Anda di halaman 1dari 18

Refarat

* Penyakit Jantung
Reumatik
Nur Safriyanti
N 111 16 037
Pembimbing Klinik
dr. Kartin Akune, Sp. A
Penyakit jantung rematik (PJR) adalah peradangan
jantung dan jaringan parut dipicu oleh reaksi
autoimun terhadap infeksi streptokokus beta
hemolitikus grup A.
Penyakit DR dan gejala sisanya, yaitu PJR,
merupakan jenis penyakit jantung didapat yang paling
banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa
muda.
Berkisar antara 0,3 sampai 0,8 per 1.000 anak
sekolah. Dengan demikian, secara kasar dapat
diperkirakan bahwa prevalensi demam rematik di
Indonesia pasti lebih tinggi dari angka tersebut,
mengingat penyakit jantung rematik merupakan akibat
dari demam rematik.

*Pendahuluan
Prevalensi demam rematik di Indonesia belum
diketahui secara pasti, meskipun beberapa penelitian
yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa prevalensi
penyakit jantung rematik berkisar antara 0,3 sampai 0,8
per 1.000 anak sekolah. Dengan demikian, secara kasar
dapat diperkirakan bahwa prevalensi demam rematik di
Indonesia pasti lebih tinggi dari angka tersebut,
mengingat penyakit jantung rematik merupakan akibat
dari demam rematik
Uraian di atas menunjukkan bahwa PJR pada anak
merupakan penyakit yang cukup serius. Berikut
pembahasan mengenai penyakit jantung reumatik pada
anak.
Definisi
Penyakit Jantung rematik (PJR)
adalah penyakit jantung sebagai akibat
adanya gejala sisa (sekuele) dari
demam reumatik, yang ditandai dengan
terjadinya cacat katup jantung.
Rheumatic Heart Disease (RHD) atau
Penyakit jantung reumatik (PJR)
merupakan kelainan katup jantung yang
menetap akibat demam reumatik akut

*
*
Demam rematik jarang terjadi sebelum usia 5
tahun dan setelah usia 25 tahun, paling banyak
ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
Insidens tertinggi terdapat pada anak usia 5-15
tahun dan di negara tidak berkembang atau sedang
berkembang dimana antibiotik tidak secara rutin
digunakan untuk pengobatan faringitis.
Data yang berasal dari negara berkembang
memperlihatkan mortalitas karena demam rematik
dan penyakit jantung rematik masih merupakan
problemdan kematian karena demam rematik akut
terdapat pada anak dan dewasa muda

*
Katup-katup jantung yang rusak
karena proses perjalanan penyakit yang
dimulai dengan infeksi tenggorokan yang
disebabkan oleh bakteri Group A -
hemolytic Streptococcus.
Streptococcus merupakan bakteri
gram-positif berbentuk bulat, yang
mempunyai karakteristik dapat membentuk
pasang atau rantai selama
pertumbuhannya. Streptococcus termasuk
kelompok bakteri yang heterogen

*
*
Patogenesis yang dimediasi imun
pada demam rematik akut dan PJR
diduga adanya reaksi silang antara
komponen GABHS dan sel mamalia.
Diperkirakan terjadi reaksi silang
oleh karena adanya kemiripan
molekul (molekul mimikri) antara
protein M 5 dari GABHS dengan
antigen glikoprotein jantung, sendi
dan jaringan lainnya. M protein pada
GABHS ( M1,M5,M6, dan M19 )
bereaksi silang dengan glikoprotein
pada jantung seperti miosin dan
tropomiosin, dan endotelium katup
*

Kelainan suara jantung


berupa:
1. Apical pansystolic
murmur
2. Apical distolic murmur
3. Basal diastolic murmur
Nodul Subkutan

Eritema Marginatum
Pemeriksaan
Penunjang

Pemeriksaan Pemeriksaan
Elektrokardiogram
Laboratorium pencintraan

-Kultur
tenggorok -Rontgen Thoraks
-Tes deteksi -Doppler-
cepat antigen echocardiogram
-Antibodi - Kateterisasi
Antistreptococca Jantung
l
- C-reactive
protein (CRP)
-Erythrocyte
sedimentation
rate (ESR)
*
*Non-medikamentosa
* Diet : Diet bernutrisi dan tanpa restriksi kecuali pada pasien
dengan gagal jantung, yang mendapat pembatasan cairan dan
asupan garam. Suplemen kalium mungkin diperlukan bila
digunakan steroid dan diuretik.
* Aktivitas: Pasien tirah baring dan melakukan aktivitas didalam
rumah sebelum diperbolehkan bersekolah kembali. Aktivitas
sepenuhnya tidak diperbolehkan sampai fase akut reaktan
kembali normal.
* Edukasi : Ketika diagnosis demam rematik akut ditegakkan,
diperlukan edukasi kepada pasien dan orang tuanya tentang
perlunya pemakaian antibiotik secara berkelanjutan untuk
mencegah infeksi streptokokus berikutnya.
* Medikamentosa
* antibiotik
*Anti-inflamasi
* Agen anti-inflamasi yang digunakan adalah dari golongan salisilat
iaitu Aspirin. Untuk karditis ringan hingga sedang, penggunaan
aspirin saja sebagai anti inflamasi direkomendasikan dengan
dosis 4-8g/hari yang dibagi dalam 4 sampai 6 dosis.Untuk
arthritis, terapi aspirin selama 2 minggu dan dikurangi secara
bertahap selama lebih dari 2 sampai 3 minggu.

*Sydenham Chorea
* Penanganan khorea Sydenham dilakukan dengan mengurangi stres
fisik dan emosional karena chorea adalah self-limiting. Jika
chorea dengan gejala yang parah chorea dapat diberikan
antikonvulsi, seperti asam valproik atau carbamazepine
*Carditis
* Pasien dengan demam rematik akut dan gagal jatung mendapat
terapi meliputi digoxin, diuretik, reduksi afterload, suplemen
oksigen, tirah baring dan retriski cairan dan natirum.
* Glucocorticoids: Bila terdapat karditis sedang hingga berat di indikasikan
adanya kardiomegali, gagal jantung kongestif, blok jatung derajat III, ganti
salisilat dengan prednison per oral. Pemberian prednison selama 2-6 minggu
bergantung tingkat keparahan karditis dan tapering prednisone selama minggu
terakhir. Prednison diberikan dengan dosis 1-2mg/kg/hari maksimal 80mg/hari
dalam pemberian tunggal atau dalam dosis terbagi. Diberikan selama 2-3
minggu kemudia diturunkan 20-25% setiap minggunya.
* Digoxin: Digoxin peroral atau IV dengan dosis 125-250mcg/hari.
* Diuretics: Furosemid peroral atau IV dengan dosis 20-40mg/jam selama 12-
24 jam jika terdapat indikasi.
* Agen pengurang afterload : ACE inhibitor-captopril mungkin efektif untuk
memperbaiki curah jantung, terutama dengan adanya insufisiensi mitral dan
aorta. Mulai dengan dosis initial yang kecil dan berikan hanya bila telah
dilakukan koreksi hipovolemia.
* Pencegahan primer
* Pencegahan primer dari demam rematik dimungkinkan
dengan terapi penisilin selama 10 hari untuk faringitis karena
streptokokus. Namun, 30% pasien berkembang menjadi
subklinis faringitis dan oleh karena itu tidak berobat lebih
lanjut. Sementara itu, 30% pasien lainnya berkembang
menjadi demam rematik akut tanpa keluhan dan tanda klinis
faringitis streptokokus.
* Pencegahan sekunder
* Pasiendengan riwayat demam rematik, termasuk dengan
gejala khorea dan pada pasien dengan tidak adanya bukti
pemeriksaan yang menunjukkan pasien menderita demam
rematik akut harus diberikan profilaksis. Sebaiknya, pasien
menerima profilaksis dalam jangka waktu tidak terbatas.

*
Penyakti Jantung Rematik yang memiliki
kelainan pada katup jantungtidak selalu
membutuhkan pembedahan dan hasil jangka
panjang setelah operasitidak selalu bagus
untuk perbaikan katup jantung. Karena
timbulnya jaringanparut pada katup setelah
operasi dapat semakin progresif

*
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai