Kardiomiopati
Pembimbing :
dr. Langgeng Raharjo, Sp.An
Disusun oleh :
Dian Apriyetty Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi
RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid
1361050085 Kota Bekasi
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia
Kardiomiopati merupakan kelainan yang menyerang sel otot
jantung (miokard). WHO mendefinisikan kardiomiopati sebagai
penyakit pada miokardium dan berhubungan dengan disfungsi
jantung.
Di beberapa negara penyakit ini merupakan penyebab kematian
sebesar 30%.
Prevalensi kejadian Kardiomiopati Hipertrofi pada usia dewasa
berkisar 1:250 sampai 1:500, sering terjadi pada usia dewasa muda
Pendahuluan hingga dewasa tua dan jarang terjadi pada anak.
Angka prevalensi Kardiomiopati Dilatasi sekitar dua kali dari
Kardiomiopati Hipertrofi. Kejadian Kardiomiopati Dilatasi pada
anak adalah yang terbesar di tahun pertama kehidupan (4.58 per
100.000) dan jauh lebih jarang terjadi sejak usia 1 hingga 18 tahun
(0,34 per 100.000).3 Referat ini akan membahas mengenai
Kardiomiopati.
Tinjauan Pustaka
Kardiomiopati adalah Kardiomiopati dapat dibagi
sekumpulan kelainan pada menjadi tiga berdasarkan
jantung dengan kelainan perubahan anatomi yang
utama terbatas pada terjadi, yaitu kardiomiopati
miokardium. Kondisi ini dilatasi, kardiomiopati
seringkali berakhir menjadi hipertrofi, dan kardiomiopati
gagal jantung. restriksi.
Definisi dan Menurut AHA, Kardiomiopati Klasifikasi terbaru membagi
kardiomiopati menjadi 2
adalah sekelompok penyakit
Klasifikasi miokardium yang
berhubungan dengan disfungsi
kelompok. Kardiomiopati
primer (genetik, non-genetik,
Kardiomiopati mekanik dan atau disfungsi
kelistrikan jantung yang
didapat/acquired) , pada tipe ini
terdapat penyakit pada otot
biasanya menunjukkan yang penyebabnya tidak
hipertrofi atau dilatasi diketahui. Pada Kardiomiopati
ventrikel. sekunder ditemukan adanya
kelainan miokardium yang
merupakan bagian dari
berbagai macam gangguan
sistemik (multiorgan).
Di Indonesia laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007
diketahui bahwa penyakit jantung merupakan penyebab kematian
ke 11 dengan proporsi kematian 4,6%. Jumlah pasien
kardiomiopati di rumah sakit di Indonesia tahun 2007 yang rawat
inap 1413 orang dan yang rawat jalan 2747 orang dengan CFR
Epidemiologi 10,8%.
Kejadian DCM (Dilated Cardiomyopathy atau Kardiomiopati
Kardiomiopati dilatasi) yang dilaporkan bervasiasi setiap tahunnya mulai dari
lima hingga delapan kasus per 100.000 populasi.
Prevalensi kejadian DCM di Amerika Serikat rata-rata 36 kasus per
100.000 populasi dan tercatat 10.000 kematian akibat DCM setiap
tahunnya.
Anak
Dewasa
(usia 1 tahun –
( 19-64 tahun)
pubertas)
Kardiomiopati 1:250 sampai
Insidens Hipertrofi
Jarang terjadi
1:500
Kardiomiopati Jarang terjadi
berdasarkan Presentase kejadian
pada tahun pertama
usia menurut Kardiomiopati
kehidupan 14 kali
1:250 sampai
AHA Dilatasi
lebih umum terjadi
1:500
Kardiomiopati
Jarang terjadi Jarang terjadi
Restriktif
Kardiomiopati
Hipertrofi Etiologi kelainan ini
tidak diketahui,
diduga disebabkan
Kardiomiopati Hipertrofi
katekolamin,
adalah hipertrofi ventrikel
kelainan pembuluh
tanpa penyakit jantung atau
darah koroner kecil,
sistemik lain yang dapat
kelainan yang
menyebabkan hipertrofi
menyebabkan
ventrikel ini.
iskemia miokard,
kelainan konduksi
atrioventrikular dan
kelainan kolagen
Terdapat mutasi gen Protein beta miosin
yang bertanggung jawab rantai berat, Troponin,
menghasilkan protein dan Myosin-binding
kompleks sarkomer protein C,
Patogenesis
Dikompensasi oleh otot
Mengakibatkan jantung dengan
gangguan fungsi terjadinya hipertrofi otot
kontraksi otot jantung jantung dan proliferasi
dari fibroblas.
Patofisiologi
Gejala klinis HCM beragam, Gejala utama dari HCM :
dan pada kebanyakan pasien
Angina pectoris yang
tidak menghasilkan gejala
membaik apabila pasien
selama hidupnya, namun
dibaringkan
beberapa kasus, gejala dari
Gejala Klinis gagal jantung yang parah dan
beberapa ditemukan
Rasa lelah atau pingsan (yang
dapat berlanjut menjadi
meninggal secara tiba-tiba. kematian)
Tachydysarhythmias
Gagal jantung.
EKG
Echocardiography
Pada EKG ditemukan adanya
Adanya hipertrofi
hipertrofi ventrikel kiri.
myocardium
Beberapa abnormalitas
lainnya antara lain adalah : Fraksi ejeksi umumnya lebih
Adanya voltase QRS dari 80%, menggambarkan
yang tinggi karena kondisi hiperkontraktilitas
Penegakkan hipertrofi dari jantung.
Perubahan segmen ST Dapat menilai fungsi katup
Diagnosis dan gelombang T mitral dan keberadaan
Gelombang Q yang pergerakan segmen anterior
abnormal yang dapat dari katup mitral dalam
ditemukan pada pasien keadaan sistolik, dan dapat
dengan miokard infark mengevaluasi fungsi
Pelebaran atrium kiri diastolic.
Kateterisasi jantung Biopsy
Pada katerisasi jantung, Pemeriksaan definitive untuk
dapat dilakukan pengukuran penegakan diagnosis HCM
secara langsung dari adalah biopsy jaringan
peningkatan tekanan end- jantung disertai analisis DNA.
diastolic dari ventricle kiri
Penegakkan dan gradien tekanan antara
ventrikel kiri dengan aorta. Doppler
Diagnosis Beberapa manuver dapat
Pada color flow Doppler dapat
juga dilakukan untuk melihat
adanya obstruksi LVOT. ditemukan keberadaan
obstruksi LVOT dengan
mendemonstrasikan flow
turbulent, demikian juga
dalam menilai regurgitasi
mitral.
Terapi Farmakologis
Tujuan :
• Meningkatkan pengisian diastolic
• Menurunkan obstruksi LVOT
• Meringankan iskemi miokard
Terapi yang diberikan :
• Pemberian beta-blocker dan calcium channel blocker. Fungsi dari
pemberian beta-blocker adalah untuk mengobati dyspnea,
angina pectoris dan toleransi aktivitas karena penurunan denyut
nadi dengan dampak pemanjangan diastole dan pemanjangan
waktu pengisian ventrikel.
Terapi Farmakologis
• Pemberian calcium channel blocker (Verapamil, Diltiazem)
memilik efek dalam memperbaiki gejala HCM karena
meningkatkan pengisian ventrikel dan mengurangi iskemi
miokard.
• Pasien dengan gagal jantung congestive yang sedang
berkembang, selain terapi beta-blocker dan calcium channel
blocker, dapat ditambahkan pemberian diuretic namun harus
dalam pemantauan yang ketat.
• Terapi amiodarone atau pemberian defibrillator internal (internal
cardioverer/defibrillator) dapat diberikan kepada pasien yang
beresiko tinggi mengalami kematian mendadak.
Defibrilasi Atrium
• Defibrilasi atrium umumnya berlanjut pada pasien HCM dan
berhubungan dengan peningkatan resiko thromboemboli,
congestive heart failure dan kematian mendadak. Amiodarone
adalah salah satu antidysrhythmic yang paling efektif untuk
mencegah fibrilasi atrium mendadak yang terjadi pada pasien
HCM. Pemberian beta bloker dan Ca-channel blocker dapat
mengontrol laju nadi dan pemberian antikoagulan jangka
panjang diindikasikan pada pasien dengan fibrilasi atrium kronik
dan berulang.
Kardiomiopati
Dilatasi
Biopsy
Pemberian diuretic untuk
memperbaik kongesti
Tatalaksana pulmonal dan sistemik.
Daftar Pustaka 6. Departemen Kesehatan Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Di akses dari
http://www.depkes.go.iddiakses 24 Januari 2019.
7. Yeantesa P, Karani Y. Etiologi dan patofisiologi kardiomiopati dilatasi. Jurnal Kesehatan Andalas.
2018;7;135-143.
8. Gersh BJ et al. 2011 ACCF/AHA Guideline for the Diagnosis and Treatment of Hypertrophic
Cardiomyopathy. Di akses dari http://ahajournals.org 25 Januari 2019.
9. William. Patofisiologi dan patogenesis kardiomiopati. Bagian Fisiologi Universitas Kristen Krida
Wacana.
10. Maestoni L, Gilbert EM, Lowes BD, Bristow MR. Dilated cardiomyopathies. Dalam: O’Rourke RA,
Walsh, Fuster. Hurst’s the heart: manual of cardiology. Edisi ke-12. McGraw Hill; 2008.
11. Kushwaha SS, Fallon JT, Fuster V. Restrictive cardiomyopathy. The New England Journal of
Medicine. 1997;36;4;267-276.