PENDAHULUAN
(1817-1894) pada pasien dengan hemiseksi korda spinalis pada tahun 1849. Brown-Séquard
adalah seorang yang dikenang berkat kontribusinya di bidang Neurologi. Ia adalah seorang
kehilangan fungsi motorik, proprioseptif dan rasa getar ipsilateral akibat disfungsi traktus
kortikospinal dan kolumna dorsalis, disertai dengan kehilangan sensasi nyeri dan suhu
Penyebab paling sering dari Brown-Séquard Syndrome adalah cedera akibat trauma korda
spinalis. Brown-Séquard Syndrome dapat juga disebabkan tumor pada korda spinalis, trauma
(misalnya pada pungsi di leher dan tulang belakang), iskemia (pada obstruksi pembuluh darah)
serta infeksi atau inflamasi seperti tuberculosis atau multiple sclerosis. Herniasi discus cervicalis
Paralysis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Columna vertebralis terbentang dari cranium sampai ujung os coccygis dan merupakan
unsur utama kerangka aksial (ossa cranii, columna vertebralis, costa dan sternum). Columna
vertebralis terdiri dari 33 vertebra yang teratur dalam 5 daerah, tetapi hanya 24 dari jumlah
digerakkan pada orang dewasa. Kelima vertebra sacralis pada orang dewasa melebur
Tulang vertebra memiliki korpus yang terletak di anterior, yang membentuk bangunan utama
sebagai tumpuan beban. Korpus vertebrae dipisahkan oleh diskus intervetebralis, dan
disangga disebelah anterior dan posterior oleh ligamentum longitudinal anterior dan
posterior. Disebelah posterolateral, dua pedikel membentuk pilar tempat ata kanalis
vertebralis (lamina) berada. Fungsi dari columna vertebralis sebagai pendukung badan yang
kokoh dan sekaligus bekerja sebagai penyangga dengan perantaraan tulang rawan cakram
membongkok tanpa patah. Cakramnya juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi
bila menggerakkan berat badan seperti waktu berlari dan meloncat, dan dengan demikian
otak dan sumsum belakang terlindung terhadap goncangan. Disamping itu juga untuk
memikul berat badan, menyediakan permukaan untuk otot dan membentuk tapal batas
pasterior yang kukuh untuk rongga-rongga badan dan memberi kaitan pada iga. Tulang
servikal paling rentan terhadap cedera, karena mobilitas dan paparannya. Kanalis servikalis
melebar di bagian atas yang terbentuk 4 mulai dari foramen magnum hingga kebagian bawah
C2. Mayoritas pasien yang selamat dengan cedera pada bagian ini tidak mengalami gangguan
neurologis.
a) Sistem sensorik
Perjalanan impuls dari perifer menuju susunan saraf pusat diawali dari reseptor yang
posisi, dan pergerakan kepala pada suatu ruang, renggangan otot atau tendo, posisi sendi
(enteroreseptor).
3
Impuls yang masuk melalui reseptor dihantarkan ke sistem saraf pusat (ssp) melalui saraf
perifer, ganglion radiks dorsalis dan menuju radiks saraf posterioryang akan memasuki
medulla spinalis. Saraf perifer membawa serabut aferen, eferen dan serabut yang
mempersarafi organ internal, kelenjar keringat, dan otot polos pembuluh darah. Serabut
tersebut bergabung bersama dalam rangkaian selubung jaringan ikat membentuk kabel saraf.
Waktu saraf perifer masuk ke kanal spinalis melalui foramen intravertebrale, serabut
aferen dan eferen berpisah membentuk radiks spinalis anterior dan radiks spinalis posterior
(mengandung serabut aferen). Pada tingkat servikal dan lumosakral, terdapat pleksus saraf ,
di pleksus ini serabut aferen saraf perifer terdistribusi ulang sehingga serabut dari berbagai
masing saraf tergabung dengan nervus spinalis di berbagai level segmental. Keseluruhan
yang berjalan sepanjangi radiks posterior ke dalam medulla spinalis tempat berhubungan
Masing-masing radiks terdistribusi ulang menjadi beberapa ssaraf perifer melalui pleksus
memebentuk kelompok di perifer untuk mempersarafi area segmen kulit tertentu (dermatom).
Hal inilah yang membedakan letak lesi radikular dan saraf tepi, karena masing-masing
dermatom mewakili deficit sensorik medula spinalis atau level radikular tertentu, sedangkan
pada lesi pleksus memiliki distribusi yg berbeda, serabut saraf yang cedera tidak mencapai
dermatomnya lagi.
Pada susunan saraf pusat, serabut sensorik masuk medulla spinalis di dorsal root entry
zone dan membentuk banyak kolateral yang bersinap dengan neuron di MS.
4
1. Traktus Spinoserebelaris posterior
Mengantar impuls dari spindle otot dan organ tendon golgi yang terbagi menjadi banyal
- Serabut setinggi torakal, lumbal dan sacral berakhir di nucleus berbentuk tabung yang
- Serabut setinggi servikalis berjalan didalam fasikulus kuneatus untuk membuat sinaps
Serebelum menerima input propioseptif aferen dari semua region tubuh; kemudian output
eferen polisinaptiknya memengaruhi tonus otot dan kerja otot agonis dan antagonis (otot
sinergik) yang berperann saat berdiri, berjalan dan semua gerakan lain. Semua proses itu
berjalan tanpa disadari. Neuron kedua asal traktus spinaserebelaris berjalan naik di
3. Kolumna posterior
Kita dapat merasakan derajat tegangan otot, berat badan yang bertumpu pada telapak
kaki dan mengenai gerakan sendi. Serabut aferen ektremitas bawah menempati bagian
paling medial, serabut aferen ekstremitas atas bergabung bagian lateral setingkat vertebra
servikalis. Serabut ini beerakhir di nuclei yang namanya sesuai dengan medulah di
5
membentuk lemniskus medialis dan berakhir di nucleus ventralis posterolateralis talami
(VPL). Disini traktus membentuk kontak sinaptik dengan neuron ketiga kemudian
post sentralis.
Hilangnya sensasi posisi dan gerakan (sensasi kinestetik): pasien tidak dapat
Asterognosis: pasien tidak dapat mengenali dan menyebutkan objek melalui bentuk
Agraftesia : pasien tidak dapat mengenali rasa raba bentuk suatu angka atau huruf
Hilangnya sensasi getar: pasien tidak dapat merasakan getaran garpu tala yang
ditempelkan di tulangnya
Tanda Romberg positif. Pasien tidak dapat berdiri dalam jangka panjang dengan
kedua kaki dirapatkan dan mata tertutup tanpa bergoyang dan mungkiin juga terjatuh.
Impuls timbul di reseptor kutaneus (ujung saraf peritrikal, korpuskel taktil) dihantarkan
sepanjang serabut saraf perifer yang bermielin sedang ke sel-sel pseudounipolar ganglion
radiks dorsalis dan dari sini masuk ke medulla spinalis malaui radik posterior. Didalam
medulla spinalis, radiks dorsalis berjalan di kolumna posterior naik 2-15 segmen keatas
6
sedangkan kolateralnya berjalan 1 atau 2 segmen ke bawah, membentuk kontak sinaptik
dengan sel-sel pada berbagai tingkat segmental di substansia grisea kornu posterius. Sel-
sel tersebut (neuron kedua) kemudian membentuk traktus spino thalamikus anterior, yang
antereolateralis dan berjalan naik di dalam funikulus anterolateralis kontra lateral, dan
serabut traktus spinotalamikus lateralis dan lemniskus medialis . Neuron ketiga di nucleus
di traktus thalamokortikalis.
Lesi pada traktus ini setinggi vertebra lumbal atau torkal umumnya menimbulkan sedikit
atau tidak ada gangguan pada rasa raba, karena banyak impuls yang naik dapat menutupi
lesi melalui bagian ipsilateral jaras ini. Namun, lesi pada traktus spinotalamikus anterior
pada tingkat servikal akan menimbulkan hipestesia ringan pada ekstremitas bawah
kontralateral.
Ujung saraf bebas dikulit merupakan reseptor perifer untuk stimulus nyeri dan suhu.
Ujung-ujung saraf ini merupakan endorgan serabut grup A yang tipis dan serabut grup C
yang hampir tidak bermielin, yang merupakan prosesus pesifer neuron pseudounipolar di
ganglion spinale. Prosesus sentralis masuk melalui radiks dorsalis ke dalam medulla
pendek dan berakhir di dalam satu atau dua segmen substantia gelatinosa, membuat
kontak sinaptik dengan neuron funikularis (neuron kedua) yang prosesusnya membentuk
7
traktus spinotalamikus latralis . Prosesus ini menyilang garis tengah di komisura spinalis
Lesi pada traktus spinotalamikus lateralis dibagian ventral medulla spinalis, sensasi nyeri
dan suhu berkurang pada sisi kontralateral satu atau dua segmen dibawah tingkat lesi,
6. Traktus eferen medulla spinalis lainnya, medulla spinalis juga mengandung jaras serabut
lain yang berjalan naik ke berbagai struktur di batang otak dan nuclei subkortikal
profunda. Jaras tersebut berasal dari kornu posterior medulla spinalis dan berjalan naik
Pengolahan sentral informasi somatosensorik oleh kortek somatosensorik primer di girus post
Area sensori motor memungkinkan informasi sensorik yang tiba disini segera diubah menjadi
modalitas nyeri, suhu, dan modalitas lainnya yang terwakili diii area korteks tertentu,
Lesi pada korteks somatosensorik unilateral menyebabkan gangguan subtotal pada persepsi
nyeri, suhu, dan stimulus taktil pada sisi kontralateral tubuh; namun diskriminasi dan sensasi
posisi hilang total karena sensasi ini bergantungg pada korteks yang intak.
8
Stereognosis merupakan pengenalan objek yang diletakan di telapak tangan melalui sensasi
raba (stereognosis) tidak hanya dimediasi oleh korteks sensorik primer, tetapi juga oleh area
asosiasi di lobus parietalis, tempat gambaran sensorik masing-masing objek seperti ukuran ,
b) Sistem motorik
1) Komponen sentral
9
Bagian ini terdiri dari korteks motoric primer (area 4) dan area korteks disekitarnya
Kortek motoric primer berada pada girus presentralis. Girus ini merupakan letak
substansia alba serebri (korona radiata), krus posterius kapsula interna, bagian
pedunkulus serebri (krus serebri), pons dan basal medulla (baian anterior, tempat
traktus terlihat sebagai penonjolan kkecil yang disebut pyramid. Serabut pyramidal
kortikospinalis anterior. Traktus ini menyilang lebih kebawah dan kadang tidak
menyilang pada tingkat servical dan torakal, sehingga otot leher dan badan
dari area 8. Impuls dari serabut ini memediasi gerakan mata konjugat.
10
Refleks renggang yang berlebihan secara abnormal, dapat disertai oleh klonus
Hipoaktivitas atau tidak adanya refleks eksteroseptif (reflesk abdominal,
plantar dan kremaster)
Refleks patologis (refleks Babinski, Oppenheim, Gordon dan Mendel-
Bekhterev, serta disinhibisinya respon hinder
Massa otot tetap baik
2) Komponen perifer
Komponen perifer sistem motoric terdiri dari nuclei nervus kranialis motoric di batang
otak, sel motoric kornu anterius medulla spinalis, radiks anterior pleksus-pleksus nervus
servikal dan lumbosacral, saraf perifer, dan motor end plate di otot rangka. Pada sel
kornu anterior neuron sel-sel renshaw yang berfungsi menginhibisi, sel ini menerima
kontak sinaptik dari akson kolateral neuron motor a yang besar. Aksonnya-aksonnya
kemudian berproyeksi kembali menuju sel kornu anterius dan menghambat aktivitasnya.
Inhibisi sel renshaw merupakan contoh umpan balik negative spinal yang mentabilisasi
aktivitas motor neuron. Radiks anterior merupakan neurit motor neuron yang keluar
melaui anterior seperti akar bergabung bersama dengan rakdiks posterior. Pada tingkat
sevikal dan lumbosacral, nervus spinalis bergabung membentuk pleksus saraf yang
kemudian membentuk saraf perifer yang mempersarafi otot-otot leher dan ekstremitas .
neurit tebal yang bermielin dan konduksi cepat pada neuron motor a yang besar, disebut
serabut a1. Serabut-serabut tersebut berjalan ke otot-otot yang bekerja dan kemudian
serabut tersebut membentuk berbagai cabang yang sangat bervariasi yang berakhir di
serabut otot. Transmisi impuls sinaptik terjadi pada taut neuronmuskular. Unit motoric
(Sherrington) adalah sel-sel kornu anterius, nuritnya, dan serabut otot yang dipersarafinya
secara keseluruhan.
11
Penurunan kekuatan kasar
Hipotonia atau atonia otot
Hiporeflek atau arefleksia
Atrofi otot
gambaran klinis yang mencerminkan cedera hemiseksi medula spinalis, sering di daerah
12
medula serviks. Pasien dengan sindrom Brown-Séquard menderita kelumpuhan neuron
motorik ipsilateral dan kehilangan propriosepsi, serta hilangnya rasa sakit dan sensasi suhu
kontralateral. Presentasi klinis sindrom Brown-Séquard dapat berkisar dari defisit neurologis
1) Patofisiologi
Sindrom Brown-Séquard terjadi karena kerusakan atau hilangnya traktus medula spinalis
asendens dan desendens di 1 sisi medula spinalis. Perdarahan petekie yang tersebar di
substansi grisea dan membesar dan menyatu dengan 1 jam postinjury. Perkembangan
selanjutnya dari nekrosis hemoragik terjadi dalam 24-36 jam. Materi putih menunjukkan
perdarahan petekie pada 3-4 jam. Serat mielin dan saluran panjang menunjukkan kerusakan
Jarang dan biasanya tidak komplit; penyebab terseringnya adalah trauma medulla spinalis
dan herniasi diskus servikalis. Interupsi jaras motoric desendens pada satu sisi medulla
spinalis pada awalnya menyebabkan paresis flasid ipsilateral di bawah tingkat lesi (syok
spinal), yang kemudian menjadi spastik dan disertai oleh hiperrefleksia, tanda Babinski, dan
gangguan vasomotor. Pada saat yang sama, gangguan kolumna posterior pada satu sisi
medulla spinalis menimbulkan hilangnya sensasi posisi, sensasi getar, dan diskriminasi
taktil ipsilateral di bawah tingkat lesi. Ataksia yang normalnya terlihat pada lesi kolumna
posterior tidak terjadi karena paresis ipsilateral yang bersamaan. Sensasi suhu dan nyeri
kontralateral hilang di bawah tingkat lesi karena traktus spinotalamikus lateralis, tetapi
sensasi nyeri dan suhu kontralateral hilang dibawah tingkat lesi karena traktus
Sensasi taktil sederhana tidak terganggu, karena modalitas ini diperserafi oleh dua jaras
serabut yang berbeda: Kolumna posterior (tidak menyilang) dan traktus spinothalamikus
13
anterior menyilang. Hemiseksi medulla spinalis menyisakan satu dari kedua jaras tersebut
untuk sensasi taktil pada kedua sisi tubuh tetap intak-kolumna posterior kontralateral untuk
sisi kontralateral lesi, dan traktus spinothalamikus anterior (menyilang). Hemiseksi medulla
spinalis menyisakan satu dari kedua jaras tersebut untuk sensasi taktil pada kedua sisi tubuh
tetap intak- Kolumna posterior (tidak menyilang) dan traktus spinotalamikus anterior
Selain interupsi traktus yang panjang, sel-sel kornu anterius dapat mengalami kerusakan
dengan luas yang bervariasi pada tingkat lesi, Kemungkinan menyebabkan paresis flasid.
Iritasi radiks posterior juga dapat menyebabkan parestesia atau nyeri radikular di dermatom
2) Etiologi
mekanisme penetrasi, seperti luka tusukan atau tembak atau fraktur unilateral dan
Neoplasma, primer ataupun sekunder hasil dari metastasis dari tempat lain
Multipel sklerosis
Degeneratif
Hernia
3) EPIDEMIOLOGI
Sindrom Brown-Séquard jarang terjadi, meskipun kejadian sebenarnya tidak
diketahui. Tidak ada database nasional untuk mencatat semua sindrom sumsum tulang
14
belakang yang dihasilkan dari etiologi traumatis dan nontraumatic. Insiden Spinal cord
Injury traumatis di Amerika Serikat diperkirakan mencapai 12.000 kasus baru per tahun,
dengan sindrom Brown-Séquard yang dihasilkan dari 2-4% dari cedera. Prevalensi semua
Spinal Cord Injury di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 273.000 orang. Kejadian
4) Manifestasi klinis
Perbandingan Karakteristik sindrom utama cedera medulla spinalis
Tabel 1.1 Perbandingan karakteristik sindrom utama cedera medulla spinalis inkomplit.
Karakteristik Central cord Anterior cord Brown sequard Posterior cord
klinik syndrome syndrom syndrome syndrome
Kejadian Sering Jarang Jarang Sangat jarang
Biomekanik Hiperekstensi Hiperfleksi Pentrasi Hiperekstensi
Motorik Gangguan Biasanya Kelemahan Gangguan
variasi, jarang bilateral anggota gerak variasi
paralisis ipsilateral lesi
komplet
Protopatik Gangguan Sering hilang Sering hilang Gangguan
variasi, tidak total, bilateral total, kontra variasi, biasnya
khas lateral ringan
Propioseptik Jarang Utuh Hilang total Terganggu
terganggu ipsi lateral
Perbaikan Nyata dan cepat Paling buruk Fungsi buruk, Nyata
namun
independensi
baik
Sumber : Non-mis-sile penetrating injuries of the spine. 1991
15
Gambar 2.4 Gejala klasik pada brown sequad sindrom
Sumber:middleeast.thelancet.com
5) Diagnosis
Diagnosis dan identifikasi sindrom Brown-Séquard didasarkan pada temuan pemeriksaan
fisik. Sindrom Brown-Séquard parsial ditandai oleh paresis asimetris, dengan hipalgesia
lebih ditandai pada sisi yang kurang paretik. Sindrom Brown-Séquard murni (jarang
tingkat lesi dan Babinski masuk ipsilateral ke lesi (refleks abnormal dan tanda
16
Gangguan kolumna posterior - Hilangnya diskriminasi taktil, serta sensasi getaran
hyperreflexia, clonus, dan tanda Hoffmann pada 1 sisi tubuh. Kekuatan motorik otot-otot
kunci yang mewakili level tulang belakang tingkat servikal dan lumbar harus dinilai
pada skala 0-5 standar. Perhatian khusus harus diambil untuk menguji dalam posisi
Pemeriksaan sensorik penting untuk sensasi penurunan kontralateral dari sentuhan ringan
dan panas atau dingin. Fungsi sensorik harus dicatat pada dermatom representatif dari
C2-S4 / 5 untuk sensasi sensorik mengenai gangguan dari sentuhan ringan dan nyeri.
6) Klasifikasi
Temuan motorik dan sensorik dapat diklasifikasikan sesuai dengan klasifikasi neurologis
sebagai segmen paling berekor dengan fungsi normal. Penilaian lengkap atau tidak
17
Gambar 2.5 Standar klasifikasi cedera medulla spinalis
Sumber:emedicine.medscape.com
18
Gambar 2.6 Skala penurunan menurut Asosiasi Cedera Medula Spinalis Amerika
Sumber:emedicine.medscape.com
7) Diagnosis
a) MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) sangat berguna dalam menentukan struktur yang
tepat yang telah rusak pada sindrom Brown-Séquard, serta dalam mengidentifikasi
etiologi nontraumatic dari gangguan tersebut. Tidak diperlukan kontras untuk cedera
akut, tetapi jika diduga etiologi intradural, pemindaian MRI gadolinium atau fase
19
Gambar 2.7 MRI Herniasi diskus torkal setinggi T8-T9
Sumber:http://www.cmaj.ca
8) Tatalaksana
1. Farmakologi
onset. Pengobatan akut SCI traumatis melibatkan pemberian metil prednisolon dengan
segera. Kelemahan akut yang tidak berhubungan dengan perdarahan membutuhkan terapi
dianjurkan.
20
Berbagai penelitian telah menunjukkan hasil yang lebih baik untuk pasien dengan SCI
traumatis yang diberi steroid dosis tinggi pada awal perjalanan klinis. Obat ini memiliki
2. Bedah
di mana akibat adanya kompresi residual. Etiologi nontraumatic dari sindrom Brown-
Séquard biasanya melibatkan kompresi mekanis atau herniasi sumsum tulang belakang
9) Prognosis
Prognosis untuk pemulihan motorik yang signifikan pada sindrom Brown-Séquard adalah
baik. Setengah hingga dua pertiga dari pemulihan motorik terjadi dalam 1-2 bulan pada
tahun pertama setelah cedera. Pemulihan kemudian melambat tetapi berlanjut selama 3-6
21
Multiple Sclerosis
Posttraumatic Syringomyelia
22
BAB III
KESIMPULAN
Brown sequard sindrom sangat jarang ditemukan, biasanya terjadi pada tinkat vertebra
servikalis yang dapat desebabkan akibat trauma maupun nontrauma. Gejala klasik yang
muncul disebabkan lesi pada jaras mayor asendens yaitu traktus kolumna posterior, traktus
kortikospinalis. Kelemahan dan penurunan sensitivitas protopatik sesuai dengan tingkat lesi
1. https://middleeast.thelancet.com/pdfs/journals/lancet/PIIS0140-6736(00)02441-7.pdf
2. https://emedicine.medscape.com
5. juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/720/pdf
24