Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi dan Fisiologi Telinga


Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan
kompleks (pendengaran dan keseimbangan. Indera pendengaran berperan
penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung
pada kemampuan mendengar. Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga
bagian luar, telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam.

Anatomi Telinga Luar


Telinga luar terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius
eksternus, dipisahkan dari telinga tengah oleh membrana timpani. Telinga
terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus
melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago,
kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus
membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang
kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus
adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan
dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika
membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya
sekitar 2,5 cm. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan
fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas
tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada
membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus,
glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut
serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan
serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat
antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
- Aurikula / Pinna / Daun Telinga
Menampung gelombang suara datang dari luar masuk ke dalam
telinga. Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui
saluran telinga ke gendang telinga. Gendang telinga adalah selaput
tipis yang dilapisi oleh kulit, yang memisahkan telinga tengah dengan
telinga luar.
- Meatus Akustikus Eksterna/External Auditory Canal ( Liang Telinga )
Saluran penghubung aurikula dengan membrane timpani
panjangnya ±2,5 cm yang terdiri tulang rawan dan tulang keras,
saluran ini mengandung rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat, khususnya menghasilkan secret – secret berbentuk serum.
Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa,
yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen.
Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan
serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat
antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit. MAE ini juga
berfungsi sebagai buffer terhadap perubahan kelembaban dan
temperature yang dapat mengganggu elastisitas membrane timpani.
Fungsi dari daun telinga dan liang telinga adalah mengumpulkan bunyi
yang berasal dari sumber bunyi.

Anatomi Telinga Bagian Tengah (Auris Media)


Telinga tengah merupakan rongga udara diisi dengan tulang
temporal yang terbuka ke udara luar melalui tuba estachius ke nasofaring
dan melalui nasofaring ke lingkungan luar. Tuba Eustachius ini biasanya
tertutup, tetapi selama menelan, mengunyah, dan menguap ia akan
membuka, untuk menjaga tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga
tetap sama. Tuba juga berfungsi sebagai drainase untuk sekresi.
Membrana timpani terletak pada akhir kanalis aurius eksternus dan
menandai batas lateral telinga. Membran ini berdiameter sekitar 1 cm dan
selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga
tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli
(tulang telinga tengah) dihubungkan dengan nasofaring melalui tuba
eustachii, dan berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian
mastoid tulang temporal. Tiga tulang pendengaran, maleus, inkus, dan
stapes, terletak di telinga tengah. Manubrium (pegangan maleus) adalah
melekat pada belakang membran timpani. Kepala dari maleus melekat
pada dinding telinga tengah, dan bagian pendeknya melekat pada inkus,
yang pada akhirnya berartikulasi dengan kepala stapes. Plat kaki pada
stapes terpasang oleh ligamentum melingkar pada dinding jendela oval.
Dua otot kerangka kecil, tensor timpani dan stapedius, juga terletak di
telinga tengah. Kontraksi membrane timpani akan menarik manubrium
maleus medial dan mengurangi getaran dari membran timpani; kontraksi
terakhir menarik kaki stapes dari stapes keluar dari jendela oval.
- Membran Timpani
Membran timpani merupakan selaput gendang telinga penghubung
antara telinga luar dengan telinga tengah, berupa jaringan fibrous
tempat melekat os malleus. Terdiri dari jaringan fibrosa elastic, bentuk
bundar dan cekung dari luar.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari
arah liang telinga danterlihat oblik terhadap sumbu liang telinga.
Bagian atas disebut Pars flaksida (MembranShrapnell), sedangkan
bagian bawah Pars Tensa (membrane propia). Pars flaksida hanya
berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga
dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel
mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi ditengah,
yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin
yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian
dalam. Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane
timpani disebut umbo. Dimembran timpani terdapat 2 macam serabut,
sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflek
cahaya yang berupa kerucut. Membran timpani dibagi dalam 4
kuadran dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus
dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan
bagian atas-depan, atas-belakang, bawahdepan serta bawah belakang,
untuk menyatakan letak perforasi membrane timpani. Membrane
timpani berfungsi menerima getaran suara dan meneruskannya pada
tulang pendengaran.
- Kavum Tympani
Rongga timpani adalah bilik kecil berisi udara. Rongga ini terletak
sebelah dalam membrane timpani atau gendang telinga yang
memisahkan rongga itu dari meatus auditorius exsterna. Rongga itu
sempit serta memiliki dinding tulang dan dinding membranosa,
sementara pada bagian belakangnya bersambung dengan antrum
mastoid dalam prosesus mastoideus pada tulang temporalis, melalui
sebuah celah yang disebut aditus. Prosesus mastoideus adalah bagian
tulang temporalis yang terletak di belakang telinga, sementara ruang
udara yang berada pada bagian atasnya adalah antrum mastoideus
yang berhubungan dengan rongga telinga tengah. Infeksi dapat
menjalar dari rongga telinga tengah hingga antrum mastoid dan dengan
demikian menimbulkan mastoiditis.
- Antrum Timpani
Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak di bagian
bawah samping dari kavum timpani. Dilapisi oleh mukosa yang
merupakan lanjutan dari lapisan mukosa kavum timpani. Rongga ini
berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang disebut sellula
mastoid yang terdapat dibelakang bawah antrum di dalam tulang
temporalis.
- Tuba Eusthakius
Tuba Eusthakius bergerak ke depan dari rongga telinga tengah
menuju naso-faring, lantas terbuka. Dengan demikian tekanan udara
pada kedua sisi gendang telinga dapat diatur seimbang melalui meatus
auditorius externa, serta melalui tuba Eusthakius ( faring timpanik ).
Celah tuba Eusthakius akan tertutup jika dalam keadaan biasa, dan
akan terbuka setiap kali kita menelan. Dengan demikian tekanan udara
dalam ruang timpani dipertahankan tetap seimbang dengan tekanan
udara dalam atmosfer, sehingga cedera atau ketulian akibat tidak
seimbangnya tekanan udara dapat dihindarkan. Adanya hubungan
dengan nasofaring ini, memungkinkan infeksi pada hidung atau
tenggorokan dapat menjalar masuk ke dalam rongga telinga tengah.

- Tulang-tulang Pendengaran
Tulang-tulang pendengaran merupakan tiga tulang kecil (osikuli)
yang tersusun pada rongga telinga tengah seperti rantai yang
bersambung dari membrane timpani menuju rongga telinga dalam.
Ketiga tulang tersebut adalah malleus, incus dan stapes. Osikuli
dipertahankan pada tempatnya oleh persendian, otot dan ligament
yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil ( jendela oval
dan bulat ) di dinding medial jendela tengah, yang memisahkan telinga
tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki stapes menjejak
pada jendela oval, dimana suara dihantarkan ke telinga tengah. Jendela
bulat memberikan jalan ke luar getaran suara
 Malleus, merupakan tulang pada bagian lateral, terbesar, berbentuk
seperti martil dengan gagang yang terkait pada membrane timpani,
sementara kepalanya menjulur ke dalam ruang timpani.
 Incus, atau landasan adalah tulang yang terletak di tengah. Sendi
luarnya bersendi dengan malleus, berbentuk seperti gigi dengan
dua akar, sementara sisi dalamnya bersensi dengan sebuah tulang
kecil, yaitu stapes.
 Stapes, atau tulang sanggurdi, adalah tulang yang dikaitkan pada
inkus dengan ujungnya yang lebih kecil, sementara dasarnya yang
bulat panjang terkait pada membrane yang menutup fenestra
vestibule atau tingkap jorong. Rangkaian tulang - tulang ini
berfungsi untuk mengalirkan getaran suara dari gendang telinga
menuju rongga telinga dalam.
Anatomi Telinga Dalam (Auris Interna)
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal.
Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis
semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus
koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi.
Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint.
Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral terletak membentuk
sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan
dengan keseimbangan. Organ akhir reseptor ini distimulasi oleh perubahan
kecepatan dan arah gerakan seseorang. Labyrinth terdiri dari dua bagian,
yang satu terletak dalam yang lainnya. Labirin tulang adalah serangkaian
saluran kaku sedangkan didalamnya terdapat labirin membran. Di dalam
saluran ini, dikelilingi oleh cairan yang disebut perilymph, adalah labirin
membran. Struktur membran lebih kurang serupa dengan bentuk saluran
tulang. Bagian ini diisi dengan cairan yang disebut endolymph, dan tidak
ada hubungan antara ruang yang berisi endolymph dengan ruangan yang
dipenuhi dengan perilymph.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5
cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir
untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin,
labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe,
yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak
melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus,
sakulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan korti.
Labirin membranosa berisi cairan yang dinamakan endolimfe. Terdapat
keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam
telinga dalam. Banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan
ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan
telinga dalam di dalam kanalis dan merangsang sel-sel rambut labirin
membranosa. Akibatnya terjadi aktivitas elektris yang berjalan sepanjang
cabang vestibular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala
dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga
mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh
nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus
koklearis (akustik), yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus
vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan
sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung
dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus
fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa
nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak
- Koklea
Bagian koklea dari labirin adalah tabung melingkar yang pada manusia
berdiameter 35 mm. Sepanjang panjangnya, membran basilaris dan
membran Reissner's membaginya menjadi tiga kamar (scalae). Skala
vestibule dan skala timpani berisi perilymph dan berkomunikasi satu sama
lain pada puncak koklea melalui lubang kecil yang disebut helicotrema.
Skala vestibule berakhir pada jendela oval, yang ditutup oleh kaki stapes
dari stapes. Skala timpani berakhir pada jendela bulat, sebuah foramen di
dinding medial dari telinga tengah yang ditutup oleh membran timpani
fleksibel sekunder. Skala media, skala koklea ruang tengah, kontinu
dengan labirin membran dan tidak berkomunikasi dengan dua scalae
lainnya. Skala ini berisi endolymph.
- Organ Korti
Organ korti yang terletak di membran basilaris, merupakan struktur yang
berisi sel-sel rambut yang merupakan reseptor pendengaran. Organ ini
memanjang dari puncak ke dasar koklea dan memiliki bentuk spiral.
Ujung dari sel-sel rambut menembus lamina, membran retikuler yang
didukung Rod of Corti. Sel-sel rambut yang diatur dalam empat baris: tiga
baris sel rambut luar lateral ke terowongan dibentuk oleh Rod of Corti,
dan satu baris sel rambut dalam medial terowongan. Ada 20.000 sel
rambut luar dan sel-sel rambut 3500 masing-masing bagian dalam koklea
manusia. Meliputi sel rambut adalah membran tectorial tipis, kental, tapi
elastis di mana ujung rambut luar tertanam. Pada koklea terdapat
sambungan yang erat di antara sel-sel rambut dan sel-sel
phalangeal berdekatan. Sambungan ini mencegah endolymph dari
mencapai dasar sel. Namun, membran basilaris relatif permeabel untuk
perilymph dalam skala timpani, dan akibatnya, terowongan dari organ
Corti dan dasar sel-sel rambut bermandikan perilymph. Karena sambungan
ketat yang serupa, hal ini juga sama dengan sel-sel rambut di bagian lain
dari telinga bagian dalam, yaitu endolymph dibagian tengah, sedangkan
basis mereka bermandikan perilymph.
- Vestibulum
Vestibulum merupakan bagian tengah labirintus osseous pada
vestibulum ini membuka fenestra ovale dan fenestra rotundum dan
pada bagian belakang atas menerima muara kanalis semisirkularis.
Vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulus, utrikulus, dan kanalis
semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung macula yang yang
diliputi oleh sel – sel rambut. Yang menutupi sel – sel rambut ini
adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh silia, dan pada
lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung lapisa kalsium dan
dengan berat jenis yang lebih besar daripada endolimfe. Karena
pengaruh gravitasi maka gaya dari otolit akan membengkokan silia
sel – sel rambut dan menimbulkan rangsangan pada reseptor.
- Jalur Saraf
Dari inti koklea, impuls pendengaran keluar melalui berbagai jalur
ke colliculi inferior, pusat refleks pendengaran, dan melalui corpus
geniculate medial di thalamus ke korteks pendengaran. Informasi dari
kedua telinga menyatu, dan pada semua tingkat yang lebih tinggi
sebagian besar neuron menanggapi input dari kedua belah pihak.
Korteks pendengaran primer, daerah Brodmann's 41, adalah di bagian
superior lobus temporal. Pada manusia, itu terletak di celah sylvian dan
tidak terlihat pada permukaan otak. Dalam korteks pendengaran
primer, neuron yang paling menanggapi masukan dari kedua telinga,
tetapi ada juga strip dari sel-sel yang dirangsang oleh masukan dari
telinga kontralateral dan dihambat oleh masukan dari telinga
ipsilateral. Ada beberapa tambahan daerah menerima pendengaran,
seperti ada daerah menerima beberapa sensasi kutan. Daerah asosiasi
pendengaran berdekatan dengan area penerima primer pendengaran
yang luas. Bundel olivocochlear adalah bundel serat eferen terkemuka
di setiap saraf pendengaran yang timbul dari kedua ipsilateral dan
kompleks olivary kontralateral unggul dan berakhir terutama di sekitar
basis dari luar sel-sel rambut organ Corti.
- Kanalis Semisirkularis
Di setiap sisi kepala, kanal-kanal semisirkularis tegak lurus satu
sama lain, sehingga mereka berorientasi pada tiga ruang. Di dalam
tulang kanal, kanal-kanal membran tersuspensi dalam perilymph.
Struktur reseptor, yang ampullaris crista, terletak di ujung diperluas
(ampula) dari masing-masing kanal selaput. crista Masing-masing
terdiri dari sel-sel rambut dan sel sustentacular diatasi oleh sebuah
partisi agar-agar (cupula) yang menutup dari ampula. Proses dari sel-
sel rambut yang tertanam di cupula, dan dasar sel-sel rambut dalam
kontak dekat dengan serat-serat aferen dari divisi vestibular dari syaraf
vestibulocochlear.
- Utriculus dan Saculus
Dalam setiap labirin membran, di lantai utricle, ada organ otolithic
(makula). Makula lain terletak pada dinding saccule dalam posisi
semivertical. Macula mengandung sel-sel sustentacular dan sel rambut,
diatasi oleh membran otolithic di mana tertanam kristal karbonat
kalsium, otoliths. Otoliths, yang juga disebut otoconia atau telinga
debu, mempunyai panjang berkisar 3 - 19 μ. Prosesus dari sel-sel
rambut yang tertanam di dalam membran. Serat saraf dari sel-sel
rambut bergabung yang berasal dari krista di divisi vestibular dari
syaraf vestibulocochlear.
- Sel Rambut
Sel-sel rambut yang di telinga bagian dalam memiliki struktur
umum. Setiap tertanam dalam epitel terdiri dari pendukung atau sel
sustentacular, dengan bagian akhirnya berhubungan dengan neuron
aferen. Memproyeksikan dari ujung apikal adalah proses 30-150
berbentuk batang, atau rambut. Kecuali dalam koklea, salah satu,
kinocilium, adalah silia benar tetapi nonmotile dengan sembilan
pasang mikrotubulus keliling lingkaran dan sepasang pusat
mikrotubulus. Ini adalah salah satu proses terbesar dan memiliki
dipukuli akhir. kinocilium ini hilang dalam sel-sel rambut dalam
koklea pada mamalia dewasa. Namun, proses lainnya, yang disebut
stereocilia, yang hadir di semua sel-sel rambut. Mereka memiliki inti
yang terdiri dari filamen aktin paralel. aktin ini dilapisi dengan
berbagai isoform myosin. Dalam rumpun proses pada setiap sel, ada
struktur yang teratur. Sepanjang sumbu terhadap kinocilium itu,
peningkatan stereocilia semakin tinggi; sepanjang sumbu tegak lurus,
semua stereocilia adalah ketinggian yang sama.
- Elektrik
Potensi selaput sel-sel rambut adalah sekitar -60 mV. Ketika
stereocilia didorong ke arah kinocilium, potensi membran menurun
menjadi sekitar -50 mV. Ketika bundel proses didorong dalam arah
yang berlawanan, sel hyperpolarized. Menggusur proses dalam arah
tegak lurus terhadap sumbu ini tidak memberikan perubahan potensial
membran, dan menggusur proses dalam arah yang pertengahan antara
kedua arah menghasilkan depolarisasi atau hyperpolarization yang
proporsional dengan sejauh mana arah yang menuju atau jauh dari
kinocilium. Dengan demikian, rambut proses menyediakan mekanisme
untuk menghasilkan perubahan potensial membran yang proporsional
dengan arah dan jarak bergerak rambut.
2. Fisiologi Telinga : Pendengaran
Secara umum, kenyaringan suara berhubungan dengan amplitudo
gelombang suara dan nada suara dengan berhubungan frekuensi (jumlah
gelombang per unit waktu). Semakin besar amplitudo, makin keras suara,
dan semakin besar frekuensi, semakin tinggi nada suaranya. Namun, pitch
juga ditentukan oleh faktor-faktor kurang dipahami lain selain frekuensi,
dan frekuensi mempengaruhi kenyaringan, karena ambang pendengaran
lebih rendah di beberapa frekuensi dari yang lain. Amplitudo dari
gelombang suara dapat dinyatakan dalam perubahan tekanan
maksimum pada gendang telinga, tetapi skala relatif lebih nyaman. Skala
desibel adalah skala tertentu. Intensitas suara dalam satuan bels adalah
logaritma rasio intensitas suara itu dan suara standar. Sebuah desibel (dB)
adalah 0,1 bel. Oleh karena itu, intensitas suara adalah sebanding dengan
kuadrat tekanan suara.
Tingkat referensi standar suara yang diadopsi oleh Acoustical
Society of America sesuai dengan 0 desibel pada tingkat tekanan 0,000204
× dyne/cm2, nilai yang hanya di ambang pendengaran bagi manusia rata-
rata. Penting untuk diingat bahwa skala desibel adalah skala log. Oleh
karena itu, nilai 0 desibel tidak berarti tidak adanya suara tapi tingkat
intensitas suara yang sama dengan yang standar. Lebih jauh lagi, 0 – 140
decibel dari ambang tekanan sampai tekanan yang berpotensi merusak
organ Corti sebenarnya merupakan 10 (10 juta) kali lipat tekanan suara.
Frekuensi suara yang dapat didengar untuk manusia berkisar antara
20 sampai maksimal 20.000 siklus per detik (cps, Hz). Ambang telinga
manusia bervariasi dengan nada suara, sensitivitas terbesar berada antara
1000 - 4000-Hz. Frekuensi dari suara pria rata-rata dalam percakapan
adalah sekitar 120 Hz dan bahwa dari suara wanita rata-rata sekitar 250
Hz. Jumlah frekuensi yang dapat dibedakan dengan individu rata-rata
sekitar 2000, namun musisi yang terlatih dapat memperbaiki angka ini
cukup. Pembedaan dari frekuensi suara yang terbaik berkisar antara 1000
- 3000-Hz dan lebih buruk pada frekuensi yang lebih tinggi atau lebih
rendah.

3. Anatomi dan Fisiologi Kulit


Kulit merupakan barier protektif yang memiliki fungsi vital seperti
perlindungan terhadap kondisi luar lingkungan baik dari pengaruh fisik
maupun pengaruh kimia, serta mencegah kelebihan kehilangan air dari
tubuh dan berperan sebagai termoregulasi. Kulit bersifat lentur dan elastis
yang menutupi seluruh permukaan tubuh dan merupakan 15% dari total
berat badan orang dewasa (Paul et al., 2011).Fungsi proteksi kulit adalah
melindungi tubuh dari kehilangan cairan elektrolit, trauma mekanik dan
radiasi ultraviolet, sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen,
merespon rangsangan sentuhan, rasa sakit dan panas karena terdapat
banyak ujung saraf, tempat penyimpanan nutrisi dan air yang dapat
digunakanapabila terjadi penurunan volume darah dan tempat terjadinya
metabolismevitamin D.
Kulit terdiri dari dua lapisan yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel dan lapisan dalam yaitu dermis
yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
a. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluarkulit yang terdiri dari epitel
berlapis bertanduk, mengandung sel malonosit, Langerhans dan
merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh,
paling tebal terdapat pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan
epidermis hanya sekitar 5% dari seluruh ketebalan kulit.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas
sampai yang terdalam) yaitu stratum korneum, stratum lusidum,
stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale (stratum
Germinatum)
b. Dermis
Dermis tersusun oleh sel-sel dalam berbagai bentuk dan keadaan,
dermis terutama terdiri dari serabut kolagen dan elastin. Serabut-
serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen akan berkurang seiring
dengan bertambahnya usia. Sedangkan serabut elastinterus meningkat
dan menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5
kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen akan saling
bersilang dalam jumlah yang besar dan serabutelastin akan berkurang
mengakibatkan kulit terjadi kehilangan kelenturanannya dan tampak
berkeriput.
Di dalam dermis terdapat folikel rambut, papilla rambut, kelenjar
keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut,
ujung pembuluh darah dan ujung saraf dan sebagian serabut lemak
yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit
c. Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan merupakan lapisan dibawah dermis yang terdiri
dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang
menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya.
Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah tubuh dan
keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis
untuk regenerasi.

4. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah kondisi peradangan pada kulit yang
disebabkan oleh faktor eksternal, substansi-substansi partikel yang
berinteraksi dengan kulit. Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu
dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik; keduanya dapat
bersifat akut maupun kronis.
a. Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak iritan adalah reaksi inflamasi pada kulit sebagai
hasil dari paparan terhadap suatu substansi yang menyebabkan suatu
erupsi pada kebanyakan orang yang kontak dengan bahan tersebut.
Banyak substansi bertindak sebagai iritan yang memproduksi suatu
reaksi inflamasi nonspesifik pada kulit. Dermatitis tipe ini dapat terjadi
pada tiap orang jika digunakan konsentrasi yang cukup tinggi. Tidak
diperlukan paparan sebelumnya dan efeknya muncul dalam waktu
beberapa menit hingga beberapa jam.1
Agen etiologi dermatitis kontak iritan yang paling umum yaitu:2
- Sabun, deterjen, pembersih tangan tanpa air.
- Asam dan basa: asam hidrofluorik, semen, asam kromik, fosfor, etilen
oksida, fenol, garam logam.
- Larutan industri: larutan tar batubara, petroleum, hidrokarbon klorinat,
larutan alkohol, etilen glikol, ether, turpentine, etil ether, aseton,
karbon dioksida, dioksan, stiren.
- Tumbuhan: Euphorbiaceae (spurges, crotons, poinsettias, pohon
manchineel), Ranunculaceae (buttercup), Cruciferae (sawi hitam),
Urticaceae (nettles), Solanaceae (lada, capsaicin), Opuntia (pir
berduri)
- Lainnya: fiberglass, wol, pakaian sintetik kasar, kain tahan api
Iritasi terjadi jika terkena dalam waktu yang memadai dan dalam
konsentrasi yang adekuat. Reaksi awal biasanya terbatas pada area
kontak dengan bahan iritan. Mekanisme yang terlibat dalam fase akut
dan kronik dermatitis kontak iritan berbeda. Reaksi akut merupakan
hasil dari kerusakan langsung sitotoksik keratinosit. Dermatitis kontak
iritan kronik merupakan hasil dari paparan berulang yang
menyebabkan kerusakan sel membran, mengganggu pertahanan kulit
dan menyebabkan denaturasi protein dan kemudian toksisitas selular.3
Dermatitis kontak iritan disebabkan oleh faktor endogen dan
eksogen. Faktor endogen yang menyebabkan terjadinya DKI antara
lain yaitu genetic, jenis kelamin, umur, etnis, lokasi kulit, dan riwayat
atopi. Faktor eksogen meliputi sifat-sifat kimia iritan (pH, keadaan
fisik, konsentrasi, ukuran molekul, jumlah, polarisasi, ionisasi, bahan
pembawa dan kelarutan), karakteristik paparan (jumlah, konsentrasi,
durasi, jenis kontak, paparan simultan terhadap iritan lainnya, dan
interval setelah paparan sebelumnya), faktor lingkungan (suhu, dan
kelembapan), faktor mekanik (tekanan, gesekan, atau abrasi), dan
radiasi ultraviolet (UV).4
Pada DKI, pajanan pertama terhadap iritan telah mampu
menyebabkan respons iritasi pada kulit. Sel T memori tidak berperan
dalam timbulnya DKI. Terdapat empat mekanisme utama yang saling
berinteraksi dalam kejadian DKI: kehilangan lipid dan substansi
pengikat air epidermis, kerusakan membran sel, denaturasi keratin
pada epidermis, dan efek sitotoksik langsung. Telah dibuktikan bahwa
sistem imun nonspesifik berperan dalam patogenesis DKI. Pajanan
terhadap iritan menyebabkan reaksi inflamasi berupa vasodilatasi dan
infiltrasi sel pada dermis dan epidermis akibat pelepasan sitokin
proinflamatorik IL-1 sebelum terjadi kerusakan kulit. Sel-sel yang
berperan dalam proses ini adalah keratin, makrofag, netrofil, eosinofil,
dan sel T naïve. Gambaran histologist respons inflamasi DKI berupa
spongiosis dan pembentukan mikrovesikel.5
Gejala subjektif dermatitis kontak iritan bergantung pada sifat
iritan. Iritan kuat memberi gejala akut, sedangkan iritan lemah
memberi gejala kronis. Gejala dapat terjadi dalam beberapa detik
setelah paparan, atau tidak muncul hingga 8-24 jam setelah paparan.4
Lesi dermatitis kontak iritan di kulit dapat ditemukan beberapa
menit setelah paparan atau dapat lambat hingga ≥ 24 jam. Rentang lesi
dari eritema hingga vesikel dan rasa terbakar yang kuat dengan
nekrosis. Eritema berbatas tegas dan edema superfisial, berhubungan
dengan tempat yang terkena dengan substansi toksik. Lesi tidak
menyebar melewati area yang kontak. Pada reaksi yang parah, vesikel
dapat menjadi erosi dan/atau nekrosis yang nyata. 4
Secara komersial, alat skrining patch test yang tersedia dan
diterima oleh US Food and Drug Administration adalah Thin-layer
Rapid Use Epicutaneus (T.R.U.E).Pembacaan reaksi yang diperoleh
dari patch test merupakan langkah yang penting sekali dalam prosedur
patch test. Patches ditempelkan pada kulit yang sehat pada punggung
pasien dan tinggalkan selama 48 jam. Pembacaan patch test paling
sering dilakukan 2 kali: hari saat patch test dilepaskan 48 jam setelah
ditempel (hari ke dua = D2) dan 96 jam setelah paparan epikutaneus
(hari ke-4 = D4), atau hari ke-7. Skor reaksi patch test menurut sistem
skor yang direkomendasikan oleh Wilkinson dan koleganya yaitu
sistem skor + sampai +++; dimana + menunjukkan reaksi lemah
nonvesikular tetapi dengan eritema yang dapat dipalpasi; ++
menunjukkan reaksi kuat (edema atau vesikula); dan +++ menunjukan
reaksi yang ekstrim (bula atau ulkus).2
Reaksi patch test cukup kuat, reaksi suatu iritan akan cepat muncul
(selama pembacaan pertama) dan cepat sembuh (sering reaksinya
tidak begitu kuat atau terkadang tidak muncul selama pembacaan
kedua). Sebaliknya, reaksi alergi terjadi dengan kuat biasanya
menyebar, lebih lambat menghilang.2
Pengobatan pada dermatitis kontak iritan, mengidentifikasi dan
menghilangkan agen etiologi. Bila hal ini dilaksanakan dengan
sempurna, dan tidak terjadi komplikasi maka dermatitis kontak iritan
tanpa pengobatan topical, mungkin cukup dengan pemberian
pelembab untuk memperbaiki sawar kulit. Apabila perlu diberikan
kortikosteroid topical untuk mengatasi peradangan, atau untuk
kelainan yang kronis dapat diawali dengan kortikosteroid dengan
potensi kuat. pemakaian alat pelindung diri yang adekuat diperlukan
bagi yang bekerja dengan bahan iritan, sebagai salah satu usaha
pencegahan3
b. Dermatitis Kontak Alergi

Dermatitis kontak alergi adalah peradangan yang terjadi pada kulit akibat
pajanan atau kontak dengan bahan yang bersifat alergen, yang di mana akan
menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe 4. Pada dermatitis kontak alergi dapat
terjadi penyebaran di luar area yang terkena serta dapat menyebar secara
menyeluruh. 1
Bila dibandingkan dengan DKI, jumlah penderita DKA lebih sedikit,
karena hanya mengenai orang dengan keadaan kulit yang sangat peka
(hipersensitif). Dahulu perkirakan bahwa kejadian DKA sebanyak 20% dan DKI
sebanyak 80%, tetapi data baru dari Inggris dan Amerika Serikat menunjukkan
bahwa dermatitits kontak alergi akibat kerja ternyata cukup tinggi yaitu berkisar
antara 50-60%.1

Penyebab dari dermatitis kontak alergi ini berasal dari bahan kimia
sederhana dengan berat molekul rendah (<1000 dalton), disebut juga sebagai
hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dan dapat menembus stratum korneum
sehingga mencapai sel epidermis bagian dalam yang hidup. Berbagai faktor
berpengaruh terhadap kejadian dermatitits kontak alergi, misalnya potensi
sensitisasi alergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan,
oklusi, suhu, dan kelembaban lingkungan. Juga faktor individu misalnya keadaan
kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum korneum), status imun (misalnya
sedang mengalami sakit atau terpajan sinar matahari).1

Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada DKA mengikuti respons imun


yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immune respons) atau reaksi imunologik
tipe IV, atau reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Reaksi dermatitis kontak alergi
terjadi melalui 2 fase, yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi.1 Pada fase
sensitisasi, hapten melakukan penetrasi ke kulit dan membentuk kompleks dengan
protein karier epidermis, membentuk alergen. Molekul MHC II atau HLA-DR
pada permukan antigen presenting Langerhans cells (LCs) berperan sebagai
tempat melekat alergen tersebut. Sel Langerhans kemudian bermigrasi ke kelenjar
getah bening (KGB) untuk mensensitisasi sel T naive. Sel T tersensitisasi ini,
meliputi sel Th1(CD4) dan sel Tc1(CD8), kemudian bermigrasi ke kulit. Fase
elisitasi terjadi pada pajanan ulang alergen kontak pada kulit. Alergen ini
kemudian dipresentasikan oleh sel Langerhans dan dikenali sel T tersensitisasi
yang akan menginduksi reaksi. Reaksi inflamasi ini diperantarai komponen selular
sistem imun spesifik. Respons inflamasi yang terjadi melibatkan migrasi berbagai
sel inflamatorik dan pelepasan sitokin oleh keratinosit apoptotik. Gambaran
histologis yang ditemui pada DKA dapat berupa spongiosis dan infiltrat pada
dermis.5

Pasien dengan dermatitis kontak alergi pada umumnya mengeluh gatal.


Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis dan lokasinya. Pada stadium
akut di mulai dengan muncul 24-48 jam di tempat kontak. Pada yang akut dimulai
dengan bercak eritematosa yang berbatas tegas kemudian diikuti edema,
papulovesikel, vesikel atau bula. DKA akut ditempat tertentu, misalnya kelopak
mata, penis, skrotum, eritema dan edema lebih dominan daripada vesikel.1 Pada
stadium sub akut tampak eritema dan edema berkurang, eksudat mengering
menjadi krusta. Sedangkan stadium yang kronis terlihat kulit kering, berskuama,
hiperpigmentasi, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisura, batasnya tidak jelas,
mungkin juga terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan. 2

Berbagai lokasi terjadi DKA


1. Tangan
Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling sering di
tangan, mungkin karena tangan merupakan organ tubuh yang paling sering
digunakan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Penyakit kulit akibat kerja
sepertiga atau lebih mengenai tangan. Tidak jarang ditemukan riwayat atopi
pada penderita. Pada pekerjaan yang basah (wet work), misalnya memasak
makanan, mencuci pakaian pengatur rambut di salon, angka kejadian
dermatitis tangan lebih tinggi. Etiologi dermatitis tangan sangat kompleks
karena banyak sekali faktor yang berperan di samping atopi. Contoh bahan
yang dapat menimbulkan dermatitis tangan, misalnya deterjen, antiseptik,
getah sayuran, semen, dan pestisida.6
2. Lengan
Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan
(nikel), sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman. Di ketiak dapat
disebabkan oleh deodoran, antiperspiran, formaldehid yang ada di pakaian.6
3. Wajah
Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan oleh bahan kosmetik,
spons (karet), obat topikal, alergen di udara (aero-alergen), nikel (tangkai kaca
mata), semua alergen yang kontak dengan tangan dapat mengenai muka,
ketopak mata, dan leher pada waktu menyeka keringat. Bila di bibir atau
sekitarnya mungkin disebabkan oleh lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan.
Dermatitis di kelopak mata dapat disebabkan oleh cat kuku, cat rambut,
maskara, eye shadow, obat tetes mata, salap mata.6
4. Telinga
Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis kontak
pada telinga. Penyebab lain, misalnya obat topikal, tangkai kaca mata, cat
rambut, hearing-aids, gagang telepon.6
5. Leher
Penyebab kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari ujung jari),
parfum, alergen di udara, zat warna pakaian.6
6. Badan
Dermatitis kontak di badan dapat disebabkan oleh tekstil, zat wama,
kancing logam, karet (elastis, busa), plastik, deterjen, bahan pelembut atau
pewangi pakaian.6
7. Genitalia
Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut
wanitia, alergen yang berada di tangan, parfum, kontrasepsi, deterjen.Bila
mengenai daerah anal, mungkin disebabkan oleh obat antihemoroid.6
8. Paha dan tungkai bawah
Dermatitis di tempat ini dapat disebabkan oleh tekstil, dompet, kunci
(nikel), kaos kaki nilon, obat topikal, semen, sepatu/sandal. Pada kaki dapat
disebabkan oleh deterjen, bahan pembersih lantai.6
9. Dermatitis kontak sistemik
Terjadi pada individu yang telah tersensitisasi secara topikal oleh suatu
alergen, selanjutnya terpajan secara sistemik, kemudian timbul reaksi tebatas
pada tempat tersebut. Walaupun jarang terjadi, reaksi dapat meluas bahkan
sampai eritroderma. Penyebabnya, misalnya nikel, formaldehid.6
Untuk penatalaksanaan kasus dermatitis kontak alergi dapat di lakukan
dengan medikamentosa dan non medikamentosa. Penanganan non medikamentosa
seperti menghindari faktor penyebab dan faktor resiko seperti:

1. Menghindari kontak dengn bahan alergen


2. Menggunakan sarung tangan ketika hendak kontak dengan bahan
detergen/sabun.
3. Menghentikan pemakaian kosmetik/obat yang tidak cocok
4. Menjaga kebersihan kulit, jika terkena bahan alergen cepat
dibersihkan.3
Pada pengobatan medikamentosa DKA di berikan dengan terapi yaitu
pemberian obat topikal seperti pemberian gentamycin sebagai
antibiotik topikal. Sedangkan pada obat sistemik di berikan
kortikosteroid dan anti histamine.

Sedangkan jika ada kelainan kulit lainnya cukup di kompres dengan


larutan fisiologis. 3

Dermatitis akut atau basah harus diobati secara basah (kompres luka). Bila
subakut diberikan losio (bedak kocok), krim, pasta, atau linimentun (pasta
pendingin). Krim diberikan pada daerah yang berambut, sedangkan pasta pada
daerah yang tidak berambut. Bila kronik diberikan salep.4
Prognosis pasien adalah dubia ad bonam secara
vitam,fungtionam,senationam, maupun cosmetican. Prognosis dermatitis kontak
alergi umumnya baik. Sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan.

5. Otitis Eksterna
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh bakteri dapat terlokalisir atau difus, telinga terasa sakit.
Faktor yang menyebabkan timbulnya otitis eksterna adalah kelembaban,
penyumbatan liang telinga tengah, trauma lokal, dan alergi. Faktor ini
menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang dapat menyebabkan
edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang
mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, terjadilah inflamasi dan
menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada oiitis eksterna akut adalah
Pseudomonas (41%), Streptococcus (22%), Staphylococcus aureus (15%),
dan Bakteriodes (11%).1 Istilah otitis eksterna akut meliputi adanya
kondisi inflamasi kulit dari liang telinga bagian luar.2,3 Otitis eksterna
dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya
seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat
dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna difusa
merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum disebabkan
oleh Pseudomonas, Staphylococus, dan Proteus atau jamur.4
Gejala Klinis
Tanda-tanda otitis eksterna adalah ditemukannya nyeri tekan tragus atau
edema dan hiperemis pada meatus akustikus dengan atau tanpa eritema
membrane timpani atau limfadenitis local atau keluarnya cairan dari
telinga. Gambaran klinis dari penyakit otitis eksterna yaitu onset penyakit
cepat biasanya 48 jam sampai 3 minggu, terdapat gejala berupa inflamasi
kanal telinga termasuk otalgia, gatal, dan rasa penuh dengan atau tanpa
penurunan pendengaran atau sakit ketika mengunyah, dan tanda-tanda
inflamasi kanal telinga yaitu sakit pada tragus atau pinna atau keduanya,
atau edema, eritema kanal telinga dengan atau tanpa ottorhea, regional
limfadenitis, eritema membrane timpani, atau selulitis pada pina. Tidak
ditemukan adanya sisik menyerupai ketombe yang merupakan ciri khas
otomikosis. Tidak adanya krusta dan keluhan tidak bersifat kronis,
menggugurkan diagnosis otitis eksterna ekzematosa. 5-12 Ditemukan
adanya inflamasi pada 1/3 lateral canalis auditori eksterna, keluhan rasa
nyeri saat aurikula digerakkan, nyeri tekan tragus, dan penurunan
pendengaran menunjukkan diagnosis pada pasien ini adalah otitis eksterna
tipe sirkumskripta.
Faktor Resiko
Mengorek telinga merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya
otitis eksterna. Faktor predisposisi penyebab terjadinya otitis eksterna
antara lain adalah trauma dari membersihkan telinga dengan kuku jari atau
cotton bud, berenang, penyakit kulit seperti eksim dan dermatitis seboroik,
penggunaan alat bantu dengar ataupun headset, dan sumbatan serumen.5-
10,12-15 Terlalu sering membersihkan telinga mengakibatkan serumen
yang berfungsi sebagai pertahanan kulit meatus akustikus eksterna hilang,
protective lipid layer dan acid mantle juga hilang. Hal ini menyebabkan
kelembaban dan suhu di meatus akustikus eksterna meningkat. Meatus
akustikus ekterna yang lembab, hangat, dan kotor merupakan media
pertumbuhan kuman yang baik. Jaringan yang rusak mengakibatkan
dikeluarkannya mediator kimia (histamine, kinin, dan prostaglandin) yang
mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah dan menyebabkan terjadinya
hyperemia local (meningkatnya aliran darah ke area tersebut) sehingga
area tersebut tampak hiperemis dan suhunya lebih tinggi daripada area
sekitar. Selain itu pembentukan mediator kimia dapat meningkatkan
permeabilitas kapiler yang menyebabkan kebocoran cairan kapiler
sehingga terjadi kebocoran protein dalam jumlah banyak di rongga
jaringan yang dapat mengakibatkan edema dan rasa sakit pada area
tersebut. 15-20 Pendengaran berkurang (tuli konduktif) dapat terjadi pada
otitis eksterna akut akibat sumbatan lumen kanalis telinga luar oleh edema
kulit liang telinga.1,3,5
Penatalaksanaan
Kebanyakan penderita Otitis Eksterna diperlakukan secara empiris.
pengobatan primer melibatkan berikut:
a. Manajemen nyeri.
b. Penghapusan debris dari SEP.
c. Pemberian obat topikal untuk mengontrol edema dan infeksi.
d. Menghindari faktor.
Farmakoterapi :
a. Obat topikal (seperti, asam asetat dalam aluminium asetat,
hidrokortison dan larutan acetic acid otic, campuran alcohol vinegar otic).
b. Agen analgesik (seperti, acetaminophen, acetaminophen and codeine).
c. Antibiotik (seperti, hydrocortisone/neomycin/polymyxin B, otic
ofloxacin, otic ciprofloxacin, otic finafloxacin, gentamicin 0.3% /
prednisolone 1% ophthalmic, dexamethasone / tobramycin, otic
ciprofloxacin dan dexamethasone, otic ciprofloxacin dan hydrocortisone
suspension).
d. Antibiotik oral (seperti, ciprofloxacin).
e. Agen antijamur (seperti, larutan otic clotrimazole 1%, bubuk nistatin).
Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
a. Rutin mengeringkan telinga setelah cuci rambut maupun mandi, dan
keringkan dengan hati-hati serta perlahan dengan memiringkan telinga ke
salah satu sisi kemudian tarik perlahan pada cuping telinga apabila
kemasukan air.
b. Pakai penyumbat telinga pada waktu berenang, serta jangan berenang
pada air yang kotor (sungai) dan tempat lain yang berpolusi.
c. Pakai sampo yang tidak mengandung parfum, serta hindari penggunaan
produk penata rambut dan pewarna rambut.
d. Apabila memakai pengering rambut, gunakan dengan suhu rendah, serta
jaga jarak ± 30 cm dengan telinga.

Anda mungkin juga menyukai