Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

OTITIS EKSTERNA DENGAN JARINGAN GRANULASI

Disusun Oleh :

Ayu Sugiarti – 1102016036


Salsabila Chyllia Dinda – 1102017208
Tiara Fazrie Rahmayanti - 1102017230

Pembimbing :
Dr. Erlina Julianti M.Kes, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK TELINGA HIDUNG TENGGOROK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
31 OKTOBER – 03 DESEMBER 2022
BAB I

STATUS PASIEN THT

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. A

Usia : 9 tahun

Alamat : Cikarang

Jenis Kelamin : Laki - laki

Status Pernikahan : Belum menikah

Tanggal Pemeriksaan : 07 November 2022

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Alloanamnesis dengan Ibu Pasien, Ny. M pada tanggal 07
November 2022 pukul 09.00 WIB di Poli THT-KL RSUD Kabupaten Bekasi.
a. Keluhan Utama
Keluar cairan dari telinga setiap bangun pagi hilang timbul sejak 1 minggu SMRS.
b. Keluhan Tambahan
Terdapat nyeri dan gatal hilang timbul pada telinga kiri

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien An. A datang bersama Ibunya ke Poli THT RSUD Kabupaten Bekasi
dengan keluhan keluar cairan dari telinga setiap bangun pagi sejak satu minggu
SMRS. Menurut keterangan ibu pasien sebelumnya pasien pernah mengalami hal
serupa 1 bulan yang lalu dan sempat sembuh namun keluhan mulai muncul kembali
1 minggu SMRS. Menurut ibunya keluhan pertama muncul saat telinga pasien
kemasukan air ketika berenang. Ibu pasien mengatakan setiap keluar cairan
dibersihkan menggunakan cotton bud dan baby oil. Pasien merasakan telinganya
gatal dan nyeri hilang timbul. Tidak ada riwayat demam, batuk dan pilek dalam satu
bulan terakhir

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Terdapat riwayat keluhan serupa 2 bulan lalu
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit sama
f. Riwayat Penggunaan Obat
Ibu pasien mengatakan sempat menggunakan obat tetes tapi tidak mengingat
nama obatnya
g. Riwayat Alergi
Pasien tidak ada riwayat alergi
h. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Pasien merupakan anak pertama. Tidak ada penyulit selama kehamilan. Selama
hamil, ibu pasien rutin kontrol setiap bulan ke bidan. Riwayat demam dan keputihan
selama hamil disangkal. Riwayat infeksi seperti TORCH, CMV pada ibu pasien
disangkal.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : Composmentis
Berat Badan : 28 kg
Tinggi Badan : 130 cm

Tanda-Tanda Vital
• Tekanan Darah :-

• Nadi : 80

• Respirasi : 20

• Suhu :
36,5

• SpO2 : 99

Status Generalis
• Kepala : Normocephal, Nyeri tekan (-), Massa (-)
• Mata : Pupil bulat isokor, Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), RCL (+/+),
RCTL (+/+)
• Leher : Edem (-), Hiperemis (-), Nyeri tekan (-), Pembesaran KGB ()
• Thorax :
- Inspeksi : Bentuk normal, Pergerakan dinding dada simetris
- Palpasi : Fremitus vocal & taktil simetris
- Perkusi : Sonor pada kedua hemithorax
- Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-), Bunyi jantung I&II
regular, Murmur (-), Gallop (-)
• Abdomen :
- Inspeksi : Datar
- Auskultasi : Bising usus (+)
- Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen - Palpasi : Nyeri
tekan (-), Hepatosplenomegali (- )
• Ekstremitas :
- Ekstremitas Atas : Akral hangat, CRT<2”, Edem (- )

- Ekstremitas Bawah : Akral hangat, CRT<2”, Edem (- )


IV. STATUS LOKALIS TELINGA
Auris
Bagian Kelainan
Dextra Sinistra

• Kelainan Kongenital - -

Preaurikula • Radang Tumor - -


• Trauma - -
• Nyeri Tekan - Ada

• Kelainan Kongenital - -

Aurikula • Radang Tumor - -


• Trauma - -
• Nyeri Tekan - +

• Edema - -
• Hiperemis - -
• Nyeri Tekan - -
Retroaurikula • Sikatrik - -
- -
• Fistula
- -
• Fluktuasi
- -

• Kelainan Kongenital - -
• Kulit Hiperemis (- ) Hiperemis (-)
Canalis • Sekret -
Acusticus + +
• Serumen
Externus - +
• Edema - -
• Jaringan Granulasi - -
• Kolesteatoma - +
- -

• Bentuk Normal Tidak dapat dinilai


Membran • Warna Hiperemis (+ )
Timpani • Intak Intak (+)
• Cahaya Terlihat cone of
light di jam 5

TES PENDENGARAN

Pemeriksaan Auris
Dextra Sinistra

Kanan Kiri

Tes Bisik tidak dilakukan tidak dilakukan


Tes Rinne positif positif

Tes Weber tidak ada lateralisasi

Tes Swabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan


pemeriksa

Pemeriksaan Tes panggil: +


Kesan : Pendengaran dalam batas normal

HIDUNG
Nasal
Bagian Kelainan

• Bentuk Normal Normal Normal Normal


Keadaan Luar
• Ukuran

• Mukosa

Tidak Tidak
Dilakukan Dilakukan

• Sekret
Rhinoskopi • Krusta
Anterior • Concha Inferior Tidak Tidak
Dilakukan Dilakukan

• Septum
• Polip/Tumor
Tidak Tidak
Dilakukan Dilakukan

• Pasase Udara

Baik Baik

• Mukosa
• Koana
Rhinoskopi • Sekret Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Posterior • Torus Tubarius
• Fossa Rossenmuller
• Adenoid
MULUT DAN OROFARING
Bagian Kelainan Keterangan

• Mukosa Mulut Hiperemis (-) Deviasi (-)


• Lidah Tampak kotor (-)
• Palatum Mole Gigi Normal (-)
Mulut • Geligi

• Uvula Deviasi (-)


• Halitosis -

• Mukosa Hiperemis (-)

• Besar T1–T1 tenang


• Kripta -

• Detritus -

• Perlengketan -

Tonsil

• Mukosa

Faring • Granulasi Tidak Dilakukan


• Post Nasal Drip

• Epiglotis
• Kartilago Aritenoid
• Plica Ariepiglotika
Laring • Plica Vestibularis Tidak Dilakukan
• Plica Vocalis
• Rima Glotis
• Trakea

MAXILLOFACIAL
Bagian Keterangan

Bentuk
Tidak Dilakukan
Parese N. Cranialis
LEHER
Bagian Keterangan

Bentuk Normal, Trakea berada di tengah

Massa Massa (–), pembesaran KGB (–)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan Endoskopi (07 November 2022)

Hasil : CAE Aurikula sinistra cerumen +, cairan +, jaringan granulasi +, hiperemis


Membran Timpani tidak dapat dinilai
Kesan : Otitis Eksterna + Jaringan granulasi AS

VI. RESUME
Pasien datang bersama Ibunya ke Poli THT dengan keluhan keluar cairan dari telinga
setiap bangun pagi sejak satu minggu SMRS. Menurut keterangan ibu pasien sebelumnya
pasien pernah mengalami hal serupa 1 bulan yang lalu dan sempat sembuh namun keluhan
muncul kembali. Keluhan pertama muncul saat telinga pasien kemasukan air ketika
berenang. Ibu pasien mengatakan setiap keluar cairan dibersihkan menggunakan cotton bud
dan baby oil. Pasien merasakan telinganya gatal dan nyeri hilang timbul. Tidak ada riwayat
demam, batuk dan pilek dalam satu bulan terakhir. Ibu pasien memberikan obat tetes yang
dibeli diapotek tetapi tidak ingat nama obatnya. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri
tekan tragus pada telinga kiri, tes pendengaran tidak ditemukan adanya kelainan.
Hasil pemeriksaan endoskopi ditemukan CAE Aurikula sinistra cerumen +, cairan +,

jaringan granulasi +, dan hiperemis. Membran timpani tidak dapat dinilai.

VII. DIAGNOSIS BANDING

Otitis Eksterna Maligna


VIII. DIAGNOSIS KERJA

1. Otitis Eksterna
2. Jaringan granulasi

IX. RENCANA PEMERIKSAAN


1. Kultur liang telinga

X. RENCANA PENATALAKSANAAN
• Medikamentosa :
- H2O2 3% 3 x 3 tetes AS
- Tetes telinga ofloxacin 3 mg 2 x 2 tetes AS
- Metilprednisolon 4 mg 2 x 1

• Non-Medikamentosa :
1. Edukasi orangtua pasien tentang penyakitnya
- Menjelaskan bahwa telinga tidak boleh terkena air dan tidak boleh berenang
- Menjelaskan bahwa pasien tidak boleh melakukan valsava test (menutup
hidung lalu menghembuskan napas)
- Menjelaskan bahwa tidak boleh mengorek telinga karena bisa menimbulkan
trauma
- Menjelaskan bahwa penyakit pasien bisa terjadi karena batuk pilek maka pola
makan harus teraratur dan tidak meminum es atau ciki.
2. Konsul THT

XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad Bonam

Qou ad functionam : Dubia Ad Bonam

Quo ad sanationam : Dubia Ad Bonam


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI TELINGA

Gambar 2.1.1 Anatomi Telinga

Gambar 2.1.2 Anatomi teling Luar


Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.
- Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.
- Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian
luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya
berkisar antara 2,5 - 3 cm.
- Pars cartilagineus: pada sepertiga (1/3) bagian luar kulit liang telinga terdapat
banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat
pada seluruh kulit liang telinga.
- Pars osseus: pada duapertiga (2/3) bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen.
Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan:
- Batas luar : membran timpani
- Batas depan : tuba eustachius
- Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
- Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
- Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
- Batas dalam : berturut-turut dari atas kebawah kanalis semi sirkularis
horizontal, kanalis fasialis, foramen ovale (oval window), foramen rotundum (round
window), dan promontorium.
Membran Timpani
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaccida
(membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran propria). Pars
flaccida hanya terdiri dari dua lapisan yaitu bagian luar yang merupakan lanjutan epitel
kulit liang telinga dan bagian dalam yang dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel
mukosa saluran napas. Sementara pars tensa mempunyai satu lapisan lagi ditengah, yaitu
lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara
radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut
sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke arah bawah
yaitu pada pukul 5 untuk membran timpani kanan dan pukul 7 untuk membran timpani
kiri. Refleks cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh
membran timpani. Di membran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier.
Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya refleks cahaya berupa kerucut tersebut.
Secara klinis reflek cahaya ini dinilai, misalnya bila letak refleks cahaya mendatar,
berarti terdapat gangguan pada tuba eustachius.
Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran dengan menarik garis searah dengan
prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis tersebut di umbo, sehingga
didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-belakang, untuk
menyatakan letak perforasi membran timpani. Bila melakukan miringotomi atau
parasentesis, dibuat insisi di bagian bawah belakang membran timpani, sesuai dengan
arah serabut membran timpani. Di daerah ini tidak terdapat tulang pendengaran. Pada
pars flaccida terdapat daerah yang disebut attic. Di tempat ini terdapat aditus ad antrum,
yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.
Kavum timpani secara vertikal dibagi menjadi 3 bagian, antara lain: (1)
epitimpanum (attic) yaitu rongga yang berada diatas batas atas membran timpani; (2)
mesotimpanum yaitu rongga yang berada diantara batas atas dan batas bawah membran
timpani (diseberang pars tensa); (3) hipotimpanum yaitu rongga yang berada dibawah
batas bawah membran timpani. Tulang-tulang pendengaran terletak dalam ruang ini.
Struktur penting lainnya juga terdapat di dalam kavum timpani seperti korda timpani,
otot tensor timpani dan tendon otot stapedius.3

Gambar 2.1.3. Pembagian ruang telinga tengah


Tulang Pendengaran
Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari
luar ke dalam, yaitu maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran di dalam telinga
tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani,
maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada foramen
ovale yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran
merupakan persendian.
Tuba Eustachius
Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah
nasofaring dengan telinga tengah dan berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan
tekanan udara didalam kavum timpani dengan tekanan udara luar.
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran
dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea
disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk
lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli
sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis)
diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media
berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa.
Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran
vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis.
Pada membran ini terletak organ Corti. Pada skala media terdapat bagian yang
berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel
rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang
membentuk organ Corti.

Gambar 2.1.4. Anatomi telinga dalam

2.2 OTITIS EKSTERNA


2.2.1 Definisi
Otitis eksterna adalah peradangan liang telinga akut maupun kronis yang dapat
terlokalisir atau difus dengan penyebab infeksi ataupun non-infeksi
2.2.2 Epidemiologi
Otitis eksterna umum terjadi di seluruh dunia, dengan insiden yang lebih tinggi di daerah
tropis daripada di daerah beriklim sedang karena suhu dan kelembaban yang lebih tinggi.
Prevalensi seumur hidup diperkirakan 10%. Sering terjadi pada dewasa dan anak-anak
(umumnya berusia 7 sampai 12). Studi dari Belanda dan Inggris telah menunjukkan kejadian
tahunan sekitar 1% Insiden meningkat lima kali lipat pada perenang dengan demikian,
kondisi ini juga disebut “telinga perenang”.

