Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia merupakan suatu makhluk daratan, yang sudah
menyesuaikan diri dengan kehidupan di daratan. Sehingga situasi baik penyelaman
dan penerbangan dapat menimbulkan gangguam atau cedera pada telinga.
Barotrauma disebabkan oleh pebedaan tekanan antara bagian dalam telinga dengan
udara luar. Masalah tersebut terjadi sebagai akibat kegagalan tuba eustakius
menyamakan perbedaan tekanan yang ada. Jika tuba eustakius (sambungan antara
teinga tengah dengan bagian belakang hidung dan tenggorokan bagian atas) tertutup,
tekanan udara di telinga tengah akan berbeda daripada tekanan di uar gendang
telinga., hal ini menyebabkan barotrauma.1
Barotrauma umumnya terjadi selama perubahan ketinggian, yaitu saat terbang,
scuba diving, atau mendaki gunung. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap
pada penyelam tradisional Indonesia, ditemukan bahwa terdapat pengaruh barotrauma
telinga terhadap gangguan pendengaran pada penyelam tradisional di desa Belung
kecamatan Wori kabupaten Minahasa Utara, di kecamatan Puger kabupaten Jember.2

B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan referat ini adalah:
1. Untuk memenuhi syarat dalam Kepaniteraan Klinik di bidang THT-KL
2. Untuk menambah wawasan ilmiah dan pengetahuan dojter muda tentang
barotrauma telinga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Telinga3,4


Secara anatomi, telinga dapat dibagi menjadi tiga yaitu telinga luar, telinga
tengah, dan telinga dalam.

Gambar 2.1. Anatomi telinga (www.umm.edu)

A. Telinga Luar
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius
eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang
dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi
kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan
tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus
telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya
sepanjang kanalis auditorius eksternus.
Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular.
Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius
eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus
panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago
dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang
dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani.
Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang
mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri
telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen
nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.

B. Telinga Tengah
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah
lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua
Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas
lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu
mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan
rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke
nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang
temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus
stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang
membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial
telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian
dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah.
Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh
membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau
struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah
mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke
telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm,
menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun
dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau
menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan
menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

C. Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk
pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial
VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan
bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun
tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak
membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang
berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh
perubahan kecepatan arah dan gerakan seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan
dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran,
dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna
mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe,
yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui
aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan
kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa
memegang cairan yang dina¬makan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat
tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga
dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan
gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut
labirin membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang
cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan
percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan
aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam
kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea,
bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis,
utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang
bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus
fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut
dan asupan darah ke batang otak.
Fisiologi fungsional jendela oval dan bulat memegang peran yang penting.
Jendela oval dibatasi olehj anulare fieksibel dari stapes dan membran yang sangat
lentur, memungkinkan gerakan penting,dan berlawanan selama stimulasi bunyi,
getaran stapes menerima impuls dari membrana timpani bulat yang membuka pada
sisi berlawanan duktus koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh menbran
timpani yang utuh, jadi memungkinkan gerakan cairan telinga dalam oleh stimulasi
gelombang suara. pada membran timpani utuh yang normal, suara merangsang
jendela oval dulu, dan terjadi jedai sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela
bulat. namun waktu jeda akan berubah bila ada perforasi pada membran timpani yang
cukup besar yang memungkinkan gelombang bunyi merangsang kedua jendela oval
dan bulat bersamaan. Ini mengakibatkan hilangnya jeda dan menghambat gerakan
maksimal motilitas cairan telinga dalam dan rangsangan terhadap sel-sel rambut pada
organ Corti. Akibatnya terjadi penurunan kemampuan pendengaran.
Gelombang bunyi dihantarkan oleh membrana timpani ke osikuius telinga
tengah yang akan dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak dalam
labirin di telinga dalam. Osikel yang penting, stapes, yang menggo dan memulai
getaran (gelombang) dalam cairan yang berada dalam telinga dalam. Gelombang
cairan ini, pada gilirannya, mengakibatkan terjadinya gerakan mem¬brana basilaris
yang akan merangsang sel-sel rambut or¬gan Corti, dalam koklea, bergerak seperti
gelombang. Gerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan
merangsang berbagai daerah koklea. Sel rambut akan memulai impuls saraf yang
telah dikode dan kemudian dihantarkan ke korteks auditorius dalam otak, dan
kernudian didekode menjadi pesan bunyi.
Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan melalui
telinga luar dan tengah yang terisi udara berjalan melalui konduksi udara. Suara yang
dihantararkan melalui tulang secara langsung ke telinga dalam dengan cara konduksi
tulang. Normalnya, konduksi udara merupakan jalur yang lebih efisien; namun
adanya defek pada membrana timpani atau terputusnya rantai osikulus akan
memutuskan konduksi udara normal dan mengaki¬batkan hilangnya rasio tekanan-
suara dan kehilangan pendengaran konduktif.

2.2. Fisiologi Pendengaran4


Fungsi Pendengaran pada manusia adalah untuk komunikasi, kenikmatan
mendengar bunyi dan untuk perlindungan diri. Seseorang dapat mendengar melalui
getaran yang dialirkan melaui udara atau tulag langsung ke koklea. Aliran melalui
udara lebih baik dibandingkan dengan aliran suara melalui tulang. Getaran suara
ditangkap daun telinga, dialirkan melalui getaran membran timpani, demikian pula
tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya getaran
diteruskan dan dibelokkan. Di membrana Basilaris getarannya paling keras dan
bagian basal koklea lebih mudah mengalami kerusakan dibandingkan bagian apeks
koklea. Sekanjutnya membrana Reissner mendorong endolimfe dan membaran
basilaris ke bawah, sehingga tingkap bulat terdorong ke arah luar. Pada skala media
dan skala timpani terjadi perubahan rangsang fisik menjadi listrik. Skala media yang
menjadi cembung mendesak emndolimfe dan mendorong membrana Basilaris,
sehingga cembung ke bawah dan menggerakkan perilimfe. Pada waktu istirahat ujung
sel rabut berkelok-kelok dengan berubahnya membrana Basilaris ujung sel rambut itu
menjadi lurus. Rangsang fisik tadi diubah oelh adanya perbedaan ion kalium dan
natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang, yang kemudian meneruskan
rangsangan tersebut ke pusat sensorik pendengaran di otak melalui saraf pusat yanga
ada di lobus.

Gambar 2.2. Faal Pendengaran (Sherwood,2007)

2.3. Efek Tekanan Terhadap Tubuh Manusia5


Manusia sebagai makhluk darat menerima tekanan udara sebesar I Atmosfir di
permukaan, bila manusia masuk ke air akan menerima tekanan lingkungan lebih
besar. Tekanan yang terdapat pada sesuatu titik di dalam air menunjukkan..tekanan I
Atmosfir (tekanan permukaan) + tekanan yang disebabkan oleh kedalaman air,
disebut atmosfir Absolut (ATA). Tekanan udara di permukaan laut 00C pada dasamya
adalah tekanan yang disebabkan oleh berat atmosfir di atasnya. Tekanan ini konstan
yaitu sekitar 760 mmHg (14.7 psi) dan dijadikan. dasar ukuran I Atmosfir. Persamaan
satuan tekanan dapat dilihat pada Tabel 2.1. sebagai berikut:

