Anda di halaman 1dari 84

Departemen Ilmu Penyakit Dalam

PRESENTASI KASUS INTERNA


Kepaniteraan Klinik Farmasi
Periode 23 Juli – 25 Agustus 2018
Kelompok 2
Anggota Kelompok 2
1. Wiliam Bramero Advento (1161050163)
2. Siti Akbari (1261050103)
3. Fath Dizzi (1261050204)
4. Muhamad Taufik (1261050082)
5. Dhimas P. Upasthanigraha (1261050161)
6. Jeremy Beta Hudsono (1261050188)
7. Michelle Sabatini (1261050271)
8. Ghea Jovita (1361050025)
9. Marisha Regina Siahaan (1361050053)
10. Desy Purnamasari (1361050074)
11. Hanna Rosyana Puspita (1361050114)
12. Maureen Tesalonika (1361050230)
13. Lovi Jasngari (1461050045)
14. Kenny Yose Timisela (1461050133)
15. Veronica Lusiana Sinurat (1461050185)
16. David Arnoldus D. R Serang (1461050219)
IDENTITAS
&
RIWAYAT PASIEN
Identitas Pasien
Nama Tn. Isbar Massulungkang
Tanggal lahir 31 Maret 1973 (45 tahun)
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pekerjaan Karyawan Swasta
Status Perkawinan Sudah menikah
Alamat Jln. Otista no. 82 Jatinegara
Riwayat Penyakit Pasien
Pasien datang ke IGD dengan keluhan demam, lemas sejak 1
minggu SMRS. Demam naik turun, saat sore hari meningkat dan
saat subuh demam turun. Dan ada batuk-batuk lama sudah
sebulan ini. Selain itu, Pasien juga mengeluh mual, muntah dan
pusing serta penglihatan pada mata kanan kabur sejak 3 hari
yang lalu. 3 hari yang lalu pasien sudah berobat namun keluhan
tidak berkurang. Pasien masih mau makan dan minum. Bila BAK
pasien mengeluh terasa panas dan nyeri. BAB tidak ada keluhan
RPD : DM sejak 2 tahun yang lalu tidak terkontrol
Hasil Laboratorium
Elektrolit, Hematologi, Kimia klinik Kimia klinik
• Na : 127 mmol/L • Protein total : 4.5 g/dL
• K : 4.0 mmol/L • Albumin : 1.7 g/dL
• Cl : 100 mmol/L • GDS : 247 mg/dL
• HB : 9,6 g/dl
• Leu : 6.2 g/dl
• Ht : 32.1 %
• Trom : 240
Hasil Laboratorium
AGD dan elektrolit Kimia klinik
• pH darah : 7.423 • Ureum : 58 mg/dl
• P Co2 : 18.7 mmHg • Creatinin : 1.39 mg/dl
• Po2 : 126.6 mmHg
• Saturasi Oksigen 99.4 %
• Base Excess -9,8 mmol/L
• Hco3- 12.4 mmol/L
• Konsentrasi O2 12.8 VOL %
Hasil Laboratorium
Imunologi (Widal) Urinalisa
• S. Typhose H : Negatif •

Warna : Kuning Keruh
BB : 1.005
• S. Typhose O : Negatif • PH: 6.5
• Lekosit Esterase –
• S. Paratyphi A H : Negatif • Nitrit –
• S. Paratyphi B H : Negatif •

Protein +1
Bilirubun –
• S. Paratyphi C H : Positif 1/80 • Aseton –
• Reduksi +2
• S. Paratyphi A O : Negatif • Urobilinogen 2.0

