Anda di halaman 1dari 120

AUDIOLOGI

1. Audio = pendengaran/ dengar


2. Logi/logos = ilmu/ ilmu pengetahuan
Ilmu yang mempelajari pendengaran.
Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
anatomi pendengaran
TELINGA
 ANATOMI TELINGA/ ALAT DENGAR
Secara anatomis alat dengar dibagi menjadi:
1. Telinga Luar (auris externa)
2. Telinga tengah (auris media)
3. Telinga Dalam (auris interna)
Telinga Luar
1. Telinga luar (auris externa) terdiri dari
a.Daun telinga (pinna, auicula, auricle),
berfungsi untuk mengarahkan suara atau
menangkapbunyi. Pada binatang daun
telinga dapat digerakkan ke arah bunyi.
Daun telinga terdiri atas tulang rawan yang
elastis (cartilago elastis) jaringan ikat
(jaringan fibreus) dan ditutupi kulit.
b. Liang Telinga (meatus acusticus externus)
Liang ini merupakan saluran yang
membentuk hurus S dan panjangnya lebih
kurang 2,5 cm. liang ini dibagi menjadi dua
yaitu 1/3 bagian luar dindingnya terdiri atas
cartilago elastis. 1/3 bagian dalam
dindingnya terdiri dari tulang.
meatus acusticus ini in lemaki dindingnya ditutupi
oleh kulit, terdapat rambut serta kelenjar lemak
yang dapat mengeluarkan cairan lemak yang kental
yang disebut cerument. Fungsi rambut dan
cerument ini adalah untuk mencegah masuknya
benda dan serangga. Pada akhir dari liang telinga
terdapat selaput tipis yang disebut dengan gendang
telinga (membran tympani) yang merupakan batas
antara telinga luar dan telinga tengah.
Membran ini berupa selaput tipis yang
berwarna putih keabu-abuan mengkilat dan
kadang-kadang transparan sehingga
bagian di belakangnya dapat dilihat dari
luar. Membran tympani ini terdiri atas tiga
lapis yaitu: epital pipih berlapis di sebelah
luar, jaringan ikat di sebelah tengah, dan
epital pipih di sebelah dalam.
GAMBAR AURIS EXTERNA
 Keterangan gambar auris externa
2. Telinga Tengah (auris media)
Telinga tengah = auris media = cavum tympani atau
suatu rongga yang berisi udara, dindingnya terdiri
atas tulang dan membrana. Di atas rongga
berhubungan dengan rongga-rongga udara
terdapat di dalam tulang kepala yang disebu t
Antrum Mastrus melalui celah yang sempit
(pipih) yang disebut Aditus.
Di bagian bawah terdapat muara yaitu suatu
saluran yang disebut Tuba Eustacheus
Saluran ini menuju ke arah rongga tenggorokan
(naso pharynx). Dengan demikian tekanan udara
pada kedua sisi tympani (udara luar dan udara
dalam tympani) dapat diatur seimbang melalui
liang telinga dengan tuba eustacheus. Dalam
keadaan biasa celah tuba ini selalu menutup dan
pada dapat membuka pada waktu menelan,
menguap atau batuk.
Dalam keadaan tertentu, misalnya ada infeksi
pada hidung atau tenggorokan maka
saluran tuba ini dapat tersumbat, sehingga
keseimbangan udara antara cavum
tympani dan udara luar twerganggu,
keadaan ini menyebabkan ketulian
sementara (tuli hantaran).
Di dalam cavumtympani terdapat tiga buah
tulang pendengaran yang berhubungan
antara satu dengan lainnya. Tulang-tulang
ini menghubungkan antara permukaan
dalam membran tympani dengan rongga
telinga dalam melalui jenestra ovalis
(fenestra vestibuli). Tulang- tulang tersebut
antara lain:
3 Tulang
 Tulang Maleus (tulang martil): berbentuk seperti
martil dengan gagang yang melekat pada membran
tympani. Sedangkan kepalanya berhubungan
dengan tulang Incus (tulang landasan)
 Tulang Incus (tulang landasan): merupakan tulang
bagian tengah dari tulang pendengaran,
permukaan luarnya membentuk persendian dengan
tulang malleus. Sehingga permukaan dalamnya
bersendi dengan tulang stapes (tulang sanggurdi).
 Tulang Sanggurdi (tulang stapes): merupakan
tulang pendengaran yang terkecil, berbentuk seperti
sanggurd. Tulang ini berhubungan dengan tulang
incus dan kakinya berhubungan dengan selaput
yang menutup: venestra vestibuli=venestra ovalis.
Fungsi dari rangkaian tulang-tulang pendengaran ini
untuk mengantarkan getaran-getaran suara dari
membrana tympani ke telinga bag. Dalam ( auris
interna)
Gambar penampang telinga tengah
 Gambar auris media
3. Telinga Bagian Dalam
(auris interna)
Telinga dalam juga disebut labyrint,
merupakan rongga di dalam tulang karang
(os petrosa) dari tulang pelipis (os
temporale).
Rongga-rongga ini terdiri dari berbagai
rongga yang menyerupai saluran dalam
tulang temporale yang disebut labyrint
tulang (labyrint osseus).
Di dalam labyrint-osseus terdapat pipa-pipa
lambat yang disebut labyrint membranaseus.
Diantara labyrint membran terdapat ruangan
yang disebut ruangan Perilymphatica yang
berisi cairan perilympe, cairan ini
berhubungan dengan cairan otak melalui
Ductus Perilymphaticus dan di dalam labyrint-
membran terdapat juga cairan yang disebut
Endolymphe.
Labyrint terdiri dari:
 Vestibulum: merupakan ruangan sebagai
pertemuan antara saluran-saluran di dalam
labyrint (Coclea dan semicircularis). Di
dalam vestibulum terdapat ruangan yaitu
utriculus dan Sacculus, utriculus
berhubungan dengan canalis
semicircularis. Sedangkan sacculus
berhubungan dengan coclea.
 Canalis Semi Circularis
Saluran setengah lingkaran merupakan suatu
saluran yang dindingnya terdiri atas tulang.
Saluran ini berjumlah tiga (3) yang saling
berhubungan satu dengan vestibulum
1. Canalis Semi Circularis superior (ke atas)
2. Canalis Semi Circularis Posterior (ke belakang)
3. Canalis Semi Circularis Lateralis (ke samping)
Saluran-saluran tersebut membentuk tegak
lurus satu samalain, pada salah satu dari
saluran tersebut twerdapat suatu pembesar
yang disebut Ampulia. Di dalam saluran ini
terdapat pipa lembut yang disebut Ductus
Semi Circularis (termasuk labyrint
membranacus). Pada ujungnya terdapat
juga ampulla membraccus.
Di dalam ampulla ini terdapat sel-sel reseptor
untuk menerima rangsang keseimbangan,
yang selanjutnya akan diteruskan ke pusat
keseimbangan (hypophyse di bawah otak
kecil) untuk mengetahui kedudukan/posisi
tubuh dan untuk mengendalikan
keseimbangan. Di dalam labyrint
membranaccus terdapat cairan yang disebut
endholymphe.
Anatomi Telinga Tengah
1. Serambi (vestibule)
2. Saluran-saluran gelung (canalis
semicircularis)
3. Rumah siput (cochlea)
I. SERAMBI (vestibule)
 Ruangan sebagai pertemuan antara
saluran di dalam labyrint (coclea dan
semicirculares). Di dalam vestibule terdapat
dua ruangan yaitu: utriculus dan sarculus,
utriculus berhubungan dengan C S C,
sedangkan sacculus berhubungan dengan
coclea.
II. Saluran-saluran Gelung CSC
Saluran setengah lingkaran merupakan suatu
saluran, dindingnya terdiri atas tulang.
Saluran ini berjumlah tiga yang saling
berhubungan dengan vestibulum.
1. CSC supperior (yang ke atas)
2. CSC posterior (yang ke belakang)
3. CSC lateralis (yang ke samping)
Saluran-saluran tersebut membentuk sudut
tegak lurus satu dengan lainnya. Pada salah
satu ujung dari saluran tersebut terdapat
suatu pembesar yang disebut Ampulla. Di
dalam saluran ini terdapat pipa lembut yang
disebut Ductus Semicircularis (termasuk
labyrint membranaccus), pada ujungnya juga
terdapat ampulla membranceus.
Di dalam ampulla ini terdapat sel-sel reseptor
untuk menerima rangsang keseimbangan,
yang selanjutnya akan diteruskan ke pusat
keseimbangan (hypophyse di bawah otak
kecil) untuk mengetahui kedudukan/posisi
tubuh dan untuk mengendalikan
keseimbangan. Di dalam labyrint
membranaceus terdapat cairan yang disebut
endolymphe.
III. Rumah Siput (cochlea)
Cochlea merupakan saluran yang melingkar-
lingkar/melilit-lilit berbentuk spiral menyerupai
rumah siput. Lingkaran-lingkaran tersebut
mengelilingi sebuah sumbu berbentuk kerucut
dari tulang yang disebut Modiolus. Dinding
dari canalis cochlearis ini disusun oleh tulang
di dalamnya terdapat ductur cochlearis yang
berhubungan dengan sacculus vestibuli.
Scala vestibule dan scala tympani berisi cairan
yang disebut Perilymphe, sepanjang ductus
cochlearis ini terdapat organon corti. Alat ini
melekat pada membrana basilair dan terdiri
atas sel-sel yang dapat berfungsi untuk
menerima rangsangan getaran yang akan
dirubah menjadi getaran listrik yang akan
diteruskan melalui saraf pendengaran (nervus
cochlearis) ke otak.
Canalis cochlearis ini bila dipotong secara
melintang tampak adanya tiga lubang, lubang
atas disebut Scala Vestibuli, lubang yang tengah
disebut Ductus Cochlearis yang berisi
endolymphe. Antara scala vestibuli dan ductus
cochlearis dipisahkan oleh membran Reissner.
Lubang yang terbawah disebut scala tympani
yang dipisahkan dengan ductus cochlearis oleh
suatu membran yang disebut membrana basilair.
Getaran bunyi sampai ke organon corti
lewat getaran dari cairan endholymphe
dalam ductus cochlearis. Di dalam
cochlea ini terdapat dua buah lubang
(jendela) yang disebut:
1. Fenestra Ovalis
2. Fenestra cochlea
1. Fenestra Ovalis= Fenestra Festibule, di
dalam lubang ini terletak kaki dari tulang
stapes dari auris media. Getaran suara dari
stapes diteruskan ke dalam scala vestibule,
dari energi mekanis diubah menjadi energi
hidrolis.
2 . Fenestra Cochlea= Fenestra Rotunda, lubang ini
ditutupi oleh selaput tipis yang disebut membran
tympani secunder. Dengan adanya dua lubang ini
memungkinkan getaran suara dialirkan dari ruang
telinga tengah ke dalam perylimphe scala vestibule
dan scala tympani dengan membran tymphani
scunder.getaran pada perilymphe tersebut akan
diteruskan oleh cairan endolymphe dalam ductus
cochlearis yang akan diterima oleh organon corti
menjadi energi electris.
Untuk lebih mudah memahaminya marilah kita lihat seksama
gambar penampang telinga dalam auris interna.
Gambar Cochlea
Fisiologi Alat Dengar/Fungsi alat
dengar
1. Part Cunductive (bagian hantaran)
Berfungsi untuk menghantarkan suara, hal ini
mencakup telinga luar, telinga tengah dan sebagian
telinga dalam (hantaran bersifat mekanis dan
hidrolis).
2. Part Perseptive (bagian Penerimaan).
Berfungsi untuk merubah getaran suara yang bersifat
hidrlis menjadi getaran elektris, sehingga dapat
diterima, diteruskan, diartikan/ditafsirkan oleh
susunan syaraf otak.
Proses Mendengar
Getaran suara (bunyi) akan masuk ke dalam
alat dengar melalui liang telinga (m a e),
getaran ini akan diterima oleh membran
tympani sehingga membran tympani
bergetar. Getaran ini akan disalurkan dan
diperkuat oleh tulang-tulang pendengaran
(mis) di dalamnya cavum tympani.
Proses ini disebut proses konduksi yang bersifat
mekanis, proses penguatan getaran oleh tulang-
tulang pendengaran ini dapat mencapai 20 kali
lipat getaran yang diterima oleh membran
tympani. Melalui fenestra ovalis, getaran akan
diteruskan ke dalam vestibule dan scala tympani,
gelombang cairan tersebut akan diteruskan ke
cairan endolymphe dalam ductus coclearis.
Gelombang dari cairan endolymphe yang
bersifat hydraulis ini akan merangsang sel-
sel pada organon corti yang akan merubah
getaran yang bersifat hydraulis tersebut
menjadi getaran listrik (elektris) yang
kemudian diteruskan oleh syaraf
pendengaran (syaraf No. VIII) ke otak untuk
diartikan/ditafsirkan.
Dalam proses mendengar ada dua
1. Hantaran udara (air conduction)
Hantaran gelombang suara melalui
membran tympani, tulang-tulang
pendengaran sampai pada fenestra ovalis.
2. Hantaran tulang (bone conduction)
Hantaran suara melalui tulang-tulang
tengkorak ke cairan telinga dalam.
PATOLOGI ALAT PENDENGARAN

Hal ini mempelajari tentang penyakit-penyakit


telinga dan kelainan-kelainannya yang
dapat mengganggu telinga. Dalam hal ini
akan membahas mengenai penyebab-
penyebab, gejala-gejala dan kemungkinan
penyembuhan gangguan pada telinga.
PENYAKIT TELINGA LUAR
1. Sumbatan Karena cerumen:
dinding mae terdapat kelenjar-kelenjar yang
mengeluarkan semacam lemak (cerumen). Bila
cerumen ini tertimbun dan mengeras maka mae
akan tersumbat, hal ini akan mengurangi
ketajaman pendengaran (tuli kunduktif). Apabila
kemasukan air maka bakteri akan berkembang
dan cerumen perlu diangkat.
2. 0titis externa
(peradangan telinga luar

Peradangan dapat terjadi karena


adanya luka atau adanya bakteri
yang berkembang pada timbunan
cerumen. Di sini biasanya tidak
terjadi gangguan pendengaran dan
gejalanya panas, nyeri pada pinna
dan m a e.
3. Bisul (furuncel)

Hal ini sering terjadi baik pada


auricula maupun m a e, merupakan
komplikasi dari auria media. Bisul
bisa terjadi karena satu atau lebih
dan gejalanya panas,sakit pada
auricula, m a e, sakit bahkan ke
rahang atas.
4. Harpes Telinga

Infeksi virus pada telinga, gejalanya


sakit, ketajaman pendengaran
kurang dan titinus ( telinga
mendengung/mbenging)
5. Tumor: dapat terjadi dari kelenjar
lemak ataupun tumor telinga.
6. Corpus alienum (benda asing)
Hal ini terjadi karena masuknya benda
asing ke dalam ma e, seperti jagung,
kelereng, batu kecil/kerikil, mutiara dll.
Untuk menjaga kebaikan pendengaran
tersebut jangan sampai mengambil
sendiri, bawalah ke puskesmas terdekat,
rumah sakit maupun ke dokter THT.
7. Trauma (luka karena dipaksa)

Hal ini terjadi pada waktu


membersihkan telinga dengan
benda keras pada m a e, auricula
juga dapat mudah robek
terkena trauma seperti putus
atau robek.
8. Peradangan pada membran
tympani (myringitis)
1. Traumatic Myringitis:
sering terjadi pada waktumembersihkan m a e,
dengan benda keras, atau perubahan tekanan
udara yang mendadak
2. Infeksi Myringitis:
bakteri yang menyebabkan komplikasi dari
peradangan jalan nafas bagian atas, infeksi ini
menjalar ke tuba eustacheus ke telinga tengah dan
kadang-kadang mendadak ke membran tympani
KELAINAN PADA AURIS MEDIA
1. Eustachitis:
karena tuba berhubungan dengan
sopharynx maka peradangan pada
neopharinx dapat menjalar ke tuba
eustacheus. Radang ini sering disertai
dengan gejala pilek (flu) sakit amandel.
Gejalanya pendengaran berkurang,
perasaan penuh pada telinga, nyeri tinitus
2. Otitis Media (radang telinga tengah)
Hal ini bisa terjadi satu telinga atau dua-
duanya oleh seorang penderita. Hal ini
terjadi karena komplikasi peradangan tuba
eustacheus, otitis media antara lain:
a. Otitis Media Accut
Perjalanan penyakit secara accut
(mendadak).
gejalanya: nyeri pada telinga, belakang
telinga, demam, tuli kundutif, membran tympani
nampak kemerahan, mencembung keluar dan
tidak mengkilat. Dalam cavum tympani tertimbun
nanah, kemudian menjebol membran tympani
sehingga nanah keluar yang menyebabkan otitis
media. Komplikasi lain berupa meningitis,
kekumpulan syaraf ke VII (nervus Facialis) .
b. Otitis media kronis ada dua:
1). Otitis media cronis choles teatorna
2). Otitis media bernanah
c. Oto sclerosis
Pertumbuhan tulang pada serambi
(vestibulum) sehingga mengurangi tidak
bergetar lagi di fenestra ovalis.
d. Tympani sclorosis
Penyakit ini pada gendang pendengaran
(membran) tympani dan bagian-bagian lain
auris media dilapisi kalsium, yang
mengakibatkan terhambatnya fungsi-fungsi itu.
Cara penyembuhannya adalah mengeluarkan
kalsium itu
e. Cacat sejak lahir: tidak terbentuk tulang
pendengaran
Pengobatan Dari Penyakit
Otitis Media
1. Secara Konsertatif
a. Membersihkan m a e (hati-hati)
b. Pengobatan lokal dengan tetes telinga
c. Pemberian obat anti biotik
2. Operasi
a. Nyringoplastik: operasi yang semata-mata
melakukan rekonstruksi membran tympani yang
rusak.
b. Tympanaplastik eksplorasi seluruh auris media
(membran tympani, tulang pendengaran,
auntrum mastoid dan tuba eustacheus,
c. Mastoiddektomi: pembedahan tulang mastoid
untuk mengeluarkan bagian-bagian yang mati .
ADA DUA PEMBEDAHAN
1. Mastidektomi simple: membersihkan
cavum mastoid tanpa merusak cavum
tympani seisinya.
2. Mastoidektomi radikal: membuang semua
jaringan yang mati termasuk cavum
mastoid dan cavum tympani.
PENYAKIT TELINGA BAGIAN
DALAM
1. Recruitment:
Kelainan telinga dimana telinga akan peka
dengan bunyi keras daripada telinga
normal, atau dengan kata lain ditambah
bunyi sedikit sudah merupakan anugrah
yang sangat besar. Recruitment muncul
pada daerah frekwensi tinggi pada coclea
(dekat fenestra ovalis).
2. Prosbycusis
Untuk orang muda fkwensi yang didengar
berkisar 16 hz – 20.000 hz.
3. Trauma Acustis

Disebabkan karena bunyi yang


selalu keras seperti letusan,
tembakan. Hal ini dapat
menimbulkan kerusakan teling dan
yang diserang pada indra
pendengaran pada daerah
frekwensi tinggi.
4. Penyakit Memiere
Gejanya:
a. Kurang dengar persepstif
b. Tinitus sering keras
c. Sering menderita pusing
d. Telinga terasa tertekan
kebanyakan yang menderita pria berumur
50 -55th dan muncul pada satu telinga saja.
5. KETULIAN PERSEPTIF
SEJAK LAHIR

 Ketulian ini kadang-kadang disebabkan


oleh penyakit tertentu yang diderita ibu
waktu mengandung, keracunan obat kina
dll. Sehingga tidak terbentuknya alat
dengar auris interna.
6. Tumor pada syaraf No. VIII.
JENIS-JENIS KETUNARUNGUAN
Penyebab Secara Anatomis
1. Tuli Konduktif: semua jenis pendengaran yang
terjadi mulai dari m a e, sampai cavum tympani
2. Tuli Perseptif: semua jenis gangguan
pendengaran akibat rusaknya alat-alat
pendengaran mulai dari fenestra ovalis sampai
sampai dengan cortek otak (area wernicje)
3. Tuli Campuran: terjadi tuli konduktif dan tuli
perseptif
PEMBAGIAN SECARA
KUANTITATIF
1. Tuli ringan
2. Tuli sdang
3. Tuli berat
4. Tuli total
Sebab-sebab Tuli Konduktif
 Kelainan bawaan
- Atresin liang tengah= liang telinga tidak
terbentuk (buntu)
- Hypoplasi telinga= telinga tengah tidak
terbentuk dengan sempurna.
- Kelainan posisi tulang-tulang pendengaran
- Oto sclerosis
Sebab-sebab tuli Konduktif
 Gangguan pendengaran yang didapat
- Tertutupnya liang telinga akibat radang kronis
- Trumor
- Tertimbun cerument lalu mengeras
- Peradangan telinga tengah
- Trauma
- Tertutupnya tuba eustacheus
- Sumbatan oleh benda asing
SEBAB-SEBAB TULI PERSEPTIF
1. Tuli sejak lahir; biasanya ibu menderita penyakit
virus pada saat mengandung
2. Presbycusis; akibat usia tua karena organ corti
dan nervus coclearis. Disini kekurangan nada
tinggi.
3. Infeksi atau peradangan pada labyrint
4. Tumor pada nervus VIII (oktavus)
5. Trauma yang merusak cochlea atau labyrint.
BUNYI (Akustik)
Bunyi terjadi karena benda bergetar, dan bunyi
terjadi karena getaran-getaram benda. Benda
yang menimbulkan bunyi dinamakan sumber
bunyi, di sekitar kita banyak sumber bunyi
contoh: gitar yang dipetik, gendang yang
dipukul, seruling yang ditiup dll. Bunyiada
yang keras, lemah, tinggi, rendah dan
kecepatannya berbeda
 Bunyi yang dapat didengar oleh telinga
manusia yang mempunyai telinga normal,
daerah frekwenhz bunyi yang dapat
didengar telinga disebut Audio Sound
berkisar 16 hz – 20.000 hz. Getaran bunyi
yang berfrekwensi di bawah 16 hz disebut
Infra Sound sedangkan getaran frekwensi
di atas 20.000 hz disebut Ultra Sound
GETARAN TUNGGAL BUNYI
Yang disebut getaran tunggal adalah gerakan
bolak-balik dari suatu benda ke titik fokus.
Hal ini dapat dilihat pada bandul jam
tembok, bila jam bandul ditarik dari titik
tenang A ke C lalu dilepaskan maka bandul
akan kembali ke A, tapi tidak berhentidi situ
dan gerakan ini teruske Ckarena dilihat dari
kecepatannya.
Dari titik C bandul akan kembali ke titik A dan
akan kembali ke titik B dan ke arah C lagi dst.
Sampai bandul berhenti samasekali di titik A,
jarak antara titik A dan titik B sama dengan
jarak dari A ke C, hal ini disebut luas getaran.
Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
satu getaran disebut satu periode (gerakan
bandul dari B lewat titik A titik C kembali ke
titik B)
Yang disebut frekwensi adalah jumlah getaran
dalam waktu satu detik, kesatuan untuk
frekwensi adalah Haert (Hz) 1 Hz = 1 getaran
per detik. Bunyi yang kita dengar ini
dikarenakan adanya udara di sekitar kita
benda bergetar menekan udara di sekitarnya.
Tekanan-tekanan udara menekan bagian-
bagian udara yang berdesakan dst.
Sehingga dengan demikian suatu gelombang
getaran akan terjadi berkembang sampai
ke telinga kita, kita bisa mendengar bila
frekwensinya antara 16 hz – 20.000 hz.
KECEPATAN BUNYI
Kecepatan bunyi tergantung pada kepadatan
dan elastisitas benda yang mengantarkan
bunyi tersebut, contoh:
1. Udara tenang shu 15 dc kecepatan 340
m/detik.
2. Benda cair kecepatannya 1400 m/detik
3. Logam kecepatan 4000 s/d 5000 m/detik
sudut pantul

sudut masuk

Telinga manusia dapat membedakan lebih


kurang 10 perubahan pada tekanan
bunyi/detik,
Maka kita akan mendengar bunyi yang dipantulkan
sebagai “gema”, dari bunyi tersebut. Terdengar
1/10 detik lebih lambat dari pada bunyi
langsung.bila pantulan bunyi sampai di telinga
dalam waktu kurang dari 1/10 detik sesudah
bunyi langsung sampai ditelinga disebut
“kerdem”.
- Kerdem memberi kesan bunyi diperpanjang.
- Gema memberi kesan bunyi diulangi
GEJALA-GEJALA BUNYI
Gejala bunyi ada 4
1. Nada murni
2. Nada campur
3. Nada gaduh (bunyi gaduh)
4. Bunyi detus (bunyi detus)
1. Nada murni: getaran tunggal yang teratur, tingginya
suatunada murni sesuai dengan jumlah getaran, makin
banyak getaran makin tinggi nada.
2. Nada campuran: nada murni sebagai dasar ditambah
dengan nada-nada lain yang ikut berbunyi sesuai dengan
nada murni itu, nada campur enak didengar, warna nada
campur (timbre) ditentukan oleh jumlah nada lain yang
ikut berbunyi dan kerasnya masing-masing nada ikut
menentukan timbre tsb.
3. Bunyi gaduh: berbagai macam bunyi yang
jadi satu dengan yang lainnya dan
frekwensinya tidak teratur, sehingga
menimbulkan gelombang bunyi yang tidak
teratur pula.
4. Bunyi dentus: suatu gelombang bunyi yang
kuat sekali tetapipendek bunyinya.
INTENSITAS BUNYI
Kerasnya suatu suara tergantung dari
amplitudo, sedangkan tinggi rendahnya
nada tergantung daripada frekwensi
dengan satuannya yaitu hestz (hz).
Intensitas sering dipakai/digambarkan
dengan satuan decibel (dB) antara lain:
1. Ambang batas tekanan bunyi yang dapat
didengar oleh telinga manusia yang sehat
adalah 0dB.
2. Percakapan normal sehari-hari adalah 40
dB.
3. Lalu lintas berat berintensitas 80 dB.
4. Kegaduhan (tidak nyaman didengar) 120
dB.
5. Suara pesawat tempur (jet) berintensitas
160 dB.
Bila kita berada di tempat yang dingin suara-
suara intensitas tinggi dapat menyebabkan
kerusakan alat pendengaran. Oleh sebab
itu seharusnya perlu memakai pelindung
telinga.
FREKWENSI SUARA MENENTUKAN
TINGGI RENDAHNYA NADA

Frekwensi suara yang terdengar oleh


manusia berkisar 16 hz – 20.000 hz,
kepekaan telinga manusia paling besar
antara 1000hz – 4000hz, pada percakapan
sehari-hari untuk pria berkisar 120 hz
sedangkan untuk wanita berkisar 250hz.
Dengan demikian telinga manusia normal
bisa membedakan beberapa nada/bunyi:
1. Tinggi suatu bunyi/nada
2. Keras suatu bunyi/nada
3. Rendah suatu bunyi/nada
4. Lemah suatu bunyi/nada
5. Lamanya suatu bunyi/nada
6. Timbre (warna bunyi/nada)
CARA MENDETEKSI KEPEKAAN
PENDENGARAN SESEORANG

Banyak cara yang dilakukan dalam mendeteksi


kepekaan pendengaran seseorang, baik yang
bersifat tradisional dengan bentuk yang
sederhana maupun cara lain yang lebih moderen.
Cara mendeteksi dengan yang sederhana yaitu
dengan bisik, menggosokkan ibu jari, detak arloji
dan garputala. Sedangkan yang moderen yaitu
Audiometer, radio, tep recorder dll.
1. Test bisik
Cara yang paling sederhana dalam
mendeteksi kepekaan pendengaran
seseorang adalah tes bisik.
Kendatipun bersifat sederhana namun
dalam pelaksanaannya diperlukan
beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi, antara lain:
a. Tes hendaknya dilakukan dalam suatu ruangan
yang bebas kebisingan dan tidak bergema.
Maksudnya ruangan harus kedapsuara, hal ini
dapat diatasi dengan menyimpan perabot kayu
dalam ruangan tersebut.
b. Saat mengadakan pengetesan pembicaraan
jangan menghirup udara terlalu dalam, sehingga
pengucapan kata pertama terlalu keras dapat
dihindarkan.
c. Teste jangan sampai melihat bibir tester
saat mengucapkan kata-kata, hal ini
menghindarkan teste dapat membaca
bibir.
d. Ruangan sebaiknya berukuran 6X6 m.
e. Telinga dites satu persatu, dan telinga
yang tidak dites diusahakan ditutup.
Terlepas dari segala kekurangannya,
tes bisik ini adalah salah satu tes
yang dapat digunakan oleh setiap
dokter baik di puskesmas maupun
dimana saja, yaitu dengan
menggunakan persyaratan-
persyaratan di atas.
PELAKSANAAN TES BISIK
- Pasien diberi instruksi-instruksi tentang perannya
dalam tes ini.
- Pasien didudukkan pada salah satu sisi ruangan
dengan telinga yang diperiksa mengarah lurus ke
pemeriksa.
- Seseorang pembantu pemeriksa berdiri di
hadapan pasien dan bertugas menutup telinga
yang tidak dipriksa, kalau tidak cukup ditutupi
dengan kapuk kapas.
- Pemeriksa berdiri pada jarak 6 m
daripasien dan mulai membisikkan kata-
kata.
- Setelah 6m tidak mendengar, mulai maju
satu meter dan seterusnya sampai
menempel pada telinga.
2. TES DENGAN JARI
Tes ini sangat sederhana dan dapat dilakukan jika
kita telah dapat memperkirakan seseorang
mengalami kekurangan pendengaran untuk nada-
nada tinggi. Hal ini dapat kita tentukan tingkat
kehilangan pendengarannya dengan menggosok-
gosokkan ibu jari dengan jari telunjuk pada
telingan penderita. Jika ia tidak mendengar bunyi
gesekan, maka kekurangannya adalah
diperkirakan 50 dB.
3. TES DENGAN DETAK ARLOJI
Arloji dapat membantu menentukan
kehilangan pendengaran seseorang.
Caranya arloji dipegang dan ditempelkan
didepan lubang telinga, tetapi tidak boleh
menyentuh telinga. Kerasnya detak arloji
kira-kira 40dB, dan bunyinya banyak
mengandung frekwensi 1500 hz ke atas.
4. TES GARPUTALA
Garputala jarang dipergunakan untuk
menentukan tingkat kemampuan
mendengar, karena banyak mengandung
kelemahan-kelemahan antara lain:
a. Keras bunyi garputala tergantung pukulan.
b. Kerasnya garputala berkurang cepat.
c. Garputala tertentu menghasilkan nada
tertentu.
Kelemahan terakhir dapat diatasi dengan
menggunakan beberapa garputala dengan
beberapa frekwensi, umpamanya garputala
frekwensi 125, 250, 500, 2000, dan 4000.
hanya kelemahan pertama dan kedua tidak
dapat diatasi sebab kekerasan garputala
tidak dapat diukur saat melakukan tes.
Walaupun demikian kenyataannya masih ada
dokter yang menggunakan garputala,
bukan hanya untuk menentukan ambang
pendengaran, tetapi sebagai alat pembantu
dalam menentukan diagnosanya. Antara
lain dengan Tes Rinne, Tes Weber, Tes
Schwabach.
TES RINNE
Tuli konduktif/Perseptif

Caranya:
- Anak dibawa ke ruang khususyang bebas
dari bising.
- Sebelum tes dimulai kaki garputala dipukul
dengan palu kayu.
- Bila tidak mendengar maka kaki garputala
dipasang pada mastiod anak.
BEBERAPA KELEMAHAN TES
RINNE
1. Penderita konduktif ringan, jika dites ini
hasilnya tidak akan didapat.
2. Jika salah satu telinga masih ada yang
positif, maka hasilnya juga negatif
TES WEBER

Tes ini digunakan apabila salah satu


telinga masih ada yang baik,
dengan tes weber dapat ditentukan
telinga mana yang lebih peka untuk
getaran-getaran garputala yang
dipasang di atas kepala
CARA MENGETES
a. Anak didudukkan di atas kursi.
b. Garputala dipukul pelan-pelan, kemudian
kaki garputala ditempelkan pada tengah-
tengah dahi.
c. Bila anak mendengar getaran garputala
didalam telinga, berarti tidak ada
perbedaan diantara kedua telinga
d. Jika anak berkata bahwa ia mendengar
pada telinga yang lebih tuli, maka anak
tersebut menderita tuli konduktif.
e. Jika anak berkata bahwa ia mendengar
pada telinga yang lebih baik, maka anak itu
menderita tuli perseptif.
TES SCHWABACH
Tes ini untuk bone

Caranya:
a. Anak yang mau dites didudukkan di kursi
dan berhadapan dengan pengetes.
b. Setelah siap garputala dipukul pelan
kemudian dipasang pada mastoid/tulang
pendengaran anak, kemudian dicatat
sampai berapa detik anak itu dapat
mendengar bunyi garputala tersebut.
c. Jika anak tidak mendengar, maka
garputala dipindahkan pada mastoid
pengetes, apabila pengetes mendengar
maka anak yang dites tadi mengalami tuli
konduktif. Hal ini merupakan perbandingan
kepekaan telinga yang dites dan yang
mengetes
TES AUDIOMETER
Perkembangan dan kemajuan di bidang
teknologi yang sangat pesat ini banyak
memberikan dampak yang positif terhadap
berbagai aspek kehidupan, termasuk di
dalamnya anak yang kurang beruntung dalam
pendengarannya. Dengan perkembangan
tersebut maka anak tunarungu bisa
menikmati pendengarannya seperti anak
normal.
Kini telah terdapat bermacem-macem bentuk
dan jenis audiometer yang dapat digunakan
untuk mengetes pendengaran lewat udara
(air conduction) dan lewat tulang
pendengaran (bon conduction). Adapun
cara menggunakan audiometer tersebut
dapat dipelajari dengan petunjuk, langkah-
langkah pengetesnya:
PERSIAPAN
1. Usahakan lubang telinga anak yang mau
diperiksa itu bersih.
2. Sediakan suatu ruangan yang tenang agar
anak tidak salah menjawab pada saat
dites.
3. Menata alat yang akan diperlukan ,
supaya dalam pelaksanaan tidak banyak
waktu terbuang.
PELAKSANAAN
1. Anak didudukkan di atas kursi pada
ruangan khusus.
2. Usahakan anak dalam kondisi
menyenangkan/ tidak stress.
3. Anak diberi penjelasan tentang hal-hal
yang akan terjadi. Contoh bila mendengar
bunyi angkat tangan kiri/kanan, dan kalau
tidak mendengar jangan angkat tanganmu.
4. Setelah anak paham maka anak dicoba
sekali untuk meyakinkan petunjuk yang
telah diberikan tadi.
5. Setelah anak paham maka segeralah tes
dilakukan, tes dimulai dengan bunyi yang
frekwensinya tinggi dan volume besar lalu
frekwensi rendah dan volume kecil.
CARA MEMBACA AUDIOMETER
1. Telinga Kiri
A. tes melalui udara digunakan tanda X
B. Tes melalui tulang digunakan tanda ]
2. Telinga Kanan
A. Tes melalui udara digunakan tanda O
B. Tes melalui tulang digunakan tanda [
Tanda tersebut sudah disetujui secara
Internasional, yang berarti bahwa tanda-tanda
tersebut sama artinya di negara lain. Kita sebagai
tenaga di lapangan akan dituntut dapat membaca
Audiogram, karena anak yang masuk ke SLB-B
disarankan untuk dapat menunjukkan Audiogram
yang dibawa dari dokter THT sebagai tingkat
ketunarunguan yang dialami anak tersebut.
Untuk menafsirkan data ketunarunguan yang
terdapat dalam audiogram tersebut sering
digunakan indeks Fletcher, indek ini dimaksudkan
untuk mengungkapkan tingkat ketunarunguan
yang dialami seorang anak ke dalam suatu nilai.
Contoh: berapa decibel tingkat kehidupan
kemampuan mendengar anak tersebut?,
pertanyaan tersebut bisa dijawab dengan melihat
audiogram yang dibawa anak tersebut.
Adapun caranya dengan menggunakan
indeks fletcher, yaitu dengan
menjumlahkan tingkat kehidupan
pendengaran pada frekwensi 500, 1000
dan 2000hz, kemudian dibagi 3
sehingga didapat tingkat ketunarunguan
seseorang dalam satu nilai (decibel)
PENGGUNAAN AUDIOGRAM
1. Periksa liang/lubang telinga;
2. Berikan petunjuk yang akan dilakukan oleh
pasien;
3. Pemasangan haed phone;
4. Mencantumkan frekwensi yang akan
dimulai, contoh: 1000, 2000, 4000 atau
1000, 500, 250
5. Mencari kekerasan yang pantas dan
menyenagkan bagi pasien, misalnya
60dB (pasien yang masih bisa
mengulang ucapan dari belakang)
6. Mencantumkan telinga mana yang mau
dites lebih dahulu, kanan atau kiri;
7. Frekwensi diputar, misalnya dari 1000 maka
intensitasnya yang ditentukan tadi misalnya
60db, lalu diberi bunyi, apabila tidak
mendengar turun10, tidak mendengar lagi
turun 10 dst. Apabila mendengar maka naik
5, mendengar lagi naik 5 dst, baik yang
tidak mendengar maupun mendengar tetap
dicatat diaudiogram.
8. Untuk pengetesan lewat udara, telinga
kanan tandanya adalah 0 (bundaran
warna merah), kemudian setelah
diperoleh hasail untuk setiap frekwensi
maka hubungkanlah bundaran-
bundaran sebagai berikut: 0—0—0—0
dst.
9. Demikian caranya seperti no. 7, dan yang
perlu diingat jangan melupakan merubah
dari kanan ke kiri pada audiometersebagai
tanda digunakan tanda X ( tanda silang
berwarna biru) kemudian hubungkan
antara satu frekwensi dengan frekwensi
lainnya dengan garis lurus: X—X—X—X
dst.
10. Setelah melalui aliran udara (AC) selesai
diperiksa selanjutnya untuk tulang (BC),
caranya hampir sama hanya berbeda
pada maksimal kekerasan yaitu pada
frek. 250 hanya 30 db, frek. 500 hanya
50 db dan1000, 2000, 4000 untuk 60db,
sedangkan frek. 8000 dan seterusnya
tidakdiperiksa.
11. Untuk memberi tanda pada tulang adalah
telinga kanan: [, (kurung siku warna
merah) dan hubungkan garis putus-
putus. Mis: [ - [ - [ - [ dst. Sedangkan
untuk telinga kiri ] (kurung siku warna
biru), dan hubungkan garis putus-putus,
mis: ] - ] - ] - ] dst.
12. SETELAH MELALUI UDARA DAN MELALUI
HANTARAN TULANG SELESAI DIPERIKSA
MAKA PERLU DIPERHATIKAN

 Apakah ada perbedaan yang jauh antara


kemampuan mendengar antara telinga kanan dan
kiri, kalau ada lebih dari 50db, maka telinga yang
lebih parah perlu diulang dan telinga yang lebih
baik diberi masking (bunyi pengganggu).
 Lihat grafik antara udara (AC) dengan hantaran
tulang (BC) guna menentukan jenis ketulian
k0nduktif, senso neoral atau campuran.
13. Guna melihat tingkat kemampuan mendengar seseorang
dapat dicari dengan rumus:
AP 500 + AP 1000 + AP 2000
3
Bentuk grafik yang tidak terlalu tajam menurun, sedang pada
grafik yang terlalu tajam perlu digunakan rumus:

AP 500 + AP 2000
2
Yaitu untuk menentukan berat ringannya gangguan
14. Setelah selesai pemeriksaan maka
kembalikan seperti semula alat-alat
dan jangan lupa memberi
semangat pada penderita bahwa
telah beruntung cepat diketahui
kekurangannya.

Anda mungkin juga menyukai