STROKE ISKEMIK
Disusun oleh:
Preseptor:
TANGERAN
1
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 3
V. DIAGNOSIS .............................................................................................. 11
BAB II ................................................................................................................... 25
2
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Tn. S
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Usia : 61 tahun
d. Status Perkawinan : Sudah menikah
e. Agama : Islam
f. Alamat : Binong
g. Pekerjaan : Pegawai swasta
h. No. Rekam Medis : RSUS.00-87-20-xx
i. Tanggal Masuk RS : 25 Juli 2019
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Kelemahan anggota gerak tubuh sisi kanan secara mendadak sejak 14 jam
SMRS.
3
trauma. Keluarga pasien menyangkal adanya penurunan kesadaran
maupun kejang pada pasien.
D. Riwayat Keluarga
4
Status Generalis
Sistem Deskripsi
Kulit Warna sawo matang, lesi (-), perdarahan (-), jaringan
parut (-)
Kepala Normosefali
Wajah Normofasies
Mata Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil bulat
isokor 3mm/3mm, reflek cahaya langsung (+/+), reflek
cahaya tidak langsung
THT Sekret (-), darah (-), pernapasan cuping hidung (-)
Leher Pembesaran KGB (-), massa (-)
Paru-paru Inspeksi: pergerakan dinding dada simetris statis dan
dinamis
Palpasi: pengembangan dinding dada simetris, tactile
fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi: sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi: vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat
Palpasi: iktus kordis tidak teraba, heave (-), thrill (-)
Perkusi: batas jantung tidak melebar
Auskultasi: S1/S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen Inspeksi: datar, massa (-), luka bekas operasi (-)
Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi: timpani diseluruh regio abdomen
Palpasi: supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-), ballotemen (-/-)
Punggung Deformitas tulang belakang (-), massa (-)
Ekstremitas Akral hangat, CRT <2 detik, sianosis (-), edema (-)
Status neurologis
a. GCS : E4M6V5 = 15
b. Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk :-
Tanda Laseq : >70o / >70o
Tanda Kernig : >135o / >135o
Brudzinski I :-
Brudzinski II :-
c. Saraf kranialis
5
Saraf Kranial Kanan Kiri
Nervus II
>3/60 >3/60
Visus
dalam batas normal dalam batas normal
Lapang pandang
dalam batas normal dalam batas normal
Warna
+ +
Refleks cahaya
langsung
+ +
Refleks cahaya
tidak langsung
Pergerakan bola
mata
6
Nervus V
Motorik
dalam batas normal dalam batas normal
Inspeksi
dalam batas normal dalam batas normal
Palpasi
dalam batas normal dalam batas normal
Membuka mulut
dalam batas normal dalam batas normal
Gerakan rahang
Sensorik
Simetris Simetris
Sensibilitas V1
Simetris Simetris
Sensibilitas V2
Simetris Simetris
Sensibilitas V3
+ +
Refleks kornea
Nervus VII
Tidak simetris, mencong ke kanan
Sikap mulut
istirahat
dalam batas normal
Angkat alis, kerut
dahi, tutup mata
dengan kuat
Ketidak mampuan menggembungkan pipi sisi
Kembung pipi,
kanan
7
Nervus VIII
Koklearis
+ +
Suara
bisikan/gesekan
+ +
Rinne
Vestibularis
- -
Nistagmus
Tidak dapat dinilai
Tandem gait
Tidak dapat dinilai
Fukuda stepping
test
Nervus IX, X
Simetris
Arkus faring
Berada ditengah
Uvula
-
Disfoni
-
Disfagi
+
Refleks faring
Nervus XI
Dalam batas normal
Sternocleidomastoid
Dalam batas normal
Trapezius
8
Nervus XII
d. Motorik
Normotrofi Normotrofi
Inspeksi
Normotrofi Normotrofi
Normotonus Normotonus
Tonus otot
Normotonus Normotonus
3444 5555
Kekuatan
1133 5555
motorik
9
Gerakan involunter: Tidak ditemukan
Reflex fisiologis:
Reflex fisiologis Kanan Kiri
Biceps ++ ++
Triceps ++ ++
KPR + +
ACR + +
Reflex patologis:
Reflex patologis Kanan Kiri
Babinski + -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaffer - -
Rossolimo - -
Mendel Becthrew - -
Hoffman Trommer - -
e. Sensorik
Sensorik Kanan Kiri
Eksteroseptif
Raba + +
Nyeri + +
Suhu + +
Propioseptif
Posisi sendi Dalam batas normal
Getar Dalam batas normal
10
f. Koordinasi
Tes telunjuk hidung : Dalam batas normal
Tes tumit lutut : Dalam batas normal
Disdiadokokinesis : Dalam batas normal
g. Otonom
Miksi : Dalam batas normal
Defekasi : Dalam batas normal
Sekresi keringat : Dalam batas normal
h. Fungsi luhur
MMSE : Tidak dilakukan
IV. RESUME
V. DIAGNOSIS
11
paresis dan XII dextra sentral, hipertensi, diabetes
mellitus tipe
2
Diagnosa topis : Subkortikal hemisfer cerebri sinistra
Diagnosa etiologi : Vaskular
Diagnosa patologis : Iskemia
Stroke perdarahan
Transient ischemic attack
VIII. PROGNOSIS
12
Hematology
Biochemistry
20 U/L 0 – 40
SGOT
9 U/L 0 – 41
SGPT
30.0 mg/dL <50.00
Ureum
0.77 mg/dL 0.5-1.3
Creatinine
95.9 mL/mnt/1.73 m*2 ≥60
eGFR
216.0 mg/dL <200.0
Random blood glucose
90 mg/dL <100 optimal
LDL Cholesterol
100-129 near optimal
≥130 high
13
Elektrokardiografi (EKG)
14
Temuan:
Perdarahan intrakranial : Tidak tampak
Midline shift : Tidak tampak
Parenkim cerebri : Tidak tampak lesi hipodens
Corpus callosum : Normal
Basal ganglia : Normal
Thalamus : Normal
Kapsula interna : Normal
Midbrain : Normal
Pons : Normal
Medulla oblongata : Normal
Parenkim cerebelli : Normal
Ventrikel : Sistem ventrikel prominent
Sisterna, sulci : Sulci-sulci jelas
Falx, tentorium : Normal
Kanalis akustikus internus : Normal
15
Sella : Normal
CV junction : Normal
Nasofaring : Normal
Orbita : Normal
Sinus paranasal : Normal
Tulang : Normal
Kesan:
• Tidak tampak infark maupun perdarahan
X. TATA LAKSANA
16
Follow up (26/7/19) – Stroke Unit
S: Tangan dan kaki kiri masih lemas
O:
Akral hangat, nadi kuat, intake per oral, diuresis spontan, O2 room air
Nadi: 79x/menit
Suhu: 36,4°C
SpO2: 99%
RCL/RCTL +/+
Meningeal sign (-)
Cranial nerves: paresis nervus kranialis VII dan XII kiri sentral
Motorik : normotonus
2222 5555
1133 5555
Refleks fisiologis: +2
Refleks patologis: Babinski(+/-)
- Pemantauan GD3AC
17
- IVFD NaCl 0,9% 500mL/12jam
- Aspirin 1x80 mg PO
- Clopidogrel 1x75mg PO
- Atorvastatin 1x40 mg PO
- Citicoline 2x500 mg IV
- Metformin 2x500 mg PO
O:
Akral hangat, nadi kuat, intake per oral, diuresis spontan, O2 room air
Nadi: 80x/menit
Suhu: 36,5°C
SpO2: 99%
RCL/RCTL +/+
Meningeal sign (-)
Cranial nerves: paresis nervus kranialis VII dan XII kiri sentral
Motorik : normotonus
3333 5555
1133 5555
18
Refleks fisiologis: +2
Refleks patologis: Babinski(+/-)
- Pemantauan GD3AC
- Aspirin 1x80 mg PO
- Clopidogrel 1x75mg PO