2.2.3 Etiologi
Lebih dari 90% kasus otitis eksterna disebabkan oleh bakteri, paling sering adalah
pseudomonas aeruginosa (22-62%) dan staphylococcus aureus (11-34%). Jamur adalah
penyebab yang jarang dari otitis eksterna akut tetapi bisa menjadi penyebab dari otitis eksterna
kronis contoh nya aspergillus (60-90%) dan spesies Candida (10-40%). Berbagai faktor dapat
mempengaruhi pasien untuk pengembangan OE. serta infeksi virus Varicella Zoster juga dapat
menyebabkan otitis eksterna. Otitis eksterna dapat terjadi sebagai infeksi polimikrobial.
Berenang adalah salah satu faktor risiko yang paling umum, dan dapat meningkatkan risiko
lima kali lipat jika dibandingkan dengan non-perenang. Faktor risiko lainnya termasuk :

● Kelembaban
● Trauma atau perangkat eksternal (penyeka kapas, penyumbat telinga, alat bantu dengar)
● Kondisi dermatologis seperti eksim dan psoriasis
● Saluran telinga luar yang sempit
● Obstruksi saluran telinga (obstruksi serumen, benda asing)
● Radioterapi atau kemoterapi
● Pasien immunocompromised

2.2.4 Patofisiologi

Liang telinga luar ditutupi oleh folikel rambut dan kelenjar penghasil serumen.
Serumen menyediakan barrier protektif dan lingkungan asam yang menghambat
pertumbuhan bakteri dan jamur. Respons inflamasi pada otitis eksterna diakibatkan oleh
terganggunya pH normal dan faktor protektif pada liang telinga. Hal ini meliputi kerusakan
epitel, hilangnya wax yang protektif, dan peningkatan kelembaban yang menyebabkan
meningkatnya pH dan pertumbuhan bakteri.

Proses yang terlibat dalam perjalanan penyakit otitis eksterna dapat dibagi menjadi
empat kategori antara lain:
a. Obstruksi
Obstruksi seperti pada penumpukan serumen, surfer’s exostosis, liang
telinga sempit atau berliku dapat menyebabkan retensi air dan kondisi lembab.
Liang telinga yang lembab dapat menyebabkan maserasi kulit dan menyediakan
tempat berkembang biak yang baik untuk bakteri. Hal ini dapat terjadi setelah
berenang (terutama di air yang terkontaminasi), berendam, serta pada cuaca
lembab yang panas.
b. Tidak adanya serumen
Dapat terjadi sebagai akibat dari paparan air berulang kali atau
pembersihan saluran telinga yang berlebihan
c. Trauma
Trauma pada liang telinga memungkinkan invasi bakteri ke dalam kulit
yang rusak. Hal ini sering terjadi akibat upaya membersihkan telinga dengan
cotton bud, klip kertas, atau peralatan lain yang dapat dimasukkan kedalam
telinga.
d. Perubahan pH liang telinga
Setelah infeksi terbentuk, respon inflamasi terjadi dengan edema kulit.
Eksudat dan pus sering timbul pada liang telinga. Semakin berat, infeksi dapat
menyebar dan menyebabkan selulitis pada wajah atau leher. OE nekrotikans
adalah komplikasi langka yang terjadi pada orang dengan gangguan sistem imun
atau pada orang yang telah menerima radioterapi ke dasar tengkorak. Dalam
kondisi ini, bakteri menyerang struktur bawah jaringan lunak yang lebih dalam
dan menyebabkan osteomielitis tulang temporal.
Gambar 2.2.1. Patofisiologi otitis eksterna

2.2.5 Klasifikasi
Berdasarkan etiologi:
a. Bakteri
Otitis eksterna sirkumskripta, otitis eksterna difus, otitis eksterna maligna
b. Jamur
c. Virus
Herpes zoestor oticus, otitis eksterna hemoragik
Berdasarkan Onset :
a. Otitis Eksterna Akut
b. Otitis Eksterna Kronis
Berdasarkan Lesi :
a. Otitis Eksterna Sirkumskripta
b. Otitis Eksterna Difusa
c. Otitis Eksterna Maligna

a. ​Berdasarkan Onset :

- Otitis Eksterna Akut


Otitis eksterna akut dapet berlangsung selama kurang dari 6 minggu. Fase akut
dapat ditandai dengan adanya sensasi panas pada telinga yang dapat disertai dengan
nyeri saat menggerakkan mandibula. Telinga biasanya mengeluarkan sekret serous,
dinding liang telinga mengalami inflamasi, serta adanya penumpukan debris dan sekret
yang disertai pembengkakan liang telinga menimbulkan gangguan dengar konduktif.

- Otitis Eksterna Kronis


Manifestasi otitis eksterna yang berlangsung lebih dari tiga bulan, atau lebih dari
empat serangan otitis eksterna per tahun, disebut sebagai otitis eksterna kronis. Hal ini
dapat terjadi akibat otitis eksterna akut yang tidak diobati secara adekuat, meskipun
15% kasus otitis eksterna akut sembuh dalam 10 hari. Gejala khasnya adalah gatal dan
gangguan pendengaran konduktif karena obstruksi, sedangkan nyeri telinga jarang
terjadi. Ada dua presentasi klinis utama: bentuk seboroik ditandai dengan kurangnya
serumen dan kulit kering, bersisik, merah, atau mengkilat di saluran telinga, bentuk
eksim dengan kulit yang lembab dan eritematosa. Peradangan kronis menyebabkan
fibrosis progresif pada liang telinga
b. Berdasarkan Lesi

- Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel=bisul)


Furunkel adalah infeksi folikel rambut oleh kuman staphylococcus aureus atau
stapholococcus albus. Furunkel hanya terjadi di bagian luar liang telinga yang
ditumbuhi rambut.

Gambar 2.2.2. Otitis Eksterna Sirkumskripta

Gejala: rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan ukuran besarnya bisul. Hal ini
disebabkan kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar dibawahnya, sehingga
rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan
pada waktu membuka mulut atau mengunyah (gerak sendi temporomandibula).
Jika furunkel besar dan menyumbat liang telinga akan terdapat juga gangguan
pedengaran. Kelenjar getah bening (KGB) periaurikuler (anterior, posterior, inferior)
mungkin membesar dan terasa nyeri.
Pemeriksaan: timbul rasa nyeri jika daun telinga ditarik kearah lokasi furunkel. Pada
pemeriksaan liang telinga tampak pembengkakan atau bisul pada liang telinga.

- Otitis eksterna difus

Gambar 2.2.3. Otitis Eksterna Difusa

Peradangan difus kulit liang telinga yang dapat meluas ke daun telinga maupun
ke lapisan luar membran timpani. Sering didapati di daerah yang udaranya panas dan
lembab, serta pada perenang (swimmer’s ear). Keringat yang banyak dapat mengubah
pH liang telinga menjadi basa sehingga kuman lebih mudah tumbuh.
Etiologi: kuman penyebab yang sering adalah Staphylococcus aureus dan golongan
Pseudomonas. Kuman lain yang dianggap sebagai penyebab ialah Staphylococcus
albus, Escherichia coli, Bacillus proteus, dll. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi
sekunder dari otitis media supuratif kronis.
Gejala: nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang KGB regional
membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung
lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari cavum timpani pada otitis media.
Pemeriksaan: tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema batas tidak jelas
- Otitis Eksterna Maligna

Gambar 2.2.4 OE Malignan dengan tulang terbuka di dasar saluran pendengaran eksternal

Otitis eksterna maligna (necrotizing) adalah infeksi destruktif pada saluran pendengaran
eksternal dengan perikondritis invasif dan osteomielitis dari dasar tengkorak lateral
Faktor risiko: biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes mellitus
(karena pH serumennya lebih tinggi dibandingkan non diabetes). Kondisi ini
menyebabkan penderita diabetes lebih mudah terjadi otitis eksterna. Akibat adanya
faktor immunocompromised dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis
eksterna maligna.
Gejala: rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh nyeri, sekret yang
banyak serta pembengkakan liang telinga. Kemudian rasa nyeri tersebut akan semakin
hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat tumbuhnya. Saraf fasial
dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis atau paralisis fasial.
- Otitis Eksterna Jamur (Otomikosis)

Gambar 2.2.5. Gambaran otomikosis berdasarkan etiologi


Etiologi : Aspergillus niger, Candida albicans, Mucor Sp dan Dermatophyta
Gejala : Pruritus/gatal dan rasa penuh ditelinga
Pemeriksaan Fisik : Filamen abu - abu (gambaran hifa jamur) di CAE dan membran timpani

2.2.6 Diagnosis

Otitis eksterna merupakan diagnosis klinis sehingga diperlukan anamnesis dan


pemeriksaan fisik yang lengkap. Pemeriksaan fisik harus mencakup evaluasi daun telinga,
penilaian kulit dan kelenjar getah bening disekitarnya, dan otoskop. Otoskop dapat
mengungkapkan liang telinga yang eritematosa dan edematosa dengan debris terkait (kuning,
putih, atau abu-abu). Dalam beberapa kasus, membran timpani eritematosa atau hanya sebagian
yang terlihat akibat edema liang telinga. Otitis media penyerta dicurigai bila terdapat bukti
adanya air-fluid level pada membran timpani (efusi telinga tengah).
Gambaran klinis dapat bervariasi tergantung pada stadium atau tingkat keparahan
penyakit. Awalnya, pasien dengan otitis eksterna akan mengeluh pruritus dan sakit telinga yang
biasanya lebih berat dengan manipulasi tragus, pinna, atau keduanya. Nyeri telinga sering tidak
proporsional dengan temuan pemeriksaan fisik akibat iritasi periosteum yang sangat sensitif di
bawah kulit tipis pars osseus liang telinga. Gejala otorrhea, sensasi telinga penuh, dan
gangguan pendengaran juga dapat dirasakan. Gejala sistemik seperti demam lebih besar dari
38,3oC dan malaise mengarahkan perluasan infeksi diluar liang telinga.

Otitis eksterna dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahannya sebagai berikut:


● Ringan: pruritus, ketidaknyamanan ringan, dan edema liang telinga
● Sedang: liang telinga tersumbat sebagian
● Berat: liang telinga tersumbat total karena edema. Biasanya terdapat nyeri hebat,
limfadenopati, dan demam.

Pemeriksaan laboratorium rutin dan/atau kultur liang telinga tidak diperlukan atau
diindikasikan untuk kasus tanpa komplikasi. Namun, kultur direkomendasikan untuk kasus
otitis eksterna yang rekuren atau resisten, terutama pada pasien dengan gangguan sistem imun.
Untuk pasien dengan gejala berat, tes glukosa darah dan human immunodeficiency virus(HIV)
dapat dipertimbangkan.

Tabel 2.1. The Brighton Grading Scheme

Brighton Grade Deskripsi

Grade I ● Inflamasi liang telinga terlokalisir dengan nyeri ringan tanpa


penurunan pendengaran
● Membran timpani terlihat

Grade II ● Liang telinga: terdapat debris (tidak total), eritematosa


● Membran timpani dapat terlihat sebagian

Grade III ● Liang telinga: tersumbat (biasanya total), edema, eritematosa


● Membran timpani tidak terlihat

Grade IV ● Membran timpani tidak terlihat


● Perikondritis, selulitis daun telinga, gejala keterlibatan
sistemik

2.2.7 Diagnosis Banding

Dokter harus membuat diagnosis banding yang luas ketika pasien datang dengan nyeri telinga
dan/atau kotoran telinga. Pada anak-anak, penting untuk mempertimbangkan otitis media
dengan drainase telinga dari membran timpani yang pecah sebagai bagian dari diagnosis
banding. Karena mungkin sulit untuk membedakan OE dari otitis media dengan perforasi..
Kondisi lain yang dapat menyerupai OE meliputi:
● Otitis media akut
● Dermatitis kontak pada liang telinga
● Psoriasis
● Furunculosis
● Herpes zooster oticus (Ramsey Hunt Syndrome)
● Temporomandibular Joint (TMJ) Syndrome
● Ca liang telinga
2.9 Tatalaksana

Tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan kulit liang telinga ke keadaan


semula dan normal. Semua yang berpotensi menyebabkan iritasi seperti sampo atau sabun,
harus dijauhkan dari telinga, dan saluran telinga harus tetap kering. Pengobatan penyakit
yang mendasari, seperti penyakit kulit atau gangguan autoimun, adalah dasar terapi.

● Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel=bisul)


Terapi: bergantung pada keadaan furunkel. Diberikan antibiotik sistemik untuk kuman
gram positif dan salep antibiotik seperti polimiksin B atau basitrasin. Dapat diberikan
juga analgetik. Jika sudah menjadi abses, dapat dilakukan aspirasi atau insisi secara
steril untuk mengeluarkan pus. Apabila perasang salir (drain) untuk mengalirkan pus.
Pada furunkulosis berulang perlu diperiksa apakah ada diabetes mellitus. Juga perlu
dicari apakah ada infeksi Staphylococcus pada hidung atau kulit pasien yang harus
diobati juga karena kuman dapat dipindahkan melalui jari pasien.
● Otitis eksterna difus
Terapi: membersihkan liang telinga, memasukan tampon yang mengandung antibiotik
ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang
meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotik sistemik.
● Otitis eksterna maligna
Terapi: pengobatan harus cepat diberikan sesuai dengan hasil kultur dan resistensi.
Antibiotik yang sering digunakan adalah ciprofloxacin, ticarcilin-clavulanat, piperacilin
(dikombinasi dengan aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine, cefepime (maxipime),
tobramicin (kombinasi dengan aminoglikosida), gentamicin (kombinasi dengan
golongan penicilin) direkomendasikan setidaknya selama 4-6 minggu karena dibutuhkan
waktu yang lama untuk tulang yang terlibat untuk revaskularisasi
Disamping obat-obatan sering kali diperlukan tindakan membersihkan luka
(debridement) secara radikal. Debridement yang kurang bersih dapat menyebabkan
semakin cepatnya penjalaran penyakit.

● Otomikosis

Infeksi jamur ringan biasanya dapat diobati dengan larutan asam asetat, sedangkan
kasus yang lebih parah mungkin harus diobati dengan agen antijamur topikal, seperti
klotrimazol 1%.
Tabel 2.2 Obat Tetes Telinga

2.10 Komplikasi

Otitis eksterna akut dapat berkembang menjadi otitis eksterna kronis dan proses infeksi dapat
menyebabkan stenosis liang telinga. Infeksi dapat menyebar di sepanjang celah Santorini ke
kelenjar parotis, jaringan lunak periaurikular, dan sendi temporomandibular. Penyebaran infeksi
di sepanjang dasar tengkorak dapat menyebabkan kerusakan telinga bagian dalam, defisit saraf
kranial, trombosis sinus vena, meningitis, dan abses otak.

2.11 Prognosis

Sebagian besar kasus otitis eksterna sembuh tanpa penyulit. Pasien yang diobati dengan
antibiotik/steroid dapat membaik selama kurang lebih 6 hari setelah pengobatan dimulai. Perlu
dilakukan evaluasi kembali jika kondisi tidak membaik. Otitis eksterna biasanya sembuh
sepenuhnya dalam 7 – 10 hari. Pada beberapa pasien dengan gejala nyeri hebat, nyeri biasanya
membaik 2 – 5 hari setelah terapi analgetik. Dalam sebagian besar kasus, OE akan sembuh
secara spontan pada periode akut. Ada potensi gangguan pendengaran dan stenosis kanal dari
peradangan kronis, yang dapat terjadi dengan satu episode OE akut.
Daftar Pustaka

1. Dhingra, P & Dhingra S. 2018. Diseases of Ear Nose and Throat & Head and Neck
Surgery. 7th Edition. New Delhi: RELX India Pvt. Ltd.
2. Medina-Blasini Y, Sharman T. 2021 Aug 7. Otitis Externa. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021
3. Hinther A. 2016 Apr 23. Acute Otitis Externa: Pathogenesis and clinical findings. In:
The Calgary Guide to Understanding Disease.
4. Waltzman A. 2020. Otitis Externa. In: Medscape.
5. Rossenfeld et al. 2014. Guideline Clinical Practice Guidelines : Acute Otitis Externa.
Vo. 150 (IS)SI-S24 AAO-HNS Foundation
6. Wegard S. Berner R. Schneider A. 2019. Otitis Eksterna – Investigetion and Evidence
Based Treatrment. Dstch Arztebi Int:116:224-34
7. Trevino G, Moreno K. 2017. Otitis Externa: And Update. Ann Otolaryngol Rhinol. 4(8):
1195
8. Ariel A. 2022. Otitis Externa Guidelines. Medscape

Anda mungkin juga menyukai