BAB I
PENDAHULUAN
Trauma merupakan suatu masalah kesehatan yang cukup serius karena terjadi pada
kalangan usia muda.1 Trauma merupakan penyebab kematian ke-3 di dunia, setelah penyakit
kardiovaskular dan kanker dan merupakan penyebab utama kematian pada individu dengan usia
prduktif yaitu usia dibawah 40 tahun.2 Trauma abdomen merupakan salah satu penyebab
kematian ke-3 pada pasien trauma dan dapat ditemukan sekitar 7–10% dari jumlah seluruh
kasus trauma.3 Klasifikasi trauma abdomen yaitu trauma tajam (penetrans) dan trauma tumpul
(non penetrans).4 Angka kejadian trauma tumpul abdomen didapatkan sekitar 80% dari
keseluruhan trauma abdomen.1
Di Eropa, trauma tumpul abdomen terjadi sekitar 80% dari keseluruhan trauma
abdomen. Di Indonesia, penyebab cedera secara umum disebabkan oleh kecelakaan sepeda
motor dan jatuh dengan prevalensi cedera tertinggi didapatkan pada kelompok usia 15 – 24
tahun.5 Data tahun 2015 di RS Sanglah, dari 2755 tindakan di ruang operasi, 720 kasus
berkaitan cedera kepala, 455 kasus berkaitan dengan fraktur ekstremitas, dan 64 kasus berkaitan
trauma abdomen.6
Pada trauma abdomen, cedera organ intra abdomen yang didapatkan umumnya
merupakan organ solid, terutama lien dan hepar dimana kedua organ ini dapat menyebabkan
perdarahan intra abdomen. Sedangkan untuk organ berongga cukup jarang terjadi, dan
seringnya dihubungkan dengan seat-belt atau deselerasi kecepatan tinggi.1,7
Seringkali gejala dan tanda pada trauma abdomen tidak jelas dan signifikan, sehingga
menyebabkan miss diagnosis. Hal ini dapat mengarah pada pengembangan morbiditas jangka
panjang dan tingkat kematian yang tinggi. Diagnosis yang cepat pada cedera abdomen
merupakan langkah yang penting untuk penatalaksanaan selanjutnya untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas kasus trauma abdomen.8 Radiologi telah membuat dampak yang
signifikan pada kehidupan pasien trauma dengan membedakan pasien yang dapat dikelola
secara konservatif dari mereka yang membutuhkan intervensi bedah atau lainnya, dan dengan
membantu mengarahkan intervensi yang paling tepat bagi mereka yang membutuhkannya.
DEPARTEMEN ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No.2, Cawang, Jakarta 13650 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7. Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum dan ureter kanan.
8. Pubica/Hipogastric meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan uterus (pada kehamilan).
9. Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan ovarium kiri.
Sedangkan rongga pelvis dikelilingi oleh tulang pelvis yang pada dasarnya adalah bagian
bawah dari rongga peritoneal dan retroperitoneal. Berisi rektum, kandung kencing, pembuluh
darah iliaka, dan organ reproduksi interna pada wanita.9
2.2.1 Vaskularisasi Viscera Abdomen11
Aorta abdominalis turun pada bidang median sepanjang corpus vertebrae, bercabang
menjadi tiga cabang arteri besar yaitu Truncus coeliacus yang mendarahi organ-organ abdomen
atas, dan Aa. Mesentrica superior dan inferior yang mendarahi intestinum.
a. Truncus coeliacus terbagi menjadi tiga arteri utama yang mendarahi viscera di epigastrium
(gaster, duodenum, hepar, vesical biliaris, pankreas dan lien). Cabang utama yaitu A.
gastrica sinistra yang beranostomosis dengan A. gastrica dekstra pada curvature minor dan
mendarahi gaster. Cabang kedua yaitu A. hepatica communis yang berjalan ke sisi kanan
dan terbagi menjadi:
- A. hepatica propria yang bercabang menjadi A. gastrica dextra dan mendarahi hepar
dan vesica biliaris (a. cystica)
- A. gastroduodenalis: beranostomosis dengan A. pancreaticoduodenalis inferior dari A.
mesenterica superior untuk mendarahi caput pankreas dan duodenum.
Cabang ketiga yaitu a. splenica yang berjalan ke sisi kiri inferior untuk mendarahi limpa.
b. A. mesenterica superior bercabang-cabang menjadi: Aa. jejunales dan Aa. ileales ke sisi
kiri yang mendarahi jejunum dan ileum, A. colica media yang akan beranastomosis dengan
A. colica sinistra dari A. mesenterica inferior (anastomosis RIOLAN) untuk mendarahi
colon transversum dan colon descendens, A. colica dextra yang mendarahi colon
ascendens, dan A. ileocolica ke sisi kanan yang mendarahi ileum terminal, sekum dan
sebagian colon ascendens.
c. A. mesenterica inferior bercabang menjadi: A. colica sinistra, Aa. sigmoideae yang
mendarahi colon sigmoideum, dan A. rectalis superior yang mendarahi rectum.
DEPARTEMEN ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No.2, Cawang, Jakarta 13650 5
V. mesenterica inferior bermuara ke dua vena yaitu V. mesenterica superior dan V. splenica,
lalu kedua vena ini bermuara ke V. portae hepatis. Vena portae hepatis ini mengumpulkan
semua darah balik dari organ-organ intraabdomen yang bermuara ke V. Cava inferior dan akan
bermuara langsung ke jantung.
yang terfiksir seperti pedikel dan ligamen yang dapat menyebabkan perdarahan atau
iskemik.
3. Gaya kompresi eksternal yang menyebabkan peningkatan tekanan intra- abdomen yang
tiba-tiba dan mencapai puncaknya biasanya menyebabkan cedera organ berongga. Berat
ringannya perforasi tergantung dari gaya dan luas permukaan organ yang terkena cedera.
4. Laserasi organ intra-abdomen yang disebabkan oleh fragmen tulang (fraktur pelvis,
fraktur tulang iga).
5. Peningkatan tekanan intra-abdomen yang masif dan mendadak dapat menyebabkan
cedera diafragma bahkan cedera kardiak.
Trauma langsung abdomen atau deselerasi cepat menyebabkan rusaknya organ intra-
abdomen yang tidak mempunyai kelenturan (noncomplient organ) seperti hati, limpa, ginjal
dan pankreas. Pola injuri pada trauma tumpul abdomen sering disebabkan karena kecelakaan
antar kendaraan bermotor, pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor, jatuh dari
ketinggian dan pemukulan dengan benda tumpul. Trauma tumpul abdomen terjadi karena
kompresi langsung abdomen dengan objek padat yang mengakibatkan robeknya subscapular
organ padat seperti hati atau limpa. Bisa juga karena gaya deselerasi yang menyebabkan
robeknya organ dan pembuluh darah pada regio yang terfiksir dari abdomen (hati atau arteri
renalis). Atau bisa karena kompresi eksternal yang menyebabkan peningkatan intraluminal
yang menyebabkan cedera organ berongga. Trauma tumpul abdomen yang mayoritas sering
mengenai organ limpa sekitar 40% - 55%, hati 35% - 45% dan usus halus 5%- 10%.14
berarti kemungkinan terdapatnya robekan (perforasi) dari organ-organ usus. Nyeri ketok
seluruh dinding perut menunjukkan adanya tanda-tanda peritonitis umum.16
Pada palpasi yang paling penting adalah menilai nyeri. Lokasi nyeri sangat penting untuk
mengetahui kemungkinan organ yang terkena. Nyeri abdomen secara menyeluruh merupakan
tanda yang penting kemungkinan peritonitis akbat iritasi peritoneum, baik oleh darah maupun
isi usus. Defans muscular (involuntary guarding) adalah tanda yang penting dari iritasi
peritoneum.19
Pemeriksaan penunjang yang rutin dilakukan dalam manajemen pasien trauma abdomen
adalah : laboratorium, foto toraks dan abdomen, USG, Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL),
CT scan dan laparoskopi diagnostik. Pemeriksaan dilakukan tergantung pada stabilitas
hemodinamik pasien dan prediksi tingkat keparahan cedera. Pasien trauma abdomen dengan
hemodinamik stabil dapat dievaluasi dengan USG abdomen, atau CT scan. Pasien trauma
dengan ketidakstabilan hemodinamik harus dievaluasi dengan USG di ruang resusitasi jika
tersedia, atau dengan lavage peritoneum untuk menyingkirkan cedera intra-abdomen.20
FAST scan terdiri dari 4 posisi dasar dalam mendeteksi ada atau tidaknya cairan pada
rongga peritoneum dan pericardium. Dengan posisi penderita terlentang, “transduser”
ditempatkan pada : 21
a. Right Upper Quadrant (perihepatik) : menilai lobus kanan hepar, fossa hepatorenal, dan
ginjal kanan
b. Left Upper Quadrant (perisplenik) : menilai lien, fossa splenorenal dan ginjal kiri
c. Regio Pelvis (suprapubik) : menilai cavum douglas, buli, dan genitalia interna
d. Subcostal atau Subxiphoid : menilai lobus kiri hepar dan pericardium
Gambar 5. Area scanning FAST. a) kuadran kanan atas; b) kuadran kiri atas; c) suprapubic
view; d) subxiphoid view.
