Anda di halaman 1dari 13

NOVITA INTAN SARI

1102008180
A-9
SKENARIO 2 BLOK PANCA INDERA

SASARAN BELAJAR
1. Memahami anatomi telinga
1.1 makroskopik
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran
berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada
kemampuan mendengar.
Anatomi telinga luar

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius
eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan
membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang
lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama
oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus
membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis
auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi
temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari
di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis

1
auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter . Sepertiga lateral mempunyai
kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial
tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir
pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula
seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme
pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga.
Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi
kulit.
Anatomi telinga tengah

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah


lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua
Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas
lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu
mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan
rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke
nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang
temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus
stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang
membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial
telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran
kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat
memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis,
dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin.
anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi,
cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini
dinamakan fistula perilimfe.

2
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm,
menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun
dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau
menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan
menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.
Anatomi telinga dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk
pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial
VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan
bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun
tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak
membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan
dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan
dan arah gerakan seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan
dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran,
dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna
mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe,
yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui
aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis
semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang
cairan yang dina¬makan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara
perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi
bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam
cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin
membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang
vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan
linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris
yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius
internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan
nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus,
menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini
di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII).
Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang
otak
1.2 mikroskopik
Telinga dalam : koklea (potongan vertical)
Labirin tulang koklea berpilin mengelilingi sumbu sentral tulang spons, yaitu
modiolus. Ganglion spiralis terbenam di dalam modilus yang terdiri atas neuron
bipolar aferen. Akson panjang dari sel bipolar ini menyatu membentuk nervus
koklearis; dendrit lebih pendek menginervasi sel-sel rambut di dalam apparatus
pendengaran, yaitu organ corti.
Labirin bertulang dibagi menjadi dua rongga utama oleh lamina spiralis oseosa
dan membran basilaris. Lamina spiralis oseosa terjulur dari modiolus sampai setengah
lumen kanalis koklearis. Kanalis koklearis dibagi menjadi dua kompartemen besar,

3
skala timpani di bawah dan skala vestibuli di atas. Dan kedua kompartemen tersebut
berhubungan dengan lubang kecil disebut helikotrema.

Telinga dalam : duktus koklearis (skala media)

Dinding luar duktus koklearis dibentuk oleh area vascular yang disebut stria
vaskularis. Epitel berlapis yang menutupi stria ini unik karena mangandung jalinan
kapiler intraepithelial yang dibentuk oleh pembuluh yang memasok jaringan ikat
ligamen spiralis. Lamina propia daerah ini adalah ligamen spiralis yang terdiri atas
serat kolagen, fibroblas berpigmen dan banyak pembuluh darah.
Membran basilar terdiri atas jaringan ikat bervaskular di bawah lempeng yang
lebih tipis serat basilar. Organ corti yang berada di atas serat basilar ini, meluas dari
limbus spiralis ke ligmen spiralis. Sel-sel rambut sensoris yang sangat khusus,

4
beberapa jenis sel penyokong dan celah dan terowongan pembentuk organ corti.
Cabang perifer dari sel-sel bipolar ganglion spriralis berjalan melalui saluran-saluran
di dalam lamina spiralis oseosa dan bersinaps dengan sel-sel rambut di dalam organ
corti.
2. Memahami fisiologi pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea.
Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui
rangkaian tulang pendngarab yang akan mengamfikasi getaran melalui daya ungkit
tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap
lonjong.

Energi getar yang telah diampfikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan
tingkap lonjong sehingga perlimfa pada skala vestibuli brgerak. Getaran diteruskan
melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan
gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan
rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi streosilia sel-sel rambut,
sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan
sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan meenimbulkan potensial aksi pada saraf
auditorius, lalu lanjutkan ke ukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area
39-40) di lobus temporalis.
3. Memahami gangguan-gangguan pendengaran
KEHILANGAN PENDENGARAN
Kekurangan pendengaran biasanya terjadi secara normal pada usia 20 tahun.
Masalah kehilangan pendengaran biasanya datang secara berangsur-angsur dan sangat
jarang terjadi dengan Tuli Total. Banyak Kasus yang menyebabkan kehilangan
pendengaran, mereka bisa di bagi menjadi 2 kategori :
• Kehilangan pendengaran Konduktif – Conductive hearing loss (CHL) : terjadi
karena masalah mekanikal pada sisi luar dan tengah telinga. 3 tulang rawan (kecil)

