Anda di halaman 1dari 38

Rhinosinusitis Akut

Eric Assiddiq Wibisono


20184010134

SMF ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK


RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
2019
Identitas Pasien
• Nama : Ny. S

• Usia : 48 tahun

• Jenis Kelamin : Perempuan

• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

• Alamat : Pajangan, Bantul

• No. RM : 39-49-87
Anamnesis
• Keluhan Utama
 Nyeri di sekitar hidung kanan.

• Riwayat Penyakit Sekarang


 Pasien datang ke poli THT RSPS dengan keluhan hidung kanan terasa nyeri dan terasa
seperti ada cairan yang ingin dikeluarkan namun tidak bisa. Keluhan dirasakan sejak 2
bulan yang lalu dan terkadang pasien merasa demam dan nyeri kepala sebelah kanan.
Keluhan dirasakan hilang timbul. Keluhan seperti gangguan penciuman, bersin-bersin,
hidung tersumbat, gatal-gatal di area sekitar hidung dan mata disangkal. Perubahan
posisi kepala tidak mempengaruhi penyakit. Riwayat trauma, operasi hidung, benjolan
atau tumor pada hidung disangkal. Keluhan pada telinga, pusing berputar disangkal.
Keluhan nyeri telan dan sakit gigi disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat keluhan serupa (+) pada
• Riwayat keluhan serupa (-) anak.
• Riwayat HT (+) sejak 1 tahun yang lalu, kontrol rutin di • Riwayat alergi (-)
puskesmas
• Riwayat asma (-)
• Riwayat glaukoma, kontrol rutin di RSPS, tekanan bola mata
terakhir OD/OS 18/20. • Riwayat DM, HT (-)
• Riwayat DM (-)
• Riwayat alergi (-) Riwayat Personal Sosial

• Riwayat asma (-) Pasien adalah ibu rumah tangga yang


• Riwayat operasi (-) tinggal bersama suami dan anaknya.
• Riwayat ISPA (-) Riwayat minum minuman keras dan
• Riwayat sakit gigi (-) merokok disangkal.
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos mentis

Keadaan umum : Baik

Tanda vital

• Tekanan darah : 140/70 mmHg

• Nadi : 84 x/menit

• Napas : 18 x/menit

• Suhu : Afebris
Status Generalis
• Kepala : Normocephal • Thorax
• Mata • Inspeksi : Simetris (+/+)
• Konjungtiva : Anemis (-/-) • Palpasi : Simetris (+/+), nyeri tekan (-)
• Sklera : Ikterik (-/-) • Perkusi : Sonor di seluruhlapang paru
• Pupil : Bulat, isokor • Auskultasi
• Leher • Cor : BJ (-), S1 dan S2 reguler,
murmur (-), gallop (-)
• Deviasi trakea (-)
• Pembesaran kelenjar limfe (-/-) • Pulmo : vesikuler (+/+), rhonki (-
/-), wheezing (-/-)
• Abdomen • Ekstremitas
• Inspeksi : Simetris • Edema : (-/-/-/-)
• Auskultasi : Bising usus • Akral hangat: (-/-/-/-)
(+) normal • Neurologis : Tidak diperiksa
• Palpasi : Nyeri tekan (-), • Genitalia : Tidak diperiksa
hepar dan lien tidak
teraba
• Perkusi : Timpani pada
seluruh lapang abdomen
Status Lokalis Telinga
BAGIAN AD AS
Edema - -
Nyeri tekan tragus - -
PREAURIKULER Hiperemis - -
Fistula - -
Fluktuasi - -
Edema - -
Nyeri tekan - -
AURIKULER
Hiperemis - -
Fluktuasi - -
Edema - -
Nyeri tekan mastoid - -
RETROAURIKULER Hiperemis - -
Fistula - -
Fluktuasi - -
Status Lokalis Telinga
BAGIAN AD AS
Otorea - -
MEATUS Serumen - +
AKUSTIKUS Edema - -
EKSTERNUS Atresia meatal - -
Massa - -
Warna Putih perak Putih perak
Perforasi - -
Refleks Cahaya + ( arah pukul 5) + ( arah pukul 7)
Bulging/retraksi - -
Kolesteatom - -
MEMBRAN
Sekret purulen - -
TIMPANI
Gambar

Membran timpani intak Membran timpani intak reflek


reflek cahaya (+) arah pukul 5 cahaya (+) arah pukul 7
Tes Garputala

TES PENDENGARAN AD AS

TES RINNE + +

TES WEBER Tidak ada lateralisasi

TES SWABACH BC pasien = BC pemeriksa BC pasien = BC pemeriksa

Kesan : Tidak terdapat gangguan pendengaran


Pemeriksaan Fungsi Tuba

AD AS

Membran timpani Membran timpani


Valsava
terdorong ke lateral terdorong ke lateral
Membran timpani Membran timpani
Toynbee
terdorong ke medial terdorong ke medial
Status Lokalis Hidung
PEMERIKSAAN KANAN KIRI
KEADAAN LUAR Bentuk dan Ukuran Normal Normal
SINUS PARANASALIS Nyeri ketok (-)
Nyeri tekan sinus
- -
frontalis
Nyeri tekan sinus
+ +
maksilaris
Sinus Frontalis
TRANSLUMINASI Terang Terang
Sinus Paranasalis
Status Lokalis Hidung
PEMERIKSAAN KANAN KIRI
Mukosa Hiperemis Hiperemis
Sekret - -
Krusta - -
Konka Inferior Hiperemis, edema Hiperemis, edema
Septum deviasi - -
RHINOSKOPI Polip tumor - -
ANTERIOR Pasase udara + +

Konka Media
Konka Media
Septum
Mukosa

Konka Inferior
Status Lokalis Hidung

PEMERIKSAAN KANAN KIRI


Mukosa Hiperemis Hiperemis
Sekret - -
RHINOSKOPI Choana Sulit dilihat Sulit dilihat
POSTERIOR Fossa Rossenmuller Sulit dilihat Sulit dilihat
Massa/tumor Sulit dilihat Sulit dilihat
Os.tuba eustachius Sulit dilihat Sulit dilihat
Status Lokalis Cavum Oris dan Orofaring
BAGIAN KETERANGAN
MUKOSA Merah muda
LIDAH Atrofi papil (-)
GIGI Caries (-)
UVULA Merah muda, ditengah
PILAR Merah muda, simetris
TONSIL:
• Mukosa Hiperemis
• Ukuran T1-T1
• Kripta Normal
• Detritus -/-
• Gambar
BAGIAN KETERANGAN
FARING
• Mukosa Normal
• Post nasal drip -
LARING
• Epiglotis Sulit dinilai
• Kartilago arytenoid Sulit dinilai
• Kartilago aryepiglotika Sulit dinilai
• Plika vestibularis Sulit dinilai
• Plika vokalis Sulit dinilai
• Rima glotis Sulit dinilai
• Trakea Sulit dinilai
Gambar
1. Epiglotis
2. Kartilago arytenoid
3. Kartilago aryepiglotika
4. Plika vestibularis
5. Plika vokalis
6. Rima glottis
7. Trakea
Diagnosis
• Diagnosis : Rinosinusitis Akut
• Diagnosis Banding : Rinitis Alergi, Rinitis Vasomotor
Penatalaksanaan
R/ Paracetamol tab 500 mg No XV

S 3 dd tab 1 prn

R/ Kotrimoksasol tab 960 mg No XX

S 2 dd tab 1 dihabiskan

Periksa gigi rutin di fasilitas kesehatan minimal setiap 6 bulan sekali.


Rinosinusitis Akut
Rinosinusitis
• Rinosinusitis secara klinis di definisikan sebagai inflamasi dari hidung dan
sinus paranasal yang ditandai dengan 2 atau lebih gejala, yaitu:
 Obstruksi/kongesti hidung,
 Discharge hidung (anterior/posterior nasal drip),
 Nyeri atau perasaan penuh di daerah wajah,
 Gangguan penciuman.
Klasifikasi
• Rinosinusitis dibagi menjadi dua subtipe, yaitu akut (ARS/Acute
Rhinosinusitis) dan kronik (CRS/Chronic Rhinosinusitis). Pembagian ini
didasari oleh durasi dari gejala.
 Akut: Gejala muncul < 12 minggu
 Kronis: Gejala bertahan > 12 minggu.

• Prevalensi dari ARS berkisar antara 6% - 15%, dan CRS 5% - 15% pada
populasi Barat. Prevalensi pada beberapa negara di Asia menunjukkan
kejadian CRS yang lebih rendah yaitu 2,7% - 8%.
Etiologi
• Penyebab tersering dari rinosinusitis adalah virus yaitu rhinovirus,
coronavirus dan virus influenza, sedangkan penyebab tersering dari infeksi
bakteri yaitu Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza dan
Moraxella catarrhalis.

• Secara klinis, sulit untuk membedakan antara infeksi bakteri dan virus,
tetapi gejala seperti demam, nyeri wajah, discharge purulent dan durasi
gejala dapat menentukan kalau infeksi disebabkan oleh bakteri.
Faktor Predisposisi
• Infeksi saluran napas atas,
• Riwayat rinitis sebelumnya,
• Polip hidung,
• Kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan
kompleks osteomeatal,
• Infeksi tonsil,
• Infeksi gigi,
• Kelainan imun
• Faktor lain yang berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, merokok, udara
dingin dan kering. Keadaan ini lama-lama akan menyebabkan perubahan
mukosa dan merusak silia.
Patofisiologi
• Terjadi edema pada organ yang
membentuk kompleks osteomeatal
 mukosa yang berhadapan akan
saling bertemu sehingga silia tidak
dapat bergerak dan ostium
tersumbat  tekanan negatif di
dalam rongga sinus  transudasi
yang awalnya serous (Rinosinusitis
non bacterial).

• Apabila kondisi ini menetap,


bakteri akan tumbuh di sekret yang
terkumpul di dalam sinus  sekret
menjadi purulen (Rinosinusitis
akut bacterial).
Diagnosis
• Anamnesis

• Pemeriksaan fisik
 Rinoskopi anterior dan posterior: untuk melihat dari edema mukosa, inflamasi, nasal
discharge, polip dan kelainan anatomi.
 Dapat dilakukan endoskopi nasal oleh spesialis THT-KL, untuk memberikan
visualisasi yang lebih baik dalam melihat kelainan di hidung.

• Lab
 Pada layanan primer, tidak perlu dilakukan terkait rendahnya nilai predictive value
dalam mendiagnosis Rinosinusitis.
 Pada layanan sekunder, oleh spesialis THT-KL dapat dilakukan kultur spesimen
dari meatus media dengan bantuan endoskopi. (pada pasien suspek ABRS yang
tidak respon terhadap antibiotik setelah 72 jam)

• Imaging
 Radiologi: tidak disarankan
 CT-Scan, standar baku emas untuk evaluasi radiologi dari sinus paranasal.
Kriteria Diagnosis

aFacial pain-pressure-fullness in the absence of purulent nasal discharge is insufficient to establish a diagnosis of
ARS.
Kriteria Diagnosis
Tatalaksana
• Cuci hidung dengan larutan garam fisiologis (NaCl 0.9%)

• Steroid topikal intranasal

• Dekongestan, analgetik, dan mukolitik

• Terapi medikamentosa terhadap faktor risiko:


 Antihistamin dan steroid topikal untuk rinitis alergi persisten sedang berat.
 Proton pump inhibitior untuk refluks laringofaringeal.

• Antibiotik, jika terdapat 3 gejala dan tanda dari 5 kriteria berikut:


1. Ingus mukopurulen dominan 1 sisi
2. Nyeri wajah dominan satu sisi
3. Demam >380C
4. Terdapat ‘double sickening – gejala yang memberat setelah terjadi perbaikan
5. CRP dan LED meningkat
• Antibiotik yang dapat digunakan:
 Amoksisilin Klavulanat 3x625 mg selama 10-14 hari
 Kotrimoksasol 2 x 960 mg selama 10-14 hari
 Eritromisin 4 x 500 mg selama 10-14 hari
 Klindamisin 3 x 300 mg selama 10-14 hari
 Klaritromisin 2 x 500 mg selama 10-14 hari
 Azitromisin 1 x 500 mg selama 5 hari
Atau antibiotik sesuai hasil pemeriksaan kultur dan resistensi
Ann MA, and Miriam MC. Current Concepts in Adult Acute
Rhinosinusitis. Am Fam Physician. July 2016;15;94(2):97-105
Kriteria Rujukan

Foden N, Burgess C, Shepherd K, Almeyda R. A guide to the


management of acute rhinosinusitis in primary care: management
strategy based on best evidence and recent European guidelines.
Br J Gen Pract. 2013;63(616):611–613. doi:10.3399/bjgp13X674620
Komplikasi & Prognosis
Komplikasi

Orbital cellulitis, subperiosteal abscess, intraorbital abscess, altered mental


status, meningitis, cavernous sinus thrombosis, intracranial abscess, Pott puffy
tumor (osteomyelitis of frontal bone)

Prognosis

• Quo ad Vitam : dubia ad bonam

• Quo Ad Sanationam : dubia ad bonam

• Quo ad fungsionam : dubia ad bonam


Daftar Pustaka
• Ann MA, and Miriam MC. Current Concepts in Adult Acute Rhinosinusitis. Am Fam Physician. July 2016;15;94(2):97-105

• Foden N, Burgess C, Shepherd K, Almeyda R. A guide to the management of acute rhinosinusitis in primary care: management
strategy based on best evidence and recent European guidelines. Br J Gen Pract. 2013;63(616):611–613.
doi:10.3399/bjgp13X674620.

• Hoffmans R, Wagemakers A, van Drunen C, Hellings P, Fokkens W. Acute and chronic rhinosinusitis and allergic rhinitis in
relation to comorbidity, ethnicity and environment. PLoS One. 2018;13(2):e0192330. Published 2018 Feb 5.
doi:10.1371/journal.pone.0192330

• Husain S, Amilia HH, Rosli MN, Zahedi FD, Sachlin IS; Development Group Clinical Practice Guidelines Management of
Rhinosinusitis in Adolescents & Adults. Management of rhinosinusitis in adults in primary care. Malays Fam Physician.
2018;13(1):28–33. Published 2018 Apr 30.

• Masood A, Moumoulidis I, Panesar J. Acute rhinosinusitis in adults: an update on current management. Postgrad Med J.
2007;83(980):402–408. doi:10.1136/pgmj.2006.054767.

• Buku Ajar THT-KL FKUI Edisi 7. 2012.

• Panduan Praktik Klinis PERHATI-KL. 2015.

• Rosenfeld RM, Piccirillo JF, Chandrasekhar, SS, et al. Clinical Practice Guideline: Adult Sinusitis. Otolaryngol Head Neck Surg.
April 2015; 152(S2):s1-s39
TERIMA KASIH
Heath, J., Hartzell, L., Putt, C. et al. Curr Allergy Asthma Rep (2018) 18: 37.
https://doi.org/10.1007/s11882-018-0792-8
Ann MA, and Miriam
MC. Current Concepts
in Adult Acute
Rhinosinusitis. Am
Fam Physician. July
2016;15;94(2):97-105
Ann MA, and Miriam MC. Current Concepts in Adult Acute
Rhinosinusitis. Am Fam Physician. July 2016;15;94(2):97-105

Anda mungkin juga menyukai