biasanya akan tampak gambaran anekhoik atau hipoekhoik bila dibandingan dengan organ
padat disekitarnya. Perdarahan yang berkelanjutan dan telah berlangsung lama akan tampak
lebih teratur bentuknya dan lebih ekhogenik.
Gambar 7. US FAST Abnormal pada Hepatorenal recess: adanya gambaran anechoik (warna
hitam) yang berada diantara hepar dan ginjal kanan menunjukkan adanya cairan bebas dalam
rongga peritoneum.
DEPARTEMEN ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No.2, Cawang, Jakarta 13650 13
Gambar 8. US FAST Normal pada Splenorenal recess pada kuadran kiri atas
Gambar 9 . US FAST Abnormal pada Splenorenal recess : Adanya bercak kehitaman diantara
dua organ menunjukkan adanya cairan bebas di dalam rongga peritoneum. Cedera pada organ
terkadang dapat terlihat.
DEPARTEMEN ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No.2, Cawang, Jakarta 13650 14
Gambar 10. Hematoma subcapsular pada lien tampak hyperechoic (tanda panah)
Gambar 12. US FAST Regio Pelvis Abnormal : adanya cairan bebas (hipoekhoik berwarna
hitam) pada Cavum Douglas
Gambar 14. FAST Subcostal Abnormal : tampak adanya celah hitam (hipoechoid) berada
diantara lapisan dinding jantung yang diduga cairan dalam kantung pericardial.
Temuan yang harus dicari dalam trauma abdomen adalah sebagai berikut:
- Hemoperitoneum : cairan (biasanya darah) bebas dalam intraabdomen
- Kontras yang berkaitan dengan ekstravasasi aktif area densitas tinggi dibandingkan
dengan pembuluh darah terdekat (atau aorta).
- Laserasi: area hipodens berbentuk linier
- Hematoma intra-parenkim: daerah berbentuk oval atau bulat
- Kontusio: daerah hipodens samar yang tidak jelas dan perfusi yang kurang baik
- Pneumoperitoneum : udara bebas intra abdomen
- Devaskularisasi organ atau bagian organ
- Hematoma subkapsular
a. Lien
b. Hepar
Gambar 19. Laserasi Hepar. Terdapat ekstravasasi aktif dari darah yang ditingkatkan kontras
(panah hitam) dari laserasi intrahepatik dengan hematoma (panah hitam putus-putus), serta
hematom subkapsular dan hemoperitoneum (panah putih pekat).
DEPARTEMEN ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No.2, Cawang, Jakarta 13650 20
c. Ginjal
Gambar 23. Terdapat robekan ureter pada proksimal yang ditunjukkan oleh kontras
ekstraluminal (panah putih), mewakili urin yang mengandung kontras yang bocor
DEPARTEMEN ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No.2, Cawang, Jakarta 13650 22
d. Buli-buli
Gambar 25. Pneumoperitoneum, tampak udara bebas diantara dinding abdomen dan
hepar (panah putih). Tampak air fluid level yang menandakan adanya cairan bebas dalam
abdomen (panah hitam).
Gambar 26. (Kiri) Cupula sign, adanya udara bebas dibawah diafragma. (Kanan)
Rigler sign yang memvisualisasikan dinding terluar lingkaran usus disebabkan udara di luar
lingkaran usus dan udara normal intralumen.
DEPARTEMEN ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No.2, Cawang, Jakarta 13650 24
Gambar 27. Pneumoperitoneum massif, (Kiri) Falciform ligament sign (Kanan) Footbal sign
DEPARTEMEN ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No.2, Cawang, Jakarta 13650 25
BAB III
KESIMPULAN
Pada trauma abdomen cedera organ intra abdomen yang didapatkan umumnya
merupakan organ solid, terutama lien dan hepar dimana kedua organ ini dapat menyebabkan
perdarahan intra abdomen. Pemeriksaan penunjang yang utama pada trauma abdomen adalah
dengan FAST, namun CT scan merupakan pilihan utama pada pasien stabil.
FAST digunakan untuk mendeteksi adanya cairan bebas intra abdomen, dengan fokus
pada 4 daerah yaitu perihepatik, perisplenik, suprapubic, subcostal atau subxiphoid. Selain
menilai apakah ada cairan bebas, FAST juga dapat menilai adanya cedera organ namun
gambarannya tidak khas. CT scan digunakan untuk menilai adanya perdarahan, udara bebas,
hingga cedera organ intraabdomen. Selain FAST dan CT scan, foto polos abdomen 3 posisi
digunakan pada keadaan trauma abdomen karena dapat menimbulkan keadaan akut abdomen.
Gambaran yang dapat ditemukan adalah udara bebas dalam cavum abdomen, atau adanya
cairan bebas, namum hal ini tidak spesifik.
DEPARTEMEN ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No.2, Cawang, Jakarta 13650 26
DAFTAR PUSTAKA
15. Mackersie RC, Tiwary AD, S. and SR, H. D. ‘Intra-abdominal injury following blunt
trauma. Identifying the high-risk patient using objective risk factors’. Arch Surg. 2010; 124
(7): 809-13.
16. Schurink G. ‘The value of physical examination in the diagnosis of patients with blunt
abdominal trauma: a retrospective study’. Injury. 2011; 28(28): 261–5.
17. Beal, A. L., Ahrendt, M. N., Irwin, E. D., Lyng, J. W., Turner, S. V, Beal, C. A., Byrnes,
M. T. and Beilman, G. A. ‘Prediction of blunt traumatic injuries and hospital admission
based on history and physical exam’, World Journal Of Emergency Surgery. World Journal
of Emergency Surgery. 2016; 11(1): 46.
18. Hoff, W. S., Holevar, M., Nagy, K. K., Patterson, L., Young, J. S., Arrillaga, A., Najarian,
M. P. and Valenziano, C. P. ‘Practice management guidelines for the evaluation of blunt
abdominal trauma: the East practice management guidelines work group.’, The Journal of
trauma. 2002; 53(3): 602–615.
19. Rostas, J., Cason, B., Simmons, J., Frotan, M. A., Brevard, S. B. and Gonzalez, R. P. ‘The
validity of abdominal examination in blunt trauma patients with distracting injuries’,
Journal of Trauma and Acute Care Surgery. 2015; 78(6): 1095–1101.
20. Vlies, C. H. Van Der. ‘Changing patterns in diagnostic and treatment strategies in blunt
abdominal injury to solid abdominal organs.’, International journal of emergency
medicine. Springer Open Ltd. 2017; 4(1): 47.
21. Yueniwati Y, Darinafitri I. Kesesuaian FAST dan Pilihan Penatalaksanaan Pasien Trauma
Tumpul Abdomen di RS Saiful Anwar, Malang. Medika. 2013. 9: 696-702.
22. Radwan,M.M., Zidan,F.M.A. 2006. Focused Assessment Sonography Trauma (FAST) and
CT scan in blunt abdominal trauma: surgeon‟s perspective. African Health Sciences, 6(3):
187- 190
23. Richards JR, McGahan JP. Focused assessment with sonography in Trauma (FAST) in
2017: What Radiologists Can Learn. Radiology. 2017; 283 (1): 30-48.
24. Ledbetter S, Smithuis R. Acute Abdomen, Role of CT in Trauma.
Diakses dari: http://www.radiologyassistant.nl/en/p466181ff61073/acute-abdomen-role-
of-ct-in-trauma.html#i4663197c31486/. 14 Maret 2018.
25. Herring W. Recognizing the Imaging Findings of Trauma. In: Learning Radiologi
Recognizing the Basics. Chapter 19. 3rd Ed. Elsevier, 2016; 19: 174-180.