobatan medikamentosa DKA di berikan dengan terapi yaitu pemberian obat
topikal seperti pemberian gentamycin sebagai antibiotik topikal. Sedangkan pada obat
sistemik di berikan kortikosteroid dan anti histamine. Sedangkan jika ada kelainan kulit
lainnya cukup di kompres dengan larutan fisiologis. 3

Dermatitis akut atau basah harus diobati secara basah (kompres luka). Bila subakut
diberikan losio (bedak kocok), krim, pasta, atau linimentun (pasta pendingin). Krim diberikan
pada daerah yang berambut, sedangkan pasta pada daerah yang tidak berambut. Bila kronik
diberikan salep.4

Prognosis pasien adalah dubia ad bonam secara vitam,fungtionam,senationam,


maupun cosmetican. Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik. Sejauh bahan
kontaknya dapat disingkirkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito, S.A., Soebaryo, R.W. Dermatitis Kontak: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Ed 7th. Jakarta : Badan Penerbit FKUI; 2015
2. Tersinanda, T.Y, Rusiyati L.M.M. Dermatitis Kontak Alergi. Hal.1-13; 2012
3. Marwali, H. Ilmu Penyakit Kulit. Penerbit Hipokrates. Jakarta; 2008
4. Dewato, HR. Farmakologi dan Terapi. Ed 5. : histamin dan antianalgetik. Jakarta;
2010
5. Sulistyaningrum, S.K., dkk. Dermatitis Kontak Iritan dan Alergik pada geriatri.
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Indonesia. Vol. 8. No. 1;
29-40; 2014.
6. Djuanda, A., Hamzah, M., dan Aisah, S. 2013, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Edisi Keenam, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai