Anda di halaman 1dari 34

CASE REPORT

ANESTESI PEDIATRIK PADA


HIDROCELEcTOMy

Pembimbing:
dr. Robert H. Sirait, Sp.An

Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi


Periode 12 Juni 2017 – 22 Juli 2017
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Jakarta
2017
LAPORAN KASUS
• Nama Pasien : An. Azendra
• Umur : 1 tahun 4 bulan
• No. RM : 00.08. 53.17
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Bangsa : Indonesia
• Alamat : Mampang Prapatan XI RT
07/01 Kec. Tegal Parang
• Diagnosa : Hidrocel Testis Dextra
• Jenis Operasi : Hidrocelectomy
• Ruangan di Rawat : Anggrek
Anamnesa
• Keluhan Utama : Benjolan di testis kanan
• Riwayat Penyakit Sekarang : Ibu pasien
mengatakan ada benjolan di testis sebelah kanan. Benjolan
dirasakan sejak pasien lahir. Demam (-), BAB BAK tidak ada keluhan
• Riwayat anestesi dan operasi :Tidak ada
• Riwayat penyakit paru/asma :Tidak ada
• Riwayat penyakit jantung/vaskular :Tidak ada
• Riwayat penyakit diabetes mellitus :Tidak ada
• Riwayat penyakit neuro :Tidak ada
• Riwayat gangguan pembekuan darah :Tidak ada
• Riwayat penyakit gastrointestinal :Tidak ada
• Riwayat penyakit ginjal/urologi :Tidak ada
• Penyakit alergi obat/makanan :Tidak ada
• Riwayat minum alkohol :Tidak ada
• Riwayat minum obat-obatan saat ini :Cetirizine,Salbutamol

Pemeriksaan fisik
Keadaan umum :Tampak sakit ringan, GCS E4V5M6
Tekanan darah :90/60 mmHg
Nadi :140x/menit
Suhu :36,3°C
Pernafasan :39x/menit
BB/TB :12,5kg/84cm
Status Pasien
• Kepala : Normochepali
• Mata : Pupil bulat, isokor, 3 mm/3 mm, RCL +/+, RCTL +/+
• Leher : KGB tidak teraba membesar
• Paru
inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
palpasi : Vokal fremitus sulit dinilai
perkusi : Sonor/sonor
auskultasi : Bising nafas dasar vesikuler, wheezing (-), rhonki(-)
• Jantung
inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
palpasi : Ictus cordis teraba
perkusi : batas jantung dalam batas normal
auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen : Perut tampak mendatar, bising usus (+) 4x/menit
• Urogenital : Pada regio scrotalis, terlihat benjolan, warnanya sama
dengan warna kulit sekitar, nyeri (-), fluktuasi (+)
• Ekstremitas : Edema (-), Sianosis(-), Fraktur(-)
Pemeriksaan Penunjang
• Hasil Laboratorium

12/06/17 13/06/17
Hb (g/dL) 11,7 Masa Perdarahan
1
(menit)
Leu (ribu/uL) 11,1
Masa Pembekuan
Ht (%) 35,4 12
(menit)
Trombosit (ribu/uL) 290 Masa Protrombin (detik) 13
Pemeriksaan Penunjang
• Hasil Laboratorium

13/06/17
Basofil (%) 0
Eosinofil (%) 2
Batang (%) 3
Segmen(%) 50
Limfosit (%) 38
Monosit (%) 7
Pemeriksaan Penunjang
• Hasil Laboratorium

18/06/17
Warna Kuning
Muda
Berat jenis 1,020
PH 7,5
Urobilinogen 1,0
Leukosit (LPB) 0-2
Eritrosit (LPB) 0-1
Epitel +1
Foto Thoraks (19/06/2017)

• Cor dalam batas normal


• Pulmo : Tampak infiltrat paracardial kanan dan kiri
• Sinus dan diafragma dalam batas normal
• Costae dan tulang – tulang normal
Kesan: Bronchopneumoniae
Pemeriksaan Khusus Lain

Pemeriksaan transiluminasi (+)


Diagnosa Kerja

Hidrocel testis dextra

TINDAKAN:

Hidrocelectomy
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Menurut American Academy of Pediatric, definisi
pasien anak adalah:

Premature < 37 minggu


Neonatus 0 – 1 bulan
Infants 1 – 6 bulan
Older infants 6 bulan – 2 tahun
Toddlers 2 – 5 tahun
Child 5 – 12 tahun
Adolescences 12 – 18 tahun
PERBEDAAN JALAN NAPAS ORANG
DEWASA DAN ANAK – ANAK
JALAN NAFAS INFAN SIGNIFIKAN
Jalan napas sempit, nares sempit Infan bernapas hanya melalui hidung
yang mudah tersumbat oleh sekresi

Lidah yang besar Dapat menyumbat jalan napas dan


membuat laringoskopi dan intubasi
lebih sulit
Oksiput yang besar Sniffing position tercapai dengan
mengganjal bahunya
Glottis terletak pada C3 bayi yang Laring terletak lebih anterior;
prematur, C3-C4 bayi baru lahir, dan C5 penekanan krikoid sering dapat
dewasa membantu visualisasi
Laring dan trakhea berbentuk seperti Bagian tersempit trakea adalah krikoid;
corong pasien sebaiknya dipasangkan ETT
tanpa cuff untuk mencegah tekanan
yang berlebihan pada mukosa trakea,
barotrauma

Plica vokalis lebih miring ke anterior Insersi ETT mungkin lebih sulit
PERBEDAAN SISTEM PULMONAL
ANAK-ANAK DAN ORANG DEWASA
• Neonatus mempunyai kebutuhan metabolik dan
konsumsi oksigen yang lebih tinggi 3x lipat dari
orang dewasa yaitu 6 ml/kgbb.
• Bila dibandingkan dengan berat badan maka hal
tersebut dikompensasi melalui laju ventilasi yang
lebih cepat
• Diafragma bayi lebih mudah letih dibanding orang
dewasa dimana bayi < 2 tahun lebih banyak
mengandung serat otot tipe 2
• Bayi mempunyai ventilasi semenit yang tinggi
dibandingkan orang dewasa
MENGAPA SISTEM KARDIOVASKULER PADA ANAK
BERBEDA?

• Cardiac Output neonatus 180-240 ml/kg/menit, dua – tiga kali lipat


dibandingkan dewasa

• Karena terdapat keterbatasan kemampuan untuk meningkatkan kontraktilitas

maka CO hanya dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan denyut


jantung (HR)

• Bayi mempunyai refleks baroreseptor yang immatur dan kemampuan


kompensasi yang terbatas hanya dengan cara meningkatkan denyut jantung
(HR). Itu sebabnya bayi lebih rentan terhadap efek arritmia jantung

• Bayi dan infan mempunyai tonus vagus yang lebih tinggi sehingga cenderung

bradikardi. dua penyebab utama bradikardi adalah Hipoksia, Stimulasi vagus


(laringoskop).
TANDA – TANDA VITAL YANG NORMAL PADA
ANAK – ANAK

USIA (Tahun) HR RR SBP DBP

<1 120-160 30-60 60-95 35-69

1-3 90-140 24-40 95-105 50-65

3-5 75-110 18-30 95-110 50-65

8-12 75-100 18-30 90-110 57-71

12-16 60-90 12-16 112-130 60-80


PERSIAPAN PRA-ANESTESIA
A. Persiapan Pasien

• Anamnesa / kunjungan pra anestesia

• Pemeriksaan fisik

• Pemeriksaan penunjang

A. Persiapan Alat dan Obat


ANAMNESA
• Riwayat kesehatan ibu selama hamil, adanya
pemakaian obat – obatan ataupun alkohol,
merokok, diabetes dan infeksi virus
• Pemeriksaan kehamilan sebelum melahirkan: USG
• Umur kehamilan saat melahirkan bayi, nilai APGAR
bayi
• Adanya infeksi saluran nafas saat ini, trakeobronkitis,
asma, riwayat snooring, episode sianosis
• Posisi bayi/anak saat tidur (terlentang, miring lateral,
telungkup)
ANAMNESA
• Riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya
• Kelainan kongenital, kelainan metabolisme ataupun
adanya suatu sindroma
• Riwayat perkembangan dan pertumbuhan pasien
• Adana retardasi mental
• Riwayat operasi dan anestesi sebelumnya
• Riwayat alergi
• Kecenderungan perdarahan bila terjadi luka
• Riwayat penggunaan obat-obatan saat ini
PEMERIKSAAN FISIK
• Status fisik secara umum, meliputi kesadaran, tingkat
aktivitas pasien, interaksi sosial, warna kulit, tonus
otot, kelainan kongenital yang ada, ukuran dan
lingkar kepala
• Vital sign, tinggi dan berat badan, status nutrisi,
status hidrasi
• Kondisi gigi, kelainan craniofacial, malampati yang
dapat menyulitkan penguasaan jalan napas
• Tanda infeksi saluran nafas atau asma. Sekresi di
jalan nafas
• Pemeriksaan bunyi jantung (adanya murmur)
• Kemungkinan lokasi untuk pemasangan akses
intravena
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• DL rutin tidak perlu dilakukan pada anak yang sehat
dengan operasi minor
• Hb ≥ 10g%
• Pemeriksaan penunjang sesuai indikasi:
1. Faal hemostasis  susp. gangguan pembekuan darah dan
operasi dengan perdarahan banyak
2. Urinalisis  jarang diperlukan
3. Fungsi ginjal: BUN, Ureum Kreatinin
4. Fungsi liver
 Pada pasien yang diketahui adanya resiko kelainan hepar
 Menjalanin prosedur yang akan mengganggu fungsi hepar
5. Rontgen Thoraks
6. EKG
7. Serum elektrolit, Albumin
8. Gula darah
PEDOMAN PUASA
USIA LAMA PUASA (JAM)
MAKANAN PADAT MAKANAN CAIR
< 6 BULAN 4 2-3
6 – 36 BULAN 6 2-3
>36 BULAN 8 2-3

ASI dapat diberikan s/d 4 jam preoperative


PREMEDIKASI
Pasien relatif kooperatif:
•Diazepam oral 0,2-0,3 mg/kgBB
•Ketamin oral 4-6mg/kgBB
•Fentanyl 5-15μg/kgBB untuk pasien dengan nyeri
(trauma) atau prosedur operasi kelainan jantung
Pasien tidak kooperatif:
•Midazolam im 0.1 – 0.15 mg/kgBB
•Ketamin im dosis rendah 2-3 mg/kgBB
•Bila resiko refluks gastroesofageal : simetidin 7.5
mg/kgBB atau ranitidin 2 mg/kgBB IV
INDUKSI ANESTESI

• < 1 TAHUN.
Inhalasi dengan face mask
Parenteral

• > 1 TAHUN.
Inhalasi facemask + pendampingan orang tua
Parenteral; Intravena
TEKNIK INDUKSI
• Induksi inhalasi: halotan, sevoflurane

• Yang lain tidak bisa karena berbau, menimbulkan

batuk, menahan napas dan laringospasme


(desflurane atau isoflurane)

• Induksi intravena: Ketamin, Penthotal, Propofol

• Induksi intramuskular: Pasien yang sangat tidak


kooperatif dan mengamuk/gelisah  Ketamin
PANTAUAN INTRAOPERATIVE
1. MONITORING DURANTE OP
a. Airway tetap bebas (ETT terfiksasi dengan baik)
b. RR, amplitudo, suara nafas, saturasi O2
c. Perfusi, Nadi, Tekanan Darah, EKG, Suhu monitoring
d. Produksi Urine 0,5 cc/kg/jam dan keseimbangan cairan
e. NGT
f. Gula darah
Hipoglikemia diterapi dengan 1-3 ml/kg glucose 20% IV dalam 5 menit
MASALAH UMUM INTRAOPERATIVE

• Bradikardia

1. Bila karena hipoksia diterapi dengan cara ventilasi &


oksigenasi adekuat akan mengembalikan denyut jantung

2. Bila karena Peningkatan TIK maka dilakukan hiperventilasi,


diuretik, operator diminta berhenti sementara
MASALAH UMUM INTRAOPERATIVE
• ETT terlepas, kinking maka dilakukan fiksasi dengan
baik dan pemasangan tampon
• Perdarahan
• Dehidrasi harus dilakukan reasses dehidrasi yang
baik dan dehidrasi sehingga harus diperhatikan
cairan maintenance
• Nyeri diberikan analgetik
• Bila hipotermi maka pasien dihangatkan dengan
bantal penghangat, penghangat infus
• Bila hipertermi maka dilakukan kompres dingin, buka
pembungkus ekstremitas, suhu ruangan didinginkan
REGIONAL ANESTESI
1. Safe, reliable technique in infants at risk of apnoea,

bradycardia and desaturation after GA

2. Good alternative for day care surgeries

3. Minimal risk of postoperative respiratory depression

4. Limited stress response to surgery

5. Cost effective
SPINAL ANESTESIA

• Saraf tulang belakang dan epidural pada bayi berusia di


bawah 1 tahun berakhir pada tingkat yang lebih rendah
• Volume LCS
1. 10 mL / kg pada neonatus
2. 4 mL / kg pada bayi dengan berat kurang dari 15 kg 3 mL / kg
pada anak-anak
3. 1,5 sampai 2,0 mL / kg pada remaja dan dewasa
• Volume LCS 50% terletak di dalam ruang subarachnoid
spinal versus 25% pada orang dewasa
• Anak-anak yang lebih tua dari 5 tahun berperilaku seperti
orang dewasa setelah anestesi spinal, sementara pasien
yang lebih muda tetap stabil secara hemodinamik,
tanpa hipotensi atau bradikardia yang signifikan.
Indikasi Spinal Anestesia
Indikasi:

• Perbaikan hernia inguinal pada bayi prematur <60

minggu usia postconceptual

• Pilihan bedah perut bagian bawah atau bawah

yang lebih rendah

• Operasi jantung atau kateterisasi jantung


(kontroversial)
Teknik Spinal Anestesia

• Spinal anestesi: Secara teknis mirip dengan orang


dewasa. Spinokain pada umumnya berukuran 1,5
inci no. 25
• Dosis: 0,3-0,6 mg / kg 0,5% Bupivakain hiperbarik.
Semakin tinggi usia, semakin rendah dosisnya dan
sebaliknya
MAINTENANCE CAIRAN
• Pemantauan sistim pernafasan & kardiovaskuler.

• Temperatur – > 35 derajat Celsius.

• Posisi miring/semiprone.

• Nyeri pasca-bedah.
Bisa memakai fentanyl, ketorolak, acetaminopen rektal, pethidin

• Antisipasi penyulit pasca-bedah.

edema larynx, laringspasme, aspirasi, perdarahan.

• Kebutuhan cairan, elektrolit, kalori.

Anda mungkin juga menyukai