Anda di halaman 1dari 112

TUTORIAL

VERTIGO
PEMBIMBING : dr. Dian Nurul Al Amini, Sp THT-KL
DISUSUN OLEH :
Ferza Farizky (2014730032)
Nur Indah Sari (2014730077)
KEPANITERAAN KLINIK STASE TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
IDENTITAS PASIEN
IDENTITAS

Nama : Tn. G
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Tanggal periksa : 21 Oktober 2019
ANAMNESIS
Keluhan Utama :  
Pusing berputar sejak 3 jam Sebelum Masuk Rumah Saki (SMRS).

Keluhan tambahan :
Pendengaran menurun
RIWAYAT PENYAKIT
RIWAYAT SEKARANG
PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang ke ke poliklinik THT RSIJ Pondok Kopi dengan keluhan


pusing berputar sejak 3 jam SMRS. Pusing berputar terjadi secara tiba-tiba
saat pasien selesai melaksanakan sholat subuh dirumah. Pasien mengatakan
 
pusing bertambah berat terutama saat pasien memiringkan kepala ke kiri dan
kanan. Pasien mengaku pusing dirasakan beberapa detik dan berkurang saat
pasien beristirahat dan memejamkan mata. Pasien merasakan keluhan
semakin memberat sejak 1 jam SMRS. pasien juga mengaku keluhan pusing
hampir membuat pasien muntah.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien mengeluh pendengaran di telinga sebelah kiri menurun. Keluhan


pendengaran berdengung tidak ada. Keluhan pandangan ganda atau gelap serta
melihat cahaya seperti pelangi tidak ada. Keluhan kesemutan di sekitar mulut tidak
ada, kedua tangan dan kaki terasa baal tidak ada. Keluhan jantung berdebar dan
nyeri dada tidak ada.

Keluhan seperti kelemahan tubuh, demam, kejang, penurunan kesadaran, batuk,


sesak disangkal oleh pasien.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu :
◦ Pasien memiliki riwayat vertigo sejak 1 tahun lalu
◦Riwayat darah tinggi, kencing manis, dan jatuh tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga mengalami keluhan yang sama.

.
ANAMNESIS
Riwayat pengobatan
Pasien belum berobat dan meminum obat sebelum ke Rumah Sakit.

Riwayat Psikososial
Pasien sehari-hari bekerja sebagai seorang buruh di pabrik mabel, pasien
rutin meminum kopi 3 gelas per hari dan merokok 12 batang per hari namun
pasien mengaku tidak mengkonsumsi alkohol.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis 
Tanda-tanda Vital :
• Tekanan Darah : 110/70 mmHg
• Nadi : 89 x / menit, isi cukup, kuat angkat
• Pernafasan : 20 x / menit, regular
• Suhu : 36,5º C
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala (Normocephal) Jantung :
◦ Rambut : Hitam, distribusi merata ◦ Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
◦ Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) ◦ Palpasi : ictus cordis tidak teraba
◦ Hidung : status lokalis ◦ Perkusi : redup
◦ Telinga : status lokalis ◦ Auskultasi: BJ I-II reguler murni, murmur (-) gallop (-)
◦ Tenggorok : status lokalis
◦ Leher : status lokalis Abdomen
◦ Inspeksi : Perut tampak rata
Thoraks ◦ Auskultasi: Bising usus +, dalam batas normal
Paru : ◦ Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
◦ Inspeksi : Bentuk dan gerakan dada simetris ◦ Perkusi : timpani
◦ Palpasi : Vocal fremitus kiri dan kanan sama
◦ Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru Ekstremitas
◦ Auskultasi: Vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/- Superior : Deformitas (-), udem (-/-), akral hangat (+/+), CRT < 2”
Inferior : Deformitas (-), udem (-/-), akral hangat (+/+), CRT <2”
TELINGA
Aurikula Dextra Aurikula Sinistra

PEMERIKSAAN FISIK
Tidak tampak kelainan
Inflamasi (-), nyeri tekan(-), fistula(-)
Aurikula
Preaurikular
Tidak tampak kelainan
Inflamasi (-), nyeri tekan(-), fistula(-)
Abses (-), edema (-), fistula (-) massa(-), nyeri Abses (-), edema (-), fistula (-) massa(-),
Retroaurikular
tekan(-) nyeri tekan(-)
Lapang MAE Lapang
Serumen (-) Serumen (+)
Mukosa hiperemis (-) Mukosa Hiperemis (+)
sekret (-) Sekret (-)
Massa (-) Massa (-)
Intak (+) Perforasi (-) Membran tympani Intak (+) Perforasi (-)
Refleks cahaya (+) Refleks cahaya (+)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Bulging (-) Bulging (-)
HIDUNG
  Kanan Kiri
Sekret (-) Sekret (-)
Vestibulum massa (-) massa (-)
hiperemis (-) hiperemis (-)
Konka inferior Hipertrofi (-), hiperemis (-) Hipertrofi (-), hiperemis (-)
Meatus nasi
Pus (-), polip (-) Pus (-), polip (-)
media
Kavum nasi lapang Lapang
Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sekret ada Ada
Septum Normal Normal
FARING

PEMERIKSAAN FISIK
Arkus faring Simetris Simetris
T1, hiperemis (-), T1, hiperemis (-),
Tonsil kripta (-), detritus (-), kripta (-), detritus (-),
permukaan rata permukaan rata
Uvula Simetris, hiperemis (-), oedem (-)
Palatum mole Simetris, hiperemis (-)

Dinding faring Mukosa halus, hiperemis (-), refleks muntah (+/+)


PEMERIKSAAN VESTIBULER
PEMERIKSAAN FISIK
Nystgamus
Horizontal Horizontal

Romberg Test
Negative

Tandem gait
Jatuh ke kiri

Tes bisik Normal Menurun


RESUME

◦Pasien datang ke ke poliklinik THT RSIJ Pondok Kopi dengan keluhan pusing berputar
sejak 3 jam SMRS. Pusing berputar terjadi secara tiba-tiba saat pasien selesai melaksanakan
sholat subuh dirumah. Pusing bertambah berat terutama saat pasien memiringkan kepala ke
kiri dan kanan dan berkurang saat pasien beristirahat dan memejamkan mata. Keluhan
semakin memberat sejak 1 jam SMRS. Serta pasien juga mengeluh pendengaran di telinga
sebelah kiri menurun.
◦Pada pemeriksaan fisik umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran Compos Mentis, GCS
15 (E4M6V5), kooperatif, tanda-tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 89
kali/menit, suhu 36,5 °C, pernafasan 20 kali/menit, teratur.
Diagnosis kerja :
Vertigo ec BPPV

Saran Pemeriksaan:
◦Pemeriksaan Audiometri
◦CT Scan Kepala Non Kontras
Non-medikamentosa :
PENATALAKSANAAN
Maneuver brandt-daroff

Medikamentosa :

• Betahistin 6 mg 3 dd 1
• Flunarizine 5 mg 2 dd 1
• Omeprazole 20mg 2 dd 1

Prognosis
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad Functionam : bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
KESEIMBANGAN
ANATOMI
Terdapat tiga sistem yang mengelola pengaturan keseimbangan tubuh yaitu sistem
vestibular, sistem proprioseptik, dan sistem optik.
Labirin terletak di dalam pars petrosa oasis temporalis, medial terhadap telinga tengah. Terdiri
dari Labyrinthus osseus dan labyrinthus membranaceus.
ANATOMI

Labyrinthus osseus terdiri atas tiga bagian:


vestibulum, canalis semisircularis dan cochlea.
Ketiganya merupakan rongga-rongga yang
terletak didalam subtantia compacta tulang.
Mereka dilapisi oleh endosteum dan berisi cairan
bening, perilympha yang didalamnya terdapat
labyrinthus membranaceus.
ANATOMI
Setiap canalis mempunyai sebuah pelebaran diujungnya disebut ampulla. Rambut-rambut
sensorik krista tertanam pada salah satu ujung massa gelatinosa yang memanjang yang disebut
kupula. Pergerakan endolimfe di kanalis semisirkularis menstimulasi rambut-rambut sensorik krista,
yang dengan demikian, merupakan reseptor kinetik (reseptor pergerakan).
ANATOMI

Labyrinthus membranaceus terletak di dalam


labyrinthus osseus. Labyrinthus ini berisi
endolympha dan dikelilingi oleh perilympha.

Labyrinthus membranaseus terdiri:


• utriculus dan sacculus, yang terdapat di daiam
vestibulum osseus;
• tiga ductus semicircularis, yang terletak di
dalam canalis semicircularis osseus; dan
• ductus cohclearis yang terletak di dalam
cochlea.
• Utrikulus dan sakulus mengandung organ resptor lainnya
• Reseptor ini menghantarkan implus statik, yang
menunjukkan posisi kepala terhadap ruangan, ke batang
otak.
• Struktur ini juga memberikan pengaruh pada tonus otot.
• Implus yang berasal dari reseptor labirin membentuk
bagian aferen lengkung refleks yang berfungsi untuk
mengkoordinasikan otot ekstraokular, leher, dan tubuh
sehingga keseimbangan tetap terjaga pada setiap posisi
dan setiap jenis pergerakan kepala.
FISIOLOGI
KESEIMBANGAN
Fisiologi Keseimbangan
Gerakan
kepala dan
tubuh

Pusat
keseimbangan Perpindahan cairan
otak (area 41- endolimfa di labirin
42)

Impuls sensorik
Silia sel rambut
melalui saraf
menekuk
aferen

Merangsang Perubahan
pelepasan permeabilitas
neurotransmiter membran sel
eksitator

Depolarisas
i
http://youtube.com/watch?v=UKaBZprL3t4
GANGGUAN
SISTEM VESTIBULER
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Pada keadaan gangguan atau kelainan vestibuler, terjadi beberapa mekanisme


yang menyebabkan gangguan keseimbangan dan keluhan vegetatif yang tidak
mengenakkan bagi penderita, yaitu keluhan atau gejala mual dan muntah. Gejala ini
berkaitan dengan aktivasi pusat muntah di medulla oblongata oleh suati mediator
kimia yang dilepaskan saat serangan vertigo.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
PATOFISIOLOGI SECARA
UMUM
PATOFISIOLOGI
Pada saat timbul gangguan pada sistem vestibuler, tubuh akan berespons terhadap keseimbangan yang terjadi dengan
meminimalkan kelainan tersebut secara spontan melalui kemampuan adaptasinya.
Mekanisme adaptasi keseimbangan:
a. Asimetri vestibuler mendadak
b. Daya pengembalian keseimbangan (rebalancing)
c. Hilangnya inhibisi kontralateral (loss of contralateral inhibition)
d. Penyeimbangan oleh serebellum (cerebellar clamps)
e. Fenomena Bechterew
f. Peran hubungan antar-komisura
g. Oskilopsia (oscillopsia)
h. Ketidakstabilan bayangan objek di retina (retinal slip)
i. Koreksi VOR (recalibrating VOR
j. Penurunan bertahap keadaan asimetri-dinamik (gradual reduction in dynamic asymmetry)

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Asimetris vestibuler mendadak (sudden vestibular asymmetry)

Segera setelah terjadi penurunan atau gangguan fungsi satu organ vestibuler, akan timbul gejala dan tanda klinis
statik berupa nistagmus spontan, vertigo subjektif, mual, instabilitas postural ataksia, dan ocular tilt reaction
(OTR). Gejala tersebut disebabkan oleh keadaan asimetri berat yang tiba-tiba pada aktivitas basal kedua nucleus
vestibuler, dengan rasa berputar ke sisi dengan potensial yang lebih tinggi.

