PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia merupakan suatu makhluk daratan, yang sudah
menyesuaikan diri dengan kehidupan di daratan. Sehingga situasi baik penyelaman
dan penerbangan dapat menimbulkan gangguam atau cedera pada telinga.
Barotrauma disebabkan oleh pebedaan tekanan antara bagian dalam telinga dengan
udara luar. Masalah tersebut terjadi sebagai akibat kegagalan tuba eustakius
menyamakan perbedaan tekanan yang ada. Jika tuba eustakius (sambungan antara
teinga tengah dengan bagian belakang hidung dan tenggorokan bagian atas) tertutup,
tekanan udara di telinga tengah akan berbeda daripada tekanan di uar gendang
telinga., hal ini menyebabkan barotrauma.1
Barotrauma umumnya terjadi selama perubahan ketinggian, yaitu saat terbang,
scuba diving, atau mendaki gunung. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap
pada penyelam tradisional Indonesia, ditemukan bahwa terdapat pengaruh barotrauma
telinga terhadap gangguan pendengaran pada penyelam tradisional di desa Belung
kecamatan Wori kabupaten Minahasa Utara, di kecamatan Puger kabupaten Jember.2
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan referat ini adalah:
1. Untuk memenuhi syarat dalam Kepaniteraan Klinik di bidang THT-KL
2. Untuk menambah wawasan ilmiah dan pengetahuan dojter muda tentang
barotrauma telinga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telinga Luar
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius
eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang
dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi
kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan
tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus
telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya
sepanjang kanalis auditorius eksternus.
Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular.
Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius
eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus
panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago
dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang
dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani.
Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang
mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri
telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen
nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
B. Telinga Tengah
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah
lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua
Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas
lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu
mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan
rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke
nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang
temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus
stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang
membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial
telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian
dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah.
Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh
membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau
struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah
mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke
telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm,
menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun
dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau
menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan
menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.
C. Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk
pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial
VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan
bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun
tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak
membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang
berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh
perubahan kecepatan arah dan gerakan seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan
dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran,
dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna
mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe,
yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui
aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan
kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa
memegang cairan yang dina¬makan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat
tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga
dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan
gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut
labirin membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang
cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan
percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan
aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam
kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea,
bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis,
utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang
bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus
fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut
dan asupan darah ke batang otak.
Fisiologi fungsional jendela oval dan bulat memegang peran yang penting.
Jendela oval dibatasi olehj anulare fieksibel dari stapes dan membran yang sangat
lentur, memungkinkan gerakan penting,dan berlawanan selama stimulasi bunyi,
getaran stapes menerima impuls dari membrana timpani bulat yang membuka pada
sisi berlawanan duktus koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh menbran
timpani yang utuh, jadi memungkinkan gerakan cairan telinga dalam oleh stimulasi
gelombang suara. pada membran timpani utuh yang normal, suara merangsang
jendela oval dulu, dan terjadi jedai sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela
bulat. namun waktu jeda akan berubah bila ada perforasi pada membran timpani yang
cukup besar yang memungkinkan gelombang bunyi merangsang kedua jendela oval
dan bulat bersamaan. Ini mengakibatkan hilangnya jeda dan menghambat gerakan
maksimal motilitas cairan telinga dalam dan rangsangan terhadap sel-sel rambut pada
organ Corti. Akibatnya terjadi penurunan kemampuan pendengaran.
Gelombang bunyi dihantarkan oleh membrana timpani ke osikuius telinga
tengah yang akan dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak dalam
labirin di telinga dalam. Osikel yang penting, stapes, yang menggo dan memulai
getaran (gelombang) dalam cairan yang berada dalam telinga dalam. Gelombang
cairan ini, pada gilirannya, mengakibatkan terjadinya gerakan mem¬brana basilaris
yang akan merangsang sel-sel rambut or¬gan Corti, dalam koklea, bergerak seperti
gelombang. Gerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan
merangsang berbagai daerah koklea. Sel rambut akan memulai impuls saraf yang
telah dikode dan kemudian dihantarkan ke korteks auditorius dalam otak, dan
kernudian didekode menjadi pesan bunyi.
Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan melalui
telinga luar dan tengah yang terisi udara berjalan melalui konduksi udara. Suara yang
dihantararkan melalui tulang secara langsung ke telinga dalam dengan cara konduksi
tulang. Normalnya, konduksi udara merupakan jalur yang lebih efisien; namun
adanya defek pada membrana timpani atau terputusnya rantai osikulus akan
memutuskan konduksi udara normal dan mengaki¬batkan hilangnya rasio tekanan-
suara dan kehilangan pendengaran konduktif.
Gambar 2.1. Grafik perubahan volume terbesar pada kedalaman 10 meter pertama
Dapat terlihat bahwa perubahan volume terbesar terjadi pada kedalaman l0 meter
pertama. Turun lagi l0 meter menghasilkan perubahan volume jauh lebih sedikit.
Karenanya risiko terbesar clari trauma yang disebabkan oleh hukum Boyle berada di
dalam air yang paling dangkal.
2.5 Barotrauma
2.5.1 Definisi5
2.5.2. Patofisiologi5,6
2.5.6 Pencegahan7,8
Barotrauma dapat dicegah dengan menghindari terbang atau menyelam pada
waktu pilek. Jika mulai terasa nyeri agaknya tuba aeustakius telah mengecil. Yang
harus dikerjakan jika ini terjadi pada saat menyelam adalah hentikan menyelam atau
naiklah beberapa kaki dan mencoba menyeimbangkan tekanan kembali. Hal ini tidak
dapat dilakukan jika sedang terbang dalam pesawat komersial, maka perlu untuk
mencegah penciutan tuba eustakius. Metode terbaik adalah mulai melakukan
manuver-manuver untuk melegakan telinga dengan hati-hati sesaat sebelum pesawat
mendarat. Jika pasien harus terbang dalam keadaan pilek, maka sebaiknya gunakan
dekongestan semprot hidung atau oral.
Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu mengunyah
permen karet atau melakukan perasat valsava saat naik pesawat terbang, terutama
sewaktu pesawat terbang mulai turun untuk mendarat.
Beberapa saran yang dapat diberikan sebelum sesorang melakukan penerbangan
antara lain:
Sebaiknya menunda penerbangan jika sedang memiliki pilek atau hidung
tersumbat.
Ketika terbang di pesawat terbang, terutama selama take-off dan landing,
melakukan hal-hal yang akan membantu menjaga tabung eustachius terbuka
untuk meringankan tekanan. Hal yang dapat Anda lakukan antara lain
mengunyah pennen atau permen karet menguap dan bernapas dengan mulut
terbuka
Ketika terbang, hindari tidur pada saat pesawat turun karena gerakan menelan
mungkin tidak cukup.
Untuk bayi di pesawat terbang, telah mereka mengisap botol atau empeng,
jangan biarkan bayi tidur selama pesawat turun. Dekongestan pada anak-anak
umumnya tidak dianjurkan.
Ambil pil dekongestan atau semprot hidung sebelum memulai penerbangan
untuk mengecilkan membran dalam tabung eustachius. Hal ini akan
membantu membuat telinga terbuka lebih mudah.
Jika Anda baru saja menjalani operasi telinga, konsultasikan dengan dokter
Anda sebelum Anda terbang.
Gunakan penyumbat telinga (EarPlanes), yang perlahan-lahan menyamakan
tekanan terhadap gendang telinga Anda selama lepas landas dan mendarat. Ini
mungkin dibeli di toko obat.
Hindari alkohol dan kafein, karena mereka menyempitkan pembuluh darah.
2. 5. 7 Prognosis8
Dampak pada telinga dapat perforasi, tetapi dalam banyak kasus tidak ada
kerusakan serius pada telinga. Kadang-kadang, gendang telinga akan mengalami
perforasi (robek). Namun, jika ini terjadi, gendang telinga kemungkinan akan sembuh
dengan sendirinya tanpa pengobatan dalam beberapa minggu.
Barotrauma telinga biasanya tidak serius dan merespon perawatan diri. Komplikasi
jangka panjang dapat terjadi ketika kondisi serius atau berkepanjangan atau jika ada
kerusakan pada struktur telinga tengahr atau bagian dalam. Komplikasi yang jarang
terjadi dapat meliputi gangguan pendengaran permanen dan berkelanjutan (tinnitus
kronis).
BAB III
PENUTUP
(www.depts.washington.edu)
(http://digilib.unej.ac.id/gdl42/gdl.php?mod=browse&op=read&id=gdlhub-gdll-
grey-2008-ulilabshor-1731&newtheme=gray&newlang=english)
UNDIP. 2005.
6. Adams, dkk. Penyakit telinga tengah dan mastoid dalam buku BOEIS Buku Ajar
EA, Iskandar HN [Ed]. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher Edisi kelima, hal 9-21. Jakarta. Balai Penerbit FK UI. 2008