OLEH :
Elza Astri Safitri, S.Ked
NIM. 09101019
Pembimbing :
dr. Irwan, Sp.JP-FIHA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Epidemiologi
Belum ada angka pasti mengenai prevalensi kejadian regurgitasi aorta akut
dan kronik. Secara umum regurgitasi aorta pada pria berbanding wanita adalah
sebesaar 13% : 8,5%1,4. Insidensi regurgitasi aorta meningkat dengan
bertambahnya umur. Puncak insiden adalah pada dekade 4 sampai dekade 64.
Pada umumnya di masyarakat yang terbanyak adalah regurgitasi aorta
ringan sampai sedang. Angka kejadian regurgitasi aorta sedang sampai berat
masih tergolong rendah. Pada studi yang dilakukan di Farmingham didapatkan
prevalensi regurgitasi aorta sebanyak 4,9% dengan angka kejadian regurgitasi
aorta sedang sampai berat sebanyak 0,5%4. Pada penelitian prospektif di Eropa
terhadap pasien dengan kelainan katup jantung, didapatkan sebanyak 13,3% dari
total 369 pasien dengan regurgitasi aorta perlu dilakukan tindakan intervensi
segera4,3.
2.1.3 Etiologi
Penyakit jantung rematik masih menjadi etiologi terbanyak penyebab
regurgitasi aorta di negara berkembang. Di Amerika dan Eropa, penyebab
regurgitasi aorta terbanyak adalah kelainan kongenital dan penyakit degeneratif4.
Penyebab kongenital terbanyak yakni katup aorta bikuspid6.
Regurgitasi darah dari aorta ke ventrikel kiri dapat timbul akibat :
a.
b.
c.
Penyakit kolagen
Aortitis sifilitika
Diseksi aorta
Penyakit katup artifisial
Endokarditis bakterialis
Ruptur traumatik
Sindrom marfan
Mukopolisakaridosis
aorta regurgitasi akut yang berat, terapi pilihannya adalah terapi bedah emergensi
yang membutuhkan yang membutuhkan penggantian katup segera.
Pada kasus aorta regurgitasi yang kronis, maka akan terjadi mekanisme
kompensasi adaptasi terhadap ventrikel kiri akibat respon dari regurgitasi yang
lama, dimana terjadi dilatasi dan hipertrofi pada ventrikel akibat dari volume dan
tekanan yang berlebihan. Dengan adanya ventrikel yang terdilatasi, maka volume
regurgitasi yang lebih dari normal tersebut akan terkompensasi, hal ini akan
menyebabkan terjadi penurunan tekanan diastolik ventrikel dan juga tekanan pada
atrium kiri dan sirkulasi pulmonal.
Ketika terjadi aliran darah regurgitasi dari aorta dalam volume yang banyak
selama fase diastolik, dilatasi ventrikel akan menyebabkan penurunan tekanan
diastolik aorta. Kombinasi dari stroke volume ventrikel kiri yang meninggi
(tekanan sistolik arterial yang meninggi juga) ditambah dengan penurunan
tekanan diastolik aorta akan mengakibatkan terjadinya sistolik-diastolik gap
sangat besar yang menjadi ciri khas dari aorta regurgitasi.
Akibat dari penurunan tekanan diastolik aorta, maka akan terjadi penurunan
perfusi pada arteri koronaria juga yang akan mengakibatkan penurunan persediaan
oksigen untuk myokardium. Ditambah dengan peningkatan ukuran dari ventrikel
kiri (yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen pada myokardium dan respon
stres pada dinding ventrikel) akan menyebabkan terjadinya angina, meskipun
tidak terdapat penyakit aterosklerosis pada jantung.
Pada fase kompensasi dimana terjadi dilatasi dan hipertrofi LV, pada psien
jarang didapatkan gejala (asimptomatik) pada beberapa tahun, namun ketika
terjadi disfungsi sistolik dari myokardium akibat progresifitas dari remodeling LV,
akan terjadi penurunan cardiac output ditambah peningkatan tekanan pulmonal
dan atrium kiri, sehingga terjadi gejala dari gagal jantung.
Gagal jantung adalah adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis
penyakit jantung kongenital maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang
menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan
beban awal, beban akhir, atau menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaankeadaan yang meningkatkan beban awal meliputi regurgitasi aorta dan cacat
septum ventrikel dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis
aorta dan hipertansi sistemik7.
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal
jantung terbagi atas gagal jantung kiri, gagal jantung kanan, dan gagal jantung
kongestif. Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu deffort, fatigue, ortopnea,
dispnea nocturnal paroksismal, batuk, pembesaran jantung, irama derap,
ventricular heaving, bunyi derap S3 dan S4, pernapasan cheyne stokes, takikardi,
pulsus alternans, ronkhi dan kongesti vena pulmonalis7.
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4
kelas:
Kelas 2: Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas
sehari hari tanpa keluhan
Kelas 3: Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari hari tanpa
keluhan.
Kelas 4: Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan
harus tirah baring.
Kriteria mayor :
Kriteria minor :
ortopnea.
2.Batuk malam hari
2.Peningkatan tekanan vena jugularis
3.Dispneu deffort
3.Ronkhi basah tidak nyaring
4.Hepatomegali
4.Kardiomegali
5.Efusi pleura
5.Edema paru akut
6.Kapasitas vital berkurang menjadi 1/3
6.Irama derap S3
maksimum
7.Takikardi (120x/menit)
8.Refluks hepatojugular.
Diagnosa ditegakkan dari 2 kriteria mayor, atau 1 kriteria mayor dan 2
kriteria minor harus ada pada saat yang bersamaan.
2.1.5 Diagnosis
a. Regurgitasi Aorta Kronik
Gejala paling umum pada regurgitasi aorta adalah dispneu de effort,
kelemahan, penurunan toleransi aktivitas fisik, dan perasaan berdebar kurang
nyaman yang dihubungkan dengan peninggian tekanan nadi.
Tanda kebocoran perifer yang dapat ditemukan pada regurgitasi aorta adalah :
Tekanan nadi yang melebar
yaitu adanya sistolik-diastolik gap yang sangat besar
Nadi quinckes
merupakan pulsasi yang tampak pada bagian bawah kuku
Tanda hills
merupakan tanda dimana tekanan darah lebih tinggi (>20 mmHg) pada
Tanda duroiziezs
merupakan tanda dimana terdapat murmur diastolik yang dapat didengar di
denyut jantung
Tanda mullers (pulsasi yang terlihat pada uvula)
Tanda rosenbach (pulsasi hepatik)
Tanda gerhardis (pulsasi pada limpa yang muncul bila terjadi splenomegali)
Tanda londolfis (kontraksi sistolik dan diastolik dilatasi pupil)
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya bising jantung. Bising
artifisial lebih keras terdengar di garis sternal kiri bawah atau apeks pada kelainan
katup artifisial. Pada dilatasi pangkal aorta, bising terutama terdengar di garis
sternal kanan. Tabrakan antara regurgitasi aorta yang besar dan aliran darah dari
katup mitral menyebabkan bising mid/late diastolik (bising Austin Flint).
Pemeriksaan foto thorax pada regurgitasi aorta kronis didapatkan pembesaran
ventrikel kiri, elongasi aorta, dan pembesaran atrium kiri. Ekokardiografi
menunjukkan adanya volume berlebih pada ventrikel kiri dengan dimensi
ventrikel kiri yang sangat melebar dan gerakan septum dan dinding posterior
ventrikel kiri yang hiperkinetik.
b. Regurgitasi Aorta Akut
Gejala sesak nafas yang berat terjadi akibat peninggian tekanan vena
pulmonal yang tiba-tiba. Semakin berat gagal jantung yang terjadi, bising artifisial
akan semakin melemah. Pemeriksaan foto thorax dan ekokardiografi dapat normal
karena belum cukup waktu untuk terjadinya dilatasi dan hipertrofi, namun pada
ekokardiografi dapat terlihat kelebihan volume ventrikel kiri.
2.1.6 Penatalaksanaan
Lebih dari 50% pasien dengan regurgitasi aorta yang tidak diterapi hidup
setelah 10 tahun, maka biasanya dilakukan terapi konservatif. Pasien
8
Asymptomatic
NYHA kelas I
NYHA kelas II
NYHA kelas III-IV
: 2,8%
: 3,0%
: 6,3%
: 24,6%
ILUSTRASI KASUS
Identitas pasien :
Nama
: Tn.N
Umur
: 18 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Pelajar
Status
: Belum Menikah
Masuk RS
: 24 Februari 2014
Pemeriksaan
: 03 Maret 2014
ANAMNESIS (Allo-anamnesis)
Keluhan Utama
Sesak nafas yang semakin memberat 1 hari SMRS (Sebelum Masuk Rumah
Sakit).
Riwayat Penyakit Sekarang
-
10
juga mengeluh merasa cepat lelah, batuk tidak berdahak, memberat pada
malam hari, setelah batuk sesak napas pasien semakin bertambah. Pasien
juga mengeluhkan nyeri dada, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan
menjalar hingga ke punggung. BAK dan BAB tidak ada keluhan. Karena
keluhannya pasien dibawa ke RS terdekat dan kemudian dirujuk ke RSUD
AA Pekanbaru.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Kesadaran
: Komposmentis
- Tekanan darah
: 160/0 mmHg
- Nadi
: 108 x / menit
- Nafas
: 32 x / menit
- Suhu
: 36,50C (aksila)
11
Toraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
Akral dingin, pucat (-), edema tungkai (-), clubbing finger (-).
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin :
Eritrosit
: 6400/mm3
Hb
: 14,5 g/dL
Ht
: 44,4 %
Thrombosit : 284.000/mm3
12
: 67 mg/dl
H Ureum
: 21 mg/dl
Kesan : cardiomegali
5. EKG
HR : 100x/menit, LVH
6. Ekokardiografi
13
LV dan LA dilatasi
EF : 20%
Aorta regurgitasi severe dan mitral stenosis mild
RESUME
Tn.N usia 18 tahun datang dengan keluhan utama sesak nafas yang semakin
memberat 1 hari SMRS. 1 hari SMRS pasien mengeluhkan sesak nafas, dyspneu
deffort (+), sesak berkurang jika pasien dalam posisi duduk daripada berbaring,
paroksismal nokturnal dispneu (+). Pasien mengeluh merasa cepat lelah dan batuk
berdahak, setelah batuk sesak napas pasien semakin bertambah. Pasien juga
mengeluhkan nyeri dada, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan menjalar
hingga ke punggung.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan batas jantung kanan 1 jari lateral line
parasternalis dextra RIC 5 dan batas jantung kanan 2 jari lateral linea midclavicula
sinistra RIC 5, didapatkan juga murmur diastolik dan rhonki.
DAFTAR MASALAH
1. Dyspneu deffort
2. Ortopnea
14
Farmakologi :
-
PEMBAHASAN
Dari anamnesis pada pasien ini didapatkan adanya sesak yang dirasakan
semakin memberat sejak 1 hari SMRS, pasien sering terganggu karena sesak pada
malam hari, keadaan ini menunjukkan adanya paroksismal nokturnal dispneu.
Sesak yang dirasakan pasien agak berkurang jika dalam posisi duduk daripada
posisi berbaring menunjukkan adanya ortopneu. Pasien merasa sesak saat
melakukan aktivitas yang ringan seperti memakai baju yang menunjukkan
dispnea defffort. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya kardiomegali dari
pergeseran batas jantung kanan satu jari lateral linea parasternalis dextra RIC 5
dan pergeseran batas jantung kiri dua jari lateral linea midclavicularis sinistra
RIC 5. Pada auskultasi ditemukan murmur diastolik dan ronkhi +/+.
Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Kriteria Frimingham dapat dipakai untuk
diagnosis gagal jantung kongestif yang terdisri kriteria mayor berupa paroksismal
nokturnal dispneu, rhonki paru, kardiomegali, gallop rhytm, peningkatan tekanan
vena jugularis, refluks hepatojugular. Kriteria minor berupa: edema ekstrimitas,
batuk malam hari, dyspneu deffort, hepatomegali, efusi pleura, takikardi.
15
04 Maret 2014
S : sesak nafas <<, lemas
O : TD = 170/0 mmHg, nadi 104x/i, pernafasan 30x/i, suhu 36,70C
A : CHF ec regurgitasi aorta
P:
O2 3 lt/menit
16
Spironolakton 1x25 mg
Captopril 2x12,5mg
Heart
Disease:
2. Wang
SW.Aortic
Regurgitation.
Available
http://emedicine.medscape.com/article/150490=overview#showall
Aortic
from
17