Anda di halaman 1dari 32

REFERAT

Pemeriksaan Radiologi Trauma Kepala


Disusun oleh :
Try Veronica
1765050057

Pembimbing :
dr. Yvonne N. J. Palijama, Sp.Rad,. MARS.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi


Periode 25 Februari - 30 Maret 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Anatomi kepala
• Tengkorak membentuk rangka kepala dan muka, termasuk
mandibula. Kranium mempunyai dua bagian besar, yakni
kalvaria (atap tengkorak) yang sering disebut neurokranium
dan selaput otak

Tengkorak atau kalvaria Meningen

Kranium Otak
Tengkorak atau Kalvaria
• Kalvaria terbentuk dari bagian-bagian superior os frontal,
parietal dan oksipital
• Tulang-tulang kalvaria terdiri atas lempeng tulang kortika dan
diploe
Kranium
• Kranium terdiri dari :

os frontal yang membentuk dahi, langit-langit rongga nasal dan langit-langit rongga
orbita

os parietal yang membentuk sisi dan langit-langit kranium

os temporal yang membentuk dasar dan bagian sisi dari kranium

os etmoid yang merupakan struktur penyangga penting dari rongga nasal dan berperan
dalam pembentukan orbita mata

os sfenoid yang membentuk dasar anterior cranium


Meningen
• Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak, terdiri
dari tiga lapisan yaitu :

Duramater

Arachnoid

Piamater
Otak
• Otak manusia terdiri dari serebrum,serebelum dan batang otak
• Serebrum terdiri atas hemisfer kanan dan kiri yang dipisahkan
oleh falks serebri (lipatan duramater yang berada di inferior
sinus sagitalis superior)
Trauma kepala

Definisi

Trauma kepala adalah trauma mekanik terhadap kepala baik


secara langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan
gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi
psikososial baik temporer maupun permanen.
Epidemiologi

Di Amerika setiap tahunnya kejadian cedera kepala diperkirakan mencapai 500.000 kasus. 10 %
dari penderita cedera kepala meninggal sebelum datang ke Rumah sakit

Kontribusi paling banyak terhadap cedera kepala serius adalah kecelakaan sepeda motor,
dan sebagian besar diantaranya tidak menggunakan helm atau menggunakan helm yang
tidak memadai

Lebih dari 100.000 penderita menderita berbagai tingkat kecacatan akibat cedera kepala
Etiologi
• Sebagian besar penderita cedera kepala disebabkan oleh
kecelakaan lalu-lintas, berupa tabrakan sepeda motor, mobil,
sepeda dan penyebrang jalan yang ditabrak
• Sisanya disebabkan oleh jatuh dari ketinggian, tertimpa benda
(misalnya ranting pohon, kayu, dsb), olahraga, korban
kekerasan baik benda tumpul maupun tajam (misalnya golok,
parang, batang kayu, palu, dsb), kecelakaan kerja, kecelakaan
rumah tangga, kecelakaan olahraga, trauma tembak, dan lain-
lain
Patofisiologi
• Primer
• Perluasan kerusakan dari jaringan otak (sekunder):

Kerusakan sawar Gangguan aliran Gangguan


darah otak darah otak metabolisme otak

Gangguan hormonal Reaksi inflamasi Radikal bebas


Klasifikasi

Berdasarkan
mekanisme Cedera kepala tumpul (tertutup), jatuh
atau terkena pukulan benda tumpul

Cedera kepala tembus (terbuka)


Berdasar
kan CKB Sama atau kurang dari 8
beratnya cedera kepala berat.
cedera
Cedera kepala sedang
memiliki nilai GCS 9-13
Cedera kepala ringan dengan
nilai GCS 14-15
Berdasarkan morfologi cedera

Fraktur Fraktur kranium terbuka atau komplikata mengakibatkan adanya


hubungan antara laserasi kulit kepala dan permukaan otak karena
kranium robeknya selaput duramater
Fracture dasar tengkorak biasanya memerlukan pemeriksaan CT Scan
dengan dengan teknik bone window untuk memperjelas garis
frakturnya
Adanya fraktur tengkorak merupakan petunjuk bahwa benturan yang
terjadi cukup berat sehingga mengakibatkan retaknya tulang
tengkorak
Lesi Intrakranial
• Lesi intrakranial dapat diklasifikasikan sebagai fokal atau difusa,

– Lesi fokal termasuk hematoma epidural, hematoma subdural, dan


kontusi (atau hematoma intraserebral)
– Kelompok cedera otak difusa, secara umum, menunjukkan CT scan
normal namun menunjukkan perubahan sensorium atau bahkan
koma dalam keadaan klinis
Hematoma epidural

Terbentuk di ruang potensial, dengan ciri berbentuk bikonvek atau lensa cembung

Penderita dengan pendarahan epidural dapat menunjukan adanya “lucid interval” yang
klasik

Dengan pemeriksaan CT Scan akan tampak area hiperdens yang tidak selalu homogeny,
bentuknya biconvex sampai planoconvex, melekat pada tabula interna dan mendesak ventrikel
ke sisi kontralateral
Hematom subdural

Terjadi di antara duramater dan arakhnoid

Terjadi paling sering akibat robeknya vena bridging antara korteks serebral dan
sinus draining.

Pada CT Scan tampak gambaran hyperdens Pada CT Scan terlihat adanya komplek perlekatan, transudasi,
sickle ( seperti bulan sabit ) dekat tabula kalsifikasi. Pada CT Scan akan tampak area hipodens, isodens, atau
interna. Batas medial hematom seperti sedikit hiperdens, berbentuk bikonveks, berbatas tegas melekat
bergerigi pada tabula

SDH akut SDH kronis


Cedera aksonal difus

Keadaan dimana pendeerita mengalami koma pasca cedera yang


berlangsung lama ddan tidak diakibatkan oleh suatu lesi masa atau
serangan iskemik

Penderita sering menuunjukan gejala dekortikasi atau deserebrasi


dan bila pulih sering tetap dalam keadaan cacat berat, itupun bila
bertahan hidup

Penderita sering menunjukan gejala disfungsi otonom seperti hipotensi,


hiperhidrosis dan hiperpireksia dan dulu diduga akibat cedera aksonal
difus dan cedeera otak kerena hiipoksia
Peran pencitraan pada trauma kepala

• Indikasi foto polos kepala

Foto polos kepala : fraktur tulang, dan tidak mampu menghasilkan visibilitas yang baik pada otak atau
adanya darah untuk menunjukkan cedera intracranial
Pemeriksaan foto polos kepala untuk melihat pergeseran (displacement) fraktur tulang tengkorak

Gambar 1. Garis fraktur pada tengkorak


Indikasi untuk CT scan kepala

• Pemeriksaan standar untuk menangani cedera kepala sedang


dan berat.
• Perdarahan intracranial, edema, bengkak, midline shift,
herniasi, dan fraktur

Ketika dihadapkan dengan pasien anak, risiko dan keuntungan harus diperhitungkan karena
paparan radiasi
Protokol CT scan kepala

CT scan pada trauma kepala dijalankan dengan 120 kVp, 200mAs dengan
rotasi singkat yaitu 0.5 detik

Protokol utama untuk deteksi fraktur, pada kalvaria atau tulang belakang
memerlukan potongan tipis aksial dengan menggunakan sharp kennel

Dapat juga dilakukan pencitraan koronal, sagittal, multiplayer oblique, atau


tiga dimensi utnuk membantu visualisasi
• Fraktur dasar tengkorak (basis kranii) biasanya memerlukan
pemeriksaan CT Scan dengan teknik (bone window) untuk
mengidentifikasi garis frakturnya
• Fraktur dasar tengkorak yang melintang kanalis karotikus
dapat mencederai arteri karotis (diseksi, pseuoaneurisma
ataupun trombosis) perlu dipertimbangkan untuk dilakukan
pemeriksaan angiography cerebral
Gambar 2.1 Fraktur depresi pada CT scan kepala

Gambar 2. CT scan potongan aksial menunjukkan fraktur


tulang frontal dan open comminuted dengan perdarahan Gambar 2.2 Fraktur bola ping pong
menggumpal pada fisura interhemisfer

Gambar 2.3 Fraktur Stiletto heel


Epidural hematoma

• Bentuk bikonveks
dibandingkan dengan
crescent-shape dari
hematoma subdural
• Sumber perdarahan, waktu
berlalu sejak cedera, dan
tingkat keparahan
perdarahan Gambar 3. CT scan kepala dengan epidural hematoma
Subdural hematom

• Pada fase akut, berbentuk


bulan sabit  menyebabkan
pergeseran garis tengah
• Pada fase kronis area
hipodens, isodens, atau
sedikit hiperdens, berbentuk
bikonveks, berbatas tegas
melekat pada tabula
Gambar 4. CT scan pada pasien dengan subdural hematoma
kronis
Perdarahan subarakhnoid

Gambar 5. CT scan pada otak menunjukkan perdarahan


subaraknoid yang ditunjukkan area putih pada tengah
Perdarahan intraserebral

• Trauma pembuluh darah, timbul


hematoma intraparenkim dalam
waktu ½-6 jam setelah terjadinya
trauma.

Gambar 6. Gambaran perdarahan intraserebral pada CT


scan kepala
Perdarahan intraventrikular

• Penumpukan darah pada


ventrikel otak. Perdarahan
intraserebral.
• Pada perdarahan intraventrikular
akan terlihat peningkatan
densitas atau ventrikulomegali
dari gambaran CT scan kepala
Gambar 7. CT scan kepala pada perdarahan
intraventrikular
Indikasi MRI untuk trauma kepala

MRI bukan merupakan pencitraan utama untuk investigasi


trauma kepala

Namun sampai saat ini tidak terdapat penelitian yang


mengkonfirmasi penggunaan MRI dalam situasi emergensi

MRI juga dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi Gambar 8. Susceptibility weighted image
perdarahan intracranial dan untuk deteksi kontusio, DAI,
perdarahan minimal, edema, dan cedera batang otak (SWI) dari diffuse axona injury pada
trauma dengan 1.5 tesla (kanan)
Protokol untuk menjalankan MRI
• Protokol MRI untuk evaluasi cedera kepala mencakup T1W,
T2W, T2W fluid-attenuated inversion recovery (FLAIR),
T2*gradient recalled echo (GRE), dan diffusion weighted
imaging (DW1). SW1 atau susceptibility weighted images juga
dapat digunakan pada perdarahan mikro. Namun secara
umum, tidak diperlukan pemberian kontras intravena untuk
evaluasi cedera kepala.
Kesimpulan

Trauma kepala adalah suatu trauma yang menimpa struktur kepala sehingga dapat
menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional jaringan otak

Trauma kepala dapat menimbulkan perdarahan intrakranial berupa fraktur yulang kepala,
perdarahan epidural, perdarahan subdural, perdarahan subarakhnoid, perdarahan
intraventrikular, dan perdarahan intraserebral

Pemeriksaan tomografi komputer(CT Scan) kepala sangat berguna pada trauma kepala karena
isi kepala secara anatomis akan tampak dengan jelas. Pada trauma kepala, fraktur,
perdarahan dan edema akan tampak dengan jelas baik bentuk maupun ukurannya.

Anda mungkin juga menyukai