• S. Paratyphi B O : Positif 1/80 •
Lekosit 8 – 10 /LPB
Eritrosit 3-5 /LPB
• S. Paratyphi C O : Negatif • Epitel +1
• Bakteri +
• Slinder –
• Kristal -
Hasil Radiologi
Foto Thorax Kesan :
• Pulmo : Infiltrat Paracardial • Proses spesifik ringan serta
kanan pleura efusi dextra minimal
• Sinus kanan tumpul
• Sinus kiri dan diafragma
normal
DIAGNOSIS
Diagnosis Utama : NIDDM
Diagnosis Sekunder : - TB paru dengan Efusi pleura
- ISK
- Syok Sepsis
- Hipoalbuminemia
- Endogen Endoftalmitis Bacterialis
TATALAKSANA
MEDIKAMENTOSA
Tatalaksana Waktu di IGD
• Pro rawat inap
• IVFD: NaCl 0.9 % dan NS 3% /24 jam
• Levofloxacin 1 x 500 mg (IV) skin test
• Ranitidine 2 x 1 amp
• Ondancetron 3 x 8 mg (IV)
• Sucralfat 3 x 1
• Metformin 3 x 500 mg
• Cek GDS dan elektrolit
Pengobatan selama di bangsal
• Inj. Ceftriaxone 1 x 2gr
• Inj. Levofloxacin 1 x 500 mg
• Lansoprazole 2 x 1 caps
• Bicnat 3 x 1 tab
• Metformin 3 x 500 mg
• Domperidone 3 x 10 mg
• Sulcralfat syr 3 x 1C
• VIP albumin 3 x 2 tab
Pengobatan Pulang
• Cefixime 100 mg (2x1 tab)
• Lansoprazole 2 x1 tab
• Bicnat 3 x 1
• Metformin 3 x 500 mg
• Domperidone 3x 10 mg
• Sucralfat syr 3 x 1
• VIP albumin
• Chloramphenicol tetes mata / 3 jam
• Timolol 2 x1 tetes
• Gentamisin salep 2 x 1
ANALISIS PEMBERIAN
TATALAKSANA
OBAT PADA PASIEN
MEDIKAMENTOSA
Ranitidin
Antagonis reseptor Histamin H2
Mekanisme Kerja
• Ranitidin secara
kompetitif
memlok histamin
pada reseptor H2
dari sel-sel
parietal lambung
yang akan
menghambat
sekresi asam
lambung.
INDIKASI
• Gejala akut tukak duodenum EFEK SAMPING
• GERD • Nyeri kepala
• Profilaksis stress ulcer • Pusing
• Dispepsia • Malaise
KONTRA INDIKASI • Mialgia
• Mual
• Pasien dengan riwayat akur
• Diare
porfiria
• Konstipasi
Interaksi obat
• Ranitidin + diazepam : absorpsi diazepam
terhambat dan mengurangi kadar plasmanya
sejumlah 25%.
Dosis
• Dispepsia
Dewasa: kronik  150 mg + 6 minggu.
Short term symptomatic relief: 75 mg diulang jika
dibutuhkan hingga 4x sehari. Durasi max 2 minggu.

