TUMOR LARING
DISUSUN OLEH:
Ayu Sugiarti
1102016036
PEMBIMBING:
Dr. Jon Prijadi, Sp. THT-KL
Otot-otot laring dapat dibagi menjadi dua kelompok; (1) ekstrinsik dan (2)
intrinsik.
Otot-otot ekstrinsik dapat dibagi dalam dua kelompok yang berlawanan,
yaitu kelompok elevator laring dan depressor laring. Laring tertarik ke atas selama
proses menelan dan ke bawah sesudahnya. Karena os hyoideum melekat pada
kartilago thyroidea melalui membrane thyroihyoidea, gerakan os hyoideum akan
diikuti oleh gerakan laring.
Otot-otot elevator laring meliputi m.digastricus, m.stylohyoideus,
m.geniohyoideus. M.stylopharyngeus, m.salphingopharyngeus, dan
m.palatopharyngeus yang berinsersio pada pinggir posterior lamina kartilaginis
thyroidea juga mengangkat laring.
Otot depressor laring meliputi m.sternohyoideus, m.sternothyroideus, dan
m.momohyoideus. Kerja otot-otot ini dibantu oleh daya pegas trakea yang elastis.
Otot-otot intrinsik dapat dibagi menjadi dua kelompok; kelompok yang
mengendalikan aditus laringis dan kelompok yang menggerakkan plica vocalis.
Terdapat dua sfingter pada laring yaitu (1) pada aditus larynges dan (2)
pada rima glottis. Sfingter pada aditus larynges hanya berfungsi pada saat
menelan. Ketika bolus makanan dipindahkan ke belakang di antara lidah dan
palatum durum, laring tertarik ke atas di bawah bagian belakang lidah. Aditus
larynges menyempit akibat kontraksi m.artynoideus obliqus dan m.aryepiglotica.
Epiglotis didorong ke belakang oleh lidah dan berfungsi sebagai sungkup di atas
aditus larynges. Bolus makanan atau cairan kemudian masuk ke dalam esophagus
dengan berjalan di atas epiglottis atau turun ke bawah lewat alur pada sisi-sisi
aditus larynges, yaitu melalui fossa piriformis.
Ketika batuk atau bersin, rima glotidis berfungsi sebagai sfingter. Setelah
inspirasi, plica vocalis mengalami adduksi, dan otot-otot ekspirasi berkontraksi
dengan kuat. Akibatnya, tekanan di dalam toraks meningkat, dan dalam waktu
yang sama plica vocalis mendadak adduksi. Pelepasan mendadak dari udara yang
terkompresi seringkali diikuti pula keluarnya partikel asing atau mucus dari
saluran pernapasan dan selanjutnya masuk ke faring. Disini, partikel-partikel ini
akan ditelan atau dikeluarkan.
Pada keadaan abdomen tegang seperti saat miksi, defekasi dan melahirkan,
udara sering ditahan sesaat di saluran pernapasan dengan cara menutup rima
glotidis. Sesudah inspirasi dalam, rima glotidis ditutup. Kemudian otot-otot
dinding anterior abdomen berkontraksi dan gerakan naik dari diafragma dicegah
oleh adanya udara yang tertahan di saluran pernapasan. Setelah usaha yang cukup
lama, orang tersebut sering melepaskan sejumlah udara dengan membuka rima
glotidisnya sekejap dan menimbulkan suara mengeluh.
Patologi
Polip pita suara terjadi akibat berteriak tiba-tiba sehingga terjadi
perdarahan di pita suara disertai edema submukosa.
Gejala Klinis
Biasanya unilateral. Tempat tumbuhnya sama dengan nodul, di
epertiga posterior pita suara. Masa lunak dengan permukaan rata, dan
sering bertangkai. Masa bisa naik turun di glottis saat bicara atau
bernafas. Gejalanya berupa suara serak, dan bila polip besar dapat
menyebabkan dispnea, stridor dan sering tersedak. Kadang kadang ada
keluhan suara dobel (diplofonia) yang disebabkan frequensi getar kedua
pita suara tidak sama. Keluhan keluhan tersebut dapat hilang timbul
pada polip berukuran besar yan menggantung. Keluhan dispnea terjadi
hanya pada polip dengan ukuran sangat besar. Diagnosis banding yang
penting adalah granuloma intubasi dan granuloma kontak.
