Anda di halaman 1dari 5

Patofisiologi Lesi Pleksus Brachialis1,2

Bagian cord akar saraf dapat terjadi avulsi atau plexus mengalami traksi atau kompresi.
Setiap trauma yang meningkatkan jarak antara titik yang relatif fixed pada prevertebral fascia
dan mid fore arm akan melukai pleksus.
Traksi dan kompresi dapat juga menyebabkan iskemi, yang akan merusak pembuluh darah.
Kompresi yang berat dapat menyebabkan hematome intraneural, dimana akan menjepit
jaringan saraf sekitarnya.
Derajat kerusakan pada lesi saraf perifer dapat dilihat dari klasifikasi Sheddon (1943) dan
Sunderland (1951)
Klasifikasi Sheddon, yaitu:
a. Neuropraksia
Pada tipe ini terjadi kerusakan mielin, namun akson tetap intak. Dengan adanya kerusakan
mielin dapat menyebabkan hambatan konduktif saraf. Pada tipe cedera seperti ini tidak terjadi
kerusakan struktur terminal sehingga proses penyembuhan lebih cepat dan merupakan derajat
kerusakan paling ringan.
b. Aksonotmesis
Terjadi kerusakan akson namun semua struktur selubung saraf termasuk endoneural masih
tetap intak. Terjadi degenerasi aksonal segmen saraf distal dari lesi (degenerasi Wallerian).
Regenerasi saraf tergantung dari jarak lesi mencapai serabut otot yang dienervasi tersebut.
Pemulihan sensorik lebih baik dibandingkan motorik.
c. Neurotmesis
Terjadi ruptur saraf dimana proses pemulihan sangat sulit terjadi meskipun dengan
penanganan bedah. Bila terjadi pemulihan biasanya tidak sempurna dan dibutuhkan waktu
serta observasi yang lama. Merupakan derajat kerusakan paling berat.
Klasifikasi Sunderland lebih merinci kerusakan saraf yang terjadi dan membaginya dalam 5
tingkat, yaitu:
1. Tipe I: hambatan dalam konduksi (neuropraksia)
2. Tipe II: cedera akson tetapi selubung endoneural tetap intak (aksonotmesis)
3. Tipe III: aksonotmesis yang melibatkan selubung endoneural tetapi epineural masih baik.
4. Tipe IV: aksonotmesis melibatkan selubung endoneural, perineural, tetapi epineural masih
baik.
5. Tipe V: aksonotmesis melibatkan selubung endoneural, perineural dan epineural
(neurotmesis).

Gambaran Klinis1,2
Gejala yang timbul umumnya unilateral berupa kelainan motorik, sensorik dan bahkan
autonomik pada bahu dan/atau ekstremitas atas. Gambaran klinisnya mempunyai banyak
variasi tergantung dari letak dan derajat kerusakan lesi. Lesi pleksus brakhialis dapat dibagi
atas pleksopati supraklavikular dan plesksopati infraklavikular.
Pleksopati Supraklavikuler
Lesi terjadi di tingkat radiks saraf,trunkus saraf, atau kombinasinya.
Lesi di tingkat ini dua hingga tujuh kali lebih sering terjadi dibanding lesi infraklavikuler.
1. Lesi tingkat radiks
Pada lesi pleksus brakhialis ini berkaitan dengan avulsi. Gambaran klinis sesuai dengan
dermatom dan miotomnya. Lesi di tingkat ini dapat terjadi partial paralisis dan hilangnya
sensorik inkomplit, karena otot-otot tangan dan lengan biasanya dipersarafi oleh beberapa
radiks.
Presentasi klinis pada lesi radiks:
Radiks saraf Penurunan
C5
C6
C7
C8
T1

Refleks
Biseps brakhii
Brakhioradialis
Triceps brakhii
-

Kelemahan

Hipestesi/kesemutan

Fleksi siku
Ekstensi pergelangan tangan
Ekstensi siku
Fleksi jari-jari tangan
Abduksi jari-jari tangan

Lateral lengan atas


Lateral lengan bawah
Jari tengah
Medial lengan bawah
Medial siku

Presentasi klinis di atas adalah untuk membantu penentuan level lesi radiks, sedangkan
kelemahan otot yang lebih lengkap terjadi sesuai miotom servikal berikut:
C5: Rhomboideus, deltoid, biceps brachii, supraspinatus, infraspinatus, brachialis,
brachioradialis, supinator dan paraspinal
C6: Deltoid, biceps brachii, brachioradialis, supraspinatus, infraspinatus, supinator, pronator
teres, fleksor carpi radialis, ekstensor
C7: Pronator teres, fleksor carpi radialis, ekstensor digitorum komunis, tricepsnbrachii dan
paraspinal
C8/T1: Triceps brachii, fleksor carpi ulnaris, fleksor digitorum profundus, abduktor digiti
minimi, pronator kuardatus, abduktor pollicis brevis dan paraspinal
2. Sindroma Erb-Duchenne

Lesi di radiks servikal atas (C5 dan C6) atau trunkus superior dan biasanya terjadi akibat
trauma. Pada bayi terjadi karena penarikan kepala saat proses kelahiran dengan penyulit
distokia bahu, sedangkan pada orang dewasa terjadi karena jatuh pada bahu dengan kepala
terlampau menekuk ke samping. Presentasi klinis pasien berupa waiters tip position dimana
lengan berada dalam posisi abduksi (kelemahan otot deltoid dan supraspinatus), rotasi
internal pada bahu (kelemahan otot teres minor dan infraspinatus), pronasi (kelemahan otot
supinator dan brachioradialis) dan pergelangan tangan fleksi (kelemahan otot ekstensor karpi
radialis longus dan brevis). Selain itu terdapat pula kelemahan pada otot biceps brakhialis,
brakhialis, pektoralis mayor, subscapularis, rhomboid, levator scapula dan teres mayor.
Refleks bicep bisanya menghilang, sedangkan hipestesi terjadi pada bagian luar (lateral) dari
lengan atas dan tangan.
3. Sindroma Klumpkes Paralysis
Lesi di radiks servikal bawah (C8,T1) atau trunkus inferior dimana penyebab pada bayi baru
lahir adalah karena penarikan bahu untuk mengeluarkan kepala, sedangkan pada orang
dewasa biasanya saat mau jatuh dari ketinggian tangannya memegang sesuatu kemudian bahu
tertarik. Presentasi klinis berupa deformitas clawhand (kelemahan ototlumbrikalis)
sedangkan fungsi otot gelang bahu baik. Selain itu juga terdapat kelumpuhan pada otot
fleksor carpi ulnaris, fleksor digitorum, interosei, tenar dan hipotenar sehingga tangan terlihat
atrofi. Disabilitas motorik sama dengan kombinasi lesi nervus Medianus dan Ulnaris.
Kelianan sensorik berupa hipestesi pada bagian dalam/sisi ulnar dari lengan dan tangan.
4. Lesi di trunkus superior
Gejala klinisnya sama dengan sindroma Erb di tingkat radiks dan sulit dibedakan. Namun
pada lesi di trunkus superior tidak didapatkan kelumpuhan otot rhomboid, seratus anterior,
levator scapula dan saraf supra dan infraspinatus. Terdapat gangguan sensorik di daerah
deltoid, aspek lateral lengan atas dan lengan bawah hingga ibu jari tangan.
5. Lesi di trunkus media
Sangat jarang terjadi dan biasanya melibatkan daerah pleksus lainnya (trunkus superior dan
/atau trunkus inferior). Gejala klinis didapatkan kelemahan otot triceps dan otot-otot yang
dipersarafi nervus Radialais (ekstensor tangan), serta kelainan sensorik biasanya terjadi pada
dorsal lengan dan tangan.

6. Lesi di trunkus inferior


Gejala klinisnya yang hampir sama dengan sindroma Klumpke di tingkat radiks. Terdapat
kelemahan pada otot-otot tangan dan jari-jari terutama untuk gerakan fleksi, selain itu juga
kelemahan otot otot spinal intrinsik tangan. Gangguan sensorik terjadi pada aspek medial
dari lengan dan tangan.
7. Lesi Pan-supraklavikular (radiks C5-T1/ semua trunkus)
Pada lesi ini terjadi kelemahan seluruh otot ekstremitas atas, defisit sensorik yang jelas pada
seluruh ekstremitas atas dan mungkin terdapat nyeri. Otot rhomboid, seratus anterior dan
otot-otot spinal mungkin tidak lemah tergantung dari letak lesi proksimal (radiks) atau lebih
ke distal (trunkus).
Pleksopati Infraklavikuler
Pada pleksopati infraklavikuler, terjadi lesi di tingkat fasikulus dan/atau saraf terminal. Lesi
infraklavikuler jarang terjadi dibandingkan yang supraklavikuler namun umumnya
mempunyai prognosis lebih baik. Penyebab utama terjadi pleksopati infraklavikuler biasanya
adalah trauma, dapat tertutup (kecelakaan lalu lintas) maupun terbuka (luka tembak).
Mayoritas disertai oleh kerusakan struktur didekatnya (dislokasi kaput humerus, fraktur
klavikula, scapula atau humerus).
Gambaran klinis sesuai dengan lesinya:
1. Lesi di fasikulus lateralis
Dapat terjadi akibat dislokasi tulang humerus. Lesi disini akan mengenai daerah yang
dipersyarafi oleh nervus Musculokutaneus dan sebagian dar nervus Medianus. Gejala
klinisnya yaitu kelemahan otot fleksor lengan bawah dan pronator lengan bawah, sedangkan
otot-otot intrinsik tangan tidak terkena. Kelainan sensorik terjadi di lateral lengan bawah dan
jari I-III tangan.
2. Lesi di faskulus medial
Disebabkan oleh dislokasi subkorakoid dari humerus. Kelemahan dan gejala sensorik terjadi
di kawasan motorik dan sensorik nervus Ulnaris. Lesi disini akan mengenai seluruh fungsi
otot instrinsik tangan seperti fleksor, ekstensor dan abduktor jari-jari tangan, juga fleksor
ulnar pergelangan tangan. Secara keseluruhan kelainan hampir menyerupai lesi di trunkus
inferor. Kelainan sensorik terlihat pada lengan atas dan bawah medial, tangan dan 2 jari
tangan bagian medial.

3. Lesi di fasikulus posterior


Lesi ini jarang terjadi. Gejala klinisnya terdapat kelemahan dan defisit sensorik di kawasan
nervus Radialis. Otot deltoid (abduksi dan fleksi bahu), otot-otot ekstensor lengan, tangan
dan jari-jari tangan mengalami kelemahan. Defisit sensorik terjadi pada daerah posterior dan
lateral deltoid, juga aspek dorsal lengan, tangan dan jari-jari tangan.
1.Foster,M. Brachial Plexus Injury Traumatic.2009,emedicine
2.Yoshikawa, T.,et al., Brachial Plexus Injury:Clinical Manifestations, Conventional
Imanging Findings, and the LatestImaging Techniques. Radiographics, 2006

Anda mungkin juga menyukai