Referat
Gagal Jantung
Oleh:
Pembimbing :
LATAR BELAKANG. Regurgitasi aorta adalah aliran darah pada fase diastolik dari aorta
kembali ke ventrikel kiri. Regurgitasi terjadi karena inkompetensi dari katup aorta atau
kelainan pada aparatus katup itu sendiri (seperti leafletsi, anulus pada aorta) menyebabkan
aliran darah balik ke dalam ventrikel kiri.1,2
Regurgitasi aorta dapat merupakan proses yang kronis atau bisa juga merupakan kejadian
yang akut dan menyebabkan manifestasi gagal jantung. Sebelumnya penyebab terbanyak
dari regurgitasi aorta adalah penyakit jantung reumatik, tetapi sekarang yang menjadi
penyebab tersering adalah endokarditis bakteri.2
Tiga per empat dari pasien dengan regurgitasi aorta yang signifikan dapat bertahan hidup
selama 5 tahun setelah diagnosis, setengahnya dapat bertahan hidup sampai 10 tahun.
Pasien dengan regurgitasi yang ringan sampai sedang survival rate nya 80-95% dalam 10
Regurgitasi aorta akut berkaitan dengan morbiditas yang tinggi, yang mana dapat
berkembang dari edem paru menjadi gagal jantung yang refraktif dan syok kardiogenik.
PATOFISIOLOGI. Penutupan yang tidak sempurna dari katup aorta dapat merupakan akibat
dari kelainan pada cusp, kelainan pada aorta, atau trauma. Refluks diastolik yang melewati
katup aorta dapat menyebabkan overload volume pada ventrikel kiri. Peningkatan dari
sistolik stroke volume dan penurunan tekanan diastolik aorta menghasilkan peningkatan
dari pulse pressure. Manifestasi klinis dari regurgitasi aorta disebabkan oleh aliran darah
maju-mundur melewati katup aorta, yang menyebabkan peningkatan stroke volume. 1-4
Tingkat keparahan dari regurgitasi aorta ditentukan oleh diastolic valve area, gradien
tekanan antara aorta dan ventrikel kiri, dan durasi dari periode diastolik.
Patofisiologi dari regurgitasi aorta tergantung apakah kelainan ini merupakan yang tipe akut
atau tipe kronis. Pada regurgitasi aorta akut, ventrikel kiri tidak memiliki waktu untuk
berdilatasi sebagai respons dari peningkatan volume akhir diastolik, sedangkan pada
regurgitasi aorta kronis, ventrikel kiri dapat mengalami perubahan yang ada adaptif maupun
yang malaadaptive.2,4
Regurgitasi aorta akut. Regurgitasi aorta akut mengakibatkan peningkatan volume akhir
diastolik yang mendadak pada ventrikel kiri. Karena terjadi mendadak, ventrikel kiri tidak
memiliki waktu untuk berdilatasi sebagai respons terhadap peningkatan volume tersebut.
Akibatnya, volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat secara cepat, sehingga terjadi
peningkatan tekanan pada vena pulmonalis dan mengganggu aliran darah koroner.
Peningkatan tekanan pada vena pulmonalis menyebabkan peningkatan tekanan pada
sirkulasi aliran darah paru, hal ini kemudian berkembang menjadi keluhan sesak dan edema
paru. Pada keadaan yang cukup parah, dapat terjadi gagal jantung dan kemudian diikuti
syok kardiogenik. Penurunan perfusi miokardial dapat menyebabkan iskemia miokardial.1,2
Intervensi bedah dapat dipertimbangkan pada regurgitasi aorta yang berat misalnya pada
regurgitasi aorta yang disebabkan oleh aorta dissection.
Pada fase awal dari regurgitasi aorta kronis, fraksi ejeksi ventrikel kiri normal atau bahkan
meningkat – oleh karena peningkatan preload dan mekanisme Frank-Starling. Pada periode
ini pasien tidak memiliki keluhan apapun/asimtomatik. Ketika regurgitasi aorta berlanjut,
pembesaran ventrikel kiri melebihi preload reserve dari kurva Frank-Starling, kemudian
fraksi ejeksi turun ke batas normal dan kemudian semakin berkurang. Peningkatan volume
akhir diastolik ventrikel kiri merupakan indikator yang sensitif untuk menggambarkan
disfungsi miokardial yang progresif.2
Ketika ventrikel kiri mencapai perbesaran yang maksimal, volume diastolik mulai meningkat
dan menimbulkan manifestasi sesak napas/dyspnea yang memburuk ketika beraktivitas.
Peningkatan volume akhir diastolik ventrikel kiri juga menyebabkan penurunan gradien
perfusi aliran darah koroner, sehingga terjadi iskemia pada subendokardial dan miokardial,
berlanjut menjadi nekrosis dan apoptosis. Secara kasar, ventrikel kiri berubah dari bentuk
elips menjadi sferis.1,3
ETIOLOGI. Penyebab pada regurgitasi aorta akut paling sering oleh endokarditis infeksi, di
mana terjadi destruksi dan perforasi pada katup aorta. Vegetasi pada katup aorta juga dapat
menyebabkan hal ini. Penyebab lain dapat terjadi seperti trauma, diseksi aorta dan lain
sebagainya.1,3
Penyebab regurgitasi aorta kronis dapat berupa kelainan kongenital katup aorta bikuspid,
demam rematik (fibrosis, penebalan dan retraksi), ankulosing spondylitis (menyebabkan
aortitis pada aortic root dan berhubungan dengan regurgitasi aorta), rheumatoid arthritis
(pembentukan nodul granulomatous pada katup aorta), SLE (fibrosis pada katup aorta),
Sindrom Marfan, prolaps katup aorta dan lain sebagainya.1,3
Regurgitasi aorta akut. Manifestasi klinis yang sering pada regurgitasi aorta akut adalah
sesak nafas yang terjadi tiba-tiba, berkembang cepat menjadi gagal jantung; dan nyeri pada
dada jika tekanan perfusi miokardial berkurang atau terjadinya diseksi aorta.2,4
Regurgitasi aorta kronis. Pasien dengan regurgitasi aorta kronis sering mengalami periode
penyakit tanpa gejala/asimptomatik yang dapat terjadi selama bertahun-tahun. Kompensasi
takikardia dapat terjadi untuk meningkatkan stroke volume, tetapi hal ini menyebabkan
pemendekan periode diastolik jantung. Sebagai hasilnya, pasien bahkan tidak memiliki
keluhan meskipun sedang beraktivitas berat. Ketika waktu terus berjalan, bagaimanapun
kelebihan volume yang berlangsung lama mengakibatkan dilatasi ventrikel kiri berakibat
pada disfungsi ventrikel kiri.2,4
Di antara pasien yang asimtomatik dengan disfungsi ventrikel kiri, 25 % akan mulai
mengalami keluhan dalam satu tahun. Ketika satu keluhan/manifestasi klinis muncul, fungsi
jantung akan berkurang progresif yang menyebabkan kematian pada 10% penderita setiap
tahunnya.
1. Palpitasi, sensasi detak jantung yang disadari dan tidak menyenangkan yang
diakibatkan pulse pressure yang melebar dengan sirkulasi yang hiperdinamik.
2. Sesak nafas, di stadium awal, mungkin tidak memburuk pada aktivitas karena
kompensasi takikardia dengan pemendekan periode diastole.
PEMERIKSAAN FISIK. Beberapa manifestasi klinis yang khas dapat ditemukan dengan
pemeriksaan fisik pada pasien dengan regurgitasi aorta kronis. Bagaimanapun, hasil temuan
pemeriksaan fisik ini pada regurgitasi kronis akut dapat jarang terlihat.
Regurgitasi aorta akut. Keadaan seperti ini sangat berbahaya dan dapat menyebabkan syok
kardiogenik; keadaan umum pada pasien tampak sakit berat. Beberapa gejala dapat muncul
seperti:1-3
1. Takikardia
2. Vasokonstriksi perifer
3. Sianosis
4. Edema paru
5. Arterial pulsus alterans
Early diastolic murmur (pitch yang rendah dan periode yang lebih pendek jika dibandingkan
pada regurgitasi aorta kronis) dapat ditemukan. Dapat di dengar juga Murmur Austin-Flint
yang disebabkan oleh aliran regurgitasi; menyebabkan vibrasi pada aparatus mitral, dengan
pitch yang rendah dan durasi yang pendek. Distolik murmur tipe decresendo dapat
didengarkan pada posisi pasien duduk dengan badan dimiringkan ke depan (leaning
forward) dan pasien diminta untuk ekspirasi maksimal. Hal ini harus didengarkan dalam
ruang yang tenang karena sering dilewatkan oleh pemeriksa.2
Murmur pada batas kanan sternum lebih diasosiasikan dengan diseksi dibandingkan
penyebab lain dari regurgitasi aorta.
Regurgitasi aorta kronis. Hasil pemeriksaan fisik pada pasien dengan regurgitasi aorta
kronis yang berat sering disebabkan melebarnya tekanan nadi/ pulse pressure; disebabkan
oleh (1) peningkatan stoke volume selama fase sistole dan (2) inkompetensi dari katup aorta
sehingga tekanan diastolik di dalam aorta turun dengan signifikan.
Pada palpasi, ictus cordis dapat terlihat difuse atau hiperdinamik dengan lokasi yang lebih
inferior dan lebih ke arah axilla. Nadi perifer dapat cukup kuat. Pada auskultasi dapat
terdengar gallop S3 jika telah terjadi disfungsi ventrikel kiri.
Murmur pada regurgitasi aorta terdengar pada fase diastolik, biasanya bernada tinggi (high-
pitched sound) dan terdengar paling kuat pada sepanjang batas kiri sternum. Murmur
sistolik fungsional dapat terdengar karena peningkatan stroke volume atau pun mungkin
dapat terjadi pula aorta stenosis.
Murmur Austin-Flint dapat terdengar pada apex jantung pada regurgitasi aorta yang berat;
bernada rendah, seperti bergemuruh pada fase mid-diastolik yang disebabkan oleh aliran
regurgitasi dari aorta yang mengenai bagian anterior daun katup mitral, yang menyebabkan
penutupan prematur dari daun katup mitral.
Berdasarkan guideline ACC/AHA 2014, progresifitas penyakit katup jantung dibagi menjadi
empat stadium seperti yang tertera di bawah ini – Tabel 1.5
Sumber : Otto CM, Guyton RA, Gara PTO, Sorajja P, Thomas JD, Creager MA. 2014 AHA / ACC
guideline for the management of patients with valvular heart disease. JACC. 2014;63(22):57-185.
Indikasi untuk intervensi pada pasien dengan penyakit katup jantung ditentukan oleh: 5
Tujuan dari intervensi ini adalah untuk memperbaiki gejala dan/atau meningkatkan survival
rate, serta meminimalkan risiko komplikasi seperti disfungsi ventrikel permanen yang
asimptomatis, stroke, fibrilasi atrial.
DIAGNOSIS BANDING. Pertimbangan diagnosis banding dapat dipikirkan juga pada kondisi
dimana terjadi pelebaran tekanan nadi dengan hiperdinamik sirkulasi seperti: 1,2
1. Thyrotoxicosis
2. Anemia berat
3. Kehamilan
4. Defisiensi Thiamine
5. Arteriovenous fistula seperti PDA ataupun malformasi arteri-vena perifer
6. Peningkatan simpatis
PENATALAKSANAAN
Intervensi bedah direkomendasikan pada regurgitasi aorta karena endokarditis infesi serta
intervensi emergenci jika penyebabnya adalah diseksi aorta.
Beberapa hal yang dapat ditemukan pada pasien regurgitasi aorta dengan echocardiography
adalah sebagai berikut:2
1. Struktur dan morfologi katup aorta – bileaflet versus trileaflet, frail, thickening.
2. Adanya vegetasi atau nodul – mungkin membutuhkan echocardiography
transesofageal pada beberapa kasus.
3. Derajat keparahan dari regurgitasi Aorta.
4. Color Doppler jet width.
5. Volume regurgitasi, fraksi dan area orifice.
6. Penutupan prematur pada katup mitral (pada regurgitasi yang berat).
7. Lesi dari aorta – dilatasi, aneurisma, diseksi.
8. Struktur dan fungsi ventrikel kiri.
Sumber : Otto CM, Guyton RA, Gara PTO, Sorajja P, Thomas JD, Creager MA. 2014 AHA / ACC
guideline for the management of patients with valvular heart disease. JACC. 2014;63(22):57-185.
Sumber : Otto CM, Guyton RA, Gara PTO, Sorajja P, Thomas JD, Creager MA. 2014 AHA / ACC
guideline for the management of patients with valvular heart disease. JACC. 2014;63(22):57-185.
Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan seperti Radionuclei Imaging, Aortic aongiography
dan Cardiac CT-Scan atau MRI.
Dapat juga dilakukan pemeriksaan Kateter Jantung terutama untuk pasien yang dicurigai
membutuhkan intervensi bedah, mengevaluasi fungsi arteri coronaria dan lain sebagainya.
a) Inisial Diagnosis
Class of Recommendation I
TTE direkomendasikan untuk evaluasi awal pada pasien suspect atau telah
terdiagnosis kelainan katup jantung untuk mengkonfirmasi diagnosis, menentukan
etiologi, tingkat keparahan, mengevaluasi konsekuensi hemodinamik, meramalkan
prognosis, serta menentukan waktu yang tepat untuk intervensi.
(Level of Evidence: B)
b) Perubahan pada Tanda dan Gejala
Class of Recommendation I
TTE direkomendasikan pada pasien dengan penyakit katup jantung dengan
perubahan gejala/keluhan atau penemuan hasil pemeriksaan fisik yang baru.
(Level of Evidence: C)
c) Follow-up Rutin
Class of Recommendation I
Monitoring secara periodik dengan TTE direkomendasikan pada pasien dengan
penyakit katup jantung yang asimptomatik dengan interval pemeriksaan tergantung
pada lesi katup, keparahan, ukuran ventrikel, dan fungsi ventrikel.
(Level of Evidence: C)
PENGOBATAN
Pendekatan pada Pengobatan. Pada kasus regurgitasi aorta berat, intervensi bedah
biasanya merupakan pilihan terapi utama, tetapi pasien dapat diberi dukungan obat-obatan
seperti dobutamine untuk meningkatkan cardiac ouput dan mempersingkat fase diastole
dan dapat diberi sodium nitroprusside untuk mengurangi afterload pada pasien dengan
hipertensi.
Terapi vasodilator dapat digunakan pada pasien yang rawat inap ataupun rawat jalan
tergantung kondisi pasien seperti yang dijelaskan pada guidelines ACC/AHA.
Semua pasien dengan katup jantung buatan harus mendapat terapi antibiotik profilaksis
setelah menjalan prosedur pada dokter gigi. Untuk terapi antitrombosis, semua pasien
dengan katup jantung buatan harus mendapat terapi harian aspirin dan pada beberapa
kasus harus mendapatkan terapi antikoagulan oral dengan warfarin berdasarkan petunjuk
ACC/AHA.
Pada pasien dengan regurgitasi aorta akut ataupun kronis berat membutuhkan konsultasi
dan penanganan cardiologist.
Penanganan di UGD. Pada pasien dengan regurgitasi aorta yang datang ke UGD, diberikan
terapi suportif awal seperti:2
REGURGITASI AORTA AKUT. Diberikan inotropik positif (dopamin, dobutamine) dan juga
vasodilator (nitroprusside). Pemberian vasodilator untuk memperbaiki fungsi sistolik dan
menurunkan afterload. Pemberian glicosida (digoksin) untuk mengontrol denyut jantung
pada beberapa kondisi tertentu mungkin dibutuhkan. Hindari pemberian beta-blockers pada
keadaan regurgitasi aorta akut!
Pada pasien dengan regurgitasi aorta akut akibat endokarditis infektif atau diseksi aorta,
intervensi pembedahan harus segera dilaksanakan, terutama jika terjadi hipotensi, edema
paru, atau terbukti adanya aliran darah yang berkurang.
Beta blockers sering digunakan pada terapi diseksi aorta. Tetapi bagaimanapun beta blocker
harus digunakan dengan sangat hati-hati, untuk regurgitasi aorta dengan penyebab lain
selain diseksi aorta, beta blocker akan memblok kompensasi takikardia dan menyebabkan
penurunan tekanan darah yang sangat berarti.
Class of Recommendation I
Pengobatan hipertensi (tekanan darah sistolik >140 mm Hg) direkomendasikan pada pasien
dengan regurgitasi aorta kronis (stage B dan C), lebih dipilih kalsium channel blocker
golongan dihydropyridine atau ACE inhibitor/ARBs. (Level of Evidence; B)
Obat vasodilatasi efektif untuk menurunkan tekanan darah sistolik pada pasien dengan
regurgitasi kronis. Beta blockers kurang terlalu efektif karena penurunan denyut jantung
menyebabkan peningkatan stroke volume, yang mana berkontribusi untuk peningkatan
tekanan darah sistolik pada pasien dengan regurgitasi aorta kronis.
Terapi dengan menggunakan ACE inhibitors/ARBs dan beta bloker dapat digunakan pada
pasien dengan regurgitasi aorta berat dengan gejala dan/atau disfungsi ventrikel kiri (stages
C2 dan D) ketika intervensi bedah tidak dapat dilakukan karena adanya komorbiditas. (Level
of Evidence; B)
Pada pasien dengan adanya gejala/simptomatis yang merupakan indikasi pada terapi
pembedaan, terapi medikamentosa bukan merupakan pengganti untuk aortic valve
Intervensi Aortic Valve Replacement. Hampir sebagian besar pasien regurgitasi aorta kronis
berat yang membutuhkan terapi pembedahan memerlukan AVR juga. Berikut adalah tabel
ringkasan rekomendasi AHA/ACC 2014 untuk AVR.
Sumber : Otto CM, Guyton RA, Gara PTO, Sorajja P, Thomas JD, Creager MA. 2014 AHA / ACC
guideline for the management of patients with valvular heart disease. JACC. 2014;63(22):57-185.
PROGNOSIS. Prognosis pada pasien dengan regurgitasi aorta berat tergantung pada ada
atau tidaknya disfungsi dan gejala gangguan ventrikel kiri.
Regurgitasi aorta akut yang berat, jika tidak ditangani, dapat meningkatkan angka
morbiditas dan mortalitas, baik oleh karena etiologi utamanya (endokarditis infeksi / diseksi
aorta) atau karena dekompensasi hemodinamik ventrikel kiri.2
Pada regurgitasi aorta kronis, manifestasi klinis yang muncul secara gradual. Biasanya
didahului oleh periode asimptomatik yang lama. Tetapi ketika suatu gejala telah muncul,
pemburukan status pasien menjadi lebih cepat.2
Referensi
1. O’Gara PT, Loscalzo J. Aortic valve disease. In: Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser
SL, Jameson JL, Loscalzo J [editor]. Harrison’s principles of internal medicine. 19th Ed.
Philadelphia: The McGraw-Hill Companies, 2015: 1534-38.
2. Wang SS, Lange RA. Aortic regurgitation. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/150490-overview (August 7, 2015)
3. Leman S. Regurgitasi aorta. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MS,
Setiati S [editor]. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jld.2 Ed.V. Jakarta :
InternaPublishing, 2009 : 1689-92.
4. Ramrakha P, Hill J. Oxford handbook of cardiology. 2nd Ed. London: Oxford University
Press, 2012: 170-5.
5. Otto CM, Guyton RA, Gara PTO, Sorajja P, Thomas JD, Creager MA. 2014 AHA / ACC
guideline for the management of patients with valvular heart disease. JACC.
2014;63(22):57-185.