Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN TUTORIAL

KELOMPOK 1
Pucat

Disusun Oleh

Ketua

Putri Okta Sinaga

(14000038)

Sekretaris

Lamria Maloni Siahaan

(14000045)

Anggota

:
-

Andri Tambunan
Timotius G Purba
Sunny Situmorang
Dina Roulina Simanjuntak
Widya G Simanjuntak
Mitra S Simanjuntak
Dion Saputra Hia
Lucky P Damanik
FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN


MEDAN
KATA PENGANTAR

(14000005)
(14000024)
(14000040)
(14000035)
(14000006)
(14000007)
(14000028)
(14000046)

PUCAT Kelompok 1

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
laporan tutorial 1 dapat diselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan pemicu tentang
Pucat. Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing selama tutorial ini berlangsung dan teman-teman kelompok 1 yang telah
ikut berpartisipasi dalam penyelesaian laporan ini.
Kami menyadari bahwa apa yang ada dalam laporan ini masih jauh dari sempurna .
Untuk itu, perlu adanya kritik dan saran yang membangun sangat membantu dalam
penyempurnaan laporan ini.Kami berharap semoga laporan ini ada manfaatnya bagi kita
semua yang membacanya.

Medan, September 2016

Kelompok Tutorial 1

PUCAT Kelompok 1

PEMICU :
Seorang ibu membawa anak laki-laki berusia 1 tahun 8 bulan ke Rumah Sakit
Umum dengan keluhan anaknya pucat dan perut membesar. Anak dilihat ibu pucat dan
perut mulai membesar sejak 6 bulan terakhir, sudah mendapatkan transfuse darah merah
2 bulan yang lalu namun kembali pucat dan perut membesar. Tidak ditemukan
perdarahan.
Pada pemeriksaan fisik: berat badan 12 kg, suhu tubuh 37,2 C, denyut jantung
100x/menit, frekuensi pernafasan 28x/menit. Kesadaran compos mentis. Pemeriksaan
laboratorium darah: leukosit 8900/mm, Eritrosit 2.300.000/mm, hemoglobin 5,5 gr%,
hematokrit 17,5%. Diffrensial telling: Limfosit 28,12%, Monosit 14,4%, Neutrofil
53,2%, Eosinofil 1,21% dan basofil 2,12%. Hapusan darah tepi: hipokrom mikrositer,
poikilositosis, anisositosis.
Ibu ingin mengetahui apa penyakit anaknya tersebut?
Pucat
More Info

Hb

anemia

Pemeriksaan fisik: wajah: hepatomegali 4 cm bawah arcus costae.


Laboratorium: Hb elektroforese: ditemukannya HbA menurun (<30%), HbA2
2. umur

1. Produksi

3. perdarahan

meningkat (>5%), HbF meningkat (>60%)


MASALAH :
Defisiensi zat utk memproduksi

Gangguan
maturasi
Anak pucat

Rusaknya sum-sum tulang

Perut membesar
6 bulan yang lalu transfuse darah

hemolitik

Gangguan bentuk

autoimun

ANALISA MASALAH:
Perut membesar

cacingan

Kurang gizi

tumor

organomegali

Cairan di peritoneum

3
Hepatomegali

Spleenomegali
asites

PUCAT Kelompok 1

HIPOTESA :
Anemia
LEARNING ISSUE :
1. Definisi dan Klasifikasi dari Anemia
2. Sistem hematopoietik

PUCAT Kelompok 1

3. Fisiologi dan jenis-jenis sel darah


4. Nilai normal komponen sel-sel darah
5. Struktur haemoglobin
6. Diagnosa banding
7. Definisi, Klasifikasi dan manifestasi klinis thalasemia
8. Penegakkan diagnosa thalasemia
9. Penatalaksanaan & Prognosis thalasemia

PEMBAHASAN LEARNING ISSUE :


1. Definisi dan Klasifikasi dari Anemia
Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke

PUCAT Kelompok 1

jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia


ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red cell
count).
Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena:
1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
2.Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)
3.Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis)

Klasifikasi Anemia
I. Klasifikasi Anemia Berdasarkan Etiopatogenesis
A. Anemia karena gangguan pembentukan eritrositdalam sumsum tulang
1. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit
Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi asam folat
Anemia defisiensi vitamin B12

2. Gangguan penggunaan besi


Anemia akibat penyakit kronik
Anemia sideroblastik

3. Kerusakan sumsum tulang


Anemia aplastik
Anemia mielosiptik
Anemia pada keganasan hematologi
Anemia diseritropoetik
Anemia pada sindrom mielodiplastik

B. Anemia akibat perdarahan


1. Anemia pasca perdarahan akut

PUCAT Kelompok 1

2. Anemia akibat perdarahan kronik

C. Anemia Hemolitik
1. Anemia hemolitikintrakospular
Gangguan membran eritrosit (membranopati)
Gangguan enzim eritrosit (enzimopati): Anemia akibat defisiensi C6PD
Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati); thalasemia, hemoglobinopati
struktural: HbS, HbE, dll

2. Anemia hemolitikekstrakospular
Anemia hemolitikautoimun
Anemia hemolitikmikroangiopatik

D. Anemia dengan penyebab tidak diketahui (idiopatik)

II. Klasifikasi Anemia Berdasarkan Morfologi


1. Anemia Hipokromik Mikrositer
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan
mengandung konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal. Anemia
hipokromok mikrositer dapat terjadi akibat kurangnya zat besi, kurangnya
sintesis globin, dan berkurangnya sintesis heme.

2. Anemia Normokromik Normositer


Anemia normokromik normositer disebabkan oleh adanya perdarahan akut,
hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang.
Pada anemia normokromik normositer terjadi penurunan jumlah eritrosit
tidak disertai dengan perubahan konsentrasi hemoglobin, bentuk, dan ukuran
eritrosit.

PUCAT Kelompok 1

3. Anemia Makrositer Hiperkrom


Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkrom
karena konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal. Anemia makrositer
hiperkrom ditemukan pada anemia megaloblastik serta anemia makrositik
non-megaloblastik.

2. Sistem hematopoietic

PUCAT Kelompok 1

3. Fisiologi dan jenis-jenis sel darah

PUCAT Kelompok 1

4. Nilai normal komponen sel-sel darah


1. Hematokrit
Pria

: 40% - 50 %

Wanita

: 35% - 45%

SI unit : 0,4 - 0,5


SI unit : 0.35 - 0,45

Deskripsi : Hematokrit menunjukan persentase sel darah merah tehadap volume darah
total.
2. Hemoglobin
Pria : 13 - 18 g/dL

SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/L

Wanita: 12 - 16 g/dL

SI unit : 7,4 9,9 mmol/L

Deskripsi : Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai alat transportasi


oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Hb tersusun dari globin (empat rantai protein
yang terdiri dari dua unit alfa dan dua unit beta) dan heme (mengandung atom besi dan
porphyrin: suatu pigmen merah). Pigmen besi hemoglobin bergabung dengan oksigen.
Hemoglobin yang mengangkut oksigen darah (dalam arteri) berwarna merah terang
sedangkan hemoglobin yang kehilangan oksigen (dalam vena) berwarna merah tua. Satu
gram hemoglobin mengangkut 1,34 mL oksigen. Kapasitas angkut ini berhubungan
dengan kadar Hb bukan jumlah sel darah merah. Penurunan protein Hb normal tipe A1,
A2, F (fetal) dan S berhubungan dengan anemia sel sabit. Hb juga berfungsi sebagai
dapar melalui perpindahan klorida kedalam dan keluar sel darah merah berdasarkan
kadar O2 dalam plasma (untuk tiap klorida yang masuk kedalam sel darah merah,
dikeluarkan satu anion HCO3). Penetapan anemia didasarkan pada nilai hemoglobin
yang berbeda secara individual karena berbagai adaptasi tubuh (misalnya ketinggian,
penyakit paru-paru, olahraga). Secara umum, jumlah hemoglobin kurang dari 12 gm/dL
menunjukkan anemia. Pada penentuan status anemia, jumlah total hemoglobin lebih
penting daripada jumlah eritrosit.

3. Eritrosit
Pria: 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3

10

SI unit: 4,4 - 5,6 x 1012 sel/L

PUCAT Kelompok 1

Wanita: 3,8-5,0 x 106 sel/mm3

SI unit: 3,5 - 5,0 x 1012 sel/L

Deskripsi: Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke
jaringan tubuh dan mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb. Eritrosit
yang berbentuk cakram bikonkaf mempunyai area permukaan yang luas sehingga
jumlah oksigen yang terikat dengan Hb dapat lebih banyak. Bentuk bikonkaf juga
memungkinkan sel berubah bentuk agar lebih mudah melewati kapiler yang kecil. Jika
kadar oksigen menurun hormon eritropoetin akan menstimulasi produksi eritrosit.
Eritrosit, dengan umur 120 hari, adalah sel utama yang dilepaskan dalam sirkulasi. Bila
kebutuhan eritrosit tinggi, sel yang belum dewasa akan dilepaskan kedalam sirkulasi.
Pada akhir masa hidupnya, eritrosit yang lebih tua keluar dari sirkulasi melalui
fagositosis di limfa, hati dan sumsum tulang (sistem retikuloendotelial). Proses
eritropoiesis pada sumsum tulang melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Hemocytoblast
(prekursor dari seluruh sel darah); 2. Prorubrisit (sintesis Hb); 3. Rubrisit (inti
menyusut, sintesa Hb meningkat); 4. Metarubrisit (disintegrasi inti, sintesa Hb
meningkat; 5. Retikulosit (inti diabsorbsi); 6. Eritrosit (sel dewasa tanpa inti).

Susunan Sel Darah Merah


1) Mean Corpuscular Volume (MCV) (Volume korpuskuler rata rata)
Perhitungan
:
MCV (femtoliter) = 10 x Hct (%) : Eritrosit (106 sel/L) Nilai normal : 80
100 (fL)
Deskripsi : MCV adalah indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah. MCV
menunjukkan ukuran sel darah merah tunggal apakah sebagai Normositik (ukuran
normal), Mikrositik (ukuran kecil < 80 fL), atau Makrositik (ukuran kecil >100 fL)

2) Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) (Hemoglobin Korpuskuler rata rata)


Perhitungan :
MCH (picogram/sel) = hemoglobin/sel darah merah Nilai normal : 28 34 pg/
sel
Deskripsi: Indeks MCH adalah nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata di dalam
sel darah merah, dan oleh karenanya menentukan kuantitas warna (normokromik,
hipokromik, hiperkromik) sel darah merah. MCH dapat digunakan untuk mendiagnosa
anemia

11

PUCAT Kelompok 1

3) Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) (Konsentrasi


Hemoglobin Korpuskuler rata rata) Perhitungan
:
MCHC =
hemoglobin/hematokrit Nilai normal : 32 36 g/dL
Deskripsi: Indeks MCHC mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah merah;
semakin kecil sel, semakin tinggi konsentrasinya. Perhitungan MCHC tergantung pada
Hb dan Hct. Indeks ini adalah indeks Hb darah yang lebih baik, karena ukuran sel akan
mempengaruhi nilai MCHC, hal ini tidak berlaku pada MCH.
4

Retikulosit Perhitungan :

Perhitungan : Retikulosit (%) = [Jumlah


retikulosit / Jumlah eritrosit] X 100
normal : 0,5-2%
Deskripsi: Retikulosit adalah sel darah yang muda, tidak berinti merupakan bagian dari
rangkaian pembentukan eritrosit di sumsum tulang. Peningkatan jumlah retikulosit
mengindikasikan bahwa produksi sel darah merah dipercepat; penurunan jumlah
retikulosit mengindikasikan produksi sel darah merah oleh sumsum tulang berkurang.

5. Leukosit
Nilai normal : 3200 10.000/mm3

SI : 3,2 10,0 x 109/L

Deskripsi: Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan
memfagosit organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/ mendistribusikan
antibodi. Ada dua tipe utama sel darah putih:
Granulosit: neutro l, eosino l dan baso l
Agranulosit: limfosit dan monosit
Leukosit terbentuk di sumsum tulang (myelogenous), disimpan dalam jaringan
limfatikus (limfa, timus, dan tonsil) dan diangkut oleh darah ke organ dan jaringan.
Umur leukosit adalah 13-20 hari. Vitamin, asam folat dan asam amino dibutuhkan
dalam pembentukan leukosit. Sistem endokrin mengatur produksi, penyimpanan dan

12

PUCAT Kelompok 1

pelepasan leukosit. Perkembangan granulosit dimulai dengan myeloblast (sel yang


belum dewasa di sumsum tulang), kemudian berkembang menjadi promyelosit,
myelosit (ditemukan di sumsum tulang), metamyelosit dan bands (neutro l pada tahap
awal kedewasaan), dan akhirnya, neutro l. Perkembangan limfosit dimulai dengan
limfoblast (belum dewasa) kemudian berkembang menjadi prolimfoblast dan akhirnya
menjadi limfosit (sel dewasa). Perkembangan monosit dimulai dengan monoblast
(belum dewasa) kemudian tumbuh menjadi promonosit dan selanjutnya menjadi
monosit (sel dewasa)

6. Trombosit
Nilai normal : 170 380. 103/mm3

SI : 170 380. 109/L

Deskripsi : Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh darah. Trombosit


diaktivasi setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia. Trombosit terbentuk
dalam sumsum tulang. Masa hidup trombosit sekitar 7,5 hari. Sebesar 2/3 dari seluruh
trombosit terdapat disirkulasi dan 1/3 nya terdapat di limfa.

7. LED (Laju Endap Darah)


Pria <15mm/1 jam
Wanita <20mm/1 jam

13

PUCAT Kelompok 1

Deskripsi: LED atau juga biasa disebut Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah
ukuran

kecepatan

endap

eritrosit,

menggambarkan

komposisi

plasma

serta

perbandingan eritrosit dan plasma. LED dipengaruhi oleh berat sel darah dan luas
permukaan sel serta gravitasi bumi.

5. Struktur haemoglobin
Hemoglobin (Hb), protein yang menempati 1/3 sel darah merah.
-

Hemoglobin berikatan secara reversibel dengan oksigen, dan kebanyakan


oksigen dalam darah berikatan dengan hemoglobin
Sintesis dimulai di proeritroblast
65% pada fase eritroblast
35% pada fase retikulosit

- Satu molekul hemoglobin dewasa (HbA) mempunyai; 4 gugus heme, 4


subunit protein globin Setiap heme mengandung 1 ion Fe2+ , setiap subunit
protein globin mengikat 1 molekul O 2, 1 molekul Globin mengikat 1
molekul CO2, subunit rantai terdiri dari 2 dan 2;
- masing-masing = 141 asam amino
- masing-masing = 146 asam amino

14

PUCAT Kelompok 1

A. Struktur Hemoglobin
1. Struktur primer

15

PUCAT Kelompok 1

Struktur primer globin merujuk kepada sekuens asam amino dari berbagai
jenis rantai, penomoran mulai dari N-terminal end menunjukkan posisi
asam amino seseorang, posisi dan identitas asam amino ini tidak dapat
berubah tanpa menyebabkan gangguan keseimbangan yang besar pada
fungsi molekuler.

2. Struktur Sekunder
Struktur sekunder dari semua jenis rantai globin terdiri dari 9 bagian
(section) yang digabungkan oleh 8 bagian heliks (helical section). Bagian
heliks diidentifikasikan dengan huruf A-H, sementara bagian yang non
heliks diidentifikasikan oleh pasangan huruf yang berhubungan dengan
heliks yang berdampingan, misalnya:
a. NA N-terminal end ke awal heliks A
b. AB (menghubungkan heliks A dan heliks B)

3. Struktur Tertier
Lipatan tertier dari tiap rantai globin membentuk struktur yang kira-kira
sferis
Ikatan intra-molekuler meningkatkan keseimbangan bagian heliks
mempengaruhi kekakuan struktur, yang akan menyebabkan terjadinya

16

PUCAT Kelompok 1

pelipatan rantai di bagian non-heliks. Lipatan tertier menyebabkan adanya


3 karakteristik fungsional molekul Hb : Sisi rantai yang bermuatan (polar)
cenderung mengarah ke permukaan luar sub unit, sebaliknya bagian yang
non polar cenderung mengarah ke dalam bagian permukaan molekul
bersifat hidrofobik, dan bagian dalam bersifat hidrofilik. Terbentuk kantong
heme (celah pada permukaan). Celah ini melindungi ion ferro dari
oksidasi. Asam amino yang membentuk ikatan antar sub unit
bertanggungjawab terhadap struktur kuaterner dan fungsinya.

4. Struktur Quartener
Struktur kuaterner hemoglobin memiliki 4 sub unit yang tersusun secara
tetrahedral
Pada hemoglobin dewasa (HbA), ada area kontak yang berbeda:
a.
b.
c.

17

1 1 dan 2 2 yang menunjukkan stabilitas molekul


1 2 dan 2 1 yang menunjukkan solubilitas (kelarutan) molekul
1 2 dan 1 2 yang berikatan secara lemah sehingga bisa terjadi
oksigenasi dan deoksigenasi

PUCAT Kelompok 1

5. Heme
Adalah Cincin protoporfirin dengan atom besi di pusat, lokasi utama di
mitokondria karena mengandung ALAS. Sel darah merah yang matang tidak
mengandung mitokondria.

Heme & globin diproduksi pada 2 tempat yang berbeda di sel


-

18

Heme disintesa di sitosol dan mitokondria


Globin disintesa di poliribosom.

PUCAT Kelompok 1

Sintesis Hemoglobin
Sintesis

hemoglobin

sebenarnya

sudah

dimulai

pada

stadium

proeritroblas. Namun demikian, hemoglobin hanya terlihat dalam stadium


normoblastik intermedia. Produksi hemoglobin akan berlanjut sampai stadium
retikulosit.
Bagian hem dari hemoglobin akan disintesis didalam mitokondria. Dan bagian
protein yaitu globin disintesis didalam ribosom.
Sintesis heme
Heme disintesis dari suksinil Co-A dan glisin. Rangkaian kejadian dalam
sintesis hemoglobin :
Tahap pertama dalam sintesis heme berlangsung pada
mitokondria. Dua suksinil Co-A bergabung dengan dua
molekul glisin dan terkondensasi untuk membentuk asam
-aminolevulinat (ALA) lewat kerja enzim ALA sintase.
ALA diangkut kedalam sitoplasma. Dua molekul ALA
bergabung menjadi satu untuk membentuk porfobilinogen
dengan adanya enzim ALA dehidratase.
Porfobilinogen diubah menjadi uroporfobilinogen I oleh
enzim uroporfobilinogen I sintase.
Uroporfobilonogen I diubah menjadi uroporfobilinogen
III oleh enzim porfobilinogen III kosintase.
Dari uroporfobilinogen III terbentuk struktur cincin yang
dinamakan koproporfirinogen III lewat kerja enzim
uroporfobilinogen dekarboksilase.
Koproporfirinogen III diangkut
mitokondria

dan

teroksidasi

balik

untuk

kedalam
membentuk

protoporfirinogen IX lewat kerja enzim koproporfirinogen


oksidase.

19

PUCAT Kelompok 1

Protoporfirinogen IX diubah menjadi protoporfirin IX


oleh enzim protoporfirinogen oksidase.
Protoporfirinogen IX bergabung dengan besi untuk
membentuk heme dengan adanya enzim feroketalase.
Sintesis globin
Rantai polipeptida dari globin dihasilkan dalam ribosom. Ada empat tipe
rantai polipeptida yaitu rantai alfa, beta, gam dan delta. Masing-masing
rantai ini berbeda antara yang satu dengan yang lainnya melalui
rangkaian asam aminonya. Setiap molekul globin dibentuk oleh
kombinasi dua pasang rantai dan setiap rantai dibuat dari 141-146 asam
amino. Hemoglobin fetal mengandung dua rantai alfa dan dua rantai
gama.
Konfigurasi
Setiap rantai polipeptida bergabung dengan satu molekul heme. Jadi,
sesudah konfigurasi tersebut selesai, setiap molekul hemoglobin akan
mengandung empat rantai polipeptida dan empat molekul heme.

6. Diagnosa Banding
Penyakit
Talasemia

Penyebab
Faktor
genetik

Gejala Klinis
Anemia,
splenomegali
,
hemosiderosi
s

Anemia
defisiensi
besi

Peningkatan
kebutuhan,
Defisiensi
besi dari

Pucat,
fatigue,
angina
pektoris pada

20

Diagnosis
Elektroforesis
hemoglobin.
Morfologi RBC
yang
mikrositik
hipokromik
pada
sediaaan apus
darah tepi.
Penurunan
hemoglobin
dan
hematokrit.

Tatalaksana
Transfusi
darah

Suplementasi
besi

PUCAT Kelompok 1

makanan
Kehilangan
darah kronis.

pasien
penyakit
arteri
koronaria,
gastritis,
glositis

Pada sediaan
apus darah
tepi, RBC
mikrositik
hipokromik
Penurunan
kadar besi
serum
Penurunan
kadar feritin.

7. Definisi, Klasifikasi dan manifestasi klinis thalasemia

.Defenisi Thalasemia

Thallasemia merupakan penyakit genetik heterogen dimana produksi sebagian


atau seluruh hemoglobin normal tertekan oleh karena rusaknya satu atau lebih sintesis
rantai globin.

Klasifikasi dan manifestasi klinis Thalasemia

a. Thalasemia

21

PUCAT Kelompok 1

Sindrom thalasemia biasanya disebakan oleh delesi gen. Oleh karena


pada keadaan normal terdapat empat salinan gen globin , keparahan
klinis dapat di klasifikasikan berdasarkan jumlah gen menekan sintesis
rantai secara keseluruhan dan karena rantai esensial pada hemoglobin
janin dan dewasa, keadaan ini tidak kompatibel dengan kehidupan dan
menyebakan kematian dalam rahim
Delesi tiga gen menyebabkan anemia mikrositik hipokrom dengan
keparhan sedang berat (hemoglobin 7-11 g/dL) dengan splenomegali.
Keadaan ini dikenal sebagai penyakit Hb H karena hemoglobin H ()
dapat dideteksi dalam eritrosit pasien-pasien ini dengan elektroforosis
atau preparat retikulosit. Pada kehidupan janin, ditemui.
Pembawa sifat (trait) talasemia disebabkan oleh hilangnya satu atau
dua gen dan biasanya tidak disertai dengan anemia, walaupun volume
eritrosit rata-rata (VER) dan hemoglobin eritrosit rata-rata (HER) rendah
dan hitung elektrosit lebih dari 5,5 x 1012/L. Elektroforesis hemoglobin
normal dan diperlukan analisis DNA untuk memastikan diagnostik.
Bentuk talasemia non-delesi yang tidak umum disebabkan oleh mutasi
titik yang menyebabkan disfungsi gen atau lebih jarang oleh mutasi yang
menyebabkan terminasi transdasi yang menghasilkan suatu rantai yang
lebih panjang tetapi tidak stabil (misal Hb Conistant spring). Dua bentuk
langkan talasemia disertai dengan mutasi gen pada kromosom 16
(ATR-16) atau kromosom X (ATR-X) yang mengendalikan transkripsi
gen globin dan gen-gen lain.
b. Talasemia
Talasemia mayor
Keadaan ini ditemukan pada rata-rata satu dari empat anak jika kedua
orangtua adalah pembawa talasemia trait. Tidak ada rantai (0) atau

22

PUCAT Kelompok 1

sedikit rantai (+) yang disintesi. Rantai yang berlebih berpresipitasi


dalam eritroblas dan eritrosit matang, menyebabkan eritropoiesis
inefektif dan hemolisis yang berat, yang khas untuk penyakit ini. Makin
besar kelebihan rantai , makin berat anemianya. Produksi rantai
membantu membersihkan kelebihan rantai dan meringankan kedaan
ini.
Tidak seperti talasemia , sebagian besar lesi genetik adalah mutasi titik
dan bukan delesi gen. Mutasi ini dapat terjadi didalam kompleks gen
tersebut atau di regio promotor atau penguat. Talasemia mayor sering
kali merupakan akibat pewarisan dua muasi yang berbeda, masingmasing memengaruhi sintesis globin (heterozigot ganda).

Gambaran klinis
1. Anemia berat menjadi nyata 3-6 bulan setelah lahir pada saat seharunya terjadi
perubahan dari rantai ke .
2. Pembesaran hati dan limpa terjadi sebagai akibat destruksi eritrosit yang
berlebihan, hemopoeisis ekstranodular dan kemudian karena penimbunan besi.
Limpa yang besar meningkatkan kebutuhan darah dengan meningkattkan
destruksi dan pengumpulan eritrosit, serta dengan menyebabkan pertambhan
volume plasma.
3. Pelebaran tulang yang disebabkan oleh hiperplasi sumsum tulang yang
menyebkan fasies talasemia dan penipisan korteks pada banyak tulang dengan
kecendrungan terjadinya fraktur dan penonjolan tulang tengkorak dengan
penampakan rambut berdiri/hair-on-end pada foto sinar X
4. Talasemia mayor merupakan penyakit yang paling sering mendasari penimbunan
besi akibat transfusi. Ini karena transfusi berulang biasanya dimulai pada tahun
pertama kehidupan dan jika penyakit tidak disembuhkan dengan transplantasi sel
punca, transfusi berlanjut seumur hidup. Selain itu, absorpsi besi meningkat

23

PUCAT Kelompok 1

karena kadar hepsidin serum yang rendah akibat pelepasan GDF 15 dan TWSG1
dari prekusor eritrosit dini yang meningkat karena eritropoiesis inefektif.
5. Infeksi dapat terjadi karena berbagai alasan. Pada usia bayi, tanpa transfusi
adekuat, anak dengan anemia rentan terhadap infeksi bakteri. Infeksi
pnemokokus, Haemophilus dan mengokokus mungkin terjadi jika sudah
dilakukan splenektomi dan penisilin profilaktik tidak diberikan. Infeksi Yesinia
enterocolitica terjadi, khususnya pada pasien-pasien dengan penimbunan besi
yang

diobati

dengan

deferoksamin;

infeksi

ini

dapat

menyebabkan

gastroenteritis berat.
6. Osteoporosis dapat terjadi pada pasien-pasien yang mendapat transfusi dengan
baik. Ini lebih sering ditemukan pada pasien-pasien diabetes dengan kelainan
endokrin dan dengan ekspansi sumsum tulang yang disebabkan oleh
eritropoiesis inefektif.

8. Penegakkan Diagnosa Thalasemia


DIAGNOSIS THALASEMIA
1.

Anamnesis

Keluhan timbul karena anemia: pucat, gangguan nafsu makan, gangguan tumbuh
kembang dan perut membesar karena pembesaran lien dan hati. Pada umumnya keluh
kesah ini mulai timbul pada usia 6 bulan.
2.

Pemeriksaan fisis

Pucat

Bentuk muka mongoloid (facies Cooley)

Dapat ditemukan ikterus

Gangguan pertumbuhan

Splenomegali dan hepatomegali yang menyebabkan perut membesar

3. Pemeriksaan penunjang
a. Darah tepi :
-

Hb rendah dapat sampai 2-3 g%

24

PUCAT Kelompok 1

Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis berat


dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi, basophilic stippling, benda
Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih kurang khas.
b.

Retikulosit meningkat.
Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis)

Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis asidofil.

Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat.

c.

Pemeriksaan khusus :

Hb F meningkat : 20%-90% Hb total

Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.

Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakan trait


(carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb total).
4.

Pemeriksaan lain :

Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end, korteks menipis, diploe melebar
dengan trabekula tegak lurus pada korteks.
Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang sehingga
trabekula tampak jelas.

9. Penatalaksanaan & Prognosis Thalasemia


Penatalaksanaan
1. Transfusi
- Komponen darah yang diberikan packed red cells
- Komponen darah yang diberikan pada keadaan tertentu :
- Washed red cells penderita dg riwayat alergi reaksi transfusi
- Frozen red cells penderita yang mempunyai antibodi berbeda dari
antigen sel darah merah

25

PUCAT Kelompok 1

- Neocyte atau young red cell transfusion penderita yang seringnya


terpapar dari donor yang berbeda
- Leucoreduced red cells penderita yang sering mendapatkan reaksi
yang berhubungan dengan sel darah putih setelah transfusi darah.
- Jumlah suspensi eritrosit yang diberikan :
- Darah lengkap (whole blood) : BB (dlm pound) x 3 x kenaikan
Hb yang diinginkan = x ml

Ex. 12 Kg. X 3 X 7.5 = 270 Ml.

Dosis suspensi sel darah merah 5ml/kgbb

Ex. 5ml X 12 Kg = 60 ml/ kali pemberian dalam waktu 34 jam

2. Pemberian kelasi besi :


-

Desferoxamine (DFO) i.v, subkutan


-

Indikasi :
-

Kadar feritin di dalam serum mencapai 2000 ng/l dan

Saturasi transferin dalam serum > 50%

Bila sarana pemeriksaan kadar feritin belum tersedia, sebagai


patokan setelah 5 L transfusi suspensi eritrosit (PRC)

Dosis : 25 50 mg/kgBB/hari

Kadar feritin sebaiknya dipertahankan diantara 1000 2000 ng/l

Deferiprone oral
-

Lebih murah dari DFO

Dalam waktu 3 bulan pengobatan feritin serum mulai menurun


50% dapat dicapai setelah pengobatan 14 20 bulan

3.Vitamin

Vitamin C
-

26

Diberikan hanya pada penderita yang mendapat DFO teraur

PUCAT Kelompok 1

5.

penderita

yang

mempunyai

masalah

Vitamin E
-

Kontraindikasi
kardiologis

antioksidan yang melindungi membran lipid dari

radikal bebas

Asam Folat
-

untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat

Khususnya pada penderita yang jarang mendapat transfuse

Transplantasi sum-sum tulang


-

Tiga dasar untuk mengetahui keberhasilan dari transplantasi :

Terapy kelasi besi yang tidak mencukupi

Adanya fibrosis hati

Hepatomegali

Kelas I : tidak memiliki karakteristik diatas

Kelas II : memiliki satu atau dua karakteristik diatas

Kelas III : memiliki ketiga karakteristik diatas

Prognosis thalasemia

Dubia ad malam

KESIMPULAN
Anak laki-laki berusia 1 tahun 8 bulan tersebut mengalami Thalasemia mayor.
DAFTAR PUSTAKA

27

PUCAT Kelompok 1

1. Hoffbrand, A. V, P. A. H. Moss. Kapita Selekta Hematologi. Ed. 6. Jakarta: EGC.


2013
2. Dan L. Longo, Fauci, Kasper, Hauser, Jameson, Loscalzo. HarrisonsPrinciplesof
Internal Medicine. Vol. I.18th. Ed. United States of America: The McGraw-Hill
Companies. 2012
3. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia Dari Sel ke System . Ed 6. Jakarta : EGC.
2011 hal 422
4. L. Tao, K. Kendall. Sinopsis Organ Sistem Hematologi dan Onkologi. 2013. Karisma
Publishing Group: Tangerang.
5. Guyton, Arthur C. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.11. Jakarta: EGC,2007.
6. Murray, Robert K. 2003. Biokimia Harper, Edisi 25. Jakarta : Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
7. W.Sudoyo, A., Setiyohadi, B., Alwi, I., K, M. S., & Setiati, S. (2009). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam; Jilid 2; Ed.5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

28

Anda mungkin juga menyukai