- Atorvastatin 1x40 mg PO
- Citicoline 2x500 mg IV
- Metformin 2x500 mg PO
O:
Akral hangat, nadi kuat, intake per oral, diuresis spontan, O2 room air
Nadi: 82x/menit
Suhu: 36,4°C
SpO2: 99%
19
RCL/RCTL +/+
Meningeal sign (-)
Cranial nerves: paresis nervus kranialis VII dan XII kiri sentral
Motorik : normotonus
2222 5555
1133 5555
Refleks fisiologis: +2
Refleks patologis: Babinski(+/-)
- Pemantauan GD3AC
- Aspirin 1x80 mg PO
- Clopidogrel 1x75mg PO
- Atorvastatin 1x40 mg PO
- Citicoline 2x500 mg IV
- Metformin 2x500 mg PO
O:
20
Kesadaran: compos mentis (E4M6V5 = 15)
Akral hangat, nadi kuat, intake per oral, diuresis spontan, O2 room air
Nadi: 75x/menit
Suhu: 36,4°C
SpO2: 99%
RCL/RCTL +/+
Meningeal sign (-)
Cranial nerves: paresis nervus kranialis VII kiri sentral
Motorik : normotonus
3333 5555
1133 5555
Refleks fisiologis: +2
Refleks patologis: Babinski(+/-)
- Pemantauan GD3AC
- Aspirin 1x80 mg PO
- Clopidogrel 1x75mg PO
- Atorvastatin 1x40 mg PO
21
- Citicoline 2x500 mg IV
- Metformin 2x500 mg PO
O:
Akral hangat, nadi kuat, intake per oral, diuresis spontan, O2 room air
Nadi: 80x/menit
Suhu: 36,4°C
SpO2: 99%
RCL/RCTL +/+
Meningeal sign (-)
Cranial nerves: paresis nervus kranialis VII kiri sentral
Motorik : normotonus
3333 5555
1133 5555
Refleks fisiologis: +2
Refleks patologis: Babinski(+/-)
22
A: CVDNH OH-6, Hipertensi, DMT2
- Pemantauan GD3AC
- Aspirin 1x80 mg PO
- Clopidogrel 1x75mg PO
- Atorvastatin 1x40 mg PO
- Citicoline 2x500 mg IV
- Metformin 2x500 mg PO
O:
Akral hangat, nadi kuat, intake per oral, diuresis spontan, O2 room air
Nadi: 75x/menit
Suhu: 36,4°C
SpO2: 99%
RCL/RCTL +/+
Meningeal sign (-)
23
Cranial nerves: paresis nervus kranialis VII kiri sentral
Motorik : normotonus
3333 5555
1133 5555
Refleks fisiologis: +2
Refleks patologis: Babinski(+/-)
- Aspirin 1x80 mg PO
- Clopidogrel 1x75mg PO
- Atorvastatin 1x40 mg PO
- Citicoline 2x500 mg IV
- Metformin 2x500 mg PO
- Amlodipine 1x10 mg PO
24
BAB II
ANALISA KASUS
25
Pada pasien tidak ditemukan adanya distress pernafasan dan kolaps
kardiovaskular yang dibuktikan melalui anamnesis dimana pasien tidak
mengeluhkan adanya sesak nafas dan melalui pemeriksaan fisik dimana
tanda-tanda vital semuanya dalam batas normal kecuali peningkatan
tekanan darah, tidak ditemukan adanya retraksi maupun nafas cuping
hidung dan akral pasien masih hangat dengan CRT<2 detik. Setelah
memastikan bahwa pada pasien tidak ditemukan adanya distress nafas
maupun kolaps kardiovaskular, maka langkah selanjutnya adalah menilai
apakah kelemahan pada pasien hanya terjadi pada satu ekstremitas, kedua
sisi ekstremitas secara bersamaan (bilateral) ataukah satu sisi ekstremitas
saja (unilateral). Pada pasien ini, dari anamnesis didapatkan bahwa
kelemahan anggota gerak hanya terjadi pada sisi kanan saja sehingga
bersifat unilateral.
26
atau tidaknya tanda dan gejala yang mengarahkan pada keterlibatan sistem
saraf pusat seperti afasia, defisit penglihatan, hemiparesis motorik maupun
defisit nervus kranialis. Pada pasien ini, ditemukan adanya lesi lakunar
yaitu hemiparesis motorik dan defisit nervus kranialis sehingga dapat
dipastikan bahwa yang terjadi pada pasien ini melibatkan sistem saraf
pusat.
27
Pada pasien ini, tingkat kesadaran pasien adalah somnolen
sehingga skor pada poin pertama adalah 0. Selanjutnya, pada pasien tidak
ditemukan adanya muntah sehingga skor untuk poin kedua adalah 0. Pada
pasien ini, tidak ditemukan adanya nyeri kepala yang timbul 2 jam dari
onset timbulnya kelemahan anggota gerak kanan sehingga skor untuk poin
ketiga adalah 0. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan tekanan darah pasien
ketika datang adalah 172/100 mmHg dimana tekanan darah diastolnya
adalah 100 mmHg sehingga skor untuk poin keempat adalah 10. Pasien
menyangkal adanya riwayat kencing manis, nyeri dada maupun nyeri yang
muncul ketika berjalan sehingga skor untuk poin kelima adalah 0. Dari
poin-poin yang ada tersebut maka akan didapatkan perhitungan berupa 0 +
0 + 0 + 10 + 0 – 12 = -2. Total skor siriraj pada pasien ini adalah -2
dengan interpretasi hasil berupa stroke iskemik. Penggunaan sistem skor
dapat bermanfaat bila tidak terdapat fasilitas pencitraan otak yang dapat
membedakan secara jelas patologi penyebab stroke.
28
pemeriksaan CT-scan brain non-kontras tidak ditemukan perubahan awal
iskemik seperti hipodensitas karena edema sitotoksik, hilangnya
diferensiasi abu-abu-hitam, pembengkakan kortikal, dan hilangnya sulkus
otak akibat edema jaringan. Melalui CT, dapat disingkirkan kemungkinan
terjadinya stroke perdarahan. CT memiliki spesifisitas 56%-100% dan
sensitivitas 20%-75% untuk mendeteksi perubahan awal iskemik (dalam
kurun waktu 6-8 jam). MRI adalah pilihan modalitas pencitraan yang
lebih baik untuk menunjukkan perubahan akibat iskemia pada otak (dalam
kurang dari 6 jam dari onset) dengan sensitivitas 91%-100% dan
spesifisitas 86%-100%. 7
29
kranial VII dan XII kiri sentral, kemungkinan jenis stroke pada pasien ini
adalah stroke lakunar tipe pure motoric yang mengenai kapsula interna
sinistra. Terjadinya hemiparesis sinistra adalah dikarenakan traktus
kortikospinal yang berperan dalam proses motorik baru mengalami
persilangan di cervicomedulary junction sehingga lesi di atas itu akan
menimbulkan gejala berupa hemiparesis kontralateral. Kemudian, paresis
nervus kranialis VII dan XII kiri sentral dikarenakan traktus kortikobulbar
yang memberikan input pada nukelus nervus kranialis akan melewati
kapsula interna dan baru mengalami persilangan setinggi lokasi nukleus
tersebut (nukelus CN VII di pons sedangkan nukelus CN XII di medulla
oblongata), sehingga lesi supranuclear yakni lesi pada kapsula interna akan
mengakibatkan paresis kontralateral. Untuk membantu mengetahui lokasi
infark dan pembuluh darah yang tersumbat pada pasien ini, maka dapat
disarankan untuk melakukan pemeriksaan MRI/MRA kepala non-kontras
ataupun Transcranial Doppler (TCD).6
30
- Pemberian oksigen dilakukan apabila saturasi oksigen <95%, namun
pada pasien ini dikarenakan saturasi oksigen adalah 99% maka tidak perlu
dilakukan pemberian oksigen.
3. Stabilisasi Hemodinamik (Sirkulasi)
- Pada pasien dengan stroke iskemik, cairan yang diberikan adalah cairan
kristaloid atau koloid intravena (IV) dan menghindari pemberian cairan
hipotonik seperti glukosa.6,9 Pada pasien ini jenis cairan yang diberikan
adalah cairan isotonic yakni NaCl 0,9% 500 mL/12 jam untuk menjaga
euvolemia.
4. Pengendalian Kejang
- Apabila terdapat kejang, dapat dilakukan pemberian diazepam IV bolus
lambat 5 – 20 mg dan diikuti oleh fenitoin dosis bolus 15 – 20 mg/kg
dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit.9 Obat kejang lain yang dapat
diberikan adalah asam valproat, topiramate, atau levetirasetam dan apabila
kejang belum teratasi, dapat dilakukan perawatan di ruang ICU. Pada
pasien ini, tidak dijumpai adanya kejang baik sebelum datang ke rumah
sakit, saat di IGD maupun ketika di ruang perawatan sehingga pemberian
obat anti kejang pada pasien ini tidak diperlukan.
5. Pengendalian Suhu Tubuh
- Setiap pasien stroke yang disertai febris (suhu tubuh >38°C) harus
diobati dengan antipiretik (asetaminofen) dan diatasi penyebabnya.6,9 Pada
pasien ini, suhu tubuh pasien normal yakni 36,5°C sehingga tidak perlu
diobati dengan antipiretik.
6. Nutrisi
- Nutrisi enteral harus dimulai dalam 7 hari sejak pasien masuk ke rumah
sakit karena stroke akut. Pada pasien dengan disfagia, dapat digunakan
pipa nasogastric sebagai sarana pemberian nutrisi pada fase awal stroke
(dalam 7 hari pertama).6 Pada pasien ini, nutrisi diberikan secara oral
karena pasien tidak terdapat disfagia dan telah dimulai sejak hari pertama
pasien masuk ke rumah sakit.
7. Pencegahan dan Mengatasi Komplikasi
31
- Mobilisasi dan penilaian dini untuk mencegah komplikasi subakut
(aspirasi, malnutrisi, pneumonia, DVT, emboli paru, dekubitus,
komplikasi ortopedik, dan kontraktur) perlu dilakukan.6 Pada pasien ini
telah dilakukan mobilisasi secara bertahap karena pasien juga masih dapat
menggerakkan keempat ekstremitasnya dan dibantu dengan fisioterapi
pada hari ketiga perawatan.6,9
8. Penatalaksanaan Medik Umum lain
- Tata laksana hiperglikemia
Hiperglikemia (kadar glukosa darah>180 mg/dL) pada stroke akut harus
diatasi dengan titrasi insulin. Normalisasi kadar glukosa darah
memberikan keuntungan pada pasien stroke. Target yang harus dicapai
adalah 140-180mg/dL. Pada penderita diabetes mellitus tipe 2,
hiperglikemia diatasi dengan pemberian insulin subkutan, dengan dosis
berat badan x 0,6 U. Pasien mendapatkan metformin 2x500mg dan apabila
gula darah sewaktu diatas 200, diberikan novorapid subkutan.
- Tata laksana tekanan darah
Onset pasien sudah lebih dari 4,5 jam, sehingga sudah tidak dapat
dilakukan trombolisis. Keputusan untuk menurunkan tekanan darah dalam
24 jam pertama stroke harus mempertimbangkan potensi terganggunya
aliran darah kolateral dan mempercepat waktu terjadinya infark melawan
potensi terjadinya efek sistemik akibat tekanan darah yang tinggi secara
persisten. Hasilnya, direkomendasikan penurunan 15% dalam 24 jam
pertama apabila tekanan darah >220/110mmHg. Pada pasien ini tekanan
darah <220/110 sehingga tidak diberikan obat-obatan penurun tekanan
darah.10
32
15 jam setelah onset, maka diberikan aspirin dosis awal 320 mg yang
dilanjutkan dengan dosis maintenance 1 x 80mg PO.
- Pasien juga diberikan clopidogrel 1 x 75 mg. Pemberian klopidogrel
dikombinasikan dengan aspirin selama 21 hari sampai 3 bulan yang
dilanjutkan dengan pemberian clopidogrel saja, superior untuk pencegahan
sekunder. Pemberian aspirin dan clopidogrel dimaksudkan sebagai terapi
pencegahan sekunder.6
2. Agen neuroprotektif
- Pada pasien ini diberikan agen neuroprotektif yakni citicoline sebanyak 2
x 500 mg IV. Berdasarkan guideline dari AHA/ASA, pemberian agen
neuroprotektif tidak direkomendasikan karena tidak terbukti efektif dalam
memperbaiki kondisi pasien paska stroke iskemik.9
3. Pemberian statin
- Pada pasien ini, diberikan obat golongan statin yakni atorvastatin 1 x 40
mg. Pemberian statin dalam tatalaksana stroke iskemik akut disebutkan
dalam guideline pencegahan stroke yang dipublikasikan oleh AHA/ASA.
Statin direkomendasikan untuk diberikan pada pasien dengan stroke
iskemik atau TIA yang diduga penyebabnya berasal dari atherosclerosis
dimana pemberian statin berkaitan dengan perbaikan kondisi pasien
setelah stroke iskemik melalui mekanisme pleiotropic (stabilisasi plak)
yang dimiliki oleh obat golongan statin.
4. Rehabilitasi
- Pada pasien ini, dilakukan konsultasi ke dokter spesialis kedokteran fisik
dan rehabilitasi untuk dilakukan fisioterapi sebanyak 2 kali selama
perawatan di bangsal biasa dan dianjurkan untuk melanjutkan fisioterapi
rutin setelah pasien dapat rawat jalan. Fisioterapi yang diberikan untuk
pasien ini telah sesuai dengan rekomendasi dari AHA/ASA mengenai
rehabilitasi awal pada pasien stroke yang dirawat di rumah sakit.9
Prognosis pada pasien ini dapat dinilai dengan menggunakan skor
NIHSS untuk melihat secara kuantitatif besarnya gangguan neurologis
yang terjadi pada pasien dengan stroke. Beberapa penelitian melaporkan
33
bahwa NIHSS merupakan prediktor yang baik untuk menilai kondisi
pasien paska stroke.12 Skor NIHSS <6 dapat memprediksikan pemulihan
yang baik (dapat untuk hidup mandiri) sedangkan skor >16 berkaitan
dengan probabilitas yang tinggi untuk kematian dan disabilitas yang berat.
Skor NIHSS pada pasien ini pada hari kepulangan pasien adalah
0
0
34
Untuk membantu dalam memprediksi tingkat mortalitas pada
pasien dengan stroke iskemik akut, telah dikembangkan suatu sistem
skoring yang dinamakan PREMISE (Predicting Early Mortality of
Ischemic Stroke) yang dipublikasikan oleh American Heart Association.13
Berikut merupakan elemen yang dinilai dalam PREMISE:
Pada pasien ini, usia pasien adalah 61 tahun sehingga mendapat poin +1.
Selanjutnya skor modified rankin scale pada pasien ini sebelum terjadinya stroke
adalah 0 dimana pasien tidak terdapat gejala dan dapat menjalankan aktivitasnya
sehari-hari secara mandiri sehingga tidak mendapat poin tambahan. Skor NIHSS
pada pasien ini adalah 5, sehingga tidak mendapatkan +2 poin tambahan. Pada
pasien ini juga terdapat riwayat diabetes mellitus sehingga mendapatkan +1 poin
namun tidak terdapat penyakit jantung seperti CAD, gagal jantung,
cardiomyopathy atau gangguan katup jantung sehingga tidak mendapat poin
tambahan. Stroke pada pasien ini bukanlah sindrom stroke sirkulasi posterior dan
lebih mengarah kepada stroke lakunar tipe pure motor stroke sehingga juga tidak
mendapat tambahan poin. Dari keenam elemen yang dinilai, total skor pada pasien
ini adalah 4 yang berarti early death pada pasien ini adalah unlikely dengan risiko
kematian sebesar <35%.13
35
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
36
9. Lastri DN, Aninditha T, Wiratman W.Buku ajar neurologi Jilid II.
Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017
10. Bowry R, Navalkele DD, Gonzales NR. Blood pressure management
in stroke: Five new things. Neurol Clin Pract. 2014;4(5):419-26.
11. Jauch EC, Saver JL, AdamsJr HP, Bruno A, Connors JJ, Demaerschalk
BM, et al. Guidelines for the early management of patients with acute
ischemic stroke. Stroke. 2013;44:870-947.
12. Lyden P. Using the national institutes of health stroke scale: a
cautionary tale. Stroke. 2017; 48:513-519.
13. Gattringer T, Posekany A, Niederkorn K, Knoflach M, Poltrum B,
Mutzenbach S, et al. Predicting early mortality of acute ischemic
stroke: score-based approach. Stroke. 2019; 50:250-261.
37