Pembimbing :
dr. Eman Sulaiman, Sp.THT-KL
Penyusun :
Nurasyiah Wulansari Dano Karim
2012730146
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh gendang telinga.
Daerah ini menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga dalam. Selain itu di daerah
ini terdapat saluran Eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga hidung
belakang dan tenggorokan bagian atas.
Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri. Pada 25%
pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus ditemukan pada 25% kasus dan
kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri. Bakteri penyebab otitis media tersering
adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella
cattarhalis. Yang perlu diingat pada OMA, walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh
bakteri, hanya sedikit kasus yang membutuhkan antibiotik.
Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena kekebalan tubuh
yang masih dalam perkembangan, dan posisi saluran eustachius pada anak lebih lurus secara
horizontal dan lebih pendek sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah. Namun
orang dewasa juga dapat teerkena infeksi ini Faktor pertahanan tubuh seperti silia dari mukosa
tuba eustachius, enzim, dan antibodi sangat berperan dalam patomekanisme penyakit ini. Faktor
ini akan mencegah masuknya mikroba ke dalam telinga tengah. Tersumbatnya tuba eustachius
merupakan pencetus utama terjadinya otitis media supuratif akut (OMA).
2
BAB II
STATUS PASIEN
2.2. Anamnesis
Keluhan Utama :
Keluar cairan dari telinga kiri sejak + 2 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
Pasien datang ke poli THT RSUD Cianjur dengan keluhan keluar cairan dari telinga kiri
sejak + 2 hari SMRS. Cairan yang keluar berwarna putih kekuningan, sedikit kental, tidak
berbau dan tidak terdapat darah. Pasien juga kadang mengeluhkan telinga kiri
mendengung dan kadang nyeri, namun tidak ada penurunan pendengaran. Tidak pernah
keluar cairan dari telinga kanan. Pilek, batuk, nyeri menelan dan demam disangkal oleh
pasien.
3
Riwayat Alergi :
Riwayat Pengobatan :
2.3. PemeriksaanFisik
- Berat Badan : 55 kg
- Tanda Vital :
- Pernafasan : 19 x/menit
- Nadi : 84 x/menit
- Suhu : 36,7C
Kepala : Normochepal
Mata : Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-, refleks pupil (+/+)
4
Telinga : Lihat status lokalis
Thorax
Jantung
Abdomen
a. Inpeksi : Supel
Ekstremitas
5
a. Superior : Hangat (+/+), edema (-/-), RCT < 2 dtk ,sianosis (-/-)
b. Inferior : Hangat (+/+), edema (-/-), RCT < 2 dtk ,sianosis (-/-)
TELINGA
Peradangan (-), pus (-), fistula Preaurikula Peradangan (-), pus (-), fistula
(-), nyeri tekan (-), (-), nyeri tekan (+),
pembesaran KGB (-), edema pembesaran KGB (-), edema
(-) (-)
.Peradangan (-), pus (-), fistula Retroaurikula Peradangan (-), pus (-), fistula
(-), nyeri tekan (-), (-), nyeri tekan (-),
pembesaran KGB (-), edema pembesaran KGB (-), edema
(-) (-)
6
Membran timpani
hiperemis (+), intak (+), reflex
intak (+), refleks cahaya (+)
cahaya (+)
+ Uji Rinne +
HIDUNG
a. Rinoskopi Anterior
a. Sinus Paranasal
- Inspeksi : Pembengkakan pada pipi (-/-)
- Palpasi : Nyeri tekan pada pipi (-/-), nyeri tekan medial atap orbita (-/-),
nyeri tekan kantus medius (-/-)
b. Tes Penciuman
- Kanan : Tidak dilakukan
- Kiri : Tidak dilakukan
- Kesan : Tidak dilakukan
7
c. Transiluminasi
- Sinus maksilaris : Tidak dilakukan
- Sinus frontalis : Tidak dilakukan
TENGGOROK
a. Nasofaring
Tabel 2.3. Pemeriksaan Nasofaring
b. Orofaring
Tabe 2.4. Pemeriksaan Orofaring
TI TI
8
(-) Perlengketan (-)
Faring
Tenang Mukosa Tenang
(-) Granula (-)
(-) Post nasal drip (-)
Tes Pengecapan
Manis Tidak dilakukan
Asin Tidak dilakukan
Asam Tidak dilakukan
Pahit Tidak dilakukan
c. Laringofaring
MAKSILOFASIAL
I. Olfaktorius
Tidak dilakukan Penciuman Tidak dilakukan
II. Optikus
(+) Daya penglihatan (+)
(+) Refleks pupil (+)
III. Okulomotorius
(+) Membuka kelopak (+)
mata
9
(+) Gerakan bola mata (+)
ke superior
(+) Gerakan bola mata (+)
ke inferior
(+) Gerakan bola mata (+)
ke medial
(+) Gerakan bola mata (+)
ke laterosuperior
IV. Troklearis
(+) Gerakan bola mata ke (+)
lateroinferior
V. Trigeminal
Tes sensoris
Tidak dilakukan Cabang oftalmikus Tidak dilakukan
(V1)
Tidak dilakukan Cabang maksila (V2) Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Cabang mandibula Tidak dilakukan
(V3)
VI. Abdusen
(+) Gerakan bola mata ke lateral (+)
VII. Fasial
(+) Mengangkat alis (+)
(+) Kerutan dahi (+)
(+) Menunjukkan gigi (+)
Tidak dilakukan Daya kecap lidah 2/3 Tidak dilakukan
anterior
VIII. Akustikus
(+) Tes garpu tala (+)
IX. Glossofaringeal
(+) Refleks muntah (+)
Tidak dilakukan Daya kecap lidah 1/3 Tidak dilakukan
posterior
10
X. Vagus
(+) Refleks muntah dan (+)
menelan
(-) Deviasi uvula (-)
(+) Pergerakan palatum (+)
XI. Assesorius
(+) Memalingkan kepala (+)
(+) Kekuatan bahu (+)
XII. Hipoglossus
(-) Tremor lidah (-)
(-) Deviasi lidah (-)
LEHER
11
2.4. Resume
Pasien datang ke poli THT RSUD Cianjur dengan keluhan keluar cairan dari telinga kiri
sejak + 2 hari SMRS. Cairan yang keluar berwarna putih kekuningan, sedikit kental, tidak
berbau dan tidak terdapat darah. Pasien juga kadang mengeluhkan telinga kiri mendengung.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada preaurikula sinistra terdapat rasa nyeri tekan, MAE
aurikula sinistra terdapat secret dan hiperemis, KAE aurikula sinistra terdapat secret dan
hiperemis. Membrane timpani aurikula sinistra hiperemis.
- Otitis Eksterna AS
2.7. DiagnosaKerja
2.8. Terapi
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membrane timpani. Daun
telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Panjang liang telinga kira-kita 2,5 3 cm. 1/3
bagian luar liang telinga merupakan tulang rawan, sedangkan 2/3 bagian dalam liang telinga
adalah tulang.1
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan
terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida, sedangkan bagian
bawah pars tensa. Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu luar ialah lanjutan dari epitel kulit
telinga, dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia. Pars tensa memiliki satu lagi lapisan
13
tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin. Bayangan
penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut sebagai umbo. Dari umbo
bermula suatu reflek cahaya kea rah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membrane timpani kiri dan
pukul 5 untuk membrane timpani kanan. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan
menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di
umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah depan, serta bawah
Telinga Tengah
Dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar ke
dalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling
berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada
inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan
dengan koklea. 1
Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring
14
- Batas dalam : berturut-turut dari atas kebawah kanalis semi sirkularis horizontal,
kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window), dan
promontorium. 1
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut
helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibule. Skala vestibule dan
skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang
terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Dasar skala vestibule disebut sebagai membrane
vestibule (Reissners membrane) sedangkan dasar skala media adalah membrane basalis. Pada
membrane ini terletak organ Corti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang
disebut membrane tektoria, dan pada membrane basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel
rambut dalam, sel rambut luar, dan kanalis corti, yang membentuk organ corti. 1
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
pendengaran. Energi getar akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong
sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner
yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membrane
basilaris dan membrane tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,
15
sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area
Otitis media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas ottis media supuratif
dan otitis media non supuratif (=otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media
musinosa, otitis media efusi/OME). Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan
kronis, yaitu otitis media supuratif akut dan otitis media supuratif kronis. Begitu pula otitis media
serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut dan otitis media serosa kronis.1
Meurut sumber lain Otitis media dapat diklasifikasikan menjadi Otitis Media Akut
(OMA) dan Otitis Media Efusi (OME). OMA umumnya ditandai dengan onset cepat serta
terdapat tanda-tanda dan gejala peradangan di telinga tengah disertai dengan efusi telinga tengah.
Tanda peradangan termasuk bulging, eritema, dan perforasi akut pada membrane timpani disertai
dengan otorrhea. Gejalanya meliputi otalgia, dan demam. Sedangkan OME, didefinisikan sebagai
efusi pada telinga tenah tanpa adanya tanda dan gejala peradangan akut seperti yang ditemukan
pada OMA.3
16
3.3.2. Etiologi dan Faktor Resiko
Biasanya, OMA merupakan komplikasi karena disfungsi tuba eustachius yang terjadi
akibat infeksi akut saluran pernapasan atas. Bakteri dapat diisolasi dari kultur cairan telinga
tengah pada 50% sampai 90% dari kasus AOM dan OME. Mikroorganisme yang paling sering
(nontypable), dan Moraxella catarrhalis. H. influenzae adalah penyebab OMA berat atau refrakter
Faktor resiko terjadinya Otitis Media adalah usia, alergi, kelainan kraniofasial, paparan
asap lingkungan, riwayat keluarga, gastroesophangeal reflux, imunodefisiensi, tidak diberi ASI,
ETIOLOGI
Gangguan Tekanan
DAN FAKTOR
Tuba negative
RESIKO
Eustachius telinga tengah
OTITIS MEDIA
Otitis Media
Akut
17
3.3.4. Diagnosis Otitis Media Akut
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium
(berdasarkan gambaran membrane timpani yang diamati melalui liang telinga luar):
Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membrane timpani
akibat terjadinya tekanan negative di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara. Kadang-
kadang membrane timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwana keruh pucat.
Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan
dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi. 1
timpani atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang telah
terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.1
18
Gambar 3.3. Membran Timpani Hiperemis5
3. Stadium supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial,
timpani menonjol (bulging) kea rah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak
sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.1
4. Stadium perforasi
kuman yang tinggi, maka dapat terjadi rupture membrane timpani dan nanah keluar
mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Pasien yang tadinya gelisah sekarang
19
Gambar 3.5. Membran Timpani Perforasi5
5. Stadium resolusi
Bila membrane tetap utuh, maka keadaan membrane timpani perlahan-lahan akan
normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka secret akan berkurang dan akhirnya
kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi
walaupun tanpa pengobatan. OMA berubak menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan
secret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA bisa menimbulkan gejala sisa
(sequele) berupa otitis media serosa bila secret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya
perforasi.1
Gejala klinis OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak yang
sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri dalam telinga, keluhan disamping suhu
tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar
atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh
di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh
yang tinggi (pasa stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu
tidur, diare, kejang, dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit.1
20
ANALGESIK
Ibuprofen dan acetaminophen telah terbukti efektif. Ibuprofen lebih sering digunakan,
mengingat durasi kerjanya lama dan toksisitas yang lebih rendah dalam hal overdosis.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi, sebuah strategi dilakukan dalam pengobatan OMA
yaitu dengan cara menunda pemberian antibiotic. Antibiotik hanya diberikan pada anak-
anak yang berusia 6 bulan atau lebih dengan tanda-tanda atau gejala berat seperti otalgia
sedang atau berat, otalgia selama minimal 48 jam, atau suhu 39C atau lebih tinggi, dan
untuk anak-anak muda berusia 2 tahun atau kurang dengan bilateral OMA tanpa tanda-
tanda atau gejala tambahan. Untuk anak-anak dengan gejala ringan, usia 6-23 bulan usia
dengan unilateral OMA, atau usia 2 tahun atau lebih dengan bilateral atau unilateral
OMA observasi dapat menjadi pilihan. Sebuah studi prospektif menemukan bahwa dua
21
Atau Cefuroxime (30 mg/kgbb/hari, dengan atau tanpa
Amoxicillin- mg/kgbb/hari dibagi dengan clavulanate generasi III
clavulanate* 2 dosis) 6,4 mg/kgbb/hari sefalosporin
(amoxicillin 90 Cefpodoxime (10 dibagi 2 dosis) Jika gagal
Ceftriaxone (50
mg/kgbb/hari, mg/kgbb/hari dibagi Clindamycin (30-
mg/kgbb/hari, tidak
dengan clavulanate 2 dosis) 40 mg/kgbb/hari
lebih dari 1g, IM
6,4 mg/kgbb/hari Ceftriaxone (50 dibagi 3 dosis)
atau IV)
dibagi 2 dosis) mg/kgbb/hari, tidak dengan generasi III
lebih dari 1g, IM sefalosporin
atau IV) Timpanosintesis
Konsul ke spesialis
Mastoiditis
Labirintitis
b) Intrakranial
Meningitis
Abses Otak
Abses subdural
Komplikasi intrakranial jauh lebih sering ditemukan sebagai akibat OMSK tipe Maligna.1
22
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di telinga
tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:
Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah
satu di antara tanda berikut:
Kasus ini di diagnosis otitis media akut stadium hiperemis aurikula sinistra atas dasar:
1. Pada anamnesis didapatkan otorrhea aurikula sinistra 4 hari SMRS. Cairan serosa.
2. Pada pemeriksaan fisik didapatkan membran timpani dan kanalis aurikula sinistra terdapat
hiperemis serta sekret bersifat eksudat yang serosa. Sehingga pasien didiagnosis otitis
media akut stadium hiperemis.
23
24
BAB V
KESIMPULAN
Telinga tengah terdiri dari Membran timpani, Kavum timpani, Prosesus mastoideus, dan
Tuba eustachius. Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Penyebab otitis media akut
(OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri. Bakteri penyebab otitis media tersering adalah
Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella cattarhalis. Anak
lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa.
Gejala klinis otitis media akut (OMA) tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien
serta terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pada pasien pada kasus di atas, pasien
menderita otitis media akut stadium hiperemis aurikula sinistra. Terapi pada stadium ini ialah
antibiotik, obat tetes, dan analgetika. Antibiotik yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin
atau ampisilin. Terapi awal dapat diberikan penisilin intramuskular agar didapatkan konsentrasi
yang adekuat dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan
pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Pemeberian antibiotik yang dianjurkan
minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberi eritromisin.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Djaafar Z. A., Helmi, Restuti R. D. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
2. Qureishi. A., Lee. Y., Belfield. K., Birchall. P. J., Daniel. M. 2014. Update on Otitis Media
3. Casselbrant M. L., Mandel E. M. 2014. Baileys Head & Neck Surgery: Otolaryngology
4. Harmes. K. M, MD., Blackwood. R. A, MD., et al. 2013. Otitis Media: Diagnosis and
ototoksik,Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga ,Hidung ,Tenggorok Kepala & Leher.Edisi
26