Daya pengembalian keseimbangan (rebalancing)

Dalam beberapa jam sampai dengan beberapa hari kemudian, keluhan vertigo, mual, dan nistagmus akan
menurun oleh sebab adanya proses adaptasi vestibuler. Adaptasi ini terjadi karena adanya beberapa mekanisme
yang mungkin terjadi pada tingat susunan saraf sentral karena tidak ada proses regenerasi reseptor organ
vestibuler dan neuron perifer.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hilangnya inhibisi kontralateral (loss of contralateral inhibition)

Kedua nucleus vestibularis kanan dan kiri memiliki hubungan dan saling menginhibisi untuk
mempertahankan aktivitas basal yang seimbang. Penurunan atau hilangnya fungsi satu labirin menyebabkan
juga hilangnya mekanisme inhibisi oleh sisi lesi. Hal ini memperberat keadaan asimetri karena penurunan
aktivitas basal nucleus vestibuler sisi lesi akan diikuti peningkatan aktivitas nukleus kontralateralnya.

Penyeimbangan oleh serebellum (cerebellar clamps)

Respon susunan saraf sental dengan menurunkan potensial istirahat vestibuler sisi yang sehat dan secara
bertahap mengembalikan aktivitas nukleus vestibuler sisi lesi. Keadaan ini akan mendorong proses
penyeimbangan kembali dan menghilangkan keluhan statis.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Fenomena Bechterew
Fenomena dalam periode waktu tertentu setelah penyeimbangan kembali. Pasca gangguan
vestibuler unilateral justru terjadi hilangnya fungsi organ vestibuler kontralateral (sisi
sehat).

Peran hubungan antar-komisura


Hubungan antar-komisura ini memungkinkan informasi dari organ vestibuler sisi sehat
dapat diterima oleh nukleus vestibuler kontralateralnya (sisi lesi) sehingga proses adaptasi
dapat terjadi.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Oskilopsia (oscillopsia)
Oskilopsia adalah gerakan mata involunter yang terlihat dan berkaitan dengan ketidakstabilan
bayangan di retina pada keadaan penurunan fungsi vestibulo-ocular reflex (VOR). Penderita tidak
mengeluh vertigo, hanya penglihatan kabur (visual blurring) pada saat gerakan kepala.

Ketidakstabilan bayangan objek di retina (retinal slip)


Ketidakmampuan mempertahankan focus dan pusat penglihatan di retina pada saat gerakan
kepala. Keadaan ini disebabkan oleh ketidakmampuan VOR untuk mengompensasi gerakan
kepala sebagai gambar bayangan pada retina tidak stabil.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Koreksi VOR (recalibrating VOR)
Koreksi atau perbaikan VR terjadi karena adanya plastisitas (plasticity) susunan saraf sentral dan serebelum.
Ketidakstabilan bayangan objek di retina karena disfungsi VOR menyebabkan sinyal yang salah sehingga
penglihatan kabur saat gerakan kepala. Koreksi VOR akan terjadi secara bertahap sehingga penglihatan menjadi
stabil dan jelas kembali.

Penurunan bertahap keadaan asimetri-dinamik (gradual reduction in dynamic asymmetry)


Dalam beberapa hari sampai minggu, terjadi peningkatan VOR sisi lesi sebagai respons terhadap gerakan
kepala, dan penurunan VOR sisi yang baik. Proses ini akan menurunkan respons keadaan asimetri terhadap
gerak horizontal kepala.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
GEJALA
GANGGUAN KESEIMBANGAN
Gejala Gangguan Keseimbangan

Gangguan keseimbangan dapat terjadi akibat kelainan pada sistem vestibuler perifer
maupun sistem vestibuler sentral, sebagian besar di perifer. Keluhan yang timbul
dapat berupa vertigo atau gangguan keseimbangan (disekuilibrium).
 Vertigo
 Disekuilibrium
 Mabuk Perjalanan (motion sickness)

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
 Vertigo
Vertigo adalah sensasi pusing berputar, dapat timbul ketika sedang diam ataupun
sedang bergerak. Vertigo berputar biasanya disebabkan oleh kelainan di telinga
tengah.

 Disekuilibrium
Disekuilibrium adalah sensasi akan jatuh atau seperti berdiri di lantai tidak rata,
atau rasa mengambang atau melayang. Dapat disebabkan oleh kelainan di telinga
dalam, atau disusunan saraf pusat.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
 Mabuk perjalanan (motion sickness)
Mabuk perjalanan adalah gangguan yang dirasakan ketika otak menerima persepsi yang berbeda dari sinyal gerak ditelinga
dengan sinyal gerak dari penglihatan. Sering terjadi pada orang yang melakukan perjalanan dengan mobil, pesawat terbang,
atau kapal laut. Gangguan ini dimulai dengan rasa kurang nyaman berkeringat dingin, dan pusing, kemudian diikuti rasa
mual serta muntah. Sering juga disertai sakit kepala.

Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mabuk perjalanan, jika menggunakan mobil sebaiknya duduk di bangku depan dan pandangan
melihat ke arah depan. Selama perjalanan jangan membaca buku. Hindari merokok, minum alkohol dan jangan makan
terlalu banyak (tetapi perut jangan kosong).

Pentalaksanaan awal
Jika terjadi mabuk perjalanan, cobalah rileks dan bernapas panjang. Mata ditutup atau focus ke satu titik. Untuk mengatasi
mual dapat dicoba teknik akupresur dengan memijat titik tertentu tepat di bawah pergelangan tangan. Dapat diberikan obat
antimabuk dimenhydrinate (Dramamine, Antimo).

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
VERTIGO
 Definisi

Vertigo adalah sensasi pusing berputar, dapat timbul ketika sedang diam ataupun sedang
bergerak. Vertigo berputar biasanya disebabkan oleh kelainan di telinga tengah. Vertigo
yang timbul akibat perubahan posisi kepala disebut vertigo posisional. Vertigo yang
timbul karena perbedaan persepsi otak dari sinyal visual yang melihat dari ketinggian
dengan sinyal normal dari vestibuler dan system proprioseptif disebut vertigo
ketinggian.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sesuai kejadiannya, vertigo ada beberapa macam yaitu, vertigo spontan, vertigo posisi dan
vertigo kalori.
2. Vertigo posisi, vertigo timbul disebabkan oleh
1. Vertigo spontan bila vertigo timbul
perubahan posisi kepala. Vertigo timbul karena
tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan
perangsangan pada kupula kanalis semi-sirkularis
timbul dari penyakitnya sendiri, misalnya
oleh debris atau pada kelainan servikal. Yang
pada penyakit Meniere oleh sebab tekanan
dimaksud sebagai debris ialah kotoran yang
endolimfa yang meninggi.
menempel pada kupula kanalis semi-sirkularis.

3. Vertigo kalori, Pada pemeriksaan


kalori juga dirasakan adanya
vertigo, dan vertigo ini disebut
vertigo kalori

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Ke-7, Cetakan lima. Tahun 2016. Penerbit: Badan Penerbit FKUI
 Patogenesis Vertigo
Ada dua macam kelainan yang dapat menyebabkan terjadinya vertigo, yaitu 1) gangguan fungsi sensoris, dan 2) gangguan
proses di sentral.

Gangguan fungsi sensoris


Pada sistem keseimbangan yang berfungsi dengan baik, terjadi kerja sama antara sistem vestibuler, penglihatan, dan
proprioseptif. Jika ada kelainan pada sistem vestibuler perifer, terjadi ketidakseimbangan pada sistem vestibuler sehingga
timbul rasa pusing berputar (vertigo). Apabila berlangsung lama, pusat saraf otak dapat mengompensasi sehingga keluhan
vertigo dapat hilang.

Gangguan proses di sentral


Informasi atau rangsangan dari sistem sensoris diinterpretasi secara tidak benar oleh sentral sehingga menimbulkan reaksi
sensoris yang bertentangan dan menyebabkan rasa pening atau limbung. Hal ini dapat disebabkan oleh kelainan metabolic atau
kelainan sirkulasi, infeksi, trauma, atau intoksikasi. Kelainan perifer dan gangguan sentral juga dapat terjadi bersamaan,
terutama pada usia lanjut.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
http://eprints.undip.ac.id/12209/1/2000FK643.pdf
VIDEO PATOFISIOLOGI VERTIGO
Diagnosis banding vertigo
Berdasarkan penyebabnya, vertigo dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya, yaitu akibat kelainan telinga dan
kelainan otak. Vertigo akibat kelainan telinga dapat berupa benign positional paroxysmal vertigo(BPPV), penyakit
Meniere, dan neurotonitis vestibular.

Pada BPPV, gejala vertigo berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit, sedangkan vertigo pada
penyakit Meniere berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam, dan pada neuronitis vestibular
berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu.

Vertigo dibedakan menjadi vertigo sistematik dan vertigo non-sistematik. Vertigo termasuk sistematik apabila
ada komponen rotasi atau arah berputar yang jelas. Dilakukan pemeriksaan otologi dan neurologi untuk mendapatkan
lokasi yang tepat.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
KELAINAN
VESTIBULER PERIFER
Kelainan vestibuler perifer dapat terjadi pada nervus vestibularis atau organ vestibuler.
Kelainan vestibuler perifer yang sering ditemukan dapat berupa kerusakan vestibuler
unilateral dan benign paroxysmal positional vertigo (BPPV).
Kelainan vestibuler perifer unilateral dapat dikelompokkan dalam infeksi (herpes zoster
otikus atau sindrom Ramsay-Hunt, labirinitis pada otitis media), gangguan vascular, tumor
(neuroma akustik), trauma, dan toksik. Kelainan yang lebih jarang adalah penyakit Meniere,
dan kerusakan vestibuler bilateral.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Letak kelainan Sindrom Mekanisme kelainan
Organ vestibuler Sering (unilateral/bilateral)  
 BPPV atau VPPJ  Kupulolitiasis
 Penyakit Meniere  Hidrops endolimf
 Fistula perilimf  Elastisitas tulang labirin patologis
   
Lebih jarang (unilateral atau bilateral)  
 Ototoksik  Kerusakan neuron perifer dan sel rambut
N. vestibularis Sering  
 Neuritis vestibuler  Inflamasi n. vestibularis oleh virus
 Neuroma akustik (dan tumor CPA lain)  Penekanan nervus (dan struktur vestibuler sentral)
 Disabling positional vertigo atau vestibuler  Penekanan neurovaskuler
paroksismal  
   
Lebih jarang  
 Herpes zoster otikus  Inflamasi n. vestibularis
 Polineuropati  Vaskular, toksik atau inflamasi
 Vaskular (Misal: DM)  Iskemia n. vestibularis
 Meningitis karsinomatus  Infiltrasi tumor
 Penyakit paget  Penekanan n. vestibularis
 

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo
(BPPV)

Definisi

Disebut juga Vertigo Posisi Paroksismal Jinak (VPPJ), kanalolitiasis, atau


kupulolitiasis. VPPJ merupakan gangguan perifer yang disebabkan oleh lesi pada
organ akhir sensoris. Keluhan vertigo ditimbulkan oleh partikel yang
mengambang di dalam endolimf pada kanalis semisirkularis (KSS). Biasanya
partikel ini adalah otokonia yang berasal dari makula. Dalam gerakan tertentu
otokonia ini menyebabkan defleksi kupula yang non-fisiologik sehingga
menimbulkan keluhan yang khas.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
VIDEO BPPV
Gejala
Serangan berat vertigo berputar yang berulang dan berlangsung kurang lebih 1 menit. Serangan ini
ditimbulkan akibat gerakan kepala tertentu, mungkin disertai mual. Sering kali serangan lebih berat setelah
istirahat dan pasien dapat terbangun dari tidur karena serangan vertigonya.

 
Diagnosis

Berdasarkan anamnesis yang khas dan pemeriksaan fisik dari perasat Dix-Hallpike (perubahan posisi
dengan kepala menggantung) Perasat Dix-Hallpike lebih sering digunakan karena pada perasat tersebut
posisi kepala sangat sempurna Canalith Repositioning Treatment.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Pada Uji Dix-Hallpike diperhatikan adanya nistagmus, lakukan uji ini ke kanan dan kiri.
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke belakang dengan cepat,
sehingga kepalanya menggantung 45o di bawah garis horizontal, kemudian kepalanya
dimiringkan 45o ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan
nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral. Tunggu
40 detik sampai respon abnormal timbul. Penilaian respon pada monitor dilakukan
selama kurang lebih 1 menit atau sampai respon menghilang.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Pemeriksaan perasat Dix-Hallpike

Pada Uji Dix-Hallpike


- Diperhatikan adanya nistagmus, lakukan uji ini
ke kanan dan kiri.
- Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita
dibaringkan ke belakang dengan cepat, sehingga
kepalanya menggantung 45o di bawah garis
horizontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45o
ke kanan lalu ke kiri.
- Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan
nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan
apakah lesinya perifer atau sentral.
- Tunggu 40 detik sampai respon abnormal timbul.
Penilaian respon pada monitor dilakukan selama
kurang lebih 1 menit atau sampai respon
menghilang.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Video Perasat Dix-Hallpike
 
Terapi
◦Latihan teratur posisi kepala untuk memulihkan kanalit (posisi otokonia) Latihan
Brandt-Daroff tidak dapat dianggap sebagai pengobatan pilihan pertama karena telah
terbukti secara signifikan kurang efektif dari pada Epley Manuever dan Semont
Manuever. Jika tidak berhasil, diperlukan operasi untuk memotong saraf ke ampula
atau Kanalis Semi-sirkularis (KSS) posterior, tetapi sangat jarang diperlukan.
◦Biasanya vertigo ini dapat hilang sendiri dalam beberapa hari atau minggu
(paroksismal jinak). Kadang-kadang serangan dapat berulang kembali setelah
beberapa waktu.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6002633
/
EPLEY MANUVER
• Pasien berada dalam posisi tegak
• Kepala menoleh ke sisi yang sakit.
• Penderita ditidurkan dengan posisi kepala
digantungkan, dan dipertahankan selama 1
sampai 2 menit.
• Kepala ditolehkan 90 derajat ke sisi sebaliknya,
• Dan posisi supinasi berubah menjadi lateral
dekubitus dan dipertahan 30-60 detik.
• Kemudian beritahu pasien untuk
mengistirahatkan dagu pada pundaknya dan
duduk kembali secara perlahan

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6002633
/
VIDEO EPLEY MANUVER
SEMONT MANUVER
1) Pasien duduk dengan kepala diputar
45 ° ke sisi yang sehat. 2) Pasien dengan
cepat tergerak untuk berbaring di sisi
yang sakit (tepat di gambar ini). 3)
Pasien berbalik 180 ° untuk berbaring di
sisi yang tidak terpengaruh sambil
mempertahankan posisi kepala. 4) Pasien
diangkat ke posisi awal.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6002633
/
VIDEO SEMONT MANUVER
(untuk Kanal posterior bagian kanan BPPV)
VIDEO SEMONT MANUVER
(untuk Kanal posterior bagian kiri BPPV)
2. Penyakit Meniere

Definisi
Penyakit Meniere disebut juga hidrops endolimfatik, yaitu
kelainan telinga dalam yang ditandai adanya endolimf berlebihan
pada sistem endolimfatik.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Etiologi
Penyebab utamanya adalah peningkatan volume endolimf yang dapat disebabkan oleh peningkatan
produksi, atau gangguan absorpsi endolimf. Dalam keadaan normal, endolimf disekresi oleh stria
vaskularis masuk ke labirin membranosa kemudian diabsorpsi melalui sakus endolimfatikus.
Penyebab pasti penyakit Meniere belum diketahui. Ada beberapa teori yang diduga sebagai
penyebabnya:
1. Gangguan absorpsi di sakus endolimfatikus
2. Gangguan vasomotor
3. Alergi, bias akibat inhalan atau makanan
4. Gangguan karena garam dan air
5. Hipotiroid
6. Kelainan autoimun atau pasca-infeksi virus.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Epidemiologi
Biasanya mengenai usia antara 35-60 tahun, laki-laki lebih banyak dari pada wanita.