Intravena: 50 mg dosis primer dilanjutkan 0.125-


0.25 mg/kg.
Opini
• Eksresi antagonis reseptor H2 terutama
melalui ginjal, pada pasien tersebut
didapatkan Ureum dan Kreatinin yang lebih
tinggi dari normal, maka perlu
dipertimbangkan untuk dosisnya diberikan
lebih rendah.
Kloramfenikol Guttae
Ophthalmicae
(Tetes Mata 0.5%)
Antibiotik Golongan Kloramfenikol
• Menghambat sintesis protein kuman
(bakteriostatik)terikat pada ribosom subunit
50smenghambat enzim peptidil
transferaseikatan peptida tidak terbentuk
pada proses sintesis protein kuman
• Pada konsentrasi tinggi=bakteriosid
Farmakokinetik
• Oral: diserap dengan cepat (kadar puncak dalam darah=2 jam)
• Parenteral: dihidrolisis dalam jaringan dan membebaskan kloramfenikol
• Masa paruh pd dewasa: ±3 jam /
Pada bayi (<2 minggu): 24 jam
• 50% dalam darah terikat albumin
• Didistribusikan scr baik ke berbagai jaringan (otak, cairan serebrospinal &
mata)
• Hati: konjugasi dgn as. Glukoronat (enzim glukoronil transferase)
• Eksresi: ginjal (80-90%) dan urin (5-10%)
Indikasi Kontraindikasi
• Demam tifoid & meningitis • Neonatus (bila terpaksa,
(H. influenzae) tidak boleh
>25mg/kgBB/hari
• Pasien dgn ggn. Faal hati
dan pasien yg hipersensitif
terhadapnya
Interaksi Obat
• Menghambat biotransformasi tolbutamid, fenitoin,
dikumarol, dan obat lain yg dimetabolisme oleh enzim
mikrosom hepartoksisitas obat-obat ini > bila diberikan
bersama kloramfenikol
• Interaksi dgn fenobarbital dan rifampisin=memperpendek
waktu baru dari kloramfenikol
• Penghambat yg poten dari sitokrom P450 isoform CYP2C19
dan CYP3A4memperpanjang masa paruh eliminasi
fenitoin, tolbutamid, klorpropamid, dan warfarin
Efek Samping
• 1. Reaksi toksis: depresi sumsum tulang
Kelainan darah: anemia, retikulositopenia, peningkatan
serum iron dan iron binding capacity serta vakuolisasi
seri eritrosit bentuk muda
• 2. Reaksi anemia aplastik dgn pansitopenia yg
ireversibel
• Saluran cerna: mual & muntah, glositis, diare dan
enterokolitis
• Sindrom Gray pd neonatus
Opini
• Kloramfenikol tidak lagi menjadi pilihan utama
untuk demam tifoidtersedia obat-obat yg >
aman: siproflokasasin dan seftriakson, namun
pemakaiannya sbg lini pertama masih dapat
dibenarkan bila resistensi belum merupakan
masalah
• Efektif utk mengobati meningitis purulenta (H.
influenza)
Metformin
Jenis/golongan obat : Biguanid
• indikasi • kontraindikasi
• diabetes mellitus tipe 2 • wanita hamil
• penyakit hepar berat
• pemyakit ginjal dengan
uremia
• penyakit paru hipoksia
kronik
Efek Samping
• mual muntah
• pusing
• diare
• nyeri otot
• metalic taste
mekanisme kerja
• Bekerja menghambat glukoneogenesis dan
meningkatkan penggunaan glukosa di
jaringan
• metformin oral mengalami absorpsi di intestin
dalam darah tidak terikat protein plasma
• masa paruh waktu : 2 jam
interaksi obat
• alkohol : menambah efek hipoglikemik resiko asidosis
laktat
• antagonis kalsium: menganggu toleransi glukosa
• antihipertensi diazoksid : melawan efek hipoglikemik
• penyekat adrereseptor beta : meningkatkan efek
hipoglikemik dan menutupi gejala peringatan. contoh
tremor.
Opini
• dengan melihat hasil glukosa pasien cukup
tinggi maka perlu di tingkatkan obat
metformin
Timolol eye drops
• Class : Beta Blocker , Non-selektif
• Indikasi: untuk pengobatan peningkatan tekanan
intraokular pada pasien dengan glaukoma sudut terbuka,
glaukoma inflamasi, glaukoma sudut tertutup dan
hipertensi okular
• Kontraindikasi: Gagal jantung, aritmia jantung,
bradikardi, asma bronkial, obstruksi saluran napas kronis
dengan kecenderungan spasmus bronkus atau riwayat
spasmus bronkus; hipersensitif terhadap timolol maleat
Mekanisme Kerja dan dosis

• Merupakan penyekat beta non selektif yang memiliki


efek menurunkan tekanan intraokuler terutama karena
menurunkan produksi akuos dengan memblok reseptor
beta-2 dalam prosesus siliaris.
• Timolol dapat beketja secara langsung pada epitel siliaris
untuk memblok transport aktif atau ultrafiltrasi..
• Dosis: Digunakan satu tetes larutan 0.25 % atau 0.5 %
dua kali sehari dan waktu kerjanya berlangsung lebih
dari 7 jam.
Efek Samping