Tabel 2.1 Persamaan Satuan Tekanan


Tekanan menurun pada ketinggian karena atmosfir di atasnya berkurang,
sehingga berat udarapun berkurang. Demikian pula, tekanan akan meningkat bila
seorang menyclam di bawah permukaan air. lni disebabkan karena berat dari atmosfir
dan berat dari air di atas si penyelam. Ukuran-ukuran tekanan dari pelbagai
kedalaman mengungkapkan bahwa tekanan 760 mmHg (yaitu sama dcngan standar
Atmospheric Pressure akan terasa pengaruhnya kira-kira pada kedalaman l0 meter
dari air laut (33 kaki). Berdasarkan Hukum Pascal, yang menyatakan bahwa tekanan
yang terdapat di permukaan cairan akan menyebar ke seluruh arah secara merata dan
tidak berkurang, pada setiap tempat di bawah permukaan laut, tekanan akan
meningkat sebesar 760 mmHg (atau I atmosfir) untuk setiap kedalaman l0 meter.
Tekanan yang terdapat pada sesuatu titik menunjukkan tekanan I Atmosfir (tekanan
di permukaan) + tekanan yang disebabkan oleh kedalaman air laut. Satuan-satuan dari
jumlah tekanan adalah Atmosfir Absolut (ATA), dapat dilihat pada Tabel 2.2. sebagai
berikut :

Tabel 2.2 Satuan jumlah tekanan dalam ATA

Ukuran tekanan (Gauge Pressure) menunjukkan tekanan yang terlihat pada


pesawat pengukur dimana terbaca 0 pada tingkat permukaan. Karenanya tekanan ini
selalu I Atmosfir lebih rendah daripada tekanan absolut.

2.5. Hukum-hukum Yang Terkait Dari Efek Tekanan5


Hukum-hukum gas yang berlaku terhadap gas-gas di dalam rongga tubuh
adalah Hukum Boyle, Dalton, Flenry, dan Charles. Pada referat ini akan dibahas
tentang hukum Boyle.
Hukum Boyle (Perubahan Tekanan dan Volume)
Hukum ini menegaskan hubungan antara tekanan dan volume dari suatu
kumpulan gas akan berbanding terbalik dengan tekanan absolut, sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut:
PV : K atau P 1 V 1 = P 2V2 dimana P = Tekanan
V = Volume
K = Konstan
lni berarti bahwa bilamana tekanan meningkat, volume dari suatu kumpulan gas akan
berkurang dan sebaliknya. Bila tekanan menjadi 2 kali lebih besar, volume akan
menjadi setengah volume semula.
Berdasarkan Hukum Boyle, perubahan tekanan yang dialami oleh penyelam
tahan nafas dapat ditunjukkan scbagai berikut : dalam hal mengenai telinga bagian
tengah (Auris Media), tekanan air yang berperan di dalam tubuh akan dihantarkan
oleh cairan-cairan tubuh ke rongga udara di dalam telinga bagian tengah. Selama
tekanan meningkat volume akan berkurang, karena telinga bagian tengah ada di
dalam rongga tulang yang kaku, rongga yang sebelumnya terisi oleh udara akan diisi
oleh jaringan-jaringan yang membengkak, berdarah dan menonjol ke dalam gendang
telinga. Rangkaian kejadian yang menjurus ke perusakan jaringan dapat dicegah
dengan menyeimbangkan telinga. Udara ditiupkan ke dalam saluran Eustachius dari
tenggorokan untuk menjaga agar volume gas yang ada di telinga bagian tengah tetap
konstan, sehingga tekanannya menyamai tekanan air. Proses serupa dapat terjadi di
dalam rongga-rongga sinus akan tetapi disini dapat diseimbangkan sendiri (self
equalising) dalam keadaan normal, karcna rongga sinus punya hubungan terbuka
dengan rongga hidung.
Perubahan terbesar volume gas yang mengikuti perubahan-perubahan air
terjadi dekat permukaan. Sebagai contoh, I liter gas di permukaan akan menyurut ½
liter pada kedalaman 10 meter (l ATA sampai 2 ATA). Dari 4 ATA sampai 5 ATA,
hanya akan kembali sebesar 5% yaitu, dari 1/4 sampai 1/5 liter. lni menerangkan
kenapa tidak mungkin menghindari risiko-risiko pada penyelaman dangkal. Grafik
perubahan volume terbesar yang terjadi pada kedalaman l0 meter pertama dapat
dilihat pada Gambar 2.3. sebagai berikut:

Gambar 2.1. Grafik perubahan volume terbesar pada kedalaman 10 meter pertama

Dapat terlihat bahwa perubahan volume terbesar terjadi pada kedalaman l0 meter
pertama. Turun lagi l0 meter menghasilkan perubahan volume jauh lebih sedikit.
Karenanya risiko terbesar clari trauma yang disebabkan oleh hukum Boyle berada di
dalam air yang paling dangkal.

2.5 Barotrauma

2.5.1 Definisi5

Barotrauma adalah kerusakan jaringan akibat perubahan tekanan barometrik


yang terjadi pada saat menyelam atau saat terbang. Referensi lain menyebutkan
bahwa barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-
tiba di luar telinga tengah sewaktu dalam pesawat terbang atau menyelam, yang
menyebabkan tuba gagal untuk membuka.

2.5.2. Patofisiologi5,6

Barotrauma merupakan trauma yang disebabkan oleh perubahan dalam


tekanan. Barotrauma dapat terjadi pada keadaan ascent atau descent ketika suatu
ruang yang berisi udara gagal untuk menyeimbangkan tekanan ambient. Hal tersebut
sangat berkaitan dengan hukum Boyle yaitu suatu penurunan atau peningkatan pada
tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan (secara berurutan) suatu
volume gas dalam ruang tertutup. Bila gas terdapat dalam stnrktur yang lentur, maka
struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi ataupun kompresi. Barotrauma dapat
terjadi bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh (telinga tengah, paru-paru)
menjadi ruangan tertutup dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi normal.6
Barotrauma terjadi disebabkan oleh karena adanya perbedaan tekanan antara
rongga-rongga udara di dalam tubuh dengan jaringan tubuh itu sendiri, sebagai akibat
terjadinya perubahan tekanan di luar tubuh pada saat penyelaman. Oleh karena itu
Barotrauma dapat terjadi baik pada waktu turun ke kedalaman maupun pada saat naik
ke permukaan. Jaringan tubuh yang kebanyakan terdiri dari zat padat. atau cairan
dengan campuran zat padat, selanjutnya tekanan air dihantarkan ke seluruh jaringan
tanpa berubah. Rongga udara dalam tubuh umutnnya dikelilingi oleh tulang tulang
yang tak lentur, oleh karena itu tekanan tidak dapat digantikan jika ada kekurangan isi
rongga udara (kecuali paru-paru).
Pada saat penyelam turun dan tekanan air naik, selisih antara tekanan jaringan
(yang sama dengan lekanan air) dengar: tekanan dalam rongga udara akan meningkat.
Tekanan dan isi dalam rongga udara mula-mula bertahan sama seperti di permukaan
(l A'l'A) tetapi jika tekanan jaringan (dan air) naik, tekanan juga akan meningkat. Ini
mengakibatkan tekanan yang cukup besar dari jaringan ke rongga udara. Bila udara
tak dapat masuk ke dalam rongga ini untuk menyamakan tekanan seperti dalam
jaringan, maka jaringan akan dipaksa masuk ke dalam rongga udara dan akan terjadi
Barotrauma (Squeeze). Kerusakan yang biasanya terjadi adalah pembengkakan dari
jaringan yang melapisi rongga tersebut. Ini terus bertambah sampai cairan dipaksa ke
luar dari pembuluh tlanth yang membengkak dalam jaringan dan dalam rongga udara
tersebut. Akibatnya pcrdarahan krena pecahnya pembuluh-pembuluh darah, dan ini
menyebabkan berkurangnya isi dalam ruang udara, sehingga rnengakibatkan naiknya
tekanan yang sama seperti pada jaringan dan rasa sakit akan berkurang. Proses ini
nrenjelaskan terjadinya rasa sakit yang hebat sebelum terjadinya perdarahan, yang
akan diikuti oleh berkurangnya gejala.
Barotrauma dapat terjadi pada waktu turun atau naik. Barotrauma waktu naik
ke pennukaan, mungkin diakibatkan Barotrauma waktu turun ke kedalaman atau
mungkin dikarenakan udara bertekanan tinggi yang masuk ke dalam ruang udara pada
waktu turun ke kedalaman tidak dapat dikeluarl:an pada waktu naik ke permukaan.
Pada waktu naik ke permukaan akan terjadi perubahan tekanan dari udara bertekanan
tinggi dalam rongga tersebut sampai tekanan yang rendah di dalam jaringan dan
pelepasan udara yang mendadak melalui saluran normal dapat terjadi.

Gambar 2.4. Patofisiologi barotrauma

2.5.3 Klasifikasi barotrauma5


Barotrauma telinga berdasarkan manifestasi klinis secara anatomis dibagi
menjadi 3 jenis yaitu barotrauma telinga luar, tengah dan dalam, dimana ketiga jenis
barotrauma tersebut dapat terjadi bersamaan ataupun sendiri-sendiri.
1) Barotrauma telinga luar
a. Patofisiologi
Barotrauma telinga luar berhubungan dengan dunia luar, maka pada waktu
menyelam air akan masuk ke dalam meatus akustikus ekstemus. Bila meatus
akustikus eksternus tertutup, maka terdapat udara yang terjebak. Pada waktu
tekanan bertambah, mengecilnya volume udara tidak mungkin dikompensasi
dengan kolapsnya rongga (kanalis akustikus eksternus), hal ini berakibat
terjadinya dekongesti, perdarahan dan tertariknya membrana timpani ke lateral.
Peristiwa ini mulai terjadi bila terdapat perbedaan tekanan air dan tekanan udara
dalam rongga kanalis akustikus eksternus sebesar ± 150 mmHg atau lebih, yaitu
sedalam 1,5 – 2 meter.
b. Gambaran klinis
Gejala biasanya ringan dan hanya menyebabkan sedikit kesulitan dalam
melakukan equalisasi telinga pada waktu turun ke kadalaman. Setelah naik ke
permukaan sumbatan atau hambatan dapat dihilangkan atau dikeluarkan, yang
mengakibatkan keluarnya cairan atau perdarahan dari telinga. Pada pemeriksaan
bisa didapatkan, antara lain: perdarahan berupa petechiae, perdarahan subcutan
(berupa blistars), dan mungkin kongesti pembuluh darah pada membrana timpani
bila perdarahan subkutan besar.
c. Pengobatan
Saluran telinga harus dibersihkan dengan hati-hati oleh dokter. Telinga harus
selalu kering dan jangan menyelam sampai kondisi sudah baik. Pemakaian 20 %
hidrogen peroksida (H2O2) dapat mencegah komplikasi.

2) Barotrauma telinga tengah


a. Patofisiologi
Barotrauma telinga tengah merupakan jenis barotrauma yang paling sering
terjadi. Biasanya diakibatkan adanya penyempitan, inflamasi atau edema pada
mukosa tuba mempengaruhi kepatenannya dan merupakan penyulit untuk
menyeimbangkan tekanan telinga tengah terhadap tekanan ambient yang terjadi
pada saat ascent maupun descent baik penyelaman maupun penerbangan.
Terjadinya barotrauma tergantung pada kecepatan penurunan atau kecepatan
peningkatan tekanan ambient yang jauh berbeda dengan kecepatan peningkatan
tekanan telinga tengah
Barotrauma pada telinga tengah dapat terjadi pada saat menyelam ataupun
saat terbang. Perubahan tekanan pada kedalaman 17 kaki pertama di bawah air
setara dengan perubahan tekanan pada pada ketinggian 18.000 kaki di atas bumi.
Dengan demikian, perubahan tekanan lingkungan tejadi lebih cepat pada saat
menyelam dibandingkan pada saat terbang. Hal ini dapat menjelaskan relatif
tingginya insidens barotrauma pada telinga tengah pada saat menyelam.
Barotrauma telinga tengah dapat terjadi pada penyelaman kompresi udara
(SCUBA) atau penyelaman dengan menahan nafas. Seringkali terjadi pada
kedalaman l0 sampai 20 kaki. Sekalipun insiden relatif lebih tinggi pada saat
menyelam, masih lebih banyak orang yang bepergian dengan pesawat
dibandingkan orang menyelam. Pesawat komersial telah diberi tekanan, namun
hanya sampai 8.000 kaki. Maka barotrauma masih mungkin terjadi, namun
insidennya tidak setinggi yang diakibatkan menyelam.
b. Gambaran klinis
Gejala yang dapat dujumpai pada pasien meliputi nyeri yang bervariasi
intensitasnya pada telinga yang terkena Barotrauma, kadang-kadang dijumpai
darah di sekitar hidung atau mulut akibat perdarahan dari kavum tirnpani serta
perasaan burtu/ tuli, biasanya berupa tuli konduksi ringan sementara akibat
gangguan pada tulang-tulang pendengaran dalam kavum timpani dan bisa
diharapkan kesembuhan dalam waktu ± 1 minggu.
Berdasarkan kelainan Membrana Timpani pada pemeriksaan otoskopi,
barotrauma telinga tengah dibagi menjadi:
a). Derajat 0 : hanya keluhan tanpa gejala pada Membrana Timpani
b). Derajat I : infeksi dan perdarahan sedikit dalam MembranaTimpani
c). Derajat II : perdarahan sedang dalam Membrana Timpani
d). Derajat III: perdarahan yang luas dalam Membrana Timpani
e). Derajat IV: Membrana Timpani Bombans,tampak biru gelap karena
adanya darah dalam cavum timpani.
D. f)erajat V : perforasi Membrana Timpani dan perdarahan bebas dari
cavum timpani.
c. Penatalaksanaan
Dianjurkan untuk beristirahat, menghindarkan penyelaman, dan melakukan
manuver valsava harus dilaksanakan sampai pulih sarna sekali. Untuk
mempercepat proses pemulihan, dokter dapat memberikan dekongestan atau
antihistamin peroral atau lewat hidung. Antibiotik diberikan pada kasus yang
berat di mana terclapat perdarahan atau perforasi gendang telinga.
Penyelam boleh menyelam lagi bilamana telinganya sudah benar-benar
sembuh. Untuk derajat 0 sampai dengan derajat lV kesembuhan bisa bervariasi
antara 2 hari sampai 7 hari. Untuk derajat V bilamana tidak ada penyulit bisa
sembuh antara 1 sampai 3 bulan.

3) Barotrauma telinga dalam


a. Patofisiologi
Barotrauma telinga dalam biasanya adalah komplikasi dari barotrauma
telinga tengah pada waktu menyelam, disebabkan karena melakukan maneuver
valsava yang dipaksakan. Bila terjadi perubahan dalam kavum timpani akibat
barotrauma maka membran timpani akan mengalami edema dan akan menekan
stapes yang terletak pada foramen ovale dan membran pada foramen rotunda,
yang mengakibatkan peningkatan tekanan di telinga dalam yang akan
merangsang labirin vestibuler sehingga terjadi deviasi langkah pada pemeriksaan
“Stepping Test". Dapat disimpulkan, gangguan pada telinga tengah dapat
berpengaruh pada labirin vestibuler dan menampakkan ketidakseimbangan laten
pada tonus otot melalui reflex vestibulospinal.
b. Gambaran Klinis
Pada pasien dapat dijumpai gejala-gejala antara lain: perasaan buntu
(blockade), ketulian tipe sensoris (ketulian ini bisa total, atau hanya pada
frekuensi tinggi 4000-8000 Hz, juga ketulian ini dapat terjadi seketika atau
perlahan-lahan), gejala T'innitus, dan gejala-gejata gangguan vestibuler seperti
vertigo, ataxia, disorientasi.
Jika ditemukan gejala-gejala di atas, maka harus dianggap telah terjadi
Barotrauma Auris Intemal (tidak boleh diterapi dengan Rekompresi).
Mikrotaruma berulang-ulang yang terjadi pada Auris Intemal dapat
mengakibatkan gangguan pendengaran dan keseimbangan yang permanen
c. Pengobatan
Operasi rekonstruksi mikroskopis dari membrana foramen rotundum
rnembrana foramen rotundum yang ruptur, dilarang menyelam, termasuk
melakukan manuver valsava, dan simptomatik.

2.5.4 Faktor resiko7


 Anak-anak
 Disfungsi tuba eustasius yang dapat disebabkan oleh abnormalitas anatomi,
riwayat disfungsi tuba eustasius sebelumnya, edema (akibat rhinitis, ISPA,
penyakit telinga tengah yang kronis dan kehamilan).
 Menyelam dengan tiba-tiba
 Tidur saat penerbangan akan lepas landas

2.5.6 Pencegahan7,8
Barotrauma dapat dicegah dengan menghindari terbang atau menyelam pada
waktu pilek. Jika mulai terasa nyeri agaknya tuba aeustakius telah mengecil. Yang
harus dikerjakan jika ini terjadi pada saat menyelam adalah hentikan menyelam atau
naiklah beberapa kaki dan mencoba menyeimbangkan tekanan kembali. Hal ini tidak
dapat dilakukan jika sedang terbang dalam pesawat komersial, maka perlu untuk
mencegah penciutan tuba eustakius. Metode terbaik adalah mulai melakukan
manuver-manuver untuk melegakan telinga dengan hati-hati sesaat sebelum pesawat
mendarat. Jika pasien harus terbang dalam keadaan pilek, maka sebaiknya gunakan
dekongestan semprot hidung atau oral.
Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu mengunyah
permen karet atau melakukan perasat valsava saat naik pesawat terbang, terutama
sewaktu pesawat terbang mulai turun untuk mendarat.
Beberapa saran yang dapat diberikan sebelum sesorang melakukan penerbangan
antara lain:
 Sebaiknya menunda penerbangan jika sedang memiliki pilek atau hidung
tersumbat.
 Ketika terbang di pesawat terbang, terutama selama take-off dan landing,
melakukan hal-hal yang akan membantu menjaga tabung eustachius terbuka
untuk meringankan tekanan. Hal yang dapat Anda lakukan antara lain
mengunyah pennen atau permen karet menguap dan bernapas dengan mulut
terbuka
 Ketika terbang, hindari tidur pada saat pesawat turun karena gerakan menelan
mungkin tidak cukup.
 Untuk bayi di pesawat terbang, telah mereka mengisap botol atau empeng,
jangan biarkan bayi tidur selama pesawat turun. Dekongestan pada anak-anak
umumnya tidak dianjurkan.
 Ambil pil dekongestan atau semprot hidung sebelum memulai penerbangan
untuk mengecilkan membran dalam tabung eustachius. Hal ini akan
membantu membuat telinga terbuka lebih mudah.
 Jika Anda baru saja menjalani operasi telinga, konsultasikan dengan dokter
Anda sebelum Anda terbang.
 Gunakan penyumbat telinga (EarPlanes), yang perlahan-lahan menyamakan
tekanan terhadap gendang telinga Anda selama lepas landas dan mendarat. Ini
mungkin dibeli di toko obat.
 Hindari alkohol dan kafein, karena mereka menyempitkan pembuluh darah.

Beberapa saran yang dapat diberikan sebelum sesorang melakukan penyelaman


antara lain:
 Benar-benar terlatih.
 Pastikan kondisi kesehatan yang baik sebelum menyelam.
 Pastikan semua peralatan bekerja dengan benar.
 Turun perlatran-ldtan dalam air saat scuba diving. Pedoman Menyelam
Angkatan Laut Amerika Serikat memberikan panduan untuk seberapa sering
Anda harus berhenti dan bagaimana perlahan-lahan selama pergerakan anda
ke permukaan (disebut dekompresi).
 Gunakan pil dekongestan atau semprot hidung sedikit sebelum menyelam
untuk membuka tuba eustakius, hidung, atau sinus.
 Untuk mencegah barotrauma paru, jangan menahan napas anda selama
pendakian (naik). Hembuskan napas saat menyelam bebas, bahkan di perairan
dangkal.
 Jangan menyelam terlalu dalam.
 Jangan terlalu lama berada di bawah air pada kedalaman yang lebih besar.
 Hindari penerbangan atau pergi ke ketinggian yang lebih tinggi untuk 24 jam
berikutnya setelah menyelam.
 Mengetahui lokasi ruang recompression terdekat.

2. 5. 7 Prognosis8
Dampak pada telinga dapat perforasi, tetapi dalam banyak kasus tidak ada
kerusakan serius pada telinga. Kadang-kadang, gendang telinga akan mengalami
perforasi (robek). Namun, jika ini terjadi, gendang telinga kemungkinan akan sembuh
dengan sendirinya tanpa pengobatan dalam beberapa minggu.
Barotrauma telinga biasanya tidak serius dan merespon perawatan diri. Komplikasi
jangka panjang dapat terjadi ketika kondisi serius atau berkepanjangan atau jika ada
kerusakan pada struktur telinga tengahr atau bagian dalam. Komplikasi yang jarang
terjadi dapat meliputi gangguan pendengaran permanen dan berkelanjutan (tinnitus
kronis).
BAB III
PENUTUP

Barotrauma adalah kerusakan jaringan akibat perubahan tekanan barometrik


yang terjadi pada saat menyelam atau saat terbang. Menurut anatomi dan
patofisiologinya barotrauma dibagi menjadi barotrauma luar, tengah dan dalam yang
dapat terjadi bersamaan ataupun sendiri-sendiri. Keluhan pasien berupa perasaan
penuh atau tersumbat dalam telinga, rasa nyeri dalam telinga, dan kadang-kadang
tinnitus, vertigo dan perdarahan dari dalam telinga. Hal ini dapat terjadi pada satu
atau kedua telinga. Diagnosis dipastikan dengan otoskop, dengan melihat keadaan
membran timpani. Penatalaksanaan biasanya cukup dengan cara konservatif saja,
yaitu dengan memberikan dekongestan lokal atau dengan melakukan perasat Valsava
atau Toynbee selama tidak terdapat infeksi di jalan nafas atas. Tindakan pembedahan
dapat dilakukan pada kerusakan berat membran timpani. Usaha preventif lebih baik
dilakukan untuk menghindari terjadinya barotrauma.
DAFTAR PUSTAKA

1. Circle, S. Barotrauma. University of Washington. 2010.

(www.depts.washington.edu)

2. Abshor U. Pengaruh Barotrauma Auris Terhadap Gangguan Pendengaran pada

Nelayan Penyelam di Kecamatan Puger Kabupaten Jember. 2008

(http://digilib.unej.ac.id/gdl42/gdl.php?mod=browse&op=read&id=gdlhub-gdll-

grey-2008-ulilabshor-1731&newtheme=gray&newlang=english)

3. Guyton, Hall. Buku Ajar Faal Kedokteran. Jakarta. EGC. 2005.

4. Sherwood, L. Buku Ajar Faal Manusia Jakarta. EGC. 2007

5. Ekawati, T. Analisis Faktor Resiko Barotrauma Membran Timpani pada Nelayan

Penyelam Tradisional di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang. Semarang:

UNDIP. 2005.

6. Adams, dkk. Penyakit telinga tengah dan mastoid dalam buku BOEIS Buku Ajar

Penyakit THT Ed.6, hal 91-93. Jakarta. EGC. 1997

7. Mirza, S. Richardson, H. Otic barotrauma from air travel in The Journal of

Laryngology & Otology. 2005. Vol.119, page 366-370.

8. Soetirto I, dkk. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam: Soepardi

EA, Iskandar HN [Ed]. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala dan Leher Edisi kelima, hal 9-21. Jakarta. Balai Penerbit FK UI. 2008

Anda mungkin juga menyukai