Penatalaksanaan
Operasi dengan mikrolaringoskopi yang dilanjutkan dengan
terapi wicara. Pembedahan mikrolarisngooskopi ini bertujuan untuk
menyingkirkan kemungkinan pertumbuhan histologi ganas dan
logopedik.
Patologi
Penggunaan suara yang berlebihan menyebabkan edema dan
perdaraha di ruang submukosa, yang kemudia mengalami hialinisasi
dan fibrosis. Mukosa di atasnya juga mengalami hyperplasia sehingga
membentuk nodul.
Gejala Klinis
Keluhan suara serak, suara tidak bisa tahan lama, dan nyeri leher
jika bicara bayak. Pada stadium awal berupa pembengkakakn lunak,
berwarna kemerahan yang akhirnya mengeras dan menjadi berwarna
keabu-abuan. Nodul khas dijumpai pada kedua sisi di posisi pita suara
tekait, biasanya dijumpai pada area peralihan sepertiga dean hingga
sepertiga belakang pita suara, karena bagian tersebut merupakan tempat
tersering peregangan untuk menghasilkan frequensi tinggi, misalnya
saat benyanyi atau teriak. Secara histologis tampak penebalan epitel
dengan fibrosis dan penambahan jaringan ikat.
Penatalaksaan
Pada kasus stadium awal diterapi secara konservatif dengan
anjuran mengurangi bicara, dan dibiasakan bicara dengan suara
normal. Dengan cara ini nodul pada anak-anak bisa hilang. Pada kasus
jangka lama pasien dewasa dan nodul yang sudah besar perlu dilkukan
operasi pengangkatan nodul. Biasanya operasi dilakukan dengan teknik
bedah mikrolaringoskopi dengan sinar laser CO2. Operasi harus
dilakukan secara hati-hati, jangan sampai merusak pita suaranya.
Selanjutnya dilakukan terapi wicara, agar tidak berulang kembali.
c. Kista Laring
Pembentukan kista di laring pada dasarnya dapat dijumpai
secara umum di tempat dengan sejumlah kelenjar mukosa kecil. Kista
paling sering ditemukan di area glotis (60%) dan plica vestibulares
(18%).
Kista pita suara selalu berlokasi di satu sisi, berbeda dengan
nodul pita suara. Meskipun begitu, kista unilateral dapat membentuk
nodul kontak di sisi kontralateralnya, yang mempersulit diagnosis
banding.
Gambaran Klinis
Keluhan bergantung pada lokasi kista. Kista pita suara biasanya
menimbulkan suara parau dengan derajat keparahan yang berbeda-beda
dan kista di epiglotis bermanifestasi sebagai globus sensation atau
disfagia. Pada laringoskopi, kista terlihat sebagai lesi desak-ruang yang
mengkilap dan kekuningan, yang dilapisi dengan epitel laring.
Terapi
Bila terdapat keluhan dan gambaran histologis yang meragukan,
kista diangkat melalui pembedahan mikro.
d. Granuloma Kontak
Ulkus ontak atau granuloma ini disebabkan oleh cara bersuara
yang tidak benar sehingga processus vokalis arytenoid saling berdau
dengan kuat, mengakibatkan ulserasi atau pembentukn ngranuloma.
Penyebab lain adalah refluks asam lambung. Diamana granuloma ini
hanya diamati pada orang dewasa dan terutama pria. Diaman granuloma
yang terbentuk bisa unilateral atau bilateral pada processus vocalis di
cartilage arytenoid. Faktor predisposisi granuloma tersebut adalah,
rokok, baruk residif, berdehem dan stress.
Gejala klinis
Keluhan utama yaitu suara serak, sering berdehem, sera nyeri
tenggorok yang bertambah berat saat berbicara. Dimna suara serak
(disfonia) ini bersifat kronik yang disertai nyeri dan sensasi benda
asing.
Pemeriksaan
Terlihat ulkus unilateral atau bilateral pada processus vokalis
arytenoid yang disertai pembengkakan mukosa arytenoid. Mungkin
terlihat adanya pembentukan granuloma. Dengan laringoskopi, sering
terlihat bagian yang saling terkait satu sama lain di kedua sisi pada
pemeriksaan granuloma, karena area tersebut dikelilingi oleh ulkus.
Penatalaksanaan
e. Edema Reinke
Adanya pengumpulan cairan/edema di spatium subepitel reinke.
Kedua pita suara megalami edema yang difuse dan simetris. Penyebab
tersering aitu merokok dan pemakain suara berlebihan.
Penatalaksaan
Dilakukan insisi memanjang pada pita suara untuk mengeluarkan
caiaran yang dilanjutkan denga terapi wicara dan berhenti merokok.
Pentalaksanaan
Pengangkatan lapisan yang menebbal tersebut, kemudian
dilakukan pemeriksaan histopatologi utuk mencari tanda keganasan.
Selai itu di cari penyebabnya dan dihindari, mislay merokok, atau
paparan zat kimia tertentu.
b. Kista sakus
Penyebabya adalah sumbatan pada muara sakus yang
megakibatkan retensi secret dan pelebaran sakus, terlihat s ebagai
kista di ventrikel laring. Terdapat dua macam kista sakus
diantaranya:
1. Kista sakus anterior: tejadi dibagia anterior vetrikel dan
menghambat gerak sebagian dari pita suara.
2. Kista sakus lateral: dapat menjadi besar dan meluas sampai ke
plika ventrikularis dan plika ariepiglotik. Jika besar sekali,
kista dapat menonjol ke leher melalui membrane tirohyoid.
c. Laringosil (laryngocele)
kista berisi udara akibat dilatasi sakulus. Laringosil pada
orang dewasa dapat berhubungan dengan karsinoma yang
menyebabkan sumabatan muara sakulus. Terdapat tiga macam
laringosil yaitu:
Laringosil interna: kista terbatas didalam laring dan terlihat
sebagai peonjolan pada plika ventrikularis atau plika ariepiglotik.
Laringosil eksterna: dilatasi sakulus meniojol ke luar leher,
melalui membrane tiroid
Laringosil interna dan eksterna: gabungan kedua unsur.
Gejala Klinis
Suara serak dan batuk-batuk. Jika besar, dapat menyebabkan
gangguan pernapasan. Laringosil eksterna terlihat sebagai penonjolan
pada leher yang ukurannya dapat berubah ubah, ukuran dapat
bertambah besar saat batuk atau saat melakukan perasat valsava.
Pemeriksaan
Laringoskopi indirek, foto rontgen soft tissue leher. AP dan
lateral saat valsa. Dan Ct- scan leher.
Penatalaksanaan
Tindakan bedah ekstirpasi melalui insisi leher.
Gejala klinis
Pasien datang denga gejala serak atau afonia, sesak napas dan
kadang-kadang ada stridor.
Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan dnegan laringoskopi direk, atau
laringoskopi fleksibel erat optik dan biopsy.
Penatalaksaan
Pengangkatan papilloma dengan sinar laser CO2, secara
mikrolaringoskopi dan diusahakan jangan sampai mencederai pita
suara. Jika tidak ada fasilitas laser, pengangkatan dapat dilakukan
menggunakan cunam taja.
Terapi
ialah menjaga jalan napas yang baik, mempertahankan
kemampuan wicara, dan menghinari kekambuhan. Terapi tambahan
seperti interferon atau retinoic dapat diberikan, tetapi banyak efek
samping yang perlu dipertimbangkan.
b.
Chondroma
Chondroma
merupakan lesi yang tumbuh lambat dan
terdiri dari kertilago hyalin. Lebih banyak mengenai wanita bila
dibandingkan dengan wanita. Lokasi tersering terjadinya chondroma
yaitu di bagian dalam dari posterior plate kartilago krikoid, diikuti
dengan thyroid, arythenoid dan epiglottis. Gejala berupa:
- Hoarseness, dyspnea dan dysphagia
- Perasaan penuh ditenggorokan
- Dyspnea dan hoarseness khas untuk massa di supraglotik
- Hoarseness disebabkan karena restriksi dari gerakan pita suara
oleh massa
- Pemeriksaan laryngoskopi menunjukan adanya tumor dengan
mukosa yang halus, lembut, bulat atau nodular. Pemeriksaan
pilihan untuk saat ini adalah dengan menggunakan CT- Scan
- Chondroma dari thyroid, krikoid atau kartilago trakea dapat
mencul sebagai massa yang keras
- Klasifikasi biasanya dapat dilihat dari pemeriksaan radiografi
Terapinya adalah (1) surgical excision: Lokasi menentukan
teknik operasinya, (2) Lateral external approach, dan (3) Total
laringektomi untuk massa yang rekuren.
c. Hemangioma
Hemangioma merupakan tumor jinak dari pembuluh darah dan
sering muncul sebagai lesi kutaneus yang melibatkan daerah wajah dan
leher. Hemangioma yang mengenai jalan nafas dapat dibagi menjadi
dua macam yaitu bentuk neonatal dan dewasa.
Neonatal hemangioma yang terdapat pada jalan nafas hampir
selalu muncul di area subglotik.ekstensi hemangioma ke daerah
posterior interarytenoid telah lama diketahui. Eksisi pada darah ini
harus dihindari atau dibatasi untuk mencegah terjadinya scarring pada
daerah glottik posterior. Hemangioma pada orang dewasa dapat
berawal dari glottis atau supraglotis. Cenderung untuk membentuk
massa submukosal yang diskret.
Terapi dengan eksisi CO2 atau Nd YAG laser (Untuk angioma
yang kecil) atau lateral pharyngotomy (Untuk angioma yang besar).
Intralesional atau sistemik steroid berguna sebagai terapi adjuvan pada
terapi laser.
4.2.1 Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari tumor ganas laring belum banyak
diketahui secara pasti, namun dari berbagai penelitian didapatkan kebiasaan
merokok dan minum alcohol mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya tumor
ganas laring. Berikut di bawah ini akan diuraikan etiologi dari tumor ganas
2
laring:
Merokok
tembakau merupakan factor resiko yang paling sering untuk
terjadinya tumor laring, makin banyak merokok resiko makin besar dan di daerah
tempat merokok 5 sampai 35 kali lebih banyak dari daerah bukan tempat
merokok. Ethyl nitrit didapatkan sebagai bahan karsinogen pada asap rokok.
Merokok lebih dari 40 batang sigaret perhari mortalitas 15/100.000 sedangkan
pada yang bukan perokok 0,6/100.000. Insiden karsinoma laring dapat diturunkan
dengan berhenti merokok dan menghindar dari asap rokok.
Berat ringannya perokok dibagi atas perokok ringan bila merokok 20
batang rokok sigaret perhari, perokok sedang 20 – 39 batang rokok dan 40 batang
rokok atau lebih perhari lebih dari 20 tahun.
Scanlon FF mendapatkan perokok sigaret non filter paling sering sebagai
penyebab keganasan. Pemaparan asap tembakau terutama sigaret menyebabkan
metaplasia dan perubahan kearah keganasan. Tembakau dan alcohol dapat
merusak permukaan mukosa laring dimana sel pada lapisan ini harus tumbuh
cepat untuk mengadakan perbaikan kerusakan sel. Kedua factor resiko
tersebut merusak DNA yang menimbulkan perubahan sel menjadi tumor.
Perokok pasif atau sekunder adalah orang sekitar orang yang sedang
merokok dimana sama-sama menerima iritasi dan toxin seperti karbon monosida,
nikotin, hydrogen sianida, dan ammonia sama dengan karsinogen seperti
benzene, nitrosamine, vinil khlorida, arsenic dan hidrokarbon. Selama merokok
nicotine dengan cepat diabsorbsi ke dalam darah menuju ke otak menyebabkan
efek adiktif.
Alkohol dapat menyebabkan iritasi pada mukosa, kerusakan hepar,
imunokompetensi menurun, sebagai kofaktor perubahan nitrit menjadi
ntrosamine dan mempermudah absorbs karsinogen. Pemakaian kombinasi dengan
tembakau akan lebih meningkatkan resiko terjadinya karsinoma laring. Efek
tembakau dan alcohol saling sinergis. Menurut Cauvi JM, pemakai tembakau
dan alcohol pada penderita karsinoma squamosa supraglotis lebih dari 90%.
Irradiasi telah lama diketahui sebagai karsinogenik. Adanya tumor yang
diinduksi radiasi (radiation-induced tumor) pernah dilaporkan yaitu sebanyak 2
kasus karsinoma squamosa. Riwayat terpapar radiasi akan meningkatkan
terjadinya karsinoma laring pada penderita tirotoksikosis dan limfadenopati
servik benigna setelah mendapat radioterapi dan terjadinya peningkatan
kejadian 25-30 tahun setelah radiasi.
Faktor pekerjaan sebagai penyebab terjadinya karsinoma laring
dipengaruhi dengan adanya konsumsi rokok dan kebiasaan minum alcohol.
Beberapa peneliti mendapatkan pada sekelompok orang yang pekerjaannya
berhubungan dengan debu kayu, asap cat, nikel terdapat peningkatan karsinoma
laring daripada kelompok lainnya.
Beberapa peneliti mendapatkan infeksi papiloma virus, refluks
gastroesofageal dan keadaan imunosupresi berpengaruh untuk terjadinya
karsinoma laring. Infeksi virus Human Papilloma yang awalnya pertumbuhan
benign dapat menjadi maligna pada waktu kemudian. Penderita infeksi virus 25%
dapat menjadi karsinoma laring, dimana virus menginvasi sel hidup untuk
reproduksi dengan menempel pada reseptor permukaan sel target. Setelah masuk
sel terjadi integrasi material genetic dengan host yang dengan mekanisme tertentu
dapat menjadi kanker dan secara tidak langsung hal ini terjadi melalui proses
imunodefisiensi.
4.2.2 Patofisiologi
Suatu karsinoma adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkendali dengan
jaringan yang tidak teratur sehingga meluas tanpa batas mengganggu fungsi organ
dan membahayakan nyawa mahluk tersebut. Pada sel normal terdapat
kesetimbangan antara sinyal-sinyal yang menstimulasi dan menginhibisi
pertumbuhan yang diregulasi dengan cermat sehingga pembelahan sel hanya bila
diperlukan. Pada sel tumor proses ini terganggu sehingga pembelahan sel
berlangsung terus menerus. Proses pembelahan adalah pengendalian sel melalui
siklus sel dimana melibatkan berbagai kejadian yang menghasilkan duplikasi
DNA dan pembelahan sel.
Pada sel tumor mutasi gen-gen yang mengkontrol siklus sel menghasilkan
sel-sel yang mengandung DNA rusak. Kerusakan DNA dapat menyebabkan
penata ulang kromosom dan transmisi DNA yang rusak. Onkogen merupakan
protein dasar berfungsi dalam regulasi pembelahan sel dalam keadaan normal.
Terdapat dua kelompok gen yang berperanan dalam timbulnya kanker berupa
kelompok gen yang terlibat dalam pengendalian kontrol positif (proto-onkogen)
dan negatif (tumor supresor) pada siklus sel. Proto-onkogen mempunyai potensi
tinggi untuk menyebabkan terjadinya kanker sedangkan supresor gen yang
menghambat proliferasi sel. Gen supresor tumor banyak mendapat perhatian
adalah p53, mutasi pada gen ini paling banyak ditemukan pada kanker manusia
menghasilkan protein abnormal yang dapat mengikat protein produk gen p53
normal dan menghambat fungsinya sebagai penghambat proliferasi sel Mutasi
pada titik mutasi gen p53 terdapat 45 % pada karsinoma sel squamous kepala –
leher.
Sel normal dapat mengadopsi fenotipe karsinoma dengan pengaruh gen set
kanker atau virus tumor genetik sebaliknya set kanker dapat kembali menjadi
fenotipe normal setelah gene yang mengalami transformasi maligna diperbaiki.
Pemaparan lingkungan yang mengandung bahan-bahan karsinogenik dapat
merusak molekul DNA. Tiap rantai DNA mengandung ribuan gen merupakan
urutan unit spesi ik merupakan kode infornasi untuk sintesa protein. Urutan DNA
merupakan lokasi target untuk mutagen spesifik seperti asap tembakau
mengandung nitropolycyclic aromatic hydrocarbon membentuk 7methylguanine
dan 4 aminobiphenyl pada nukleotida guanine memberikan tipe dan gambaran
karsinoma. Dengan ditemukan gen yang berperan pada perkembangan kanker
memungkinkan penggunaan elemen genetik dan produknya sebagai target untuk
pencegahan dan pengobatan. Terapi strategi berdasarkan asam nukleat untuk
pengobatan kanker disebut terapi gen. Insidensi yang tinggi mutasi p53 pada
penderita tumor yang merokok dan peminum dibandingkan dengan yang tidak
merokok dan peminum.
4.2.3 Klasifikasi
Secara anatomi karsinoma laring dibagi sebagai berikut:
1. Tumor supraglotik
Epilaring termasuk zona marginal: suprahyoid epiglottis, plika ariepiglotika
dan aritenoid. Supraglotik diluar epilaring: infrahyoid epiglottis, plika
ventrikularis dan ventrikularies caviti.
2. Mengenai plika vokalis, komisura anterior dan komisura posterior. Batas
inferiornya adalah ketebalan mukosa antara 5-10 mm dibawah tepi bebas
plika vokalis, 10 mm merupakan batas inferior otot-otot intrinsic pita suara.
Batas atasnya adalah batas lateral ventrikel, sedangkan dasar ventrikel sendiri
termasuk dalam daerah glottis.
3. Tumor subglotik
Tumbuh lebih dari 10 mm dibawah tepi bebas plika vokalissampai batas
inferior kartilago krikoid.
4. Tumor transglotik
Merupakan suatu grup tumor yang menyeberang ventrikel sehingga
melibatkan bagain region glottis maupun supraglotis maupun supraglotis.
Pada tumor transglotik sulit untuk kita tentukan asal dari tumornya.
4.2.5 Diagnosa
Diagnosa ditegakkan dengan Anamnesis, Pemeriksaan umum,
Pemeriksaan faring, Pemeriksaan leher, Radiologi, Pemeriksaan laboratorium, dan
Pemeriksaan histopatologis.
1. Anamnesis
Anamnesis yang teliti mengenai perjalanan penyakit serta faktor-faktor yang
diduga sebagai penyebab seperti merokok, alkohol serta data mengenai usia,
jenis kelamin dan riwayat pekerjaan.
2. Pemeriksaan umum
Diperlukan untuk mengetahui keadaan umum secara keseluruhan seperti
tampak sakit berat, sesak nafas, penurunan berat badan serta ada tidaknya
gambaran penyebaran jauh seperti ke hepar. Juga untuk menilai status fisik
untuk tindakan biopsi, pembedahan, radioterapi atau kemoterapi.
3. Pemeriksaan laring
Dengan pemeriksaan laringoskopi langsung dan tidak langsung kita dapat
menentukan ukuran dan lokasi tumor. Pemeriksaan laringoskopi tidak
langsung kurang begitu bermakna dan hanya merupakan pemeriksaan
pendahuluan sedang dengan pemerikssan laringoskopi langsung kita dapat
membedakan massa tumor laring bila dilihat dari gambarannya:
- Tumor supraglotik : tampak tepi meninggi dan banyak bagian-bagian
dengan ulserasi sentral atau kemerahan dan sering kali meluas.
- Tumor Glotik : cenderung lebih proliferatif dari pada ulseratif. Lesi yang
khas menyerupai kembang kol dan berwarna keputihan.
- Tumor subglotik : lebih difus dan mempunyai ulkus superficial dengan
tepi lebih tinggi dan lebar.
4. Pemeriksaan Leher
Untuk melihat adanya penyebaran tumor baik langsung maupun secara
metastase melalui kelenjar getah bening regional. Tempat terbanyak
metastasis adalah kelenjar getah bening di upper dan middle deep cervikal.
Tumor subglotik lebih sering bermetastase sedang tumor glotik jarang.
Pemeriksaan kelenjar getah bening harus mencakup jumlah, ukuran dan
mobilitas.
5. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan thorak foto perlu untuk melihat ada tidaknya metastase ke paru-
paru. Juga diperlukan pemeriksaan foto soft tissue leher dengan posisi AP dan
lateral untuk melihat keadaaan airway serta massa tumor. CT scan dan MRI
merupakan pemeriksaan yang lebih canggih lagi untuk determinasi klinis dan
ekstensi tumor primer.
B. Karsinoma Supraglotik
Invasi ke ruang preepiglotik lebih nyata pada karsinoma
supraglotik, terutama pada permukaan posterior laring dan epiglottis.
Tumor dapat ke area ini melalui penetrasi kartilago epiglotika atau
destruksi dari kartilago itu sendiri. Lateral dari ruang ini terdapat ruang
paraglotik sehingga tumor dapat invasi kesana. Dari ruang ini tumor
dapat mencapai ruang preepiglotik dan dapat terlihat dengan pemeriksaan
laringoskopi. Invasi tumor ke ruang preepiglotik dijumpai pada hampir
40% kasus karsinoma dan hampir 70% kasus tumor epiglotik. Tumor
supraglotik dapat mencapai kranial melalui ekstensinya ke valekula dan
lidah. Sedangkan kearah posterior tumor ekstensi ke kartilago aritenoid
dan sinus piriformis.
C. Karsinoma Subglotik
Tumor subglotik primer sangat jarang dan mempunyai
kecenderungan untuk tumbuh cepat dan ekstensif sebelum terlihat
gejalanya seperti stridor inspiratoar. Invasi tumor ke pita suara akan
menimbulkan kelumpuhan mobilitas pita suara dan menyebabkan suara
menjadi serak. Tumor ini dapat menyebar ke membrane krikoid
anterior atau ke ruang krikotrakeal posterior atau invasi ke trakea
dikaudal.
E. Metastase Jauh
Metastase jauh dari tumor laring adalah jarang, tersering adalah
ke organ paru diikuti ke mediastinum, jarang pada tulang hepar atau organ
lain. Metastase jauh ini biasanya didahului oleh metastase ke KGB regional.
Gambaran histologi dengan diferensiasi buruk, tumor yang nekrotik dan
tumor yang tekah metastase ke KGB mempunyai kejadian yang tinggi
untuk metastase jauh ke paru-paru.
4.2.7 Terapi
Pengelolaan penderita tumor ganas laring dapat bersifat single modality
atupun combined-modality. Dimana dapat dengan oeperatif, radioterapi,
kemoterapi serta terapi kombinasi. Terapi kombinasi yang sering digunakan
adalah operatif dengan diikuti radioterapi.
Terapi Operatif
Laringektomi adalah prosedur pembedahan pada laring untuk
membuang massa tumor, dilakukan tergantung dari lokasi tumor dan
efektifitas dalam mengontrol tumor. Terapi pembedahan dilakukan pada tumor
dengan lokasi yang dapat dijangkau juga dapat dikombinasikan dengan
prosedur radioterapi terutama jika curiga akan terjadi rekurensi setelah
pembedahan. Terapi pembedahan pada karsinoma laring dapat dilakukan
dengan beberapa cara, diantaranya adalah reseksi parsial vertikal, reseksi
parsial horisontal, dan reseksi total (total laringektomi).
Parsial laringektomi dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya
adalah vertikal/frontolateral laringektomi, horisontal/supraglotik laringektomi
dan cordectomi. Secara umum parsial laringektomi ini akan mengangkat
sebagian dari laring yang terdapat satu pita suara dari komisura anterior sampai
aritenoid, ipsilateral pita suara palsu, ventrikel, ruang paraglotik dan sebagian
kartilago tiroid.
Digunakan untuk tumor dengan T2 dan T3 yang terbatas di glotik atau
perluasan ke subglotik yang minimal atau supraglotik hanya di permukaan
inferior pita suara palsu. Vertikal laringektomi dapat dibagi menjadi 3 tipe
dasar pembedahan tergantung dari perluasan tumor sepanjang pita suara.
Tipe 1: karsinoma terbatas pada pertengahan duapertiga pita suara.
Daerah pita suara yang terkena sampai kartilago arytenoid dan ala
thyroid direseksi dengan menyisakan kartilago tiroid posterior
sekitar 3mm. Batas anterior adalah midline. Jaringan subglotik
direseksi sampai batas superior dari kartilago krikoid.
Tipe 2: karsinoma pada pita suara meluas ke komisura anterior.
Jaringan yang direseksi sama dengan tipe 1, kecuali pada 2-3
mm kartilago tiroid, pita suara palsu dan pita suara asli dan
jaringan lunak subglotik di reseksi pada sisi kontralateral.
Tipe 3: karsinoma pada pita suara meluas ke 1/3 anterior dan pita suara
Kontralateral.
Jaringan yang direseksi sama dengan tipe I kecuali pada 4-5 mm
kartilago tiroid, pita suara asli dan palsu dan jaringan lunak
subglotik direseksi pada sisi kontralateral.
Penatalaksanaan postoperatif
- Antibiotik
- Feeding tube
- Perhatikan daerah tracheostomi
- Latihan menelan setelah pengangkatan feeding tube
Komplikasi
- Aspirasi
- Fistula
- Rekurensi massa tumor
- Cricoid chondritis
- Disfagia
Total Laringektomi
Laringektomi total biasanya diindikasikan jika terdapat pita suara yang
terfixir dan tumor klasifikasi T2 atau T2b lebih dari satu tempat dan tergantung
dari luasnya tumor. T3 dan T4 tumor biasanya juga dilakukan prosedur ini.
Pada prosedur ini biasanya seluruh laring diangkat termasuk kartilago tiroid
dan krikoid, aritenoid, pita suara palsu dan asli, epiglotis, ruang preepiglotik
dan paraglotik dan os hyoid. Hal ini membuat pemisahan antara faring dan
trakea sehingga pasien akan bernafas permanen melalui stoma trakeostomi.
Laringektomi total dapat dikombinasikan dengan prosedur ipsilateral tiroid
lobektomi dan istmulobektomi terutama dengan tumor yang meluas ke daerah
subglotik disertai dengan paratrakeal dan trakeoesofageal node dessection.
Komplikasi
- Fistula dan luka infeksi
- Rekurensi
- Hipoparatiroidism dan hipotiroidism
- Stress peptic ulcer dan perdarahan
- Pharyngoesophageal stenosis
- Tracheitis
Gambar 7. Pasca total laringektomi
Radioterapi
Terapi radiasi merupakan modalitas utama untuk lesi-lesi berikut:
Tumor ganas pada satu atau kedua pita suara asli yang kecil dan superfisial
serta tidak mengenai komisura anterior atau prosesus vokalis, meluas ke
subglotis atau memfiksasi pita suara, Lesi tepi bebas epiglotis yang < 1 cm, dan
lesi pada pasien yang mempunyai resiko bedah besar.
Radioterapi akan memberikan hasil yang terbaik pada karsinoma
stadium dini dimana hanya melibat satu pita suara dan pada kasus dimana tidak
ada pita suara yang terfiksasi ataupun ekstensi ke ekstralaringeal. Pada
karsinoma stadium dini yang mengenai pita suara dengan radioterapi akan
memberikan hasil yang sama memuaskan dengan terapi laringektomi parsial. 1
Keuntungan dari radioterapi ini dibandingkan dengan tindakan operasi adalah
pita suara masih dapat dipertahankan. Pada tumor laring stadium lanjut dapat
digunakan sebagai terapi kombinasi pre operatif dan post operatif. Pada
preoperatif dapat diberikan dosis 5000 cGy. Pada post operatif diberikan dosis
5500 sampai 6000 cGy dimana diberikan dalam fraksi kecil 180 sampai 200
cGy.
Kemoterapi
Kemoterapi dimaksudkan untuk memusnahkan sel kanker dan anak sebarnya.
Sifat kerjanya tidak selektif sehingga sel-sel normal pun akan terganggu. Untuk
mengurangi efek samping yang terjadi dan meningkatkan hasilnya dapat
diberikan kombinasi sitostatika yang bekerja secara sinergik. Syarat pemberian
kemoterapi:
- Berdaya guna maksimal
- Cara kerja yang berbeda untuk mencegah resistensi
- Mempunyai efek samping yang berbeda agar dapat diberikan dalam dosis
- yang optimal
- Pemberian secara selang-seling untuk memberikan fase istirahat agar
terjadi pemulihan fungsi sel-sel yang normal
- Protokol terapi yang sering digunakan memakai bahan dasar platinum
yang dikombinasi dengan 5-fluorourasil dan adriamycin. Sedangkan
beberapa ahli mengemukakan beberapa agen kemoterapi yang lain seperti
methotrexate, bleomycin, cyclophosphamide, oncovin, cytoxan, leucoverin
dan vinblastine.
4.2.8 Prognosis
Prognosis karsinoma laring ditentukan oleh lokasi tumor pada laring, tipe
histopatologi, adanya metastasis dan terapi.