Gejala Klinis
Umumnya mengenai telinga unilateral, tetapi telinga yang satu dapat ikut terkena setelah
beberapa bulan.
Gejala utama atau khas adalah:
1. Vertigo episodik
2. Tuli yang berfluktuasi
3. Tinitus
4. Rasa penuh atau tekanan pada telinga yang sakit.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Vertigo. Berupa serangan yang timbul mendadak. Pasien merasa dirinya berputar,
atau lingkungannya berputar. Kadang-kadang pasien merasa bergoyang ke depan,
ke belakang, atau ke atas dan ke bawah. Di antara serangan ada periode remisi
yang dapat berlangsung selama beberapa minggu, bulan, atau tahun. Biasanya
serangan disertai mual dan muntah, ataksia serta nistagmus. Serangan yang
berat dapat disertai gangguan n. vagus, seperti kram perut, diare, keringat
dingin, pucat dan bradikardia. Kadang-kadang serangan didahului oleh rasa
penuh di telinga.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Gangguan pendengaran. Dapat timbul bersama vertigo atau muncul lebih dulu.
Pendengarannya dapat membaik atau normal setelah serangan vertigo berlalu.
Setiap serangan dapat memperburuk pendengaran. Ada beberapa pasien yang
mengalami distorsi pendengaran sehingga suara terdengar seperti lebih tinggi
daripada telinga satunya. Pasien penyakit Meniere tidak dapat menerima
amplifikasi suara sehingga tidak dapat menggunaan alat bantu dengar (ABD).

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Tinitus. Terdengar suara gemuruh nada rendah yang meningkat saat serangan. Kadang-kadang tinitus berupa
desau. Biasanya tinitus menetap pada periode remisi. Perubahan intensitas dan nada tinitus mungkin merupakan
tanda timbulnya serangan.

Rasa penuh. Rasa penuh atau tekanan pada telinga yang sakit juga berfluktuasi, dapat timbul sebelum atau
bersamaan dengan serangan vertigo.

Keluhan lain. Pasien Meniere sering memperlihatkan gejala gangguan emosi karena cemas akan berulangnya
serangan. Dahulu kelainan emosi ini dianggap sebagai penyebab terjadinya penyakit ini.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Patofisiologi
Kelainan utamanya adalah distensi sistem endolimfatik yang terutama mengenai
duktus koklearis (skala media) dan sakulus, serta dapat juga mengenai utrikulus dan
kanalis semisirkularis. Dilatasi duktus koklearis dapat sangat berat sampai
memenuhi seluruh skala vestibule sehingga menyebabkan penonjolan pada
membrane Reissner.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Video Penyakit Meniere
Pemeriksaan Klinis THT

Otoskopi. Tidak terlihat adanya kelainan pada liang telinga dan membrane
timpani.

Pemeriksaan nistagmus. Nistagmus hanya terlihat pada saat serangan akut.


Komponen cepat nistagmus ke arah telinga yang sehat.

Tes garpu tala. Menunjukkan adanya tuli sensorineural. Tes rinne positif,
hantaran tulang pada telinga yang sakit menurun. Weber menunjukkan lateralisasi
ke telinga sehat.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi Ke-7, Cetakan lima. Tahun 2016. Penerbit: Badan Penerbit FKUI
Pemeriksaan Penunjang
Audiometri nada murni. Didapati gambaran tuli sensorineural, pada awal
penyakit yang terkena nada rendah. Lama-kelamaan nada tinggi juga
terpengaruh.

Audiometri tutur. Skor diskriminasi tutur biasanya antara 55-85% di luar


serangan. Namun, saat serangan kemampuan diskriminasi sangat menurun.

Tes audiometri khusus. Dilakukan untuk membedakan lesi koklear dengan


lesi retrokoklear, seperti neuroma akustik. 1). Tes recruitment hasilnya
positif; 2). Tes SISI (Short Increment Sensitivity Index) pada kebanyakan
pasien >70%; 3). Tes tone decay.

Audiometri tutur.

Tes SISI (Short Increment Sensitivity Index)


Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Elektrokokleografi. Didapati kelainan pada Penyakit Meniere.

Tes kalori. Pada telinga yang sakit, terjadi penurunan respons.

Tes gliserol. Gliserol adalah suatu zat yang menyerap air. Diberikan gliserol dengan
dosis 1,5 ml/kgBB dicampur air dengan jumlah yang sama. Dilakukan pemeriksaan
audiogram serta diskriminasi tutur sebelum dan 1-2 jam setelah pemberian gliserol.
Jika didapati perbaikan audiogram 10 dB serta diskriminasi 10%, tes dianggap
positif, juga didapati perbaikan keluhan tinitus dan rasa penuh pada telinga. Tes
gliserol penting untuk diagnostic dan prognostik.
 