• Efek samping topikal berupa iritasi okular,


kongjungtivitis, blefaritis, keratitis, penurunan
sensitivitas kornea dan gangguan penglihatan
• Toksisitas sistemik timolol topikal lebih sering terjadi
dibandingkan dengan toksisitas lokal dan dapat
mempengaruhi sistem pulmonal, kardiak dan sistem
saraf seperti bronkospasme, bradikardia, hipotensi,
sinkop, dispnea, gagal nafas, nyeri kepala, kelelahan,
reaksi hipersensitif
Opini
Pada kasus, didapatkan bahwa pasien datang dengan keluhan penglihatan pada
mata sebelah kanan buram sejak 3 hari SMRS → Didiagnosis mengalami
Endogen Endoftalmitis Bacterialis ( Perdangan pada bola mata karena bakteri )
Kemudian pada pasien diberikan pengobatan Timolol yang merupakan
pengobatan untuk kasus Glaukoma / hipertensi okular.
Dalam kasus ini, mungkin saja timolol tidak diperlukan dulu, kalau pasien
tidak mengalami manifestasi glaukoma.
Domperidone
MEKANISME KERJA
• Absorpsi per oral bioavailabilitas 13-17%. Rendahnya bioavailabitas
sistemik ini disebabkan oleh metabolisme lintas pertama di hati dan
metabolisme pada dinding usus. Pengaruh metabolisme pada dinding usus
jelas terlihat pada adanya peningkatan bioavailabilitas dari 13% ke 23%
jika Domperidon tablet diberikan 90 menit sebelum makan dibandingkan
jika diberikan dalam keadaan perut kosong.
• Konsentrasi puncak dicapai dalam waktu 30-110 menit. Waktu untuk
mencapai konsentrasi puncak lebih lama jika obat diminum sesudah
makan.
MEKANISME KERJA
• Per rektal : Bioavailabilitas 12%. Konsentrasi puncak
dicapai dalam waktu 1 jam
• 91-93% terikat pada protein plasma
• Metabolisme lintas pertama di hati
• Waktu paruh eliminasi : 7-9 jam. Sekitar 30% dari dosis
oral diekskresi lewat urine dalam waktu 24 jam. Hampir
seluruhnya diekskresi sebagai metabolit.
• Sisanya diekskresi dalam feses dalam beberapa hari,
sekitar 10% sebagai bentuk yang tidak berubah.
INDIKASI
• Mual, muntah (pengobatan jangka pendek)
• Dispepsia
• refluks esofageal.
KONTRAINDIKASI
• Prolaktinoma
• Gangguan hati, dimana peningkatan motilitas
gastro-intestinal dapat berbahaya
• Hipersensitif terhadap Domperidon.
EFEK SAMPING
• Gangguan gastrointestinal termasuk kram
(jarang)
• Efek ekstrapiramidal (sangat jarang)
• Kemerahan pada kulit
• Hiperprolaktinemia / terjadi peningkatan
konsentrasi prolaktin plasma, yang menyebabkan
galactorrhoea atau gynaecomastia.
DOSIS OBAT
• Oral: mual dan muntah akut (termasuk mual dan muntah
karena levodopa dan bromokriptin) 10-20 mg, tiap 4-8 jam,
periode pengobatan maksimal 12 minggu.
• ANAK: hanya pada mual dan muntah akibat sitotoksik atau
radioterapi: 200-400 mcg/kg bb tiap 48 jam.
• Dispepsia fungsional: 10-20 mg, 3 kali sehari, sebelum makan,
dan 10-20 mg malam hari. Periode pengobatan maksimal 12
minggu. ANAK tidak dianjurkan.
INTERAKSI OBAT
• Analgesik opioid dan antimuskarinik memberikan efek
antagonis terhadap efek prokinetik dari domperidon.
• Domperidon dimetabolisme melalui cytochrome P450
isoenzyme CYP3A4.
• Penggunaan bersama dengan ketoconazole telah dilaporkan
meningkatkan kadar plasma Domperidon 3 kali lipat dan
sedikit penambahan panjang interval QT.
• Risiko aritmia pada Domperidon juga meningkat jika
digunakan bersama ketoconazol.
• 3 Inhibitor CYP3A4 yang poten seperti Erythromycin atau
Ritonavir juga meningkatkan konsentrasi Domperidon,
sehingga sebaiknya kombinasi ini dihindari.
• Absorpsi oral Domperidon menurun jika
sebelumnya diberikan Cimetidine 300 mg atau larutan
Sodium bikarbonat.
• Domperidon merupakan antagonis efek hipoprolaktinemia
dari Bromkokriptin
OPINI
• Berdasarkan anamnesis dari pasien, pasien
mengeluh adanya mual dan muntah. Maka
anjuran pasien diberikan anti emetik yaitu
domperidone untuk mencegah mual dan
muntah.
Cefixime
Jenis / Golongan • Antibiotik, Sefalosporin Generasi III

