Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi Sistem Pendengaran / Sistem Auditoria

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbanga
Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi seseorang
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan
bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan
mendengar.

Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka yang dapat
membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian,
internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik. Perawat yang terlibat dalam
spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh sertifikat di bidang keperawatan
otorinolaringologi leher dan kepala (CORLN= cerificate in otorhinolaringology-head and neck nursing).

1. Bagian –bagian telinga terdiri dari :

a. Auris Externa / Telinga luar (PINNA)

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari
telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga).
Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh
kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga.
Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius
eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput
mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika
membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter.
Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga
medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada
membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang
mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga
mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat
antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.

Bagian-bagian telinga luar terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:

1) Daun telinga (Auricula) mengandung cartilago elastic

a. Concha Auricula

° Cymba Conchae
° Cavum Conchae

b. Lobulus Aurikula (lembek, tidak mengandung cartilago, mengandung jaringan ikat fibrosa dan
lemak)

c. Helix, bagian pangkal dibatasi oleh crus helicis, sedangkan crus helicis menjadi pembatas antara
cymba conchae dan cavum conchae

d. Anti helix, mengandung fossa triangularis/tulang rawan dengan bagian pangkal dibatasi oleh crura
anti helix. Helix dan anti helix dibatasi oleh scapha

2) Liang telinga luar (Meatus acusticus externus) = MAE

Pembagian :

a) Meatus acusticus cartilageus

° Berambut

° Mengandung glandula sebasea dan seruminosa yang mengeluarkan secret seperti lilin

° Posisi 1/3 lateral

b) Meatus acusticus asseus terdapat di Posisi 2/3 medial

b. Auris medial / Telinga tengah

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik di
sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran
kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis
normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara
merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring
berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.

Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan
pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil
(jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam.
Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat
memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki
stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela
oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke
telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.

Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke
nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum
ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk
sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.
Bagian-bagian dari telinga tengah terdiri dari :

1) Cavitas tympatica

2) Membrana tympatica

3) Ossicula auditoria tulang telinga

° Maleus : Terdapat Tuba auditorius

° Incus : Eustachius berhubungan

° Stapes : Dengan nasopharinx dan membuka pada saat menelan

4) Tuba Auditoria / Tuba Auditorius / Tuba Eustachius

c. Auris Interna / Telinga dalam

Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan
keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea
vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis
bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak
membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan
keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan
seseorang.

Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran
spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin,
namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan
perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus
koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus
koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dina¬makan endolimfe.
Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak
kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan
gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin
membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus
kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut
utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis
VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung
dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi
nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius
internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus
tersebut dan asupan darah ke batang otak
Bagian-bagian dari telinga dalam terdiri atas :

1) Labirinthus osseus / Tulang labirin

a) Cochlea

° Berisi duktus cochlear

° Teridiri dari :

§ Skala vestibule

§ Skala medial

§ Skala tympani

§ Skala vestibule dan media dipisahkan oleh membrane vestibularis.

§ Skala media dan tympani dipisahkan oleh membrane basilaris, dibagian permukaan terdapat organ
corti (sel rambut).

b) Canalis semicircularis yaitu berisi ductus semicircularis dengan berujung pada ampula

c) Vestibula merupakan organ keseimbangan tubuh.

Terdiri atas :

° Sacculus

° Utriculus

2) Labirynthus membranaceus / Labirin membranosa

Terdiri dari :

a) Labirynthus vestibularis

b) Labirynthus cochlearis

Mengandung :

a) Cairan

° Perilimfe (kaya ion Natrium)

° Endolimfe (kaya ion Kalium)

b) Sel rambut

c) Masa gelatinosa (mempengaruhi terhadap kecepatan impuls saraf)


Terdapat beberapa system yang berkaitan dengan system pendengaran antara lain:

1) Musculus / Otot

a) Otot ekstrinsik

° Musculus Auricularis Anterior

° Musculus Auricularis posterior

° Musculus Auricularis Superior

b) Otot intrinsic

° Musculus elicis mayor

° Musculus helicis minor

° Musculus tragicus

° Musculus anti tragicus

° Musculus obliqus auricularis

° Musculus tranversus auricularis

° Musculus auricularis / auriculare

2) Vaskuler / Pembuluh darah

a) Rami Auriculares arteri temporal Superficiale

b) Rami Auriculares arteri auriculars posterior

3) Os Temporal

a. Pars Squamosa

° Terdapat tonjolan kea rah depan ( Processus zygomaticus Ossis Tempolaris

° Bagian caudal ( Tuberculum articulare)

° Lekukan di caudal ( Fossa mandibularis)

b. Pars Tympatica

c. Pars Styloidea (tonjolan memanjang )

d. Pars mastoidea (bagian caudal dari Os temporal)


e. Tonjolan kearah caudal ( Processus Mastoideus)

f. Pars Petrosa ( berbentuk pyramid besisi 3 dengan puncak petromedial)

4) Persarafan

a. Nervus Vagus R Auricularis : sebelah luar, peremukaan luar membran timpani

b. Nervus Auricularis magnus R posterior : di belakang daun telinga

c. Nervus auricularis magnum R anterior : di permukaan depan daun telinga

d. Nervus Mandibularis

e. Nervus auriculo temporalis

f. Nervus meatus acustici eksterni 3-5 berada di akar depan daun telinga, dasar, dinding depan dan
atap saluran pendengaran luar, lapisan luar membran tympani, dan membrane tympatic

g. Nervus facialis

h. Nervus auricularis posterior R auricularis berada di semua otot daun telinga

2. Fisiologi fungsional jendela oval dan bulat

Memegang peran yang penting. Jendela oval dibatasi olehj anulare fieksibel dari stapes dan membran
yang sangat lentur, memungkinkan gerakan penting,dan berlawanan selama stimulasi bunyi, getaran
stapes menerima impuls dari membrana timpani bulat yang membuka pada sisi berlawanan duktus
koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh menbran timpani yang utuh, jadi memungkinkan gerakan
cairan telinga dalam oleh stimulasi gelombang suara. pada membran timpani utuh yang normal, suara
merangsang jendela oval dulu, dan terjadi jedai sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela bulat.
namun waktu jeda akan berubah bila ada perforasi pada membran timpani yang cukup besar yang
memungkinkan gelombang bunyi merangsang kedua jendela oval dan bulat bersamaan. Ini
mengakibatkan hilangnya jeda dan menghambat gerakan maksimal motilitas cairan telinga dalam dan
rangsangan terhadap sel-sel rambut pada organ Corti. Akibatnya terjadi penurunan kemampuan
pendengaran.

Gelombang bunyi dihantarkan oleh membrana timpani ke osikuius telinga tengah yang akan
dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak dalam labirin di telinga dalam. Osikel yang
penting, stapes, yang menggo dan memulai getaran (gelombang) dalam cairan yang berada dalam
telinga dalam. Gelombang cairan ini, pada gilirannya, mengakibatkan terjadinya gerakan mem¬brana
basilaris yang akan merangsang sel-sel rambut or¬gan Corti, dalam koklea, bergerak seperti gelombang.
Gerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan merangsang berbagai daerah koklea. Sel
rambut akan memulai impuls saraf yang telah dikode dan kemudian dihantarkan ke korteks auditorius
dalam otak, dan kernudian didekode menjadi pesan bunyi.

Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan melalui telinga luar dan tengah yang
terisi udara berjalan melalui konduksi udara. Suara yang dihantararkan melalui tulang secara langsung
ke telinga dalam dengan cara konduksi tulang. Normalnya, konduksi udara merupakan jalur yang lebih
efisien; namun adanya defek pada membrana timpani atau terputusnya rantai osikulus akan
memutuskan konduksi udara normal dan mengaki¬batkan hilangnya rasio tekanan-suara dan kehilangan
pendengaran konduktif.

3. Prinsip Fisiologi yang Mendasari Konduksi Bunyi

Bunyi memasuki telinga melalui kanalis auditorius ekternus dan menyebabkan membrana timpani
bergetar Getaran menghantarkan suara, dalam bentukm energi mekanis, melalui gerakan pengungkit
osikulus oval. Energi mekanis ini kemudian dihantarkan cairan telinga dalam ke koklea, di mana akani
menjadi energi elektris. Energi elektris ini berjalan melalui nervus vestibulokoklearis ke nervus sentral, di
mana akan dianalisis dan diterjemahkan dalam bentuk akhir sebagai suara.

Selama proses penghantaran,gelombang suara menghadapi masa yang jauh lebih kecil, dari aurikulus
yang berukuran sampai jendela oval yang sangat kecil, yang meng batkan peningkatan amplitudo bunyi.

4. Kehilangan Pendengaran

Ada dua jenis kehilangan pendengaran, yaitu:

a. Kehilangan konduktif

biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan telinga tengah,
seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti itu, hantaran suara efisien suara melalui
udara ke telinga dalam terputus.

b. kehilangan sensoris

melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan konduktsi dan sensori
neural, dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga kehilangan pendengaran
fungsional. Pasien dengan kehilangan suara campuran mengalami kehilangan baik konduktif maupun
sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun konduksi tulang. Kehilangan suara fungsional
(atau psikogenik) bersifat inorganik dan tidak berhubungan dengan perubahan struktural mekanisme
pendengaran yang dapat dideteksi biasanya sebagai manifestasi gangguan emosional.

5. Pendekatan Psikososial

Gangguan pendengaran dapat menyebabkan perubahan kepribadian dan sikap, kemampuan


berkomunikasi, kepekaan terhadap lingkungan dan bahkan kemampuan untuk melindungi diri sendiri. Di
dalam ruang kelas, pelajar dengan gangguan pendengaran dapat menunjukkan tingkat
ketidaktertarikan, kurang perhatian dan kegagalan. Orang akan merasa terasing di rumah karena ketidak
mampuannya mendengar bunyi lonceng, dengungan, suara burung berkicau, atau kendaraan yang
melintas.

Pejalan kaki yang menderita gangguan pendengaran dapat menyeberang jalan pada saat yang tidak
tepat karena tak mampu mendengar mobil yang mendekat. Individu yang menderita kehilangan
pendengaran dapat melewatkan sebagian percakapan dan merasa yakin bahwa orang lain
membicarakan dirinya. Banyak individu bahkan tidak menyadari bahwa pendengarannya secara
bertahap mulai terganggu. Sering kali bukan mereka yang menderita gangguan tetapi orang yang
berkomunikasi dengan mere¬ka yang pertama kali mengenali adanya gangguan ter-sebut.

Tidak jarang individu dengan gangguan pendengaran menolak mencari pertolongan medis. Oleh karena
rasa takut bahwa kehilangan pendengarannya merupakan tanda usia lanjut, banyak orang menolak
mengenakan alat bantu dengar. Sedangkan orang lain merasa kurang percaya diri bila mengenakan alat
bantu. Pasien yang mampu melakukan introspeksi diri biasanya akan menanyakan kepada orang yang
diajaknya berkomunikasi untuk memberi tahu. ketika melakukan penyuluhan pasien yang memerlukan
bantuan pendengaran. Perawat harus ingat bahwa keputusan mengenakan alat bantu dengar adalah
sangat pribadi dan sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku orang tersebut.

6. Pendekatan Gerontologik

Bersama proses penuaan, dapat terjadi perubahan telinga yang kemudian dapat mengarah ke defisit
pende¬ngaran. Beberapa perubahan terjadi pada telinga kecuali bila serumen cenderung menjadi lebih
keras danj lebih kering sehingga terjadi peningkatan kemungkinan imfeksi.

Pada telinga tengah, membrana timpani menjadi atrofi atau menjadi sklerotik. Telinga tengah dapat
mengalarni degenerasi sel pada dasar koklea. Tampaknya ada predisposisi familier pada terjadinya
kehilangan pendengaran sensorineural. Manifestasinya berupa kehilangan kemampuan suara
berfrekuensi tinggi, kemudian oleh kehilangan frekuensi menengah dan rendah. Istilah presbikusis
dipakai untuk menerangkanl kehilangan pendengaran yang progresif. Namu presbikusis merupakan
diagnosis eksklusi, sehingga kehilangan pendengaran sensorineural harus dah disingkirkan.

Tanda awal kehilangan pendengaran bisa meliputi tinitus, peningkatan ketidakmampuan mendengar
pertemuan kelompok, dan perlu mengeraskan volume televisi.