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Terapi

A. Penatalaksanaan Umum
1. Menenangkan pasien. Pasien perlu diberi penjelasan mengenai penyakitnya untuk menghilangkan rasa cemas atau
ketakutan. Cara ini sangat penting pada serangan akut.
2. Berhenti merokok. Pasien dilarang merokok sama sekali karena nikotin menyebabkan vasospasme. Kadang-
kadang cara ini sudah cukup untuk menghilangkan gejala.
3. Diet rendah garam. Konsumsi garam tidak boleh lebih dari 1,5-2,0 gram/hari.
4. Batasi minum air.
5. Batasi konsumsi teh dan alkohol.
6. Hindari stress dan perbaiki gaya hidup. Sebagai contoh: melakukan yoga dan latihan relaksasi mental.
7. Hindari aktivitas yang membutuhkan keseimbangan tubuh. Serangan Meniere dapat timbul mendadak, sebaiknya
jangan melakukan kegiatan seperti menyelam dan memanjat tebing.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
B. Penatalaksanaan Pada Serangan Akut

Saat serangan akut, terjadi vertigo berat yang disertai mual dan muntah. Pasien menjadi cemas. Gerakan kepala menimbulkan
rasa pusing. Jadi, penatalaksanaannya sebagai berikut:

1. Menenangkan pasien. Untuk menghilangkan rasa cemas dan takut.


2. Istirahat baring. Dengan kepala diganjal bantal untuk mencegah gerakan kepala.
3. Terapi medikamentosa.
a. Pemberian obat penekan fungsi vestibular secara intramuskuler atau intravena jika pasien muntah. Dapat diberikan
dimenhydrinate, promethazine theoclate, atau prochlorperzaine.
b. Dapat juga diberikan diazepam 5-10 mg secara intravena, yang mempunyai efek menenangkan dan menekan aktivitas
nukleus vestibularis medial.
c. Atropine dapat juga digunakan untuk menghentikan serangan akut, diberikan 0,4 mg secara subkutan.
d. Vasodilator, dapat berupa: a). inhalasi carbogen yaitu 5% CO2 dan 95% O2 yang dapat memperbaiki sirkulasi labirin; b).
histamine drip. Diberikan infus histamine diphosphate 2,75 mg dalam 500 mL glukosa dengan kecepatan rendah. Tidak boleh
diberikan dalam keadaa perut kosong.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
C. Penatalaksanaan Pada Fase Kronis

Untuk pasien yang datang tidak pada fase akut, penatalaksanaannya adalah sebagai berikut:

1. Obat penekan fungsi vestibular. Diberikan prochlorperazine (Stemetil) 3 x 10 mg sehari selama 2


bulan, kemudian diturunkan menjadi 3x5 mg sehari selama 1 bulan.
2. Vasodilator. Nicotinic acid 3 x 50 mg sehari, sebelum makan. Betahistin (Vertin) 3 x 8-16 mg sehari,
untuk meningkatkan aliran darah labirin.
3. Diuretik. Diberikan furosemide 40 mg selang sehari, bergantian dengan suplemen kalium.
4. Propantheline bromide (Probanthine) 3 x 15 mg. Dapat diberikan tersendiri atau kombinasi dengan
vasodilator.
5. Eliminasi alergen. Harus dicari dan dihindari allergen yang mungkin menjadi penyebab serangan akut.
6. Terapi hormone. Harus diperiksa dan dicari adakah kelainan endokrin seperti hipotiroidi. Jika perlu,
diberikan terapi hormone.
7. Hindai stress dan perbaiki gaya hidup sehat.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
D. Terapi lain
Jika serangan vertigo tidak dapat dihilangkan, dapat dilakukan labirinektomi kimiawi
dengan melakukan penyuntikan gentamisin intratimpani. Gentamisin adalah obat
yang bersifat vestibulotoksik. Obat disuntikkan setiap hari atau 2 kali atau per minggu
ke dalam telinga tengah. Larutan akan diabsorpsi melalui tingkap bundar dan akan
masuk merusak labirin vestibular. Keluhan vertigo dan keluhan lainnya akan hilang.
Efek samping yang bias terjadi dengan terapi ini adalah tuli sensorineural yang lebih
berat.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
E. Terapi bedah
Hanya dilakukan jika terapi medikamentosa gagal. Ada prosedur bedah konservatif dan prosedur destruktif.
 
Prosedur Konservatif
Operasi ini dilakukan pada kasus-kasus dengan vertigo yang sangat mengganggu fungsi kehidupan pasien,
sedangkan pendengarannya masih baik dan perlu dipertahankan. Ada beberapa macam, antara lain:
1. Dekompresi sakus endolimfatik.
2. Operasi shunt endolimfatik, dipasang pipa dari sakus endolimfatik ke ruang subarachnoid untuk drainase
endolimf yang berlebihan.
3. Operasi sakulotomi.
4. Pemotongan n. vestibularis.
5. Destruksi labirin secara ultrasonik. Fungsi koklea masih dipertahankan.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Prosedur Destruktif

Berupa operasi labirinektomi yang merusak fungsi vestibuler dan


koklea. Prosedur ini hanya dilakukan jika koklea sudah tidak
berfungsi dan tidak perlu dipertahankan lagi. Dapat dilakukan
dengan pendekatan secara transmastoid ke kanalis semisirkularis
lateral, atau transkanal melalui fenestra ovalis. Operasi
menghilangkan serangan vertigo.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Neuroma Akustik
DEFINISI

o Neuroma akustik adalah tumor jinak dari nervus kranial kedelapan yang
ditemukan di kanalis auditoris interna dan di cerebellopontine angle (CPA)
o Neuroma akustik adalah tumor jinak intrakanial dan ekstraaksial yang
tumbuh dengan lambat, biasanya berasal dari bagian saraf keseimbangan
(vestibular) dari nervus kedelapan
o Neuroma akustik adalah tumor non-ganas jaringan fibrosa yang berasal dari
saraf keseimbangan (vestibular) atau pendengaran (koklea) yang tidak
menyebar (metastasis) ke bagian lain dari tubuh
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI

 Neuroma akustik unilateral dan bilateral dapat disebabkan oleh karena kelainan fungsi dari
kromosom 22. Kromosom 22 memproduksi protein (schamnamine/merlin) yang mengontrol
pertumbuhan sel schwann. Pada pasien NF-2 kelainan kromosom 22 ini diturunkan dan ada
pada sebagian besar sel somatis .
 Kelainan NF-2 biasanya mengalami neuroma akustik pada kedua sisi (bilateral). Akan tetapi, seseorang
dengan neuroma akustik unilateral tanpa sebab yang jelas mengalami gangguan pada fungsi kromosom
22 dan hanya ada pada sel schwann nervus kedelapan saja
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis neuroma akustik dapat dibagi menjadi:


DIAGNOSIS

ANAMNESIS

PEMERIKSASAAN FISIK

◦ pemeriksaan audiologi lengkap dengan tes vestibular, untuk menilai saraf trigeminal
DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN PENUNJANG

◦Test Audiometri
◦BERA
◦Plain X-Rays
◦MRI dengan resolusi tinggi, thin slices, dengan kontras gadolinium pada kanalis
auditori interna
DIAGNOSIS BANDING
TATALAKSANA
PROGNOSIS

Prognosis dari neuroma akustik bervariasi tergantung dari


besarnya tumor. Tingkat kematian hampir 10-15%
HERPES ZOSTER OTICUS
DEFINISI

◦Herpes zoster otikus adalah kumpulan gejala yang terdiri dari erupsi herpetik
pada telinga luar (pada meatus akustikus eksternus dan periaurikula) dan
palatum molle, nyeri yang hebat, disertai paralise nervus fasialis akut, yang
disebabkan reaktivasi herpes zoster yang sedang dalam masa dormansi di
ganglion genikuli nervi fasialis.
◦Sindroma Ramsay Hunt atau Neuralgia Genikulatum
EPIDEMIOLOGI
◦ Menurut penelitian yang dilakukan di Jerman dan Australia

wanita lebih besar mengalami herpes zoster


otikus dibandingkan pria, dengan persentasi
wanita 68,1% dan pria 31,9%, akan tetapi wanita
memiliki manifestasi dan prognosis yang lebih
baik ketimbang pria.

o 2/3 pasien herpes zoster otikus berusia lebih dari 50 tahun, dan kurang dari 10%
berusia kurang dari 20 tahun.
o di Indonesia lebih kurang 1% setahun.
ETIOLOGI

◦ Disebabkan oleh reaktivasi Varicella Zoster Virus (VZV). VZV tergolong ke dalam subfamili alfa
mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang menimbulkan lesi vesikuler.
◦ infeksi oleh virus herpes alfa biasanya dapat menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari
ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodic.
◦ Faktor resiko meningkat pada orang dengan imunitas menurun.
◦ Faktor predisposisi: stres fisik dan emosional.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

Masa inkubasi yang berlangsung 4-20 hari, muncul gejala prodromal berupa demam, sakit kepala, malaise, dan
terkadang mual dan muntah
Manifestasi Klinis

Gambar 2.8. Tanda klinis penderita herpes


zoster otikus
◦Tanda yang ditemukan:
◦Ipsilateral
◦Rash eritema di daun telinga
◦Ulserasi Vesikel pada liang telinga – 2/3 anterior lidah
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS

A). Pasien Herpes zoster otikus sebelum pengobatan; B). kembalinya fungsi motorik
secara keseluruhan setelah pengobatan; C). Lesi vesikel pada meatus akustikus
eksternus
DIAGNOSIS BANDING

o Bell’s Palsy
o Otitis Eksterna
o Neuralgia Trigemina
TATALAKSANA
PENCEGAHAN

o Menjaga daya tahan tubuh


o Menjauhkan diri dari stress
o Pemberian vaksin VZV
KOMPLIKASI

 Paralysis fasial yang permanen dan synkinesis


 Postherpetic neuralgia yang berkepanjangan
 Sakit kepala, sakit punggung, kebingungan, kelesuan, kelemahan, dan timbulnya
lesi herpes yang mengikuti dermatome
 Serangan vertigo bisa muncul sebagai komplikasi herpes zoster di wajah
PROGNOSIS

 Diagnosa yang ditegakkan lebih cepat dan mendapat terapi sebelum 72 jam setelah
onset memberikan hasil yang lebih baik.
 Pasien yang datang dengan keluhan erupsi terlebih dahulu sebelum paralisis
memiliki prognosis yang lebih baik.
 Pada infeksi yang lama mungkin dapat terjadi paralisis fasialis yang permanen.
Sejumlah besar pasien akan mengalai penyembuhan sepenuhnya setelah
sebelumnya mengalami paralisis.
 Herpes zoster otikus yang mengalami vertigo dan tuli sensorineural prognosisnya
lebih jelek terutama pada pasien dengan umur lebih tua.
KELAINAN
VESTIBULER SENTRAL
Kelainan vestibuler sentral dapat memperlihatkan gejala, antara lain:
1) Ataksia dengan vertigo ringan.
2) Adanya gerak sakadik jika pasien disuruh melihat fokus yang bergerak lambat.
3) Mungkin ada nistagmus ke atas-bawah.
4) Gangguan reflex optokinetik (gerak mata mengikuti objek yang bergerak ke perifer saat
kepala diam).

Tersering disebabkan oleh gangguan vaskular di daerah batang otak atau serebellum. Penyebab
lain bisa karena peradangan (sclerosis multiple), infeksi (misal: ensefalitis viral), tumor (misal:
glioma), gangguan metabolik, dan trauma (kontusio batang otak). Kelainan sentral biasanya
ditangani oleh ahli saraf.

Mangunkusumo, E. 2019. Buku Teks Komprehensif ILMU THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala-Leher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai