Anda di halaman 1dari 6

Anatomi dan Fisologi Telinga

Dimana telinga terdiri dari telinga luar,telinga tengah (Timpanum) dan telinga dalam.

Telinga Luar

Telinga luar terdiri atas daun telinga dan meatus akustikus eksternus :

1. Daun Telinga

Rangka daun telinga terbentuk dari sepotong tulang rawan elastik, kecuali pada
bagianrawan daun telinga dilanjutkan dengan tulang rawan meatus akustikus eksternus.
Kulit yang menutupi tulang rawan dan lobulus fibroareolar melekat erat pada jaringan
penyambung rangka di dalamnya. Bagian superior telinga dipersarafi oleh oleh N. V 3
lewat nervus auricular latemporalis. . Bagian inferior telinga, terutama lobulus,
dipersarafi oleh serabut – serabut nervus auricular magnus dari pleksus servikalis. Meatus
(akustikus) eksternus dan kulit sekeliling lubangnya yakni konka, memisahkan dua
daerah permukaan ini. Gerakkan telinga dilakukan oleh otot – otot auricular posterior,
superior dan anterior. Otot – otot ekspresi wajah dipersarafi oleh cabang aurikularis
posterior N. VII.
2. Meatus
Saluran ini terbentuk dari konka sampai membrane timpani atau gendangan telinga.
Meatus bagian sepertiga lateral terutama bertulang rawan dan dilekatkan pada tepi luar
meatus bagian tulang, yang membentuk dua pertiga bagian medial saluran ini.
Meatus berkelok – kelok, cembung kea rah superior dank e arah posterior. Karena itu,
kita harus menarik telinga ke atas, belakang dan lateral. Guna meluruskan meatus
akustikus eksternus dan kemudian dengan corong telinga kita lansung dapat melihat
membrane timpani.
Bagian tulang rawan meatus dilapisi kulit yang berambut, ada kelenjar sebasea dan
modifikasi kelenjar keringat, yang mensekresikan serumen atau kotoran telinga (Jhon dan
Charles,2014)

Teligah tengah atau Timpanum

Gelombang – gelombang suara yang memiliki meatus akustikus eksternus menciptakan suatu
tekanan pada memberan timpani. Selanjutnya getaran memberan timpani akan mengerakan
ketiga tulang pendengaran ( maleus, inkus dan stapes) di dalam telinga tengah.

1. Kavum timpani dan dinding – dindingnya

Atap atau tegmen timpani adalah suatu lapis tipis bagian petrosa tulang temporal yang
mmemisahkan fosa krani media dari telingah tengah. Tepat d bawah atap ini, rongga telinga
tengah meluas ke dalam resesus epitimpanikus. Daerah ini memberi ruang bagi sendi
artikular antara kepala tulang maleus dan badan tulang inkus.

Dasar kavum timpani juga suatu lapis tipis tulang petrosus yang terletak di atas bulbus
yugularis superior. Pada dasar kavum, hubungan erat arteri karotis, menjadi terpancar.
Arteri karotis interna melintas disebelah anterior, ke dalam fosa krani media; sedangkan
vena yugularis interna melintas disebelah posterior, ke dalam fosa krani posterior. Di
dalam sarung karotis saraf – saraf IX- dan X juga mengirim cabang – cabang
aurikularnya ke dalam kavum timpani, melewati foramen pada dasar badan tulang kavum
timpani.Dinding lateral kavum timpani tertutup oleh membrane timpani (Jhon dan
Charles,2014).
Kearah anterior, atap dan dasar kavum timpani memusat guna membentuk komponen tulang
tuba auditiva ( Eustachian). Tuba auditiva bagian tulang terbagi oleh lembaran tulang yakni
prosesus kokleariformis menjadi kompartemen superior yang berisi m. tensor timpani dan
kompartemen bawah yang bergabung dengan tuba auditiva bagian tulang rawan.

Dinding posterior di dekat atapnya mempunyai sebuah corong, yakni aditus yang
menghubungkan rongga telinga tengah dengan antrum mastoideum. Aditus berepran sebagai
lintasan cairan di dalam sel – sel udara mastoid mengalir ke dalam tympanum, yang
selanjutnya ke dalam tuba auditiva dan kemudian ke dalam nasofaring. Di dalam aditus,
Nervus fasialis (VII) memasuki dinding posterior telinga tengah dan menuruninya untuk
keluar dari dasar tulang temporal, melalui foramen stilomastoideum. Korda timpani berasal
dari nervus fasialis di dalam dinding posterior telinga tengah, kemudian melintas sepanjang
dinding lateral, di sebelah atas membrane timpani dan kemudian keluar untuk mencapai fosa
infratemporalis lewat fisura petro tmpanika.

Dinding medial kavum timpani berhadapan dengan bagian petrosa tulang temporal, yang
berisi telinga dalam. Di tengah dinding medial ada pembengkak tulang yang menonjol,
yakni promontorium yang menutupi putaran pertama koklea telinga dalam. Di dalam
selaput lindir yang menutupi prmonotorium ada pleksus saraf – saraf, yakni pleksus
timpanikus. Cabang N.VII, N. IX, N.X bercampur di dalanpleksus timpanikus ini dan
mempuplai baik serabutsensorik pada telinga tengah dan telinga luar maupun serabut
sekretmotor reganglionar ang menuju saraf petrosal (Jhon dan Charles,2014)

2. Membrana Timpani
Selaput atau gendangan telinga in
hamper berbentuk lingkaran Selaput ini ditempatkan di dalam suatu alur tulang
timpanika. Membrana timpani menghadap ke lateral, anterior dan inferior, karena sebagai
mahluk tingkat tinggi selaput ini diperkirakan bertujuan untuk ‘’ menangkap’’ suara yang
dipantulkan dari tanah. Selaput ini tersususn atas serabut lingkar dan serabut radial dan
dilapisi di sebelah lateral oleh epidermis yang berasal ektodermal dan di sebelah medial
oleh selaput lender yang berasal endodermal. Lengan tulang maleus dilekatkan pada
jaringan fibrosa membrana timpani dan terpisah dari rongga telingah tengah oleh selaput
lendir yang menutupinya. Serabut radial membrane timpani terpencar dari perluasan
inferior lengan tulang maleus. Bagian superior membrane timpani yang relaksasi yakni
bagian flasia, melekat pada prosesus lateralis maleus. Pada penusukan gendangan telinga
untuk mengalirkan telinga tengah, kita harus menghindari daerah flasida ini karena ada
korda timpani di dalamnya (Jhon dan Charles,2014).
3. Tulang pendengaran, sendi dan otot

Tulang pendengaran

Ada tiga tulang pendengaran :

1. Maleus ( tulang palu)


2. Inkus ( tulang landasan)
3. Stapes (tulang sanggurdi)

Tulang pendengaran terletak diantara membaran timpani dan jedela oval dan mempunyai
dua sendi sinoval di dalam rangkaian tulangnya. Tulang maleus panjangnya mendekati 8 mm
dan di dalam kavum timpani mempunyai arah vertical. Tulang ini mempunyai kepala bulat
dengan faset persendian bagi tulang inkus yang menghadap kea rah posterior. Leher tulang
maleus bergabung dengan kepalanya melalui manubrium ( lengan ) panjang yang terbentang
kea rah inferior sampai separuh bagian atas membarana timpani. Membran ini dilekatkan
pada manubrium. Psosesus anterior tulang maleus mempunyai arah ke anterior dan
berhubungan dengan ligamentum yang menstabilkan

Tulang inkus berbentuk seperti gigi molar. Tulang ini mempunyai sebuah badan dan dua
taju yang berpencar. Krus breve adalah horizontal dan mempunyai ligamentum yang
melekatkan tulang inkus ke dinding posterior resusus epitimpanikus. Krus longum berarah
vertical dan turun ke dalam kavum timpani.

Tulang stapes mempunyai kepala dengan lekuk yang cekung untuk persendihan dengan
prosesus lentiformis tulang inkus. Kepala tulang stapes disangga oleh leher pendek yang
memisahkan kedua lengannya (posterior dan anterior) yang melekat pada dataran kaki atau
dasar medialnya. Dataran kaki ini menutupi jendela oval dan dilekatkan pada tepi jendela
oval.

Sendi Tulang Pendengaran

Sendi anatara tulang maleus dan tulang inkus dan antara tulang inkus dan tulang stapes
mempunyai rongga synovial. Gerak tulang maleus diinduksi oleh getaran membrane
timpani. Kedua persendian bebas tulang inkus dengan tulang maleus dan stapes ini
diperlukan bagi penguatan tenaga suara yang disebabkan gt]etaran membrane timpani. Sendi
– sendi ini mungkin terkena otosklerosis dan selanjutnya kehilangan pendengaran akan
dialami oleh pasien.

Otot Pada Tulang Pendengaran

Ada dua otot yang melekat pada tulang – tulang pendengara yaitu musculus teasor
timpani dan musculus stapedius (Jhon dan Charles,2014)

Telinga Dalam

Telinga dalam mempnyai dua bagian yaitu :

1. Labirin Bagian Tulang

Labirin bagian tulang mempunyai tiga bagian yaitu : koklea, vestibulum dan kanalis
semisirkularis. Bagian bagian ini di hubungkan ke dinding medial kavum timpan.
Vestibulum berhubungan dengan jedela oval dan kanalis semisirkularis lateralis
mengembang ke dalam aditus. Seluruh labirin bagian tulang panjangnya 17 mm.

Koklea menyerupai rumah siput. Koklea mengandung reseptorn saraf untuk pendengaran.
Pola – pola gelombang di dalam koklea merangsang reseptor pendengaran di telinga dalam,
dan suara diterima di lobus temporalis.
Vestibulum terletak diantara koklea dan kanalis semiseirkularis. Di dalam tulang petrosus,
vestibulum berhubungan dengan kedua kamar ini. Di sebelah lateral melalui jedela oval,
vestibulm terbuka ke dalam kavum timpani. Di jendela oval cairan (perilim) di dalam
vestibulum berbatasan dengan dataran kaki tulang stapes. Di dalam koklea dan kanalis
semisirkularis perilim juga mengelilingi labirin bagian membranosa.

Ketiga kanalis semisirkularis anterior (superior), posterior dan lateralis tersusun saling
tegak lurus dan menempati tiga bidang di dalam sebuah ruangan.

Kanalis semisirkularis lateralis adalah horizontal dan berproyeksi kea rah lateral,
membentuk penonjolan di dalam dinding medial aditus. Yang lainnya, kanalis semisirkularis
anterior dan posterior berada vertical (Jhon dan Charles,2014).
2. Labirin Bagian Membranosa

Labirin bagian membranosa mempunyai tiga komponen :

a. Duktus koklearis
b. Sakulus dan utrikulus
c. Ketiga duktus kanalis semisirkularis
Labirin bagian membranosa adalah suatu system tertutup yang berisi endolim. Sebuah
tangkai, yakniduktus endolimfatikus, melintas dari sakulus dan utrikulus melalui saluran
(akuaduktus vestibule) di dalam tulang petrosus, menuju suatu toreh di lateral terhadap
meatus akustikus internus (Jhon dan Charles,2014).

Sumber :
Basmajian, Jhon, & Snolecker, Charles., 2014,Grant Anatomi Klinik berorientasi
pada kasus klinik, Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.

Anda mungkin juga menyukai