7. Factor-faktor yang mempengaruhi pendengaran

Pada populasi manula dapat mempengaruhi proses pendengaran antara lain:

a. pemajanan sepanjang terhadap suara keras (mis. jet, senjata api, mesin gergaji mesin),

b. Beberapa obat, seperti aminoglik dan bahkan aspirin, mempunyai efek ototoksik gangguan ginjal
dapat menyebabkan perlambatan ek obat pada manula. Banyak manula menelan quinin untuk
mengatasi kram tungkai, yang dapat mengakib hilangnya pendengaran.
c. Faktor psikogenik dan pn penyakit lainnya (mis. diabetes) juga sebagian menimbulkan kehilangan
pendengaran sensorineural.

8. Gejala Kehilangan Pendengaran

a. Deterlorisasi wicara

Individu yang bicara dengan bagian akhir kata tldak jelas atau dihllangkan, atau mengeluarkan kata-kata
bernada datar, mungkin karena tidak mendengar dengan baik, Telinga memandu suara, baik kekerasan
maupun ucapannya.

b. Keletihan

Bila Individu merasa mudah lelah ketika mendengarkan percakapan atau pidato, keletihan bisa
disebabkan oleh usaha keras untuk mendengarkan. Pada keadaan ini, Iridividu tersebut menjadl mudah
tersinggung.

c. Acuh

individu yang tak bisa mendengar perkataan orang lain mudah mengalami depresi dan ketidaktertarikan
terhadap kehidupan secara umum. Menarik dlri dari sosial Karena tak mampu rnendengar apa yang
terjadi di sekitarnya menyebabkan individu dengan gangguan pendengaran menarlk diri dari situasi yang
dapat memalukannya.

d. Rasa taka man

Kehilangan rasa percaya diri dan takut berbuat salah menclptakan suatu perasaan tak aman pada
kebanyakan orang dengan gangguan pendengar¬an. Tak ada seorang pun yang menginglnkan untuk
mengatakan atau melakukan hal yang salah yang cenderung membuatnya nampak bodoh.

e. Tak mampu membuat keputusan-prokrastinal

Kehilangan kepercayaan diri membuat seseorang dengan gangguan pendengaran sangat kesulitan untuk
membuat keputusan.

f. Kecurigaan

Individu dengan kerusakan pendengaran, yang sering hanya mendengar sebagian dari yang dikatakan,
bisa merasa curiga bahwa orang lain membicarakan dirinya atau bagian percakapan yang berhubungan
dengannya sengaja diucapkan dengan lirih sehingga la tak dapat mandengarkan

g. Kebanggaan semu

Individu dengan kerusakan pendengaran berusaha menyembunyikan kehilangan pendengarannya.


Konsekwensinya, ia sering berpura-pura mendengar padahal sebenarnya tidak.
Kesepian dan ketldak bahaglaan Meskipun setiap orang selalu menginginkan ketenangan, namun
kesunyian yang dipaksakan dapat membosankan bahkan kadang menakutkan. Individu dengan
kehilangan pendengaran sering merasa (terasing)

h. Kecenderungan untuk mendominasi pembicaran

Banyak Individu dengan kerusakan pendengaran cenderung mendominasi percakapan, mengetahui


bahwa selama pembicaraan terpusat padanya sehingga ia dapat mengontrol maka la tidak akan
melakukan kesalahan yang memalukan.

(Seizin Maico Hearing Instruments.)

9. Pengkajian Kemampuan Mendengar

a. Pemeriksaan Telinga .

Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi lang-sung sementara membrana timpani diinspeksi,
seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop
pneumatic

b. Pengkajian fisik

Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat.

Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya :

1) deformitas, lesi,

2) cairan begitu pula ukuran,

3) simetris dan sudut penempelan ke kepala.

Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus dicurigai
adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat menunjukkan
mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista sebaseus dan tofus (de-posit
mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau di belakang aurikulus biasanya
menunjuk¬kan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat pula di kulit kepala dan struktur wajah.

1. Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit
dijauhkan dari pemeriksa.

2. Otoskop dipegang dengan satu tangan semen¬tara aurikulus dipegang dengan tangan lainnya
dengan mantap dan ditarik ke atas, ke belakang dan sedikit ke luar. Cara ini akan membuat lurus kanal
pada orang dewasa, sehingga memungkinkan pemeriksa melihat lebih jelas membrana timpani.

3. Spekulum dimasukkan dengan lembut dan perlahan ke kanalis telinga, dan mata didekatkan ke
lensa pembesar otoskop untuk melihat kanalis dan membrana timpani. Spekulum terbesar yang dapat
dimasukkan ke telinga (biasanya 5 mm pada orang dewasa) dipandu dengan lembut ke bawah ke kanal
dan agak ke depan. Karena bagian distal kanalis adalah tulang dan ditutupi selapis epitel yang sensitif,
maka tekanan harus benar-benar ringan agar tidak menimbulkan nyeri.

4. Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam kanalis auditorius eksternus dicatat.

5. Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam kanalis auditorius eksternus dicatat.

6. Membrana, timpani sehat berwarna mutiara keabuan pada dasar kanalis. Penanda harus dttihat
mungkin pars tensa dan kerucut cahaya.umbo, manubrium mallei, dan prosesus brevis.

7. Gerakan memutar lambat spekulum memungkinkan penglihat lebih jauh pada Hpatan malleus dan
daerah perifer. dan warna membran begitu juga tanda yang tak biasa at! deviasi kerucut cahaya dicatat.
Adanya cairan, gele bung udara, atau masa di telinga tengah harus dicatat.

8. Pemeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus membrana timpani yang baik hanya dapat
dilakukan bi kanalis tidak terisi serumen yang besar. Serumen not nya terdapat di kanalis eksternus, dan
bila jumla sedikit tidak akan mengganggu pemeriksaan otoskop.

9. Bila serumen sangat lengket maka sedikit minyak mineral atau pelunak serumen dapat diteteskan
dalam kanalis telinga dan pasien diinstruksikan kembali lagi.

c. Ketajaman Auditorius.

1. Dengan perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji
kemampuan pasien mendengarkan bisikan kata atau detakan jam tangan.

2. Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan ekshalasi penuh.
Masing-masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang satunya tak mendengar,

3. pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan. Dari jarak 1 sampai 2 kaki
dari telinga yang tak tertutup dan di luar batas penglihatan, pasien dengan ketajaman normal dapat
menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila yang digunakan detak jam tangan, pemeriksa
memegang jam tangan sejauh 3 inci dari telinganya sendiri (dengan asumsi pemeriksa mempunyai
pendengaran normal) dan kemudian memegang jam tangan pada jarak yang sama dari aurikulus pasien.
Karena jam tangan menghasilkan suara dengan nada yang lebih tinggi daripada suara bisikan, maka
kurang dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya cara mengkaji ketajaman
auditorius.

B. Konsep penyakit otitis media kronik

1. Definisi

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum
mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media.
Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).
Otitis media perforata (OMP) atau otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga
tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus
atau hilang timbul, sekret mungkin encer atau kental, bening atau bernanah.(Kapita selekta kedokteran,
1999)

Otitis media koronik adalah perforasi pada gendang telinga ( warmasif, 2009)

Otitis media kronis adalah peradangan teliga tengah yang gigih, secara khas untuk sedikitnya satu bulan
serta orang awam biasanya menyebut congek (Alfatih, 2007)

Otitis media kronik adalah keradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam
kavum timpani. Otitis media sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun.

Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan
biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media akut yang tak tertangani.

2. Manifestasi klinis

Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorrhea
intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis
akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma,
sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri.

Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat
terlihat sebagai masa putih di belakang membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui
lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil
audiometric pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau
campuran.

3. Etiologi

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis antara lain:

a. Gangguan fungsi tuba eustacius yang kronis akibat:

1. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis dan berulang

2. Obstruksi anatomik tuba eustacius parsial atau total

3. Perforasi membran timpani yang menetap.

b. Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah.

c. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat disebabkan oleh
jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulai atau timpano-sklerosis.

d. Terdapat daerah-daerah osteomielitis persisten di mastoid.


e. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan mekanisme
pertahanan tubuh.

4. Patofisiologi

Otitis media supuratif kronis lebih sering merupakan penyakit kambuhan daripada menetap. Keadaan
kronis lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi.
Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses peradangan yang menetap atau kambuhan ini ditambah
dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.

OMP terutama pada masa anak-anak akan terjadi otitis media nekrotikans dapat menimbulkan perforasi
yang besar pada gendang telinga. Setelah penyakit akut berlalu gendang telinga tetap berlubang atau
sembuh dengan membran atropi kemudian kolps ke dalam telinga tengah memberi gambaran optitis
media atelektasis.

5. Pemeriksaan diagnostic

a. Audiometrik untuk mengetahui tuli konduktif

b. Foto rontgent untuk mengetahui patologi mastoid

c. Otoskop untuk melihat perforasi membran timpani

6. Penatalaksanaan medis

1. Timpanoplasti dengan pendekatan Ganda (Combined Approach Tympanoplasty). Operasi ini


merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe maligna atau OMSK tipe
benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi ini untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding
posterior liang telinga).

2. Perawatan otitis media kronik dengan memberikan obat antibiotik-antibiotik menghilangkan


infeksi. Jika perlubangan gendang telinga juga hadir, obat-obat tetes antibiotik topical dapat digunakan.
Jika luka parut gendang telinga atau ossicle telah terjadi ,itu tidak akan dikembalikan dengan antibiotik-
antibiotik saja. Tetapi sudah indikasi untuk operasi

7. Komplikasi

Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan
otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan
menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu
otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun
dapat menyebabkan komplikasi.

Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasiakut dari OMSK berhubungan
dengan kolesteatom.
Komplikasi ditelinga tengah :

a. Perforasi persisten membrane timpani

b. Erosi tulang pendengaran

c. Paralisis nervus fasial

C. Asuhan keperawatan otitis media kronik

1. Pengkajian

a. Anamnesis

Keluhan utama dapat berupa :

1) Gangguan pendengaran / pekak.

Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan :

a) Apakah keluhan tsb. pada satu telinga atau kedua telinga, timbul tiba-tiba atau bertambah secara
bertahap dan sudah berapa lamanya.

b) Apakah ada riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik atau pemakaian obat
ototoksik sebelumnya.

c) Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influensa berat dan
meningitis.

d) Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi , atau pada tempat yang bising atau pada
tempat yang tenang.

2) Suara berdenging / berdengung (tinitus)

a) Keluhan telinga berbunyi dapat berupa suara berdengung atau berdenging yang dirasakan di
kepala atau di telinga, pada satu sisi atau kedua telinga.

b) Apakah tinitus ini menyertai gangguan pendengaran.

3) Rasa pusing yang berputar (vertigo).

Dapat sebagai keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh.

a) Apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu dan berkurang bila pasien berbaring dan
timbul lagi bila bangun dnegan gerakan cepat.
b) Apakah keluhan vertigo ini disertai mual, muntah, rasa penuh di telinga dan telinga berdenging
yang mungkin kelainannya terdapat di labirin atau disertai keluhan neurologis seperti disentri, gangguan
penglihatan yang mungkin letak kelainannya di sentral. Kadang-kadang keluhan vertigo akan timbul bila
ada kekakuan pergerakan otot-oto leher. Penyakit DM, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung,
anemia, kanker, sifilis, dapat menimbulkan keluhan vertigo dan tinitus.

4) Rasa nyeri di dalam telinga (Otalgia)

a) Apakah pada telinga kiri /kanan dan sudah berapa lama.

b) Nyeri alihan ke telinga dapat berasal dari rasa nyeri gigi, sendi mulut, tonsil, atau tulang servikal
karena telinga di sarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ-organ tersebut.

5) Keluar cairan dari telinga (otore)

a) Apakah sekret keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa sakit atau tidak dan sudah berapa
lama.

b) Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan sekret yang banyak dan bersifat
mukoid umumnya berasal dari telinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteatom. Bila
bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor. Bila cairan yang keluar
seperti air jernih harus waspada adanya cairan liquor serebrospinal.

b. Tes audiometrik.

Merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas (mampu mendengar suara) dan
perbedaan kata-kata (kemampuan membedakan bunyi kata-kata), dilaksanakan dengan bantuan
audiometrik.

Tujuan :

1) Menentukan apakah seseorang tidak mendengar.

2) Untuk mengetahui tingkatan kehilangan pendengaran.

3) Tingkat kemampuan menangkap pembicaraan.

4) Mengetahui sumber penyebab gangguan pada telinga media (gangguan konduktif) dari telinga
tengah (sistem neurologi).

Pendengaran dapat diidentifikasikan pada saat nol desibel naik sebelum seseorang mendengar suara
frekuensi yang spesifik. Bunyi pada titik nol terdengar oleh orang yang pendengarannya normal. Sampai
ke-20 db dianggap dalam tingkat normal.

2. Diagnosis

a. Nyeri berhubungaan dengan proses peradangan


b. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran

c. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau


kerusakan di saraf pendengaran.

d. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya
fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.

e. Resiko tinggi trauma berhubungaan dengan gangguan presepsi pendengaran

f. Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan

3. Intervensi

a. Nyeri berhubungaan dengan proses peradangan

Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien berkurang

Kriteria hasil :

- Klien mengungkapkan bahwa rasa nyeri berkurang.

- Klien mampu melakukan metode pengalihan suasana.

Intervensi Keperawatan :

- Ajarkan Klien untuk mengalihkan suasana dengan melakukan metode relaksasi saat nyeri yang
teramat sangat muncul, relaksasi yang seperti menarik nafas panjang.

Rasional : Metode pengalihan suasana dengan melakukan relaksasi bisa mengurangi nyeri yang diderita
klien.

- Kompres dingin di sekitar area telinga

Rasional : Kompres dingin bertujuan untuk mengurangi nyeri karena rasa nyeri teralihkan oleh rasa
dingin disekitar area telinga.

- Atur posisi klien

Rasional : Posisi yang sesuai akan membuat klien merasa lebih nyaman.

- Untuk kolaborasi, beri aspirin/analgesik sesuai instruki, beri sedatif sesuai indikasi

Rasional : Analgesik merupakan pereda nyeri yang efektif pada pasien untuk mengurangi sensasi nyeri
dari dalam.

b. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran

Tujuan : Gangguan komunikasi berkurang / hilang.


Kriteria hasil :

Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai).

Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang, berbicara dengan
jelas pada telinga yang baik.

Intervensi Keperawatan :

- Dapatkan apa metode komunikasi yang diinginkan dan catat pada rencana perawatan metode
yang digunakan oleh staf dan klien, seperti : tulisan, berbicara, bahasa isyarat.

Rasional : Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang akan
digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.

- Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.

§ Jika ia dapat mendengar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan jelas langsung ke
telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan keras):

* Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu.

* Dekati klien dari sisi telinga yang baik.

§ Jika klien dapat membaca ucapan :

* Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.

* Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibi anda.

§ Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.

* Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis.

* Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.

§ Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua komunikasi pada klien,
tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsung berbicara kepada klien
dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah.

Rasional : Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh
klien.

- Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.

§ Bicara dengan jelas, menghadap individu.

§ Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.


§ Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.

§ Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban lebih dari
ya dan tidak.

Rasional : Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan dnegan
baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.

c. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau


kerusakan di saraf pendengaran.

Tujuan : Persepsi / sensoris baik.

Kriteria hasil :

Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran sampai pada tingkat fungsional.

Intervensi Keperawatan :

- Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.

Rasional : Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian serta
perawatannya yang tepat.

- Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat mencegah
terjadinya ketulian lebih jauh.

Rasional : Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif
terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.

- Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.

Rasional : Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran rusak
secara permanen.

- Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik
sistemik maupun lokal).

Rasional : Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa
berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.

d. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya
fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.

Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.

Kriteria hasil :
Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekhawatirannya.

Intervensi Keperawatan :

- Mengatakan hal sejujurnya kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan
dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.

Rasional : Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru malah
menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat
berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa
cemasnya.

- Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang
dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.

Rasional : Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu
klien.

- Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu
klien.

Rasional : Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat mendukung
dia untuk berkomunikasi.

D. Simulasi pendidikan kesehatan

1. Pencegahan pada masalah system respirasi terutama pada penyakit otitis media kronik :

a. Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan factor resiko terhadap kejadian pneumonia.

b. Pencegahan sekunder merupakan tingkat pencegahan kedua ini, merupakan upaya manusia untuk
mencegah orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindari
komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan.

c. Pencegahan tertier dengan tujuan utama dari pencagahan tertier adalah mencegah agar tidak
munculnya penyakit lain atau kondisi lain yang akan memperburuk kondisi pasien, mengurangi kematian
serta usaha rehabilitasinya. Pada pencegahan tingkat ini dilakukan upaya untuk mencagah proses
penyakit lebih lanjut seperti perawatan dan pengobatan. Upaya yang dapat dilakukan antara lain :

E. Hasil penelitian tentang otitis media kronik

Abstrak
Untuk mempelajari efektivitas adenoidectomy dan penempatan tabung tympanostomy dalam
pengobatan otitis media dengan efusi kronis, kami secara acak 578 anak, usia empat sampai delapan
tahun, untuk menerima miringotomi bilateral dan tidak ada pengobatan tambahan (Kelompok 1),
penempatan tympanostomy tabung (Kelompok 2), adenoidectomy (Grup 3), atau adenoidectomy dan
penempatan tabung tympanostomy (Kelompok 4). Para 491 anak yang menjalani salah satu perawatan
ini diperiksa pada interval enam minggu sampai dua tahun.