• ISK tanpa komplikasi, otitis media, faringitis, tonsilitis, bronkitis


Indikasi akut dan kronik

Kontraindikasi • Hipersensitif

• Reaksi hipersensitivitas (ruam, urtikaria, eritema, pruritus),


Efek Samping hematologi (granulositopenia, eosinofilia), hepatik (peningkatan
SGOT, SGPT)
Farmakokinetik
• di absorpsi di saluran cerna dan juga dapat
melewati sawar darah uri, mencapai kadar
tinggi dicairan synovial dan cairan perikardium
dan kadar tinggi dalam empedu dan urin.
• diekresi dalam bentuk utuh melalui ginjal
dengan proses sekresi tubuli.
• tidak bisa dikeluarkan dengan hemodialisis.
Interaksi Obat
• Carbamazepine
Peningkatan kadar carbamazepine
Opini
• pemberian cefixime pada pasien dengan
gangguan ginjal harus lebih di perhatikan
Ceftriaxone
Jenis / Golongan • Antibiotik, Sefalosporin Generasi III

• Infeksi saluran nafas, THT, sal.kemih, sepsis, meningitis, tulang,


Indikasi sendi & jar. Lunak, intra abdominal, genital (termasuk GO), dgn
gangguan mekanisme pertahanan tubuh, profilaksis pra op.

Kontraindikasi • Hipersensitif terhadap sefalosporin, penisilin (reaksi silang)

• Gangguan gastrointestinal, reaksi kulit, hematologi, sakit kepala,


Efek Samping pusing, reaksi anafilaktik
Farmakokinetik
- Diabsorpsi cepat dan utuh pada pemberian
intramuskuler
- Terikat pada protein plasma sekitar 83-96%
- Tidak dapat di ekskresi melalui hemodialisis.
Interaksi Obat
• Dengan Aminoglikosida memberi efek aditif,
sinergis
Opini
- Obat ini umumnya aktif terhadap kuman
gram-positif, tetapi kurang aktif dibandingkan
dengan sefalosporin generasi pertama
Levofloxacin
Jenis / Golongan • Antibiotik Quinolon

• Sinusitis maksilaris akut, bronkitis kronik dengan eksaserbasi


Indikasi bakteri akut, pneumonia, infeksi kulit, ISK, pielonefritis akut

• Hipersensitif, epilepsi, riwayat gangguan tendon, anak-anak &


Kontraindikasi remaja, wanita hamil & menyusui

• Reaksi hipersensitivitas kulit, diare, mual, flatulensi, nyeri perut,


Efek Samping pusing, dispepsia, insomnia, muntah, anoreksia, konstipasi,
edema, malaise
Farmakokinetik
• levofloxacin sedikit terikat protein dan mampu
mencapai kadar tinggi dalam jaringan prostat.
• Masa paruh eliminasi panjang sengingga
dapat di berikan 2x sehari.
• Di metabolisme dihati dan di ekskresikan
melalui ginjal.
Interaksi Obat
• Antasid dan preparat besi (FE)
Absorbsi kuinolon dan levofloksasin dapat
berkurang hingga 50% atau lebih.
• Teofilin
Levofloksasin dapat menghambat metabolisme
teofilin sehingga kadar teofilin tinggi dalam darah.
Opini
• Pengunaan bijak untuk obat golongan
fluorokuinolon sangat diperlukan karena adanya
resistensi obat.
• Pada keadaan gagal ginjal fluorokuinolon sediki
dikeluarkan melalui hemodialisis dan sedikit
dikeluarkan lewat empedu, sehingga
penambahan dosis pada pasien gagal ginjal tidak
diperlukan.
VIP Albumin
Jenis obat: Suplemen dan Terapi Penunjang
• Meningkatkan daya tahan tubuh
• Meningkatkan kadar albumin dan hemoglobin
• Mempercepat penyembuhan luka pasca op
• Menghilangkan edema
• Mempercepat proses penyembuhan penyakit
• Nutrisi tambahan untuk lansia, ibu hamil, dan anak

INDIKASI : Hipoalbumin
OPINI
• Pemberian VIP Albumin disarankan dalam
kasus ini karena jumlah albumin dan protein
total yang sangat rendah.
Protein total 4,5 gr/dL (n: 6 – 8)
Albumin 1.7 gr/dL (n: 3,7 – 5,2)
Paracetamol
• Golongan obat : Analgesik (non opioid)
• Cara kerja :
Paracetamol menghambat enzim
sikoosigenase dalam otak (SSP). Efek antinyeri
muncul akibat terjadinya penghambatan perifer
dari pembentukan impuls nyeri. Paracetamol
menurunkan panas dengan menghambat pusat
regulator panas hipotalamus (SSP)
• Indikasi : Nyeri ringan – sedang dan demam
• Kontra indikasi : pasien dengan chronic
alcoholism, hipovolemia berat, malnutrisi
kronik, gangguan ginjal/hepar berat, ibu hamil
dan dalam masa laktasi
• Interaksi obat
- Meningkatkan risiko kerusakan fungsi hati pada penggunaan
bersama alkoholm
- Menurunkan kadar anti konvulsan (fenitoin, barbiturat,
karbamazepin) dalam darah
- Meningkatkan kadar probenecid dalam darah
- Meningkatkan kadar kloramfenikol dalam darah
- Memeningkatkan efek antikoagulan Warfarin
- Meningkatkan absorbsi dengan Metoklorpamid daan Domperidone

• Efek samping: jarang, tetapi pernah terjadi reaksi hipersensitivitas, ruam


kulit, kelainan darah, dan hipotensi
OPINI
• Pemberian Paracetamol disarankan dalam
kasus ini karena pasien mengalami demam
yang naik turun. Paracetamol dapat diberikan
saat demam datang dan obat ini juga memiliki
interaksi yang baik dengan Domperidone.
ONDANSETRON
Menghambat ikatan antara
Tidak terjadi serangan muntah di
reseptor serotonin (5HT3) dengan
sentral (CTZ) dan perifer (nervus
serotonin (5HT) di sentral
vagus)
maupun perifer
INDIKASI KONTRA INDIKASI
• CINV ( Chemotherapy • Hipersensitif terhadap
Induced Nausea & ondansetron
Vomiting)
•RINV ( Radiotherapy
Induced Nausea &
Vomiting)
• PONV ( Post Operative
Nausea & Vomiting
EFEK SAMPING
• Sakit kepala
• Demam
• Mengantuk
• Konstipasi
• Rasa lemas
• Ansietas
• Hipotensi
INTERAKSI OBAT
• TRAMADOL --> MENGURANGI EFEK DARI
TRAMADOL SEBAGAI ANTINYERI

• RIFAMPISIN --> MEMPERCEPAT


METABOLLISME ONDANSETRON SEHINGGA
KADAR ONDANSETRON MENURUN DALAM
DARAH
OPINI
• Karena pasien terdapat gejala mual dan muntah
• Dan dilihat dari pemeriksaan laboratorium kadar
natrium 120 mmol/L yang diharapkan untuk tidak mual
kembali agar tidak muntah
Natrium Bikarbonat
(Bicnat)

Mekanisme Kerja
Alkalizer Sistemik (↑ plasma bikarbonat pada darah  ↑ pH
darah)
Alkalizer Urin (↑ekskresi ion bikarbonat bebas dalam urin 
↑pH urin)
INDIKASI KONTRAINDIKASI
• Asidosis Metabolik • Riwayat alergi
• Alkalinisasi Urin • Alkalosis metabolik,
respiratorik
• Overdosis obat • Hipernatremia
antidepresan trisiklik • Edema pulmonari
• Resusitasi hiperkalemia • Hipokalsemia
• Pelarut dan pembersih • Hipokloridia
topikal • Ibu menyusui
EFEK SAMPING
• Distensi lambung
• Flatulence
• Nausea
• Edema
• Hipernatremia
• Hipokalsemia
• Hipokalemia
• Alkalosis metabolik
Dosis dan
Sediaan
• Larutan injeksi: 8,4% ampul
25ml
• Sediaan Tablet: 500mg –
1000mg
– Dosis yang dianjurkan  1 –
4 gram /hari
Interaksi Obat
• Na bicnat + obat bersifat basa (amfetamin,
kuinidin)  ↓ekskresi Na bicnat
• Antasida + Penisilin  ↓absorpsi penisilin
Opini
• Pemakaian obat golongan antasid harus dipantau
dikarenakan efek samping pada pemakaian kronik
akan menyebabkan nefrolitiasis fosfat
• Pemeriksaan Laboratorium untuk Na, K, Cl juga
perlu dipantau karena efek samping dari
pemakaian Na Bicnat
• Untuk pengobatan anemia pasien, sebaiknya
perlu dipisah dari pemakaian Na bicnat
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai