Anda di halaman 1dari 19

ANATOMI FISIOLOGI PERSEPSI SENSORI

SISTEM PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN

DISUSUN OLEH:
ANDI FATIMAH AZZAHRA
202101045

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
MUHAMMADIYAH SIDRAP
2023/2024
A.Indera Pendengar
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk
keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga
luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan
getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam
akan menerima rangsangan bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak
untuk diolah.
B. Bagian-bagian telinga
Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam.

1.Telinga luar
Telinag luar terdiri atas daun telinga (auricle/pinna), liang telinga luar
(meatus accus-ticus externus) dan gendang telinga (membran timpani). Daun
telinga /aurikula disusun oleh tulang rawan elastin yang ditutupi oleh kulit tipis
yang melekat erat pada tulang rawan. Dalam lapisan subkutis terdapat beberapa
lembar otot lurik yang pada manusia rudimenter (sisa perkembangan), akan tetapi
pada binatang yang lebih rendah yang mampu menggerakan daun telinganya, otot
lurik ini lebih menonjol.

Daun telinga manusia mempunyai bentuk yang khas, tetapi bentuk ini
kurang mendukung fungsinya sebagai penangkap dan pengumpul getaran suara.
Bentuk daun telinga yang sangat sesuai dengan fungsinya adalah daun telinga
pada anjing dan kucing, yaitu tegak dan membentuk saluran menuju gendang
telinga. Saluran luar yang dekat dengan lubang telinga dilengkapi dengan rambut-
rambut halus yang menjaga agar benda asing tidak masuk, dan kelenjar lilin yang
menjaga agar permukaan saluran luar dan gendang telinga tidak kering.

Liang telinga luar (meatus auditori eksterna) merupakan suatu saluran


yang
terbentang dari daun telinga melintasi tulang timpani hingga permukaan luar
membran timpani. Bagian permukaannya mengandung tulang rawan elastin dan
ditutupi oleh kulit yang mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea dan
modifikasi kelenjar keringat yang dikenal sebagai kelenjar serumen. Sekret
kelenjar sebacea bersama sekret kelenjar serumen merupakan komponen
penyusun serumen. Serumen merupakan materi bewarna coklat seperti lilin
dengan rasa pahit dan berfungsi sebagai pelindung. Membran timpani menutup
ujung dalam meatus akustiskus eksterna. Permukaan luarnya ditutupi oleh lapisan
tipis epidermis yang berasal dari ectoderm, sedangkan lapisan sebelah dalam
disusun oleh epitel selapis gepeng atau kuboid rendah turunan dari endoderm. Di
antara keduanya terdapat serat-serat kolagen, elastis dan fibroblas. Gendang
telinga menerima gelombang suara yang di sampaikan lewat udara lewat liang
telinga luar. Gelombang suara ini akan menggetarkan membran timpani.
Gelombang suara lalu diubah menjadi energi mekanik yang diteruskan ketulang-
tulang pendengaran di telinga tengah.

2 Telinga tengah
Telinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruang yang terisi udara
yang
terletak di bagian petrosum tulang pendengaran. Ruang ini berbatasan di sebelah
posterior dengan ruang-ruang udara mastoid dan disebelah anterior dengan faring
melalui saluran (tuba auditiva) Eustachius. Epitel yang melapisi rongga timpani
dan setiap bangunan di dalamnya merupakan epitel selapis gepeng atau kuboid
rendah, tetapi di bagian anterior pada pada celah tuba auditiva (tuba Eustachius)
epitelnya selapis silindris bersilia. Lamina propria tipis dan menyatu dengan
periosteum.

Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu


tulang maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak
tanpa rongga sumsum tulang. Tulang maleus melekat pada membran timpani.
Tulang maleus dan inkus tergantung pada ligamen tipis di atap ruang timpani.
Lempeng dasar stapes melekat pada tingkap celah oval (fenestra ovalis) pada
dinding dalam. Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang
pendengaran. Otot tensor timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva,
tendonya berjalan mula-mula ke arah posterior kemudian mengait sekeliling
sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding medial ke
lateral untuk berinsersi ke dalam gagang maleus. Tendo otot stapedius berjalan
dari tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding posterior dan berjalan
anterior untuk berinsersi ke dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi protektif
dengan cara meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi. Dan Fungsi rangkaian
tulang dengar tersebut adalah untuk mengirimkan getaran suara dari gendang
telinga (membran timpani) menyeberangi rongga telinga tengah ke jendela oval.
Tingkap oval pada dinding medial ditutupi oleh lempeng dasar stapes,
memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skal vestibuli koklea. Oleh
karenanya getaran-getaran membrana timpani diteruskan oleh rangkaian tulang-
tulang pendengaran ke perilimf telinga dalam. Untuk menjaga keseimbangan
tekanan di rongga-rongga perilimf terdapat suatu katup pengaman yang terletak
dalam dinding medial rongga timpani di bawah dan belakang tingkap oval dan
diliputi oleh suatu membran elastis yang dikenal sebagai tingkap bulat (fenestra
rotundum). Membran ini memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala
timpani koklea.
Tuba auditiva (Eustachius) menghubungkan rongga timpani dengan
nasofarings lumennya gepeng, dengan dinding medial dan lateral bagian tulang
rawan biasanya saling berhadapan menutup lumen. Epitelnya bervariasi dari epitel
bertingkat, selapis silindris bersilia dengan sel goblet dekat farings. Dengan
menelan dinding tuba saling terpisah sehingga lumen terbuka dan udara dapat
masuk ke rongga telinga tengah. Dengan demikian tekanan udara pada kedua sisi
membran timpani menjadi seimbang.
3 Telinga Dalam
Telinga dalam adalah suatu sistem saluran dan rongga di dalam pars
petrosum
tulang temporalis. Telinga dalam di bentuk oleh labirin tulang (labirin oseosa)
yang didalamnya terdapat labirin membranasea. Labirin tulang berisi cairan
perilimf sedangkan labirin membranasea berisi cairan endolimf.
1. Labirin Tulang
Labirin tulang terdiri atas 3 komponen yaitu kanalis semisirkularis,
vestibulum, dan koklea tulang. Labirin tulang ini di sebelah luar berbatasan
dengan endosteum, sedangkan di bagian dalam dipisahkan dari labirin
membranasea yang terdapat di dalam labirin tulang oleh ruang perilimf yang
berisi cairan endolimf. Kanalis semisirkularis menonjol dari bagian posterior
vestibula.
a. Saluran semisirkular anterior dan posterior mengarah pada bidang
vertikal, disetiap sudut kanannya.
b. Saluran semisirkular lateral terletak horizontal dan pada sudut kanan
kedua saluran diatas.
Vestibulum merupakan bagian tengah labirin tulang, yang berhubungan
dengan rongga timpani melalui suatu membran yang dikenal sebagai tingkap oval
(fenestra ovale). Ke dalam vestibulum bermuara 3 buah kanalis semisirkularis
yaitu kanalis semisirkularis anterior, posterior dan lateral yang masing-masing
saling tegak lurus. Setiap saluran semisirkularis mempunyai pelebaran atau
ampula. Walaupun ada 3 saluran tetapi muaranya hanya lima dan bukan enam,
karena ujung posterior saluran posterior yang tidak berampula menyatu dengan
ujung medial saluran anterior yang tidak bermapula dan bermuara ke dalam
bagian medial vestibulum oleh krus kommune. Ke arah anterior rongga
vestibulum berhubungan dengan koklea tulang dan tingkap bulat (fenestra
rotundum).
Koklea merupakan tabung berpilin mirip rumah siput. Bentuk
keseluruhannya mirip kerucut dengan dua tiga-perempat putaran. Sumbu koklea
tulang di sebut mediolus. Tonjolan tulang yang terjulur dari modiolus membentuk
rabung spiral dengan suatu tumpukan tulang yang disebut lamina spiralis. Lamina
spiralis ini terdapat pembuluh darah dan ganglion spiralis, yang merupakan bagian
koklear nervus akustikus.
2. Labirin Membranasea
Labirin membransea terletak di dalam labirin tulang, merupakan suatu
sistem saluran yang saling berhubungan dilapisi epitel dan mengandung
endolimf. Labirin ini dipisahkan dari labirin tulang oleh ruang perilimf yang berisi
cairan perilimf. Pada beberapa tempat terdapat lembaran-lembaran jaringan ikat
yang mengandung pembuluh darah melintasi ruang perilimf untuk menggantung
labirin
membranasea. Labirin membranasea terdiri atas:
a. Kanalis semisirkularis membranasea
b. Ultrikulus
c. Sakulus
d. Duktus endolimfatikus merupakan gabungan duktus ultrikularis dan
duktus
sakularis.
e. Sakus endolimfatikus merupakan ujung buntu duktus endolimfatikus
f. Duktus reuniens, saluran kecil penghubung antara sakulus dengan
duktus
koklearis
g. Duktus koklearis mengandung organ Corti yang merupakan organ
pendengaran.

Terdapat badan-badan akhir saraf sensorik dalam ampula saluran


semisirkularis (krista ampularis) dan dalam ultrikulus dan sakulus (makula sakuli
dan ultrikuli) yang berfungsi sebagai indera statik dan kinetik. Sakulus dan
Ultrikulus, dinding sakulus dan ultrikulus dibentuk oleh lapisan jaringan ikat tebal
yang mengandung pembuluh darah, sedangkan lapisan dalamnya dilapisi epitel
selapis gepeng sampai selapis kuboid rendah. Pada sakulus dan ultrikulus terdapat
reseptor sensorik yang disebut makula sakuli dan makula ultrikuli. Makula sakuli
terletak paling banyak pada dinding sehingga berfungsi untuk mendeteksi
percepatan vertikal lurus sementara makula ultrikuli terletak kebanyakan di
lantai /dasar sehingga berfungsi untuk mendeteksi percepatan horizontal lurus.
Makula disusun oleh 2 jenis sel neuroepitel (disebut sel rambut) yaitu tipe
I dan II serta sel penyokong yang duduk di lamina basal.Serat-serat saraf dari
bagian vestibular nervus vestibulo-akustikus (N.VIII) akan mempersarafi sel-sel
neuroepitel ini. Sel rambut I berbentuk seperti kerucut dengan bagian dasar yang
membulat berisi inti dan leher yang pendek. Sel ini dikelilingi suatu jala terdiri
atas badan akhir saraf dengan beberapa serat saraf eferen, mungkin bersifat
penghambat/ inhibitorik. Sel rambut tipe II berbentuk silindris dengan badan akhir
saraf aferen maupun eferen menempel pada bagian bawahnya. Kedua sel ini
mengandung stereosilia pada apikal, sedangkan pada bagian tepi stereosilia
terdapat kinosilia. Sel penyokong (sustentakular) merupakan sel berbentuk
silindris tinggi, terletak pada lamina basal dan mempunyai mikrovili pada
permukaan apikal dengan beberapa granul sekretoris. Pada permukaan makula
terdapat suatu lapisan gelatin dengan ketebalan 22 mikrometer yang dikenal
sebagai membran otolitik. Membran ini mengandung banyak badan-badan kristal
yang kecil yang disebut otokonia atau otolit yang mengandung kalsium karbonat
dan suatu protein. Mikrovili pada sel penyokong dan stereosilia serta kinosilia sel
rambut terbenam dalam membran otolitik. Perubahan posisi kepala
mengakibatkan perubahan dalam tekanan atau tegangan dalam membran otolitik
dengan akibat terjadi rangsangan pada sel rambut. Rangsangan ini diterima oleh
badan akhir saraf yang terletak di antara sel-sel rambut.
Kanalis Semisirkularis membranasea mempunyai penampang yang oval.
Pada permukaan luarnya terdapat suatu ruang perilimf yang lebar dilalui oleh
trabekula. Pada setiap kanalis semisirkularis ditemukan sebuah krista ampularis,
yaitu badan akhir saraf sensorik yang terdapat di dalam ampula (bagian yang
melebar) kanalis. Tiap krista ampularis di bentuk oleh sel-sel penyokong dan dua
tipe sel rambut yang serupa dengan sel rambut pada makula. Mikrovili, stereosilia
dan kinosilianya terbenam dalam suatu massa gelatinosa yang disebut kupula
serupa dengan membran otolitik tetapi tanpa otokonia.
Dalam krista ampularis, sel-sel rambutnya di rangsang oleh gerakan
endolimf akibat percepatan sudut kepala. Gerakan endolimf ini mengakibatkan
tergeraknya stereosilia dan kinosilia. Dalam makula sel-sel rambut juga
terangsang tetapi perubahan posisi kepala dalam ruang mengakibatkan suatu
peningkatan atau penurunan tekanan pada sel-sel rambut oleh membran otolitik.

2. Koklea dan Fisiologi Pendengaran


1. Koklea
Koklea tulang berjalan spiral dengan 23/4 putaran sekiitar modiolus yang
juga merupakan tempat keluarnya lamina spiralis. Dari lamina spiralis menjulur
ke dinding luar koklea suatu membran basilaris. Pada tempat perlekatan membran
basilaris ke dinding luar koklea terdapat penebalan periosteum yang dikenal
sebagai ligamentum spiralis. Di samping itu juga terdapat membran vestibularis
(Reissner) yang membentang sepanjang koklea dari lamina spiralis ke dinding
luar. Kedua membran ini akan membagi saluran koklea tulang menjadi tiga bagian
yaitu :
1. Ruangan atas (skala vestibuli)
2. Ruangan tengah (duktus koklearis)
3. Ruang bawah (skala timpani).
Antara skala vestibuli dengan duktus koklearis dipisahkan oleh membran
vestibularis (Reissner). Antara duktus koklearis dengan skala timpani dipisahkan
oleh membran basilaris. Skala vesibularis dan skala timpani mengandung perilimf
dan di dindingnya terdiri atas jaringan ikat yang dilapisi oleh selapis sel gepeng
yaitu sel mesenkim, yang menyatu dengan periosteum disebelah luarnya. Skala
vestibularis berhubungan dengan ruang perilimf vestibularis dan akan mencapai
permukaan dalam fenestra ovalis. Skala timpani menjulur ke lateral fenestra
rotundum yang memisahkannya dengan ruang timpani. Pada apeks koklea skala
vestibuli dan timpani akan bertemu melalui suatu saluran sempit yang disebut
helikotrema.
Duktus koklearis berhubungan dengan sakulus melalui duktus reuniens
tetapi berakhir buntu dekat helikotrema pada sekum kupulare. Pada pertemuan
antara lamina spiralis tulang dengan modiolus terdapat ganglion spiralis yang
sebagian diliputi tulang. Dari ganglion keluar berkas-berkas serat saraf yang
menembus tulang lamina spiralis untuk mencapai organ Corti. Periosteum di atas
lamina spiralis menebal dan menonjol ke dalam duktus koklearis sebagai limbus
spiralis. Pada bagian bawahnya menyatu dengan membran basilaris.
Membran basilaris yang merupakan landasan organ Corti dibentuk oleh
serat-serat kolagen. Permukaan bawah yang menghadap ke skala timpani diliputi
oleh jaringan ikat fibrosa yang mengandung pembuluh darah dan sel mesotel.
Membran vestibularis merupakan suatu lembaran jaringan ikat tipis yang
diliputi oleh epitel selapis gepeng pada bagian yang menghadap skala vestibuli.
Epitel yang melapisi duktus koklearis beragam jenisnya tergantung pada
lokasinya, diatas membran vestibularis epitelnya gepeng dan mungkin
mengandung pigmen, di atas limbus epitelnya lebih tinggi dan tak beraturan. Di
lateral epitelnya selapis silindris rendah dan di bawahnya mengandung jaringan
ikat yang banyak mengandung kapiler. Daerah ini disebut stria vaskularis dan
diduga tempat sekresi endolimf. Organ Corti, terdiri atas sel-sel penyokong dan
sel-sel rambut. Sel-sel yang terdapat di organ Corti adalah
1. Sel tiang dalam merupakan sel berbentuk kerucut yang ramping dengan bagian
basal yang lebar mengandung inti, berdiri di atas membran basilaris serta bagian
leher yang sempit dan agak melebar di bagian apeks.
2. Sel tiang luar mempunyai bentuk yang serupa dengan sel tiang dalam hanya
lebih panjang. Di antara sel tiang dalam dan luar terdapat terowongan dalam.
3. Sel falangs luar merupakan sel berbentuk silindris yang melekat pada
membrana basilaris. Bagian puncaknya berbentuk mangkuk untuk menopang
bagaian basal sel rambut luar yang mengandung serat-serat saraf aferen dan eferen
pada bagian basalnya yang melintas di antara sel-sel falangs dalam untuk menuju
ke sel-sel rambut luar. Sel-sel falangs luar dan sel rambut luar terdapat dalam
suatu ruang yaitu terowongan Nuel. Ruang ini akan berhubungan dengan
terowongan dalam.
4. Sel falangs dalam terletak berdampingan dengan sel tiang dalam. Seperti sel
falangs luar sel ini juga menyanggah sel rambut dalam.
5. Sel batas membatasi sisi dalam organ corti
6. Sel Hansen membatasi sisi luar organ Corti. Sel ini berbentuk silindris terletak
antara sel falangs luar dengan sel-sel Claudius yang berbentuk kuboid. Sel-sel
Claudius ter- letak di atas sel-sel Boettcher yang berbentuk kuboid rendah.
Permukaan organ Corti diliputi oleh suatu membran yaitu membrana
tektoria yang merupakan suatu lembaran pita materi gelatinosa. Dalam keadaan
hidup membran ini menyandar di atas stereosilia sel-sel rambut.

Ganglion spiralis merupakan neuron bipolar dengan akson yang bermielin


dan berjalan bersama membentuk nervus akustikus. Dendrit yang bermielin
berjalan dalam saluran-saluran dalam tulang yang mengitari ganglion, kehilangan
mielinnya dan berakhir dengan memasuki organ Corti untuk selanjutnya berada di
antara sel rambut. Bagian vestibular N VIII memberi persarafan bagian lain
labirin. Ganglionnya terletak dalam meatus akustikus internus tulang temporal dan
aksonnya berjalan bersama dengan akson dari yang berasal dari ganglion spiralis.
Dendrit-dendritnya berjalan ke ketiga kanalikulus semisirkularis dan ke makula
sakuli dan ultrikuli.
Telinga luar menangkap gelombang bunyi yang akan diubah menjadi
getaran-getaran oleh membran timpani. Getaran-getaran ini kemudian diteruskan
oleh rangkaian tulang –tulang pendengaran dalam telinga tengah ke perilimf
dalam vestibulum, menimbulkan gelombang tekanan dalam perilimf dengan
pergerakan cairan dalam skala vestibuli dan skala timpani. Membran timpani
kedua pada tingkap bundar (fenestra rotundum) bergerak bebas sebagai katup
pengaman dalam pergerakan cairan ini, yang juga agak menggerakan duktus
koklearis dengan membran basilarisnya. Pergerakan ini kemudian menyebabkan
tenaga penggunting terjadi antara stereosilia sel-sel rambut dengan membran
tektoria, sehingga terjadi stimulasi sel-sel rambut. Tampaknya membran basilaris
pada basis koklea peka terhadap bunyi berfrekuensi tinggi , sedangkan bunyi
berfrekuensi rendah lebih diterima pada bagian lain duktus koklearis.

2 Fisiologi pendengaran
a. Cara Kerja Organ Pendengaran
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang
telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval.
Getaran Struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di
dalam saluran vestibulum. Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran
Reissmer dan menggetarkan cairan limfa dalam saluran tengah. Perpindahan
getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang
dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan
ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar.
Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaput basiler,
yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-
rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran
membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada organ
Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar
di dalam otak melalui saraf pendengaran.
b. Mekanisme Keseimbangan
Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan berupa tiga saluran
setengah lingkaran yang dilengkapi dengan organ ampula (kristal) dan organ
keseimbangan yang ada di dalam utrikulus dan sakulus. Ujung dari setup saluran
setengah lingkaran membesar dan disebut ampula yang berisi reseptor, sedangkan
pangkalnya berhubungan dengan utrikulus yang menuju ke sakulus. Utrikulus
maupun sakulus berisi reseptor keseimbangan. Alat keseimbangan yang ada di
dalam ampula terdiri dari kelompok sel saraf sensori yang mempunyai rambut
dalam tudung gelatin yang berbentuk kubah. Alat ini disebut kupula. Saluran
semisirkular (saluran setengah lingkaran) peka terhadap gerakan kepala. Alat
keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari sekelompok sel saraf
yang ujungnya berupa rambut bebas yang melekat pada otolith, yaitu butiran
natrium
karbonat. Posisi kepala mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang
menimbulkan impuls yang akan dikirim ke otak.

.B. Sistem Penglihatan Manusia


2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Bentuk mata
Bentu mata manusia hampir bulat, berdiameter ± 2,5 cm. Bola mata
terletak dalam batalan lemak, pada sebelah depan dilindungi oleh kelopak mata
dan ditempat lain dengan tulang orbita. Bola mata terdiri atas:
a. Dinding mata, terdiri dari:
• Kornea dan sclera
• Selaput khoroid, korpus siliaris, iris dan pupil.
b. Medium tempat cahaya lewat,terdiri dari:
• Kornea
• Acqueous humour
• Lensa
• Vitreous humour
c. Jaringan nervosa, terdiri dari:
• Sel-sel saraf pada retina
• Serat saraf yang menjalar melalui sel-sel ini (Gibson, 1995).

Sklera merupakan lapisan pembungkus bagian luar mata yang mempunyai


ketebalan ± 1 mm. Seperenam luas sclera di bagian depan merupakan lapisan
bening yang disebut kornea. Kornea merupakan selaput yang tembus cahaya,
melalui kornea kita dapat melihat membran pupil dan iris. Di sebelah dalam
kornea ada iris dan pupil. Iris berfungsi mengatur bukaan pupil secara otomatis
menurut jumlah cahaya yang masuk ke mata. Iris berwarna karena mengandung
pigmen, wama dari iris bervariasi sesuai dengan jumlah pigmen yang terdapat
didalamnya, makin banyak kandungan pigmen makin gelap warna iris. Pupil
berfungsi untuk mengatur cahaya yang masuk ke mata. Dalam keadaan terang
bukaan pupil akan kecil, sedangkan dalam keadaan gelap bukaan pupil akan
membesar. Diameter bukaan pupil berkisar antara 2 sampai 8 mm.
Selaput khoroid adalah lapisan berpigmen diantara sklera dan iris,
fungsinya memberikan nutrisi. Korpus siliaris merupakan lapisan yang tebal,
berbentuk seperti cincin yang terbentang dari ora serata sampai ke iris. Fungsinya
adalah untuk terjadinya akomodasi, proses muskulus siliaris harus berkontraksi.
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina.
Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat
pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari
jauh), lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat
(cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal. Lensa terletak diantara iris
dan kornea, terpisah oleh aquerus humour. Aquerus humour adalah suatu cairan
yang komposisinya serupa dengan cairan serebrospinal. Demikian pula antara
lensa mata dan bagian belakang mata terisi semacam cairan kental (vitreous
humour). Vitreous humour adalah suatu cairan kental yang mengandung air dan
inukopolisakarida. Cairan ini bekerja bersama-sama lensa mata untuk
membiaskan cahaya sehingga tepat jatuh pada fofea atau dekat fofea.
Bagian penting mata lainnya adalah retina. Retina adalah bagian saraf
mata, tersusun atas sel-sel saraf dan serat-seratnya.Sel-sel saraf terdiri atas sel
saraf bentuk batang dan kerucut. Sel saraf bentuk batang sangat peka cahaya tetapi
tidak dapat membedakan warna, sedangkan sel saraf kerucut kurang peka cahaya
tetapi dapat membedakan warna. Sel saraf bentuk batang tersebar sepanjang retina
sedangkan sel saraf kerucut terkonsentrasi pada fofea dan mempunyai hubungan
tersendiri dengan serat saraf optik.
Pada retina terdapat dua buah bintik yaitu bintik kuning (fofea) dan bintik
buta (blind spot). Pada bintik kuning (fofea) terdapat sejumlah sel saraf kerucut
sedangkan pada bintik buta tidak terdapat sel saraf batang maupun kerucut. Suatu
objek dapat dilihat dengan jelas apabila bayangan objek tersebut tepat jatuh pada
fofea. Dalam hal ini lensa mata akan bekerja otomatis untuk memfokuskan
bayangan objek tersebut sehingga tepat jatuh pada bagian fofea.

2 Proses Pembentukan Citra


Proses kerja mata manusia diawali dengan masuknya cahaya melalui
bagian kornea, yang kemudian dibiaskan oleh aquerus humour ke arah pupil. Pada
bagian pupil, jumlah cahaya yang masuk ke dalam mata dikontrol secara otomatis,
dimana untuk jumlah cahaya yang banyak, bukaan pupil akan mengecil sedangkan
untuk jumlah cahaya yang sedikit bukaan pupil akan membesar.
Pupil akan meneruskan cahaya ke bagian lensa mata dan oleh lensa mata
cahaya difokuskan ke bagian retina melalui vitreus humour. Cahaya ataupun objek
yang telah difokuskan pada retina, merangsang sel saraf batang dan kerucut untuk
bekerja dan hasil kerja ini diteruskan ke serat saraf optik, ke otak dan kemudian
otak bekerja untuk memberi tanggapan sehingga menghasilkan penglihatan. Sel
saraf batang bekerja untuk penglihatan dalam suasana kurang cahaya, misalnya
pada malam han. Sedangkan sel saraf kerucut bekerja untuk penglihatan dalam
suasana terang. misalnya pada siang hari.

3 Masuk Cahaya ke Mata


Mata menyerupai kamera tetapi bekerja lebih baik dari kamera karena
beraksi secara otomatis, hampir tepat dan cepat tanpa harus ada penyesuaian yang
dilakukan. Proses dimana cahaya memasuki mata adalah sebagai berikut:
• Cahaya memasuki mata melalui kornea yang transparan.
• Kemudian menjalar melaui lensa yang membalikkan cahaya tersebut.
• Kemudian membentuk gambaran balik pada retina
Retina mengubah cahaya ke dalam impuls syaraf. Impuls tersebut
melewati sepanjang syaraf optikus dan traktus ke otak, disampaikan ke korteks
oksipitalis dan disana diinterpietasikan sebagai gambar.
Jumlah cahaya yang memasuki mata diatur oleh ukuran dari pupil. Iris
berfungsi sebagai diafragma, ukuran pupil dikontrol oleh serat - serat otot sirkuler
dan radial. Otot - otot dari iris dikontrol oleh:
• Serat simpatis yang berasal dari ganglion servikalis superior pada rantai
simpatis di leher. Impuls yang menjaiar sepanjang serat tersebut
mendilatasi pupil dengan cara relaksasi serat sirkular.
• Serat parasimpatis yang menjalar dengan syaraf kranial ke-3
(okulomotorius): impuls sepanjang serat tersebut menyebabkan konstriksi
pupil dengan cara relaksasi serat radial.
Pupil membesar pada saat gelap dan berkonstriksi pada keadaan terang.
Ukuran pupil setiap saat disebabkan oleh keseimbangan antara stimulasi simpatis
dan parasimpatis. Kekuatan penglihatan diperiksa dengan bantuan alat grafik
Snellens. Ukuran dan bentuk dari masing - masing huruf pada grafik tersebut pada
setiap detailnya harus mempunyai sudut pandang 1 menit ketika dilihat pada jarak
6 meter. Mata normal dapat melihat pada jarak 6 meter baris ke-6 dengan jelas.
Bila seseorang pada jarak tersebut hanya dapat melihat dengan jelas pada huruf
yang dua kali lebih besar, penglihatannya dicatat sebagai 6/12. Bila seseorang
dapat melihat dengan jelas hanya pada huruf- huruf yang terbesar (yang untuk
mata normal harus terlihat dengan jarak sejauh 60 meter) penglihatannya tercatat
sebagai 6/60.
4 Kelainan Refraksi Mata
Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar oleh media penglihatan
yang terdiri dari kornea, cairan mata, lensa, badan kaca atau panjang bola mata
sehingga bayangan benda dibiaskan tidak tepat di daerah makula lutea tanpa
bantuan akomodasi. Keadaan ini disebut ametropia yang dapat berupa miopia,
hipermetropia atau astigmatisma. Sebaliknya emetropia adalah keadaan dimana
sinar yang sejajar atau jauh dibiaskan atau difokuskan oleh sistem optik mata tepat
pada daerah makula lutea tanpa mata melakukan akomodasi (Ilyas S.1997).

Kelelahan Mata
1. Definisi Kelelahan Mata
Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh
penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan
untuk melihat dalam jangka waktu yang lama yang biasanya disertai dengan
kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant, 1991).
Menurut Suma’mur (1996) kelelahan mata timbul sebagai stress intensif
pada fungsi – fungsi mata seperti terhadap otot – otot akomodasi pada pekerjaan
yang perlu pengamatan secara teliti atau terhadap retina sebagai akibat
ketidaktepatan kontras.
2. Gejala Kelelahan Mata
Gejala – gejala seorang pekerja mengalami kelelahan mata adalah sebagai
berikut (Pheasant, 1991):
• Nyeri atau terasa berdenyut di sekitar mata dan di belakang bola mata.
• Pandangan kabur, pandangan ganda dan susah dalam memfokuskan
penglihatan
• Pada mata dan pelupuk mata terasa perih, kemerahan, sakit dan mata
berair yang merupakan ciri khas terjadinya peradangan pada mata.
• Sakit kepala (bagian frontal/depan), kadang - kadang disertai dengan
pusing dan mual serta terasa pegal - pegal atau terasa capek dan mudah
emosi.
Gejala - gejala kelelahan mata tersebut penyebab utamanya adalah
penggunaan otot - otot di sekitar mata yang berlebihan. Kelelahan mata dapat
dikurangi dengan memberikan tingkat pencahayaan yang baik di tempat kerja.
Sedangkan menurut Suma'mur (1991) menyebutkan bahwa gejala – gejala
kelelahan mata antara lain:
• Rangsangan, berair dan memerahnya konjungtiva
• Melihat rangkap
• Pusing
• Berkurangnya kemampuan akomodasi
• Menurunnya ketajaman penglihatan, kepekaan kontras dan kecepatan
persepsi
3. Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Mata
Dibawah ini adalah faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan mata yaitu:

1. Faktor Individu, yaitu:


Berikut merupakan faktor dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi
mata dalam melakukan aktivitas, antara lain:
a. Kelainan Refraksi adalah keadaan bayangan tegas yang tidak dibentuk
di retina (macula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan
sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan kabur (Ilyas,
2006). Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk sebagai berikut:
• Miopi
Miopi atau penglihatan dekat adalah cacat mata yang disebabkan oleh
diameter anterosposterior bola mata terlalu panjang sehingga bayang-bayang dari
benda yang jaraknya jauh akan jatuh di depan retina. Pada miopia orang tidak
dapat melihat benda yang jauh, mereka hanya dapat melihat benda yang jaraknya
dekat. Untuk cacat seperti ini orang dapat ditolong dengan lensa cekung (negatif).

• Hipermetropi
Hipermetropi atau penglihatan jauh adalah cacat mata yang disebabkan
oleh diameter anterosposterior bola mata terlalu pendek sehingga bayang-bayang
dari benda yang jaraknya dekat akan jatuh di belakang retina. Pada hipermetropi
orang tidak dapat melihat benda yang dekat, mereka hanya dapat melihat benda
yang jaraknya jauh. Untuk cacat seperti ini orang dapat ditolong dengan lensa
cembung (plus).
• Astigsmatismus
Astigmatismus merupakan kelainan yang disebabkan kecembungan kornea
tidak rata atau kelengkungan yang tidak sama, sehingga berkas sinar dibiaskan ke
fokus yang berbeda, akibatnya bayang-bayang jatuh tidak pada tempat yang sama.
Untuk menolong orang yang cacat seperti ini dibuat lensa silindris, yaitu yang
mempunyai beberapa fokus (Ganong,1990).
• Presbiopia
Mata dikatakan presbiopia, bila pada usia 40 tahun seseorang dengan
penglihatan normal mengalami kesulitan untuk memfokuskan objek- objek dekat.
Pada mata presbiopia terjadi penurunan daya akomodasi. Dengan bantuan lensa
cembung (lensa plus) maka keluhan tersebut dapat diatasi (Pamekar, 1992). Pada
usia 40 tahun amplitude akomodasi mata pada seseorang hanya menghasilkan titik
dekat sebesar 25 cm. Pada jarak ini seorang yang berusia 40 tahun dengan jarak
baca 25 cm akan menggunakan akomodasi maksimal sehingga menjadi lebih
lelah. Membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca dan memerlukan sinar
yang lebih terang. Biasanya diberikan kacamata baca untuk membaca dekat
dengan lensa sferis positif yang dihitung berdasarkan amplitude pada masing -
masing kelompok umur:
- + 1.0 D untuk usia 40 tahun
- + 1.5 D untuk usia 45 tahun
- + 2.0 D untuk usia 50 tahun
- + 2.5 D untuk usia 50 tahun
- + 3.0 D untuk usia 60 tahun
b. Usia
Semua mahluk hidup akan mengalami kemunduran dalam hidupnya sesuai
dengan bertambahnya usia. Demikian juga dengan mata dapat mengalami
perubahan kemunduran karena usia. Bertambahnya usia menyebabkan lensa mata
berangsur-angsur kehilangan elastisitasnya,Analisis fakto dan agak kesulitan
melihat pada jarak dekat. Hal ini akan menyebabkan ketidaknyamanan
penglihatan ketika mengerjakan sesuatu pada jarak dekat, demikian pula
penglihatan jauh. Makin tua, jarak titik dekat makin panjang. Sekitar umur 40
tahun - 50 tahun terjadi perubahan yang menyolok, objek-objek nampak kabur
atau timbul perasaan tidak enak atau kelelahan pada waktu mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan dekat.
c. Keturunan
Faktor keturunan yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan penglihatan
adalah faktor genetika. Menurut Mahendrastari, R (2006) Faktor genetik keluarga
(± 3 generasi) berperan sekitar ± 30 -35 %, sedangkan lingkungan berperan sekitar
70% . Cara penurunan gen mata minus, plus, cylinder adalah irregular penetration
(penetrasi tidak beraturan) yang artinya dapat diturunkan pada tingkat 1, langsung
bapak/ ibu pada anak atau pada keturunan tingkat 2 atau 3 dan seterusnya. dapat
pada anak laki-laki ataupun perempuan. Itu sebabnya ada keluarga yang orang
tuanya tidak berkacamata tetapi anaknya berkacamata hal tersebut berarti
orangtuanya adalah pembawa (carier) gen.
2. Faktor Lingkungan
Berikut beberapa pendapat mengenai faktor lingkungan yang
mempengaruhi mata dalam beraktivitas.
a. Menurut Stephen Pheasant (1991), kemudahan seseorang untuk melihat suatu
objek kerja di lingkungan kerja sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain:

• Tingkat Pencahayaan (Illumination Levels)


Kemudahan untuk melihat suatu objek kerja dipengaruhi oleh tingkat
pencahayaan yang baik, karena semakin tinggi tingkat pencahayaan maka akan
semakin muddfi seseorang untuk melihat suatu objek kerja. Tingkat pencahayaan
yang baik memungkinkan seseorang untuk bekerja dengan efisiensi kerja yang
maksimal
• Ukuran Objek Kerja
Ukuran objek berkaitan dengan kamampuan penglihatan, semakin besar
ukuran suatu objek kerja maka semakin rendah kemampuan mata yang diperlukan
untuk melihat objek tersebut. Sedangkan untuk ukuran objek kerja yang kecil
diperlukan kemampuan mata yang lebih untuk dapat melihat dengan fokus yang
baik, akibatnya ketegangan akomodasi konvergensi akan bertambah sehingga
akan menimbulkan kelelahan mata.
• Bentuk Objek Kerja
Bentuk objek kerja yang sederhana akan lebih mudah dikenali dan di
interpretasikan daripada objek kerja yang sangat rumit.
• Kekontrasan
Kemudahan untuk melihat suatu objek kerja serta kejelasan dalam melihat
objek kerja dipengaruhi oleh kekontrasan. Kontras yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan kesilauan. Objek kerja atau benda yang berwarna gelap dengan latar
belakang terang lebih mudah dilihat dibanding benda berwarna terang dengan
latar belakang gelap kecuali pada tingkat pencahayaan yang buruk (kurang dari 10
lux). Kekontrasan warna dapat meningkatkan kejelasan untuk melihat objek.
• Lama Waktu Untuk Melihat Objek Kerja
Mata memerlukan waktu untuk melihat suatu objek kerja agar lebih fokus,
objek kerja yang terlalu kecil dan dengan bentuk yang sangat rumit akan
memerlukan waktu yang lama agar penglihatan lebih fokus.
• Jarak Melihat Objek Kerja
Mata manusia mempunyai garis sudut pandang normal sebesar 15° dan
dapat melebar sampai dengan 60°. Sedangkan kemampuan mata normal untuk
dapat membaca huruf hasil printer sejauh kurang lebih 400 (± 50) mm. Pekerja
yang bekerja dengan komputer direkomendasikan jauhnya lapang pandang antara
350 -700 mm.

b. Menurut Padmanaba (2006) kelelahn mata dapat dipengaruhi dari kuantitas


iluminasi, kualitas iluminasi dan distribusi cahaya.
• Kuantitas iluminasi adalah tingkat pencahayaan yang dapat
berpengaruh pada kelelahan mata, penerangan yang tidak memadaiakan
menyebabkan otot iris mengatur pupil sesuai dengan intensitas penerangan yang
ada.
• Kualitas iluminasi, meliputi jenis penerangan, sifat fluktuasi serta warna
penerangan yang digunakan.
• Distribusi cahaya yang kurang baik di lingkungan kerja dapat menyebabkan
kelelahan mata. Distribusi cahaya yang tidak merata sehingga menurunkan
efisiensi tajam penglihatan dan kemampuan membedakan kontras.

c. Faktor lingkungan lainnya.

• Masa Kerja
Encyclopedia of Occupational Health and Safety (1998) adanya
keluhan gangguan mata rata - rata setelah pekerja bekerja dengan
masa kerja berkisar lebih dari 3 - 4 tahun. Dengan demikian pekerja
yang bekerja lebih dari tiga tahun akan mempunyai risiko lebih
cepat terjadi kelelahan mata dibandingkan dengan pekerja dengan
lama kerja kurang dari atau sama dengan tiga tahun.
Pada penelitian Sommer dkk untuk mengetahui mekanisme adaptasi
air mata pada iklim kerja dalam Roestijawati (2007) mendapatkan
prevalensi mata kering meningkat pada pekerja dengan masa kerja 3
– 4 tahun.

• Durasi Kerja
Yang dimaksud dengan durasi kerja dalam hal ini adalah lamanya
seseorang pekerja terpajan oleh sesuatu faktor risiko, yang dapat
diukur berdasarkan menit atau jam per hari dari suatu risiko. Durasi
kerja dapat pula timbul setelah beberapa tahun kemudian setelah
pekerja mengalami pajanan sebelumnya. Secara umum seorang
pekerja yang mengalami durasi kerja dan terpajan lebih besar, akan
mengalami tingkat risiko yang besar pula.

Untuk mengetahui apakah seseorang pekerja mengalami pajanan dari


suatu risiko dibutuhkan adanya standarisasi yang merupakan nilai ambang batas
pajanan, yaitu suatu batas pajanan untuk 8 jam per hari kerja dan 40 jam kerja
perminggu.
Seorang pekerja yang bekerja menggunakan peralatan computer (VDT)
tentunya akan mengalami suatu risiko karena mata operator komputer selalu
berinteraksi dengan peralatan tersebut untuk melihat dokumen yang dientry ke
dalam computer. Pekerjaan mata yang selalu berulang (repetition) menyebabkan
mata tersebut selalu berupaya untuk memfokuskan pada bidang layar monitor.
• Temperatur Lingkungan Kerja
Di lingkungan kerja memiliki temperature yang berlainan mulai dari yang
dingin, sejuk dan panas. Untuk menyelesaikan temperatur udara, maka digunakan
AC. Tetapi adakalanya pemakaian AC dapat membuat udara menjadi dingin dan
kering, sehingga hal ini berdampak pada kesehatan pekerja yang dapat
mengakibatkan nyeri tenggorokan, mata menjadi merah, mata kering dan
menimbulkan gejala kelelahan mata. Sebagai persyaratan agar diperoleh
produktifitas kerja meningkat, perlu diupayakan hal – hal sebagai berikut:
1) Temperatur nyaman (thermal comfort) untuk orang Indonesia
adalah 24 – 26 °C.
2) Menyesuaikan temperature lingkungan kerja di kantor dengan di
rumah bila menggunakan AC.
3) Beda suhu di dalam dan di luar gedung tidak lebih dari 5°C.
Pengukuran suhu udara dengan menggunakan thermometer, dikenal
dengan suhu kering dan kelembapan menggunakan hygrometer.
Sedangkan antara suhu dan kelembapan udara dapat diukur secara
Bersamaan
Temperatur alat pendingin ruangan yang terlalu rendah ternyata tidak
hanya membuat kulit kusam dan kering tetapi juga membuat mata kering. Suhu
udara yang baik bagi kelembapan mata adalah antara 22 - 25 derajat celcius.

DAFTAR PUSTAKA

Wonodirekso, S dan Tambajong J (editor) (1990), Organ-Organ Indera Khusus


dalam

Buku Ajar Histologi Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V, EGC, Jakarta

Sloane, Athel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta. EGC

http://iqbalali.com/2010/04/13/penyakit-pada-telinga-manusia/

http://id.wikipedia.org/wiki/Telinga

Encharta ensiklopedia/ear

medicastore.com/penyakit/360/Kelainan_Pada_Telinga_Luar.html

http://karyatulisilmiahkeperawatan.blogspot.com/2008/12/gangguan-sistem
pendengaran- pada-anak.html
http://www.scribd.com/doc/38455457/ANATOMI-FISIOLOGI-TELINGA
17

Pearce, Evelyn C. 2016. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Kemenkes, R. (2020). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Article.


Https://Www.Kemkes.Go.Id/

Made, B. I. (2021). Metodologi Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan. Pt. Bali


Internasional Press. Https://Doi.Org/333

Masturoh, I., & Anggita, N. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan (Tahun


2018). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Norlita, W., Isnaniar, & Hasanah, T. W. (2020). Ketajaman Penglihatan


Berdasarkan Intensitas Bermain Game Pada Anak Sd Kelas 5 Dan 6 Di Sd
Al-Rasyid Pekanbaru. Photon: Jurnal Sain Dan Kesehatan, 10(2), 13–22.
Https://Doi.Org/10.37859/Jp.V10i2.1870

Anda mungkin juga menyukai