Sementara itu dihabiskan dengan efusi dari jenis apa pun di kedua telinga selama dua tahun tindak
lanjut dalam empat kelompok adalah 51, 36, 31, dan 27 minggu, masing-masing (P <0,0001),
membandingkan Kelompok 1 dengan masing-masing lain kelompok. Mendengar itu setara di Grup 2, 3,
dan 4, dan secara signifikan lebih baik daripada di Grup 1. Para sequela paling sering, otorrhea
bernanah, terjadi satu kali atau lebih di 22,, 29 11, dan 24 persen dari subyek di Grup 1, 2, 3, dan 4,
masing-masing (P <0,001).

Adenoidectomy ditambah miringotomi bilateral menurunkan morbiditas pasca perawatan secara


keseluruhan (diukur dengan ketajaman pendengaran di telinga terkena dampak paling parah [P =
0,0174] dan jumlah ulangan bedah diperlukan [P = 0,009]) lebih daripada tabung tympanostomy
sendirian dan dengan tingkat yang sama seperti yang dilakukan adenoidectomy dan tabung
tympanostomy. Kami menyimpulkan adenoidectomy yang harus dipertimbangkan ketika terapi bedah
diindikasikan pada anak 4-8 tahun yang terkena dampak parah oleh otitis media dengan efusi kronis.

F. Prinsip legal dan etis pada otitis media kronik

1. Otonomi

Memberikan hak kemandirian dan kebebasan kepada klien untuk mengambil keputusan untuk tindakan
yang akan diberikan kepadanya.

2. Beneficience

Memberikan pelayanan kesehatan yang dapat meningkatkan derajat kesehatannya, misalnya


memberikan perawatan yang maksimal.

3. Justice

Memberikan pelayanan kesehatan kepada klien dengan tidak memandang status ekonomi, usia,
maupun jenis kelamin.

4. Non maleficience

Menjaga keamanan lingkungan klien atau berhati-hati dalam memberikan tindakan untuk mengindari
kelalaian atau kecerobohan yang dapat mengakibatkan kerugian pada pasien.

5. Veracity
Memberikan informasi yang sesungguhnya tenang penyakitnya kepada klien jika klien bertanya-tanya
mengenai penyakit yang dideritanya.

6. Fidelity

Memberikan pelayanan kesehatan sesuai janji yang telah dilakukan dengan klien dari waktu tertentu,
dan tindakan yang akan dilakuakan.

7. Confidentiality

Merahasiakan segala sesuatu yang terjadi pada klien bila klin meminta tidak memberitahukan tentang
penyakit yang diderita kepada keluarganya.

8. Acoountability

Perawat memberikan pelayanan secara professional kepada klien sehingga klien puas.

9. Loyalitas

Dengan bersimpati, peduli, dan membina hubungan timbale balik terhadap pihak yang secara
professional berhubungan dengan perawat. Hubungan professional dipertahankan dengan cara
menyusun tujuan bersama, menepati janji, menentukan masalah dan prioritas, serta mengupayakan
pencapaian keputusan bersama

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendengaran sebagai salah satu indera, memegang peranan yang sangat penting karena perkembangan
bicara sebagai komponen utama komunikasi pada manusia sangat tergantung pada fungsi pendengaran.
Apabila pendengaran mengalami gangguan pada telinga seperti otitis media yang tekait dengan kasus
ini.

B. Saran

Sebaiknya tidak mencoba pemindahan serumen telinga di rumah dengan cotton bud, jepit rambut,
pensil, atau peralatan lain apa pun. Tindakan seperti itu biasanya hanya memasukkan lilin lebih banyak
dan bisa merusakkan gendang pendengar dan akan mengalami penyumbatan pada bagian telinga
dalam.Sabun dan air di atas sehelai waslap menyediakan higienis telinga eksternal yang memadai.

Anda mungkin juga menyukai