Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

Otitis Media Akut Stadium Hiperemis

Pembimbing :
dr. Eman Sulaiman, Sp.THT-KL

Penyusun :
Nurasyiah Wulansari Dano Karim
2012730146

DEPARTEMEN ILMU THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B CIANJUR

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh gendang telinga.
Daerah ini menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga dalam. Selain itu di daerah
ini terdapat saluran Eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga hidung
belakang dan tenggorokan bagian atas.

Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri. Pada 25%
pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus ditemukan pada 25% kasus dan
kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri. Bakteri penyebab otitis media tersering
adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella
cattarhalis. Yang perlu diingat pada OMA, walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh
bakteri, hanya sedikit kasus yang membutuhkan antibiotik.

Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena kekebalan tubuh
yang masih dalam perkembangan, dan posisi saluran eustachius pada anak lebih lurus secara
horizontal dan lebih pendek sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah. Namun
orang dewasa juga dapat teerkena infeksi ini Faktor pertahanan tubuh seperti silia dari mukosa
tuba eustachius, enzim, dan antibodi sangat berperan dalam patomekanisme penyakit ini. Faktor
ini akan mencegah masuknya mikroba ke dalam telinga tengah. Tersumbatnya tuba eustachius
merupakan pencetus utama terjadinya otitis media supuratif akut (OMA).

2
BAB II

STATUS PASIEN

2.1. Identitas Pasien


Nama : Ny. S
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kp. Pasir Angin, Cianjur.
Tanggal Pemeriksaan : 5 April 2017
No. RM : 374xxx

2.2. Anamnesis

Keluhan Utama :

Keluar cairan dari telinga kiri sejak + 2 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS).

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke poli THT RSUD Cianjur dengan keluhan keluar cairan dari telinga kiri
sejak + 2 hari SMRS. Cairan yang keluar berwarna putih kekuningan, sedikit kental, tidak
berbau dan tidak terdapat darah. Pasien juga kadang mengeluhkan telinga kiri
mendengung dan kadang nyeri, namun tidak ada penurunan pendengaran. Tidak pernah
keluar cairan dari telinga kanan. Pilek, batuk, nyeri menelan dan demam disangkal oleh
pasien.

Riwayat Penakit Dahulu :

- Pasien baru pertama kali mengalami gejala seperti ini

Riwayat Penyakit Keluarga :

- Keluarga pasien tidak ada yang mengalami gejala seperti pasien

- Hipertensi (-), Diabetes mellitus (-), asma (-), alergi (-)

3
Riwayat Alergi :

Alergi udara dingin, makanan dan obat disangkal

Riwayat Pengobatan :

Pasien mengaku belum pernah berobat sebelumnya.

2.3. PemeriksaanFisik

- Keadaan umum : Tampak sakit ringan

- Kesadaran : Compos mentis

- Berat Badan : 55 kg

- Tanda Vital :

- Tekanan Darah : 120/70mmHg

- Pernafasan : 19 x/menit

- Nadi : 84 x/menit

- Suhu : 36,7C

2.3.1. Status Generalis

Kepala : Normochepal

Mata : Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-, refleks pupil (+/+)

4
Telinga : Lihat status lokalis

Hidung : Lihat status lokalis

Mulut : Lihat status lokalis

Tenggorok : Lihat status lokalis

Leher : Lihat status lokalis

Thorax

a. Inspeksi : Pergerakan dada simetris

b. Palpasi : Vocal fremitus kanan dengan kiri sama

c. Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru

d. Auskultasi: Suara napas vesikuler +/+, rhonchi -/-,wheezing -/-

Jantung

a. Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

b. Palpasi : Ictus cordis di ICS V midclavicula sinistra

c. Perkusi : Redup (+)

d. Auskultasi: BJ I & II murni , reguler , murmur (-) , gallop (-)

Abdomen

a. Inpeksi : Supel

b. Palpasi : Nyeri tekan (-)

c. Perkusi : Timpani diseluruh lapang abdomen

d. Auskultasi: Bising usus (+)

Ekstremitas

5
a. Superior : Hangat (+/+), edema (-/-), RCT < 2 dtk ,sianosis (-/-)
b. Inferior : Hangat (+/+), edema (-/-), RCT < 2 dtk ,sianosis (-/-)

2.3.2. Status Lokalis THT

TELINGA

Tabel 2.1. Pemeriksaan Telinga


AD AS
Aurikula Normotia, atresia liang telinga
Normotia, atresia liang telinga
(-), perikondritis (-)
(-), perikondritis (-)

Peradangan (-), pus (-), fistula Preaurikula Peradangan (-), pus (-), fistula
(-), nyeri tekan (-), (-), nyeri tekan (+),
pembesaran KGB (-), edema pembesaran KGB (-), edema
(-) (-)
.Peradangan (-), pus (-), fistula Retroaurikula Peradangan (-), pus (-), fistula
(-), nyeri tekan (-), (-), nyeri tekan (-),
pembesaran KGB (-), edema pembesaran KGB (-), edema
(-) (-)

Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (+), edema (-),


secret (-), serumen (-), massa MAE secret (+), serumen (-), massa
(-), korpus alineum (-) (-), korpus alineum (-)

Hiperemis (+), edema (-),


Hiperemis (-), edema (-),
secret (+), serumen (-), massa
secret (-), serumen (-), massa KAE
(-), korpus alineum (-)
(-), korpus alineum (-)

6
Membran timpani
hiperemis (+), intak (+), reflex
intak (+), refleks cahaya (+)
cahaya (+)

+ Uji Rinne +

Tidak ada lateralisasi Uji Weber Tidak ada lateralisasi

Sama dengan pemeriksa Uji Schwabach Sama dengan pemeriksa

HIDUNG

a. Rinoskopi Anterior

Tabel 2.2. Pemeriksaan Hidung

Dekstra Rinoskopi Anterior Sinistra

Hiperemis (-) Mukosa Hiperemis (-)


(-) Sekret (-)
Hipertrofi (-) Konka inferior Hipertrofi (-)
Deviasi (-) Septum Deviasi (-)
(-) Massa (-)
(-) Passase udara (-)

a. Sinus Paranasal
- Inspeksi : Pembengkakan pada pipi (-/-)
- Palpasi : Nyeri tekan pada pipi (-/-), nyeri tekan medial atap orbita (-/-),
nyeri tekan kantus medius (-/-)
b. Tes Penciuman
- Kanan : Tidak dilakukan
- Kiri : Tidak dilakukan
- Kesan : Tidak dilakukan

7
c. Transiluminasi
- Sinus maksilaris : Tidak dilakukan
- Sinus frontalis : Tidak dilakukan

TENGGOROK

a. Nasofaring
Tabel 2.3. Pemeriksaan Nasofaring

Nasofaring (Rinoskopi Posterior)


Konka superior Tidak dilakukan
Torus tubarius Tidak dilakukan
Fossa Rossenmuller Tidak dilakukan
Plika salfingofaringeal Tidak dilakukan

b. Orofaring
Tabe 2.4. Pemeriksaan Orofaring

Dekstra Pemeriksaan Orofaring Sinistra


Mulut
Tenang Mukosa mulut Tenang
Simetris, bersih Lidah Simetris, bersih
Simetris, bersih Palatum molle Simetris, bersih
Karies (-) Gigi geligi Karies (-)
Simetris Uvula Simetris
Tonsil
Tenang Mukosa Tenang

TI TI

Melebar (-) Kripta Melebar (-)


(-) Detritus (-)

8
(-) Perlengketan (-)
Faring
Tenang Mukosa Tenang
(-) Granula (-)
(-) Post nasal drip (-)

Tes Pengecapan
Manis Tidak dilakukan
Asin Tidak dilakukan
Asam Tidak dilakukan
Pahit Tidak dilakukan

c. Laringofaring

Laringofaring (Laringoskopi Indirect)


Epiglotis Tidak dilakukan
Plika ariepiglotika Tidak dilakukan
Plika ventrikularis Tidak dilakukan
Plika vokalis Tidak dilakukan
Rima glotis Tidak dilakukan

MAKSILOFASIAL

Dekstra Nervus Sinistra

I. Olfaktorius
Tidak dilakukan Penciuman Tidak dilakukan
II. Optikus
(+) Daya penglihatan (+)
(+) Refleks pupil (+)
III. Okulomotorius
(+) Membuka kelopak (+)
mata

9
(+) Gerakan bola mata (+)
ke superior
(+) Gerakan bola mata (+)
ke inferior
(+) Gerakan bola mata (+)
ke medial
(+) Gerakan bola mata (+)

ke laterosuperior
IV. Troklearis
(+) Gerakan bola mata ke (+)
lateroinferior
V. Trigeminal
Tes sensoris
Tidak dilakukan Cabang oftalmikus Tidak dilakukan
(V1)
Tidak dilakukan Cabang maksila (V2) Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Cabang mandibula Tidak dilakukan
(V3)
VI. Abdusen
(+) Gerakan bola mata ke lateral (+)
VII. Fasial
(+) Mengangkat alis (+)
(+) Kerutan dahi (+)
(+) Menunjukkan gigi (+)
Tidak dilakukan Daya kecap lidah 2/3 Tidak dilakukan

anterior
VIII. Akustikus
(+) Tes garpu tala (+)
IX. Glossofaringeal
(+) Refleks muntah (+)
Tidak dilakukan Daya kecap lidah 1/3 Tidak dilakukan
posterior

10
X. Vagus
(+) Refleks muntah dan (+)
menelan
(-) Deviasi uvula (-)
(+) Pergerakan palatum (+)
XI. Assesorius
(+) Memalingkan kepala (+)
(+) Kekuatan bahu (+)

XII. Hipoglossus
(-) Tremor lidah (-)
(-) Deviasi lidah (-)

LEHER

Dekstra Pemeriksaan Sinistra


Pembesaran (-) Tiroid Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar submental Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar submandibula Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar jugularis superior Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar jugularis media Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar jugularis inferior Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar suprasternal Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar supraklavikular Pembesaran (-)

11
2.4. Resume

Pasien datang ke poli THT RSUD Cianjur dengan keluhan keluar cairan dari telinga kiri
sejak + 2 hari SMRS. Cairan yang keluar berwarna putih kekuningan, sedikit kental, tidak
berbau dan tidak terdapat darah. Pasien juga kadang mengeluhkan telinga kiri mendengung.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada preaurikula sinistra terdapat rasa nyeri tekan, MAE
aurikula sinistra terdapat secret dan hiperemis, KAE aurikula sinistra terdapat secret dan
hiperemis. Membrane timpani aurikula sinistra hiperemis.

2.5. Pemeriksaan Penunjang

2.6. Diagnosis Banding

- Otitis Media Akut AS stadium hiperemis

- Otitis Eksterna AS

2.7. DiagnosaKerja

- Otitis Media Akut AS Stadium Hiperemis

2.8. Terapi

- Solutio H2O2 3% 3 gtt 5 AS

- Solutio Akilen fl 2 gtt 5 AS

- Mefinal 500 mg 3 x 1 tablet

12
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. ANATOMI TELINGA

Gambar 3.1. Anatomi Telinga1

Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membrane timpani. Daun

telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Panjang liang telinga kira-kita 2,5 3 cm. 1/3

bagian luar liang telinga merupakan tulang rawan, sedangkan 2/3 bagian dalam liang telinga

adalah tulang.1

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan

terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida, sedangkan bagian

bawah pars tensa. Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu luar ialah lanjutan dari epitel kulit

telinga, dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia. Pars tensa memiliki satu lagi lapisan

13
tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin. Bayangan

penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut sebagai umbo. Dari umbo

bermula suatu reflek cahaya kea rah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membrane timpani kiri dan

pukul 5 untuk membrane timpani kanan. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan

menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di

umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah depan, serta bawah

belakang, untuk menyatakan letakperforasi membrane timpani.1

Telinga Tengah

Dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar ke

dalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling

berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada

inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan

dengan koklea. 1

Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring

dengan telinga tengah. 1

Telinga tengah berbentuk kubus dengan:

- Batas luar : membrane timpani

- Batas depan : tuba eustachius

- Batas bawah : vena jugularis

- Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars ventrikalis

- Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)

14
- Batas dalam : berturut-turut dari atas kebawah kanalis semi sirkularis horizontal,

kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window), dan

promontorium. 1

Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan

vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut

helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibule. Skala vestibule dan

skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang

terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Dasar skala vestibule disebut sebagai membrane

vestibule (Reissners membrane) sedangkan dasar skala media adalah membrane basalis. Pada

membrane ini terletak organ Corti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang

disebut membrane tektoria, dan pada membrane basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel

rambut dalam, sel rambut luar, dan kanalis corti, yang membentuk organ corti. 1

3.2. FISIOLOGI PENDENGARAN

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga dalam

bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut

menggetarkan membrane timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang

pendengaran. Energi getar akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong

sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner

yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membrane

basilaris dan membrane tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan

defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion

bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,

15
sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi

pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area

39-40) di lobus temporalis. 1

3.3. OTISIS MEDIA

3.3.1. Pengertian dan Klasifikasi

Otitis media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba

eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas ottis media supuratif

dan otitis media non supuratif (=otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media

musinosa, otitis media efusi/OME). Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan

kronis, yaitu otitis media supuratif akut dan otitis media supuratif kronis. Begitu pula otitis media

serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut dan otitis media serosa kronis.1

Meurut sumber lain Otitis media dapat diklasifikasikan menjadi Otitis Media Akut

(OMA) dan Otitis Media Efusi (OME). OMA umumnya ditandai dengan onset cepat serta

terdapat tanda-tanda dan gejala peradangan di telinga tengah disertai dengan efusi telinga tengah.

Tanda peradangan termasuk bulging, eritema, dan perforasi akut pada membrane timpani disertai

dengan otorrhea. Gejalanya meliputi otalgia, dan demam. Sedangkan OME, didefinisikan sebagai

efusi pada telinga tenah tanpa adanya tanda dan gejala peradangan akut seperti yang ditemukan

pada OMA.3

16
3.3.2. Etiologi dan Faktor Resiko

Biasanya, OMA merupakan komplikasi karena disfungsi tuba eustachius yang terjadi

akibat infeksi akut saluran pernapasan atas. Bakteri dapat diisolasi dari kultur cairan telinga

tengah pada 50% sampai 90% dari kasus AOM dan OME. Mikroorganisme yang paling sering

menyebabkan otitis media adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae

(nontypable), dan Moraxella catarrhalis. H. influenzae adalah penyebab OMA berat atau refrakter

pada anak-anak setelah ditemukannya vaksin konjugat Pneumococcus.4

Faktor resiko terjadinya Otitis Media adalah usia, alergi, kelainan kraniofasial, paparan

asap lingkungan, riwayat keluarga, gastroesophangeal reflux, imunodefisiensi, tidak diberi ASI,

penggunaan dot, serta infeksi saluran pernapasan atas. 4

3.3.3. Patomekanisme Otitis Media

ETIOLOGI
Gangguan Tekanan
DAN FAKTOR
Tuba negative
RESIKO
Eustachius telinga tengah
OTITIS MEDIA

Tuba tetap terganggu

Otitis Media Tidak ada infeksi Sembuh/


Efusi
Efusi Normal

Tuba tetap terganggu


+ ada infeksi

Otitis Media
Akut

17
3.3.4. Diagnosis Otitis Media Akut

- STADIUM OTITIS MEDIA AKUT

Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium

(berdasarkan gambaran membrane timpani yang diamati melalui liang telinga luar):

Gambar 3.2. Membran Timpani Normal5

1. Stadium oklusi tuba eustachius

Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membrane timpani

akibat terjadinya tekanan negative di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara. Kadang-

kadang membrane timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwana keruh pucat.

Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan

dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi. 1

2. Stadium hiperemis (Stadium Pre-Supurasi)

Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membrane

timpani atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang telah

terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.1

18
Gambar 3.3. Membran Timpani Hiperemis5

3. Stadium supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial,

serta terbentuknya eksudat yang purulent di kavum timpani, menyebabkan membrane

timpani menonjol (bulging) kea rah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak

sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.1

Gambar 3.4. Membran Timpani Supurasi5

4. Stadium perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi

kuman yang tinggi, maka dapat terjadi rupture membrane timpani dan nanah keluar

mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Pasien yang tadinya gelisah sekarang

menjadi tenang, suhu badan turun, dan dapat tertidur nyenyak. 1

19
Gambar 3.5. Membran Timpani Perforasi5

5. Stadium resolusi

Bila membrane tetap utuh, maka keadaan membrane timpani perlahan-lahan akan

normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka secret akan berkurang dan akhirnya

kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi

walaupun tanpa pengobatan. OMA berubak menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan

secret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA bisa menimbulkan gejala sisa

(sequele) berupa otitis media serosa bila secret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya

perforasi.1

3.3.5. Gejala Klinik OMA

Gejala klinis OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak yang

sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri dalam telinga, keluhan disamping suhu

tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar

atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh

di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh

yang tinggi (pasa stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu

tidur, diare, kejang, dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit.1

3.3.6. Penatalaksanaan Otitis Media Akut

20
ANALGESIK

Analgesik yang direkomendasikan untuk gejala nyeri telinga, dan demam.

Ibuprofen dan acetaminophen telah terbukti efektif. Ibuprofen lebih sering digunakan,

mengingat durasi kerjanya lama dan toksisitas yang lebih rendah dalam hal overdosis.

Analgesik topikal, seperti benzokain, juga dapat membantu.4

OBSERVASI VS PEMBERIAN ANTIBIOTIK

Kejadian resisten terhadap antibiotic masih menjadi masalah di dalam masyaraat.

Untuk mencegah hal tersebut terjadi, sebuah strategi dilakukan dalam pengobatan OMA

yaitu dengan cara menunda pemberian antibiotic. Antibiotik hanya diberikan pada anak-

anak yang berusia 6 bulan atau lebih dengan tanda-tanda atau gejala berat seperti otalgia

sedang atau berat, otalgia selama minimal 48 jam, atau suhu 39C atau lebih tinggi, dan

untuk anak-anak muda berusia 2 tahun atau kurang dengan bilateral OMA tanpa tanda-

tanda atau gejala tambahan. Untuk anak-anak dengan gejala ringan, usia 6-23 bulan usia

dengan unilateral OMA, atau usia 2 tahun atau lebih dengan bilateral atau unilateral

OMA observasi dapat menjadi pilihan. Sebuah studi prospektif menemukan bahwa dua

dari tiga anak-anak akan sembuh tanpa antibiotik.4

Pengobatan setelah 48-72 jam kegagalan


Pengobatan Awal
pengobatan awal
Recommended first- Alternative
line treatment treatment Recommended Alternative
(jika alergi first-line treatment treatment
penicillin)
Amoxicillin (80-90 Cefdinir (14 Amoxicillin- Clindamycin (30-
mg/kgbb/hari dibagi mg/kgbb/hari dibagi clavulanate* 40 mg/kgbb/hari
2 dosis) 1 atau 2 dosis) (amoxicillin 90 dibagi 3 dosis),

21
Atau Cefuroxime (30 mg/kgbb/hari, dengan atau tanpa
Amoxicillin- mg/kgbb/hari dibagi dengan clavulanate generasi III
clavulanate* 2 dosis) 6,4 mg/kgbb/hari sefalosporin
(amoxicillin 90 Cefpodoxime (10 dibagi 2 dosis) Jika gagal
Ceftriaxone (50
mg/kgbb/hari, mg/kgbb/hari dibagi Clindamycin (30-
mg/kgbb/hari, tidak
dengan clavulanate 2 dosis) 40 mg/kgbb/hari
lebih dari 1g, IM
6,4 mg/kgbb/hari Ceftriaxone (50 dibagi 3 dosis)
atau IV)
dibagi 2 dosis) mg/kgbb/hari, tidak dengan generasi III
lebih dari 1g, IM sefalosporin
atau IV) Timpanosintesis
Konsul ke spesialis

3.3.7. Komplikasi Otitis Media Akut

a) Intratemporal atau ekstrakranial

Mastoiditis

Labirintitis

b) Intrakranial

Meningitis

Abses Otak

Abses Ekstra dural

Abses subdural

Komplikasi intrakranial jauh lebih sering ditemukan sebagai akibat OMSK tipe Maligna.1

22
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut.

Penyakitnya muncul mendadak (akut)

Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di telinga
tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:

o menggembungnya gendang telinga

o terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga

o adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga

o cairan yang keluar dari telinga

Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah
satu di antara tanda berikut:

o kemerahan pada gendang telinga

o nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal

Kasus ini di diagnosis otitis media akut stadium hiperemis aurikula sinistra atas dasar:

1. Pada anamnesis didapatkan otorrhea aurikula sinistra 4 hari SMRS. Cairan serosa.

2. Pada pemeriksaan fisik didapatkan membran timpani dan kanalis aurikula sinistra terdapat
hiperemis serta sekret bersifat eksudat yang serosa. Sehingga pasien didiagnosis otitis
media akut stadium hiperemis.

23
24
BAB V

KESIMPULAN

Telinga tengah terdiri dari Membran timpani, Kavum timpani, Prosesus mastoideus, dan
Tuba eustachius. Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Penyebab otitis media akut
(OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri. Bakteri penyebab otitis media tersering adalah
Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella cattarhalis. Anak
lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa.

Gejala klinis otitis media akut (OMA) tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien
serta terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pada pasien pada kasus di atas, pasien
menderita otitis media akut stadium hiperemis aurikula sinistra. Terapi pada stadium ini ialah
antibiotik, obat tetes, dan analgetika. Antibiotik yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin
atau ampisilin. Terapi awal dapat diberikan penisilin intramuskular agar didapatkan konsentrasi
yang adekuat dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan
pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Pemeberian antibiotik yang dianjurkan
minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberi eritromisin.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Djaafar Z. A., Helmi, Restuti R. D. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi ke-7. Jakarta: FK UI.

2. Qureishi. A., Lee. Y., Belfield. K., Birchall. P. J., Daniel. M. 2014. Update on Otitis Media

Prevention and Treatment. UK: Dovepress

3. Casselbrant M. L., Mandel E. M. 2014. Baileys Head & Neck Surgery: Otolaryngology

Volume II. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

4. Harmes. K. M, MD., Blackwood. R. A, MD., et al. 2013. Otitis Media: Diagnosis and

Treatment. Michigan: American Academy of Family Physicians

5. Soetirto Indro,Bashiruddin Jenny,Bramantyo Brastho,Gangguan pendengaran Akibat Obat

ototoksik,Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga ,Hidung ,Tenggorok Kepala & Leher.Edisi

IV.Penerbit FK-UI,jakarta 2012.

26

Anda mungkin juga menyukai