Anda di halaman 1dari 18

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam

RS. Family Medical Center

Referat

Gagal Jantung

Oleh:

Andre Christian Cundawan


112014096

Pembimbing :

dr. Didi Kurniadhi, Sp.PD-KKV

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. 021-56942061
REGURGITASI AORTA

LATAR BELAKANG. Regurgitasi aorta adalah aliran darah pada fase diastolik dari aorta
kembali ke ventrikel kiri. Regurgitasi terjadi karena inkompetensi dari katup aorta atau
kelainan pada aparatus katup itu sendiri (seperti leafletsi, anulus pada aorta) menyebabkan
aliran darah balik ke dalam ventrikel kiri.1,2

Penyebab dari regurgitasi aorta adalah sebagai berikut:1,2

1. Kelainan kongenital; katup aorta bikuspid merupakan kelainan kongenital tersering.


2. Kelainan yang di dapat:
a. Demam rematik
b. Endokarditis infeksi
c. Kelainan kolagen pembuluh darah
d. Penyakit degeneratif katup aorta
e. Trauma
f. Pasca pembedahan (termasuk post-transcatheter aortic valve replacement)
3. Kelainan pada aorta ascending tanpa kelainan patologis pada katup aorta sendiri:
a. Hipertensi yang lama dan tidak terkontrol
b. Sindrom Marfan
c. Dilatasi Aorta Idiopatik
d. Nekrosis Kista Medial
e. Aorta Senile ectasia dan dilatasi
f. Aortitis sifilis
g. Artritis Takayasu

Regurgitasi aorta dapat merupakan proses yang kronis atau bisa juga merupakan kejadian
yang akut dan menyebabkan manifestasi gagal jantung. Sebelumnya penyebab terbanyak
dari regurgitasi aorta adalah penyakit jantung reumatik, tetapi sekarang yang menjadi
penyebab tersering adalah endokarditis bakteri.2

Tiga per empat dari pasien dengan regurgitasi aorta yang signifikan dapat bertahan hidup
selama 5 tahun setelah diagnosis, setengahnya dapat bertahan hidup sampai 10 tahun.
Pasien dengan regurgitasi yang ringan sampai sedang survival rate nya 80-95% dalam 10

Regurgitasi Aorta Halaman | 2


tahun. Survival rata-rata setelah diagnosis gagal jantung kongestif adalah kurang dari 2
tahun.2

Regurgitasi aorta akut berkaitan dengan morbiditas yang tinggi, yang mana dapat
berkembang dari edem paru menjadi gagal jantung yang refraktif dan syok kardiogenik.

PATOFISIOLOGI. Penutupan yang tidak sempurna dari katup aorta dapat merupakan akibat
dari kelainan pada cusp, kelainan pada aorta, atau trauma. Refluks diastolik yang melewati
katup aorta dapat menyebabkan overload volume pada ventrikel kiri. Peningkatan dari
sistolik stroke volume dan penurunan tekanan diastolik aorta menghasilkan peningkatan
dari pulse pressure. Manifestasi klinis dari regurgitasi aorta disebabkan oleh aliran darah
maju-mundur melewati katup aorta, yang menyebabkan peningkatan stroke volume. 1-4

Tingkat keparahan dari regurgitasi aorta ditentukan oleh diastolic valve area, gradien
tekanan antara aorta dan ventrikel kiri, dan durasi dari periode diastolik.

Patofisiologi dari regurgitasi aorta tergantung apakah kelainan ini merupakan yang tipe akut
atau tipe kronis. Pada regurgitasi aorta akut, ventrikel kiri tidak memiliki waktu untuk
berdilatasi sebagai respons dari peningkatan volume akhir diastolik, sedangkan pada
regurgitasi aorta kronis, ventrikel kiri dapat mengalami perubahan yang ada adaptif maupun
yang malaadaptive.2,4

Regurgitasi aorta akut. Regurgitasi aorta akut mengakibatkan peningkatan volume akhir
diastolik yang mendadak pada ventrikel kiri. Karena terjadi mendadak, ventrikel kiri tidak
memiliki waktu untuk berdilatasi sebagai respons terhadap peningkatan volume tersebut.
Akibatnya, volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat secara cepat, sehingga terjadi
peningkatan tekanan pada vena pulmonalis dan mengganggu aliran darah koroner.
Peningkatan tekanan pada vena pulmonalis menyebabkan peningkatan tekanan pada
sirkulasi aliran darah paru, hal ini kemudian berkembang menjadi keluhan sesak dan edema
paru. Pada keadaan yang cukup parah, dapat terjadi gagal jantung dan kemudian diikuti
syok kardiogenik. Penurunan perfusi miokardial dapat menyebabkan iskemia miokardial.1,2

Intervensi bedah dapat dipertimbangkan pada regurgitasi aorta yang berat misalnya pada
regurgitasi aorta yang disebabkan oleh aorta dissection.

Regurgitasi Aorta Halaman | 3


Regurgitasi aorta kronis. Regurgitasi aorta kronis menyebabkan peningkatan volume pada
ventrikel kiri secara gradual dan memungkinkan ventrikel kiri untuk mengkompensasi
peningkatan volume tersebut dengan pembesaran dan hipertrofi. Dilatasi ventrikel kiri
terjadi melalui perubahan sarkomer otot jantung menjadi lebih panjang akibatnya ventrikel
kiri menjadi lebih besar dan dapat mengakomodasi kelebihan volume akhir diastolik akibat
regurgitasi aorta. Hipertrofi juga penting untuk menunjang peningkatan tekanan dinding
ventrikel sebagai akibat dari dilatasi ventrikel itu sendiri (Laplace law).1,2

Pada fase awal dari regurgitasi aorta kronis, fraksi ejeksi ventrikel kiri normal atau bahkan
meningkat – oleh karena peningkatan preload dan mekanisme Frank-Starling. Pada periode
ini pasien tidak memiliki keluhan apapun/asimtomatik. Ketika regurgitasi aorta berlanjut,
pembesaran ventrikel kiri melebihi preload reserve dari kurva Frank-Starling, kemudian
fraksi ejeksi turun ke batas normal dan kemudian semakin berkurang. Peningkatan volume
akhir diastolik ventrikel kiri merupakan indikator yang sensitif untuk menggambarkan
disfungsi miokardial yang progresif.2

Ketika ventrikel kiri mencapai perbesaran yang maksimal, volume diastolik mulai meningkat
dan menimbulkan manifestasi sesak napas/dyspnea yang memburuk ketika beraktivitas.
Peningkatan volume akhir diastolik ventrikel kiri juga menyebabkan penurunan gradien
perfusi aliran darah koroner, sehingga terjadi iskemia pada subendokardial dan miokardial,
berlanjut menjadi nekrosis dan apoptosis. Secara kasar, ventrikel kiri berubah dari bentuk
elips menjadi sferis.1,3

ETIOLOGI. Penyebab pada regurgitasi aorta akut paling sering oleh endokarditis infeksi, di
mana terjadi destruksi dan perforasi pada katup aorta. Vegetasi pada katup aorta juga dapat
menyebabkan hal ini. Penyebab lain dapat terjadi seperti trauma, diseksi aorta dan lain
sebagainya.1,3

Penyebab regurgitasi aorta kronis dapat berupa kelainan kongenital katup aorta bikuspid,
demam rematik (fibrosis, penebalan dan retraksi), ankulosing spondylitis (menyebabkan
aortitis pada aortic root dan berhubungan dengan regurgitasi aorta), rheumatoid arthritis
(pembentukan nodul granulomatous pada katup aorta), SLE (fibrosis pada katup aorta),
Sindrom Marfan, prolaps katup aorta dan lain sebagainya.1,3

Regurgitasi Aorta Halaman | 4


EPIDEMIOLOGI. Prevalensi secara internasional dari regurgitasi aorta tidak diketahui. Tetapi
orang Asian, Eropa tengah dan Afrika utara memiliki prevalensi yang paling tinggi
dibandingkan dengan daerah lain. Secara umum, penyebab terbanyak regurgitasi aorta
adalah penyakit jantung rematik, tetapi di USA gangguan katup kongenital dan penyakit
degeneratif katup aorta menjadi penyebab paling banyak terjadinya regurgitasi aorta. Usia
40-60 tahun memiliki angka prevalensi yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok
usia lainnya. Regurgitasi aorta paling sering terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita (13% :
8,5%).2

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT.

Regurgitasi aorta akut. Manifestasi klinis yang sering pada regurgitasi aorta akut adalah
sesak nafas yang terjadi tiba-tiba, berkembang cepat menjadi gagal jantung; dan nyeri pada
dada jika tekanan perfusi miokardial berkurang atau terjadinya diseksi aorta.2,4

Regurgitasi aorta kronis. Pasien dengan regurgitasi aorta kronis sering mengalami periode
penyakit tanpa gejala/asimptomatik yang dapat terjadi selama bertahun-tahun. Kompensasi
takikardia dapat terjadi untuk meningkatkan stroke volume, tetapi hal ini menyebabkan
pemendekan periode diastolik jantung. Sebagai hasilnya, pasien bahkan tidak memiliki
keluhan meskipun sedang beraktivitas berat. Ketika waktu terus berjalan, bagaimanapun
kelebihan volume yang berlangsung lama mengakibatkan dilatasi ventrikel kiri berakibat
pada disfungsi ventrikel kiri.2,4

Di antara pasien yang asimtomatik dengan disfungsi ventrikel kiri, 25 % akan mulai
mengalami keluhan dalam satu tahun. Ketika satu keluhan/manifestasi klinis muncul, fungsi
jantung akan berkurang progresif yang menyebabkan kematian pada 10% penderita setiap
tahunnya.

Gejala pada regurgitasi aorta kronis dapat berupa:1,2,4

1. Palpitasi, sensasi detak jantung yang disadari dan tidak menyenangkan yang
diakibatkan pulse pressure yang melebar dengan sirkulasi yang hiperdinamik.
2. Sesak nafas, di stadium awal, mungkin tidak memburuk pada aktivitas karena
kompensasi takikardia dengan pemendekan periode diastole.

Regurgitasi Aorta Halaman | 5


3. Nyeri dada, terjadi pada peningkatan volume akhir diastolik ventrikel kiri yang
menggangu/mengurangi gradien perfusi aliran darah koronari.
4. Sudden cardiac death, jarang terjadi (<0,2% setiap tahun) pada pasien asimtomatik
dengan fungsi ventrikel kiri yang masih cukup baik.

PEMERIKSAAN FISIK. Beberapa manifestasi klinis yang khas dapat ditemukan dengan
pemeriksaan fisik pada pasien dengan regurgitasi aorta kronis. Bagaimanapun, hasil temuan
pemeriksaan fisik ini pada regurgitasi kronis akut dapat jarang terlihat.

Regurgitasi aorta akut. Keadaan seperti ini sangat berbahaya dan dapat menyebabkan syok
kardiogenik; keadaan umum pada pasien tampak sakit berat. Beberapa gejala dapat muncul
seperti:1-3

1. Takikardia
2. Vasokonstriksi perifer
3. Sianosis
4. Edema paru
5. Arterial pulsus alterans

Early diastolic murmur (pitch yang rendah dan periode yang lebih pendek jika dibandingkan
pada regurgitasi aorta kronis) dapat ditemukan. Dapat di dengar juga Murmur Austin-Flint
yang disebabkan oleh aliran regurgitasi; menyebabkan vibrasi pada aparatus mitral, dengan
pitch yang rendah dan durasi yang pendek. Distolik murmur tipe decresendo dapat
didengarkan pada posisi pasien duduk dengan badan dimiringkan ke depan (leaning
forward) dan pasien diminta untuk ekspirasi maksimal. Hal ini harus didengarkan dalam
ruang yang tenang karena sering dilewatkan oleh pemeriksa.2

Murmur pada batas kanan sternum lebih diasosiasikan dengan diseksi dibandingkan
penyebab lain dari regurgitasi aorta.

Regurgitasi aorta kronis. Hasil pemeriksaan fisik pada pasien dengan regurgitasi aorta
kronis yang berat sering disebabkan melebarnya tekanan nadi/ pulse pressure; disebabkan
oleh (1) peningkatan stoke volume selama fase sistole dan (2) inkompetensi dari katup aorta
sehingga tekanan diastolik di dalam aorta turun dengan signifikan.

Regurgitasi Aorta Halaman | 6


Tekanan diastolik biasanya kurang dari 60 mmHg dengan tekanan nadi dapat lebih dari 100
mmHg, meskipun pada pasien yang muda tekanan nadinya dapat lebih rendah akibat dari
pembuluh darah yang masih cukup baik.

Temuan pada pemeriksaan fisik lain dapat berupa:1-4

1. Becker sign – pulsasi sistolik yang terlihat pada arteriol retina.


2. Corrigan pulse (‘watter-hammer’ pulse) – distensi yang mendadak kemudian diikuti
kolaps pada palpasi dari nadi arteri perifer.
3. de Musset sign – bobbing motion dari kepala pasien mengikuti setiap detak jantung.
4. Hill sign – tekanan darah sistolik popliteal lebih dari 40 mmHg jika dibandingkan
dengan tekanan darah sistolik brachial.
5. Duroziez sign – murmur sistolik pada arteri femoralis jika di kompres bagian arteri
proksimalnya, dan diastolik murmur pada arteri femoralis jika di kompres bagian
distalnya.
6. Muller sign – pulsasi sitolik yang dapat terlihat pada uvula.
7. Quincke sign – pulsasi yang terlihat pada area di bawah kuku (fingernail bed) jika
kuku di atasnya ditekan ringan.
8. Traube sign (‘pistol-shot’ pulse) – suara sistolik dan diastolik yang cukup keras
seperti tembakan pistol jika diauskultasi pada arteri femoralis.

Pada palpasi, ictus cordis dapat terlihat difuse atau hiperdinamik dengan lokasi yang lebih
inferior dan lebih ke arah axilla. Nadi perifer dapat cukup kuat. Pada auskultasi dapat
terdengar gallop S3 jika telah terjadi disfungsi ventrikel kiri.

Murmur pada regurgitasi aorta terdengar pada fase diastolik, biasanya bernada tinggi (high-
pitched sound) dan terdengar paling kuat pada sepanjang batas kiri sternum. Murmur
sistolik fungsional dapat terdengar karena peningkatan stroke volume atau pun mungkin
dapat terjadi pula aorta stenosis.

Murmur Austin-Flint dapat terdengar pada apex jantung pada regurgitasi aorta yang berat;
bernada rendah, seperti bergemuruh pada fase mid-diastolik yang disebabkan oleh aliran
regurgitasi dari aorta yang mengenai bagian anterior daun katup mitral, yang menyebabkan
penutupan prematur dari daun katup mitral.

Regurgitasi Aorta Halaman | 7


Pada beberapa kasus, pemeriksaan fisik mungkin dapat menemukan penyebab dasar dari
regurgitasi aorta ini. Misalnya, ditemukan fenomena embolus pada pasien dengan
penyebab infeksi endokartitis, atau pasien disertai dengan keluhan skeletal dapat dicurigai
sebagai Syndrom Marfan dan lain sebagainya.

Berdasarkan guideline ACC/AHA 2014, progresifitas penyakit katup jantung dibagi menjadi
empat stadium seperti yang tertera di bawah ini – Tabel 1.5

Tabel 1. Stadium Perkembangan Penyakit Katup Jantung

Sumber : Otto CM, Guyton RA, Gara PTO, Sorajja P, Thomas JD, Creager MA. 2014 AHA / ACC
guideline for the management of patients with valvular heart disease. JACC. 2014;63(22):57-185.

Indikasi untuk intervensi pada pasien dengan penyakit katup jantung ditentukan oleh: 5

1. Ada tidaknya gejala yang dikeluhkan pasien.


2. Stadium penyakit katup jantung.
3. Respons dari ventrikel kiri dan/atau ventrikel kanan terhadap kelebihan volume
akibat kelainan katup jantung tersebut.

Regurgitasi Aorta Halaman | 8


4. Efek penyakit katup jantung tersebut terhadap sirkulasi pulmonal dan sirkulasi
sistemik.
5. Perubahan dari ritme jantung.

Tujuan dari intervensi ini adalah untuk memperbaiki gejala dan/atau meningkatkan survival
rate, serta meminimalkan risiko komplikasi seperti disfungsi ventrikel permanen yang
asimptomatis, stroke, fibrilasi atrial.

DIAGNOSIS BANDING. Pertimbangan diagnosis banding dapat dipikirkan juga pada kondisi
dimana terjadi pelebaran tekanan nadi dengan hiperdinamik sirkulasi seperti: 1,2

1. Thyrotoxicosis
2. Anemia berat
3. Kehamilan
4. Defisiensi Thiamine
5. Arteriovenous fistula seperti PDA ataupun malformasi arteri-vena perifer
6. Peningkatan simpatis

Diagnosis banding yang lain dapat berupa;2

1. Sindrom koroner akut


2. Trauma tumpul abdomen
3. Gagal jantung
4. Endokarditif infesi
5. Regurgitasi mitral
6. Mitral stenosis

PENATALAKSANAAN

Pendekatan penatalaksanaan. Pemeriksaan laboratorium pada pasien dengan regurgitasi


aorta harus berdasarkan keadaan klinis pasien. Sebagai contoh, pada pasien dengan
regurgitasi aorta dengan perkiraan penyebab adalah endokarditis infeksi, pemeriksaan
darah lengkap dan kultur darah penting dilakukan untuk mendiagnosis dan mengetahui
kuman penyebab. Test serologi jika dicurigai etiologi regurgitasi aorta adalah penyakit
rematologi.

Regurgitasi Aorta Halaman | 9


Pemeriksaan laboratorium untuk fungsi ginjal dan hati penting dilakukan untuk menentukan
kemampuan pasien terhadap obat-obat yang akan diberikan.

Berikut adalah pendekatan pemeriksaan laboratorium pada pasien dengan regurgitasi


aorta:1,2

1. Pemeriksaan darah lengkap (CBC)


2. Prothrombin time (PT) / activated partial thromboplastin time (aPTT)
3. Elektrolit
4. Enzim jantung (CK-MB dan Troponin)
5. Laktat dehidorgenase

Intervensi bedah direkomendasikan pada regurgitasi aorta karena endokarditis infesi serta
intervensi emergenci jika penyebabnya adalah diseksi aorta.

Pencitraan Aorta Regurgitasi.

TRANSTHORACIC ECHOCARDIOGRAPHY. Echocardiografi transtorakalis harus di laksanakan


pada semua pasien dengan kecurigaan regurgitasi aorta serta harus dilakukan secara
periodik pada pasien yang telah terdiagnosis dengan regurgitasi aorta untuk melihat derajat
perkembangan penyakitnya. Echocardiography memiliki angka sensitivitas dan spesifitas
lebih dari 90 %, serta dapat menentukan waktu yang tepat untuk intervensi bedah.

Beberapa hal yang dapat ditemukan pada pasien regurgitasi aorta dengan echocardiography
adalah sebagai berikut:2

1. Struktur dan morfologi katup aorta – bileaflet versus trileaflet, frail, thickening.
2. Adanya vegetasi atau nodul – mungkin membutuhkan echocardiography
transesofageal pada beberapa kasus.
3. Derajat keparahan dari regurgitasi Aorta.
4. Color Doppler jet width.
5. Volume regurgitasi, fraksi dan area orifice.
6. Penutupan prematur pada katup mitral (pada regurgitasi yang berat).
7. Lesi dari aorta – dilatasi, aneurisma, diseksi.
8. Struktur dan fungsi ventrikel kiri.

Regurgitasi Aorta Halaman | 10


9. Hipertrofi dan dilatasi dari ventrikel kiri.
10. Fraksi ejeksi dan dimensi pada fase akhir sistolik – ini merupakan kunci penting untuk
menentukan intervensi bedah; jika fraksi ejeksi kurang dari sama dengan 55% atau
jika dimensi akhir sistolik lebih dari 55 mm.

Tabel 2. Stadium Regurgitasi Aorta Kronis

Sumber : Otto CM, Guyton RA, Gara PTO, Sorajja P, Thomas JD, Creager MA. 2014 AHA / ACC
guideline for the management of patients with valvular heart disease. JACC. 2014;63(22):57-185.

Regurgitasi Aorta Halaman | 11


Tabel 3. Frekuensi Echocardiograms pada Pasien Asimptomatik dengan Penyakit Katup

Jantung dan Fungsi Ventrikel Kiri Normal

Sumber : Otto CM, Guyton RA, Gara PTO, Sorajja P, Thomas JD, Creager MA. 2014 AHA / ACC
guideline for the management of patients with valvular heart disease. JACC. 2014;63(22):57-185.

RADIOGRAPHY TORAKS. Radiologi toraks standar dapat memperlihatkan abnormalitas


struktur – dilatasi aorta, kalsifikasi katup aorta, dislokasi katup aorta buatan, atau gangguan
fungsi – edema paru, kardiomegali.2,4

Pada regurgitasi aorta akut dapat terlihat:

1. Pembesaran jantung minimal


2. Arcus aorta normal
3. Pola vena pulmonari meningkat

Pada regurgitasi aorta kronis dapat terlihat:

1. Pembesaran jantung yang jelas terlihat


2. Arcus aorta prominent
3. Pola vena pulmonari normal

Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan seperti Radionuclei Imaging, Aortic aongiography
dan Cardiac CT-Scan atau MRI.

Electrocardiography. Pemeriksaan dengan menggunakan EKG tidak terlalu spesifik tetapi


dapat ditemukan beberapa hal sebagai berikut:1,2

1. Hipertrofi ventrikel kiri

Regurgitasi Aorta Halaman | 12


2. Deviasi aksis sinistra
3. Pembesaran atrium kiri
4. Pola volume overload pada ventrikel kiri – Gelombang Q yang jelas terlihat pada lead
I, aVL dan V3 sampai V6 dengan gelombang R yang relatif kecil pada V1.
5. Defek konduksi pada ventrikel kiri – biasanya pada tahap akhir stadium penyakit.

Dapat juga dilakukan pemeriksaan Kateter Jantung terutama untuk pasien yang dicurigai
membutuhkan intervensi bedah, mengevaluasi fungsi arteri coronaria dan lain sebagainya.

Penemuan Histologi. Penemuan pemeriksaan histologi pada katup aorta tergantung


penyebab aorta regurgitasi. Dapat ditemukan kelainan seperti aortopathy.

DIAGNOSIS BERDASARKAN GUIDELINE AHA/ACC 20145

a) Inisial Diagnosis
Class of Recommendation I
TTE direkomendasikan untuk evaluasi awal pada pasien suspect atau telah
terdiagnosis kelainan katup jantung untuk mengkonfirmasi diagnosis, menentukan
etiologi, tingkat keparahan, mengevaluasi konsekuensi hemodinamik, meramalkan
prognosis, serta menentukan waktu yang tepat untuk intervensi.
(Level of Evidence: B)
b) Perubahan pada Tanda dan Gejala
Class of Recommendation I
TTE direkomendasikan pada pasien dengan penyakit katup jantung dengan
perubahan gejala/keluhan atau penemuan hasil pemeriksaan fisik yang baru.
(Level of Evidence: C)
c) Follow-up Rutin
Class of Recommendation I
Monitoring secara periodik dengan TTE direkomendasikan pada pasien dengan
penyakit katup jantung yang asimptomatik dengan interval pemeriksaan tergantung
pada lesi katup, keparahan, ukuran ventrikel, dan fungsi ventrikel.
(Level of Evidence: C)

Regurgitasi Aorta Halaman | 13


d) Cateter Jantung
Class of Recommendation I
Cateter jantung untuk mengevaluasi status hemodinamik direkomendasikan pada
simptomatik pasien jika pemeriksaan noninfasif tidak dapat memberikan hasil yang
pasti atau ketika terdapat perbedaan antara pemeriksaan noninfasif dan
pemeriksaan fisik pada pasien yang bersangkutan. (Level of Evidence: C)
e) Exercise Testing
Class of Recommendation IIa
Exercise testing dapat dilakukan pada pasien-pasien dengan penyakit katup jantung
berat dan asimptomatik untuk (1) mengkonfirmasi absennya gejala, atau (2)
mengevaluasi respons hemodinamik pada excercise, atau (3) menentukan prognosis.
(Level of Evidence: B)

PENGOBATAN

Pendekatan pada Pengobatan. Pada kasus regurgitasi aorta berat, intervensi bedah
biasanya merupakan pilihan terapi utama, tetapi pasien dapat diberi dukungan obat-obatan
seperti dobutamine untuk meningkatkan cardiac ouput dan mempersingkat fase diastole
dan dapat diberi sodium nitroprusside untuk mengurangi afterload pada pasien dengan
hipertensi.

Terapi vasodilator dapat digunakan pada pasien yang rawat inap ataupun rawat jalan
tergantung kondisi pasien seperti yang dijelaskan pada guidelines ACC/AHA.

Semua pasien dengan katup jantung buatan harus mendapat terapi antibiotik profilaksis
setelah menjalan prosedur pada dokter gigi. Untuk terapi antitrombosis, semua pasien
dengan katup jantung buatan harus mendapat terapi harian aspirin dan pada beberapa
kasus harus mendapatkan terapi antikoagulan oral dengan warfarin berdasarkan petunjuk
ACC/AHA.

Meskipun diuretik, nitrat, digoksin kadang-kadang digunakan untuk mengontrol keluhan


pasien dengan regurgitasi aorta, tidak ditemukan cukup studi klinis untuk membuktikan
terapi beberapa obat ini.

Regurgitasi Aorta Halaman | 14


Rawat inap direkomendasikan untuk semua pasien dengan gangguan regurgitasi aorta akut,
terutama dengan gangguan hemodinamik. Pasien dengan regurgitasi aorta kronik, dapat
rawat jalan ataupun rawat inap tergantung dari derajat regurgitasi dan tingkat keparahan
gejala serta disfungsi ventrikel kiri.

Pada pasien dengan regurgitasi aorta akut ataupun kronis berat membutuhkan konsultasi
dan penanganan cardiologist.

Penanganan di UGD. Pada pasien dengan regurgitasi aorta yang datang ke UGD, diberikan
terapi suportif awal seperti:2

1. Manajemen jalan nafas


2. Intubasi jika dibutuhkan
3. Pertimbangkan intervensi bedah pada pasien dengan regurgitasi aorta akut

REGURGITASI AORTA AKUT. Diberikan inotropik positif (dopamin, dobutamine) dan juga
vasodilator (nitroprusside). Pemberian vasodilator untuk memperbaiki fungsi sistolik dan
menurunkan afterload. Pemberian glicosida (digoksin) untuk mengontrol denyut jantung
pada beberapa kondisi tertentu mungkin dibutuhkan. Hindari pemberian beta-blockers pada
keadaan regurgitasi aorta akut!

REGURGITASI AORTA KRONIS. Pertimbangan pemberian antibiotik profilaksis pada pasien


dengan endokarditis ketika melakukan prosedur medis yang berisiko menyebabkan
bakterimia pada pasien. Dapat diberikan pressors dan/atau vasodilator jika dibutuhkan.

TATALAKSANA REGURGITASI AORTA AKUT BERDASARKAN AHA/ACC VALVULAR HEART


DISEASE GUIDELINE 20145

Pada pasien dengan regurgitasi aorta akut akibat endokarditis infektif atau diseksi aorta,
intervensi pembedahan harus segera dilaksanakan, terutama jika terjadi hipotensi, edema
paru, atau terbukti adanya aliran darah yang berkurang.

Penggunaan Intra-aortic balloon aonterpulsation dikontraindikasikan pada regurgitasi aorta


berat. Intervensi untuk meningkatkan tekanan diastolik aorta akan memperburuk keadaan

Regurgitasi Aorta Halaman | 15


pasien karena meningkatkan volume regurgitasi akibatnya meningkatkan volume pada
ventrikel kiri sehingga menurunkan volume darah menuju sirkulasi sistemik.

Beta blockers sering digunakan pada terapi diseksi aorta. Tetapi bagaimanapun beta blocker
harus digunakan dengan sangat hati-hati, untuk regurgitasi aorta dengan penyebab lain
selain diseksi aorta, beta blocker akan memblok kompensasi takikardia dan menyebabkan
penurunan tekanan darah yang sangat berarti.

MEDIKAMENTOSA REGURGITASI AORTA KRONIS BERDASARKAN AHA/ACC VALVULAR


HEART DISEASE GUIDELINE 20145

Class of Recommendation I

Pengobatan hipertensi (tekanan darah sistolik >140 mm Hg) direkomendasikan pada pasien
dengan regurgitasi aorta kronis (stage B dan C), lebih dipilih kalsium channel blocker
golongan dihydropyridine atau ACE inhibitor/ARBs. (Level of Evidence; B)

Obat vasodilatasi efektif untuk menurunkan tekanan darah sistolik pada pasien dengan
regurgitasi kronis. Beta blockers kurang terlalu efektif karena penurunan denyut jantung
menyebabkan peningkatan stroke volume, yang mana berkontribusi untuk peningkatan
tekanan darah sistolik pada pasien dengan regurgitasi aorta kronis.

Class of Recommendation IIa

Terapi dengan menggunakan ACE inhibitors/ARBs dan beta bloker dapat digunakan pada
pasien dengan regurgitasi aorta berat dengan gejala dan/atau disfungsi ventrikel kiri (stages
C2 dan D) ketika intervensi bedah tidak dapat dilakukan karena adanya komorbiditas. (Level
of Evidence; B)

Obat vasodilatator memperbaiki kelainan hemodinamik pada pasien dengan regurgitasi


aorta dan memperbaiki curah jantung. Terapi vasodilator ini tidak direkomendasikan untuk
penggunaan rutin pada pasien dengan regurgitasi aorta kronis yang asimptomatik dan
fungsi ventrikel kiri masih baik.

Pada pasien dengan adanya gejala/simptomatis yang merupakan indikasi pada terapi
pembedaan, terapi medikamentosa bukan merupakan pengganti untuk aortic valve

Regurgitasi Aorta Halaman | 16


replacement (AVR). Tetapi bagaimanapun, terapi medikamentosa berguna untuk
mengurangi gejala yang dikeluhkan pasien dimana pasien tidak dapat menjalani terapi
pembedahan karena kontraindikasi seperti komorbid.

Intervensi Aortic Valve Replacement. Hampir sebagian besar pasien regurgitasi aorta kronis
berat yang membutuhkan terapi pembedahan memerlukan AVR juga. Berikut adalah tabel
ringkasan rekomendasi AHA/ACC 2014 untuk AVR.

Tabel 4. Rekomendasi Intervensi pada Regurgitasi Aorta

Sumber : Otto CM, Guyton RA, Gara PTO, Sorajja P, Thomas JD, Creager MA. 2014 AHA / ACC
guideline for the management of patients with valvular heart disease. JACC. 2014;63(22):57-185.

PROGNOSIS. Prognosis pada pasien dengan regurgitasi aorta berat tergantung pada ada
atau tidaknya disfungsi dan gejala gangguan ventrikel kiri.

Prediktor terbaik untuk menentukan outcome dari regurgitasi ventrikel menggunakan


parameter echocardiografi (fraksi ejeksi dan dimensi ventrikel kiri pada akhir sistolik).1-4

Regurgitasi aorta akut yang berat, jika tidak ditangani, dapat meningkatkan angka
morbiditas dan mortalitas, baik oleh karena etiologi utamanya (endokarditis infeksi / diseksi
aorta) atau karena dekompensasi hemodinamik ventrikel kiri.2

Pada regurgitasi aorta kronis, manifestasi klinis yang muncul secara gradual. Biasanya
didahului oleh periode asimptomatik yang lama. Tetapi ketika suatu gejala telah muncul,
pemburukan status pasien menjadi lebih cepat.2

Regurgitasi Aorta Halaman | 17


Risiko gangguan arteri koronaria sebenarnya lebih tinggi pada stenosis aorta dibandingkan
dengan pada pasien dengan regurgitasi aorta.

Referensi

1. O’Gara PT, Loscalzo J. Aortic valve disease. In: Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser
SL, Jameson JL, Loscalzo J [editor]. Harrison’s principles of internal medicine. 19th Ed.
Philadelphia: The McGraw-Hill Companies, 2015: 1534-38.
2. Wang SS, Lange RA. Aortic regurgitation. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/150490-overview (August 7, 2015)
3. Leman S. Regurgitasi aorta. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MS,
Setiati S [editor]. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jld.2 Ed.V. Jakarta :
InternaPublishing, 2009 : 1689-92.
4. Ramrakha P, Hill J. Oxford handbook of cardiology. 2nd Ed. London: Oxford University
Press, 2012: 170-5.
5. Otto CM, Guyton RA, Gara PTO, Sorajja P, Thomas JD, Creager MA. 2014 AHA / ACC
guideline for the management of patients with valvular heart disease. JACC.
2014;63(22):57-185.

Regurgitasi Aorta Halaman | 18

Anda mungkin juga menyukai