5
telinga (ossicles) mungkin gagal untuk mengkonduksi suara ke cochlea atau gendang
telinga dapat bergetar dalam merespon suara. Cairan dalam telinga dapat mengganggu
CHL
• Kehilangan Pendengaran Sensorineural (SNHL): terjadi karena disfungsi pada
bagian dalam telinga. Kasus ini sering terjadi ketika saraf rambut (cilia) yang
mengirimkan suara di telinga rusak atau terluka. Kehilangan ini biasa disebut
kerusakan saraf. CHL biasanya dapat diobat – SNHL tidak dapat. Penderita yang
mempunyai kedua bentuk kerusakan telinga diatas dinamakan Kerusakan
pendengaran tercampur – mixed hearing loss. Pengujian untuk pendengaran sangat
disarankan bagi bayi yang baru lahir. Pada anak, masalah pendengaaran dapat
menyebabkan perkembangan bicara anak menjadi lambat. Infeksi pada telinga sering
terjadi pada anak dan menyebabkan kehilangan pendengaran sementara. Cairan yang
masih tertinggal didalam telinga akan disertai infeksi. Walaupun cairan ini bisa keluar
tanpa disadari, hal ini dapat menyebabkan kehilangan pendengaran secara signifikan.
Jika terdapat cairan lebih dari 8 – 12 minggu harus diperhatikan.
4. Memahami gangguan pendengaran akibat bising (Noise Induse Hearing
Loss)
4.1 Definisi
Gangguan pendengaran akibat bising (Noise Induse Hearing Loss) adalah
gangguan pendengaran yang disebabkan akibat terpanjan oleh bising yang cukup
keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising
lingkungan kerja.
4.2 Etiologi
Faktor risiko yang berpengaruh pada derajat parahnya ketulian ialah intensitas
bising, frekuensi, lama pajanan perhari, lama masa kerja, kepekaan individu, umur
dan faktor lain yang dapat berpengaruh. Berdasarkan hal tersebut dapat dimengerti
bahwa jumlah pajanan energi bising yang diterima akan sebanding dengan kerusakan
yang didapat.
Bising berpengaruh terhadap masyarakat terutama masyarakat pekerja yang
terpajan bising, sehingga dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan secara
umum, antara lain gangguan pendengaran, gangguan fisiologi lain serta gangguan
psikologi. Gangguan fisiologi dapat berupa peningkatan tekanan darah, percepatan
denyut nadi, peningkatan metabolisme basal, vasokonstriksi pembuluh darah,
penurunan peristaltik usus serta peningkatan ketegangan otot. Efek fisiologi tersebut
disebabkan oleh peningkatan rangsang sistem saraf otonom. Keadaan ini sebenarnya
merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap keadaan bahaya yang terjadi secara
spontan. Gangguan psikologi dapat berupa stres tambahan apabila bunyi tersebut
tidak diinginkan dan mengganggu, sehingga menimbulkan perasaan tidak
menyenangkan dan melelahkan. Hal tersebut diatas dapat menimbulkan gangguan
sulit tidur, emosional, gangguan komunikasi dan gangguan konsentrasi yang secara
tidak langsung dapat membahayakan keselamatan .
4.3 Klasifikasi
Efek bising terhadap pendengaran dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
trauma akustik, perubahan ambang pendengaran akibat bising yang berlangsung

6
sementara (noise-induced temporary threshold shift) dan perubahan ambang
pendengaran akibat bising yang berlangsung permanen (noise-induced permanent
threshold shift).
Trauma Akustik
Pada trauma akustik terjadi kerusakan organik telinga akibat adanya energi
suara yang sangat besar. Efek ini terjadi akibat dilampauinya kemampuan fisiologis
telinga dalam sehingga terjadi gangguan kemampuan meneruskan getaran ke organ
Corti. Kerusakan dapat berupa pecahnya gendang telinga, kerusakan tulang-tulang
pendengaran, atau kerusakan langsung organ Corti. Penderita biasanya tidak sulit
untuk menentukan saat terjadinya trauma yang menyebabkan kehilangan
pendengaran.
Noise-Induced Temporary Threshold Shift
Pada keadaan ini terjadi kenaikan nilai ambang pendengaran secara sementara
setelah adanya pajanan terhadap suara dan bersifat reversibel. Untuk menghindari
kelelahan auditorik, maka ambang pendengaran diukur kembali 2 menit . setelah
pajanan suara. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pergeseran nilai ambang
pendengaran ini adalah level suara, durasi pajanan, frekuensi yang diuji, spektrum
suara, dan pola pajanan temporal, serta faktor-faktor lain seperti usia, jenis kelamin,
status kesehatan, obat-obatan (beberapa obat dapat bersifat ototoksik sehingga
menimbulkan kerusakan permanen), dan keadaan pendengaran sebelum pajanan.
Noise-Induced Permanent Threshold Shift
Data yang mendukung adanya pergeseran nilai ambang pendengaran
permanen didapatkan dari laporan-laporan dari pekerja di industri karena tidak
mungkin melakukan eksperimen pada manusia. Dari data observasi di lingkungan
industri, faktor-faktor yang mempengaruhi respon pendengaran terhadap bising di
lingkungan kerja adalah tekanan suara di udara, durasi total pajanan, spektrum bising,
alat transmisi ke telinga, serta kerentanan individu terhadap kehilangan pendengaran
akibat bising.
4.4 Patofisiologi
Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama sel-sel
rambut. Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan
adanya degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan lama paparan.
Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga mengurangi respon
terhadap stimulasi. Dengan bertambahnya intensitas dan durasi paparan akan dijumpai
lebih banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia. Daerah yang pertama kali
terkena adalah daerah basal. Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan
digantikan oleh jaringan parut. Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel
rambut dalam dan sel-sel penunjang juga rusak. Dengan semakin luasnya kerusakan
pada sel-sel rambut, dapat timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai di
nukleus pendengaran pada batang otak.

7
Perubahan anatomi yang berhubungan dengan paparan bising
Dari sudut makromekanikal ketika gelombang suara lewat, membrana
basilaris meregang sepanjang sisi ligamentum spiralis, dimana bagian tengahnya tidak
disokong. Pada daerah ini terjadi penyimpangan yang maksimal. Sel-sel penunjang
disekitar sel rambut dalam juga sering mengalami kerusakan akibat paparan bising
yang sangat kuat dan hal ini kemungkinan merupakan penyebab mengapa baris
pertama sel rambut luar yang bagian atasnya bersinggungan dengan phalangeal
process dari sel pilar luar dan dalam merupakan daerah yang paling sering rusak.
Bagaimana energi mekanis ditransduksikan kedalam peristiwa intraseluler
yang memacu pelepasan neurotransmitter ? Saluran transduksi berada pada membran
plasma pada masing-masing silia, baik didaerah tip atau sepanjang tangkai ( shaft ),
yang dikontrol oleh tip links, yaitu jembatan kecil diantara silia bagian atas yang
berhubungan satu sama lain. Gerakan mekanis pada barisan yang paling atas
membuka ke saluran menyebabkan influks K+ dan Ca++ dan menghasilkan
depolarisasi membran plasma. Pergerakan daerah yang berlawanan akan menutup
saluran serta menurunkan jumlah depolarisasi membran. Apabila depolarisasi
mencapai titik kritis dapat memacu peristiwa intraseluler.
Telah diketahui bahwa sel rambut luar memiliki sedikit afferen dan banyak
efferen. Gerakan mekanis membrana basilaris merangsang sel rambut luar
berkontraksi sehingga meningkatkan gerakan pada daerah stimulasi dan
meningkatkan gerakan mekanis yang akan diteruskan ke sel rambut dalam dimana
neurotransmisi terjadi. Kerusakan sel rambut luar mengurangi sensitifitas dari bagian
koklea yang rusak.
Kekakuan silia berhubungan dengan tip links yang dapat meluas ke daerah basal
melalui lapisan kutikuler sel rambut. Liberman dan Dodds (1987) memperlihatkan
keadaan akut dan kronis pada awal kejadian dan kemudian pada stimulasi yang lebih
tinggi, fraktur daerah basal dan hubungan dengan hilangnya sensitifitas saraf akibat
bising. Fraktur daerah basal menyebabkan kematian sel. Paparan bising dengan
intensitas rendah menyebabkan kerusakan minimal silia, tanpa fraktur daerah basal
atau kerusakan tip links yang luas. Tetapi suara dengan intensitas tinggi dapat
menyebabkan kerusakan tip links sehingga menyebabkan kerusakan yang berat,
fraktur daerah basal dan perubahan-perubahan sel yang irreversibel.
4.5 Manifestasi Klinis
Tuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara ( speech
discrimination ) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekwensi tinggi dapat
menyebabkan kesulitan dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan. Bunyi
dengan nada tinggi, seperti suara bayi menangis atau deringan telepon dapat tidak
didengar sama sekali. Ketulian biasanya bilateral. Selain itu tinnitus merupakan gejala
yang sering dikeluhkan dan akhirnya dapat mengganggu ketajaman pendengaran dan
konsentrasi. Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising ( noise induced
hearing loss ) adalah :
1. Bersifatsensorineural
2. Hampirselalubilateral
3. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat (profound hearing loss) Derajat
ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB.

8
4. Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan
pendengaran yang signifikan.
5. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000, 4000 dan
6000 Hz, dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada frekwensi 4000 Hz.
6. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000 dan
6000 Hz akan mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 – 15 tahun.
Selain pengaruh terhadap pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihan juga
mempunyai pengaruh non auditory seperti pengaruh terhadap komunikasi wicara,
gangguan konsentrasi, gangguan tidur sampai memicu stress akibat gangguan
pendengaran yang terjadi.
4.6 Diagnosis
Didalam menegakkan diagnosis NIHL, ahli THT harus melakukan anamnesis
yang teliti, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan audiologik.18 Dari anamnesis
didapati riwayat penah bekerja atau sedang bekerja di lingkungan bising dalam jangka
waktu yang cukup lama, biasanya lebih dari 5 tahun. Sedangkan pada pemeriksaan
otoskopik tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan tes penala didapatkan hasil
Rinne positip, Weber lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik dan
Schwabach memendek. Kesan jenis ketuliannya adalah tuli sensorineural yang
biasanya mengenai kedua telinga.
Ketulian timbul secara bertahap dalam jangka waktu bertahun-tahun, yang
biasanya terjadi dalam 8 – 10 tahun pertama paparan.5 Pemeriksaan audiometri nada
murni didapatkan tuli sensorineural pada frekwensi tinggi ( umumnya 3000 – 6000 Hz
) dan pada frekwensi 4000 Hz sering terdapat takik ( notch ) yang patognomonik
untuk jenis ketulian ini. Sedangkan pemeriksaan audiologi khusus seperti SISI ( Short
Increment Sensitivity Index ), ABLB ( Alternate Binaural Loudness Balance ) dan
Speech Audiometry menunjukkan adanya fenomena rekrutmen ( recruitment ) yang
khas untuk tuli saraf koklea.
Untuk menegakkan diagnosis klinik dari ketulian yang disebabkan oleh bising
dan hubungannya dengan pekerja, maka seorang dokter harus mempertimbangkan
faktor-faktor berikut :
1. Riwayat timbulnya ketulian dan progresifitasnya.
2. Riwayat pekerjaan, jenis pekerjaan dan lamanya bekerja.
3. Riwayat penggunaan proteksi pendengaran.
4. Meneliti bising ditempat kerja,untuk menentukan intensitas dan durasi bising
yang menyebabkan ketulian.
5. Hasil pemeriksaan audiometri sebelum kerja dan berkala selama kerja.
Pentingnya mengetahui tingkat pendengaran awal para pekerja dengan
melakukan pemeriksaan audiometri sebelum bekerja adalah bila audiogram
menunjukkan ketulian, maka dapat diperkirakan berkurangnya pendengaran
tersebut akibat kebisingan di tempat kerja.
6. Identifikasi penyebab untuk menyingkirkan penyebab ketulian non industrial
seperti riwayat penggunaan obat-obat ototoksik atau riwayat penyakit
sebelumnya.

9
4.7 Penatalaksanaan
Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya
dari lingkungan bising. Bila tidak mungkin dipindahkan dapat dipergunakan alat
pelindung telinga yaitu berupa sumbat telinga (ear plugs), tutup telinga (ear muffs)
dan pelindung kepala (helmet). Oleh karena tuli akibat bising adalah tuli saraf koklea
yang bersifat menetap (irreversible), bila gangguan pendengaran sudah
mengakibatkan kesulitan berkomunikasi dengan volume percakapan biasa, dapat
dicoba pemasangan alat bantu dengar (ABD). Apabila pendengarannya telah
sedemikian buruk, sehingga dengan memakai ABD pun tidak dapat berkomunikasi
dengan adekuat, perlu dilakukan psikoterapi supaya pasien dapat menerima
keadaannya. Latihan pendengaran (auditory training) juga dapat dilakukan agar pasien
dapat menggunakan sisa pendengaran dengan ABD secara efisien dibantu dengan
membaca ucapan bibir (lip reading), mimik dan gerakan anggota badan serta bahasa
isyarat untuk dapat berkomunikasi.
4.8 Pencegahan dan Prognosis
PROGNOSIS
Oleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli saraf koklea yang
sifatnya menetap, dan tidak dapat diobati secara medikamentosa maupun
pembedahan, maka prognosisnya kurang baik. Oleh sebab itu yang terpenting adalah
pencegahan terjadinya ketulian.
PENCEGAHAN
Tujuan utama perlindungan terhadap pendengaran adalah untuk mencegah
terjadinya NIHL yang disebabkan oleh kebisingan di lingkungan kerja. Program ini
terdiri dari 3 bagian yaitu :
1. Pengukuran pendengaran Test pendengaran yang harus dilakukan ada 2
macam, yaitu :
a. Pengukuran pendengaran sebelum diterima bekerja.
b. Pengukuran pendengaran secara periodik.
2. Pengendalian suara bising Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Melindungi telinga para pekerja secara langsung dengan memakai ear
muff (tutup telinga), ear plugs (sumbat telinga) dan helmet (pelindung
kepala).
b. Mengendalikan suara bising dari sumbernya,dapat dilakukan dengan
cara : - memasang peredam suara

10
5. Memahami jenis-jenis pemeriksaan telinga dan tes pendengaran

Untuk memeriksa pendengaran diperlukan pemeriksaan hantaran melalui


udara dan melalui tulang dengan memakai garpu tala atau audiometer nada murni.
Kelainan hantaran melalui udara menyebabkan tuli konduktif, berarti ada kelainan di
telinga luar atau telinga tengah, seperti atresia liang telinga, eksostosis liang telinga,
serumen, sumbatan tuba Eustachius serta radang telinga tengah.

TES PENALA
Pemeriksaan ini merupaka tes kualitatif. Terdapat berbagai macam tes penala
seperti tes Rinne, tes Weber, ters Schwabach, tes Bing dan tes Stenger.
 Tes Rinne adalah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara
dan hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa.
Cara pemeriksaaan : penala digerakkan, tangkainya diletakkan di
prosessua mastoid, setelah tidak terdengar penala dipegang di depan
telinga kira-kira 2 ½ cm. bila msih terdengar disebut Rinne positif (+),
bila tidsak terdengar disebut Rinne negatif (-).
 Tes Weber adalah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran
tulang telinga kiri dengan telinga kanan.
Cara pemeriksaan : penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di
garis tengah kepala (di verteks, dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah
gigi seri atau di dagu). Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada
salah satu telinga disebut Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila
tidak dapat dibedakan kea rah telinga mana bunyi terdengar lebih keras
disebut Weber tidak ada lateralisasi.
 Tes Schwabach adalah membandingkan hantaran tulang orang yang
diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal.
Cara pemeriksaan : penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada
prosessus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai
penala segera dipindahkan pada prosessus mastoideus telinga
pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat
mendengar disebut Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat
mendengar, pemeriksa diulang dengan cara sebaliknya yaitu penala
diletakkan di prosessus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila pasien
masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila
pasien dan pemeriksa kira-kira ssama-sama mendengarnya disebut
dengan Schwabach sama dengan pemeriksa.
 Tes Stenger digunakan pada pemeriksaan tuli anorganik (stimulasi
atau pura-pura tuli)
Cara pemeriksaan : menggunakan prinsip masing. Misalnya pada
seseorang yang berpura-pura tuli pada telinga kiri. Dua buah penala
yang identik digetarkan dan masing-masing diletakkan di depan telinga
kiri dan kanan, dengan cara tidak kelihatan oleh yang diperiksa. Penala
pertama digetarkan dan diletakkan di depan telinga kanan (yang
normal) sehingga jelas terdengar. Kemudian penala yang kedua
digetarkan lebih keras dan diletakkan di depan telinga kiri (yang pura-
pura tuli). Apabila kedua telinga normal karena efek masking, hanya
telinga kiri yang mendengar bunyi; jadi telinga kanan tidak akan
mendengar bunyi. Tetapi bila telinga kiri tuli, telinga kanan tetap
mendengar bunyi.

11
TES BERBISIK
Pemeriksaan ini bersifat semi-kuantitatif, menentukan derajat ketulian secara
kasar. Hal yang perlu diperhatikan ialah ruangan cukup tenang, dengan panjang
minimal 6 meter. Pada nilai normal tes berbisik : 5/6 – 6/6.

AUDIOMETRI NADA MURNI


Pada pemeriksaan audiometric nada murni perlu dipahami hal-hal seperti ini,
nada murni, bising NB (narrow band) dan WN (white noise), frekuensi, intensitas
bunyi, ambang dengar, nila nol audiometric, standar ISO dan ASA, notasi pada
audiogram, jenis dan derajat ketulian serta gap dan masking.
Untuk membuat audiogram diperlukan alat audiometer. Bagian dari
audiometer tombol pengatur intensitas bunyi, tombol pengatur frekuensi, headphone
untuk memerksa AC (hantaran udara), bone conductor untuk memeriksa BC (hantaran
tulang).
Derajat ketulian ISO :
0-25 dB : normal
>25-40 dB : tuli ringan
>40-55 dB : tuli sedang
>55-70 dB : tuli sedang berat
>70-90 dB : tuli berat
>90 dB : tuli sangat berat

6. Memahami hukum islam dalam menjaga telinga dan pendengaran

Dari Nafi’ maula Ibnu Umar radliyallahu’anhuma: “Bahwasanya Ibnu Umar


radliyallahu’anhuma pernah mendengar suara seruling seorang penggembala. Maka
beliau (Ibnu Umar) meletakkan kedua jarinya di telinganya lalu mencari jalan lain.
Ibnu Umar berkata: ‘Wahai Nafi’ ! Apakah kamu mendengarkan suara ini?’ Maka aku
menjawab: ‘Ya!’ Dan beliau selalu mengatakan demikian, sampai aku mengatakan:
‘Saya tidak mendengar lagi!’ Lalu Ibnu Umar: ‘Saya pernah melihat Rasululloh
shallallahu’alaihi wa sallam mendengar seruling penggembala lalu beliau melakukan
seperti ini’” (Atsar Shohih, Dikeluarkan Imam Ahmad 4535-4965, dan lain-lain
dishohihkan Syaikh Ahmad Syakir dan Syaikh Al-Albani dalam Tahrimu Alatu
Thorbi hlm. 116)
Atsar ini menunjukkan betapa besarnya semangat para sahabat
radliyallahu’anhum dalam menjaga pendengaran, diantaranya tidak mendengarkan
alunan musik, serta selalu beruswah kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam.
Anehnya atsar ini kadang malah dijadikan dalil tentang bolehnya mendengarkan
nyanyian.

12
13

Anda mungkin juga menyukai