DOKTER INTERNSHIP
ERITRODERMA
Disusun oleh:
2020
1
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Eritroderma
2
BERITA ACARA PRESENTASI LAPORAN KASUS
Judul : Eritroderma
BAB I
PENDAHULUAN
3
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Salah satu kelainan kulit yang dapat
menyebabkan fungsi kulit adalah eritroderma.(1,2)
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya kemerahan
atau eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90% permukaan tubuh
yang berlangsung dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Dermatitis
eksfoliativa dianggap sinonim dengan eritroderma (3,4). Bagaimanapun, itu tidak
dapat mendefinisikan, karena pada gambaran klinik dapat menghasilkan penyakit
yang berbeda. Pada eritroderma terjadi peningkatan epidermal turnover rate,
kecepatan mitosis dan jumlah sel kulit germinatif meningkat lebih tinggi
dibanding normal. Selain itu, proses pematangan dan pelepasan sel melalui
epidermis menurun yang menyebabkan hilangnya sebagian besar material
epidermis, yang secara klinis ditandai dengan skuama dan pengelupasan yang
hebat. Patogenesis eritroderma masih menjadi perdebatan. Penelitian terbaru
mengatakan bahwa hal ini merupakan proses sekunder dari interaksi kompleks
antara molekul sitokin dan molekul adhesi seluler yaitu Interleukin (IL-1, IL-2,
IL-8), molekul adhesi interselular 1 (ICAM-1), tumor necrosis faktor, dan
interferon-γ.(5) Pada banyak kasus, eritroderma umumnya kelainan kulit yang ada
sebelumnya (misalnya psoriasis atau dermatitis atopik), cutaneous T-cell
lymphoma(CTCL) atau reaksi obat. Meskipun peningkatan 50% pasien
mempunyai riwayat lesi pada kulit sebelumnya untuk onset eritroderma,
identifikasi penyakit yang menyertai menggambarkan satu dari sekian banyak
kelainan kulit. (4,6)
Pada eritroderma yang kronik eritema tidak begitu jelas, karena bercampur
dengan hiperpigmentasi. Sedangkan skuama adalah lapisan stratum korneum yang
terlepas dari kulit. Skuama mulai dari halus sampai kasar. Pada eritroderma,
skuama tidak selalu terdapat, misalnya eritroderma karena alergi obat sistemik,
pada mulanya tidak disertai skuama, skuama kemudian timbul pada stadium
penyembuhan timbul. Bila eritemanya antara 50-90% dinamakan pre-eritroderma.
(1)
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
5
Eritoderma berasal dari bahasa Yunani, yaitu erythro- (red = merah ) +
derma, dermatos (skin = kulit ), merupakan keradangan kulit yang mengenai
90% atau lebih pada permukaan kulit yang biasanya disertai skuama. Pada
beberapa kasus, skuama tidak selalu ditemukan, misalnya pada eritroderma
yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, pada mulanya tidak disertai
skuama. Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas karena
bercampur dengan hiperpigmentasi.(1,6)
B. Epidemiologi
Insidens eritroderma sangat bervariasi, menurut penelitian dari 0,9-70
dari 100.000 populasi. Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita
namun paling sering pada pria dengan rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset
usia rata-rata > 40 tahun, meskipun eritroderma dapat terjadi pada semua usia.
(4)
Insiden eritroderma makin bertambah. Penyebab utamanya adalah psoriasis.
Hal tersebut seiring dengan meningkatnya insidens psoriasis.(1)
C. Etiologi
Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara sistemik,
perluasan penyakit kulit, penyakit sistemik termasuk keganasan. Penyakit kulit
yang dapat menimbulkan eritroderma diantaranya adalah psoriasis 23%,
dermatitis spongiotik 20%, alergi obat 15%, CTCL atau sindrom sezary 5%.
(1,7)
6
*Dikutip dari pustaka (6)
8
kulit meningkat sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya pasien
merasa dingin dan menggigil. Pada eritroderma kronis dapat terjadi gagal
jantung. Juga dapat terjadi hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit.
Penguapan cairan yang makin meningkat dapat menyebabkan dehidrasi. Bila
suhu badan meningkat, kehilangan panas juga meningkat. Pengaturan suhu
terganggu. Kehilangan panas menyebabkan hipermetabolisme kompensator
dan peningkatan laju metabolisme basal. Kehilangan cairan oleh transpirasi
meningkat sebanding laju metabolisme basal.(1)
Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau
lebih sehari sehingga menyebabkan kehilangan protein Hipoproteinemia
dengan berkurangnya albumin dengan peningkatan relatif globulin terutama
gammaglobulin merupakan kelainan yang khas. Edema sering terjadi,
kemungkinan disebabkan oleh pergesaran cairan ke ruang ekstravaskuler.(1,2)
Eritroderma akut dan kronis dapat menganggu mitosis rambut dan
kuku berupa kerontokan rambut dan kuku berupa kerontokan rambut difus dan
kehilangan kuku. Pada eritroderma yang telah berlangsung berbulan – bulan
dapat terjadi perburukan keadaan umum yang progresif.(4)
E. Gambaran klinis
Mula-mula timbul bercak eritema yang dapat meluas ke seluruh tubuh
dalam waktu 12-48 jam. Deskuamasi yang difus dimulai dari daerah lipatan,
kemudian menyeluruh. Dapat juga mengenai membran mukosa, terutama yang
disebabkan oleh obat. Bila kulit kepala sudah terkena, dapat terjadi alopesia,
perubahan kuku, dan kuku dapat lepas. Dapat terjadi limfadenopati dan
hepatomegali. Skuama timbul setelah 2-6 hari, sering mulai di daerah lipatan.
Skuamanya besar pada keadaan akut, dan kecil pada keadaan kronis.
Warnanya bervariasi dari putih sampai kuning. Kulit merah terang, panas,
kering dan kalau diraba tebal. Pasien mengeluh kedinginan. Pengendalian
regulasi suhu tubuh menjadi hilang, sehingga sebagai kompensasi terhadap
kehilangan panas tubuh, sekujur tubuh pasien menggigil untuk dapat
menimbulkan panas metabolik.(3) Dahulu eritroderma dibagi menjadi primer
dan sekunder. Pendapat sekarang semua eritroderma ada penyebabnya, jadi
9
eritroderma selalu sekunder. Eritroderma akibat alergi obat secara sistemik
diperlukan anamnesis yang teliti untuk mencari obat penyebabnya. Umumnya
alergi timbul akut dalam waktu 10 hari. Pada mulanya kulit hanya eritem saja,
setelah penyembuhan barulah timbul skuama.(1)
Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit seringkali pada psoriasis
dan dermatitis seboroik bayi. Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena dua
hal yaitu : karena penyakitnya sendiri atau karena pengobatan yang terlalu
kuat.(6) Psoriasis yang menjadi eritroderma tanda khasnya akan menghilang.
Pada eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang disebabkan
oleh penyakit psoriasis atau pengobatan yaitu kortikosteroid sistemik, steroid
topikal, komplikasi fototerapi, stress emosional yang berat, penyakit terdahulu
misalnya infeksi.(11)
10
Gambar 1. Eritroderma psoriasis Dikutip dari pustaka (3)
11
Gambar 3. Ptryasis rubra pilaris dikutip dari pustaka (6)
12
Permulaan timbulnya liken planus dapat mendadak atau perlahan-
lahan; dapat berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan dan
mungkin kambuh lagi. Kadang-kadang menjadi kronik. Papul dengan
diameter 2-4 mm, keunguan, puncak mengkilat, poligonal. Papula
mungkin terjadi pada bekas garukan (fenomena Koebner). Bila dilihat
dengan kaca pembesar, papul mempunyai pola garis garis berwarna putih
("Wickham's striae") Lesi simetrik, biasanya pada permukaan
fleksor pergelangan tangan, menyebar ke punggungn dan tungkai. Mukosa
mulut terkena pada 50% penderita. Mungkin pula mengenai glans penis
dan mukosa vagina. Kuku kadang-kadang terkena, kuku inenipis
dan berlubang-lubang. Anak-anak jarang terkena tetapi bila terdapat
bercak kemerahan mungkin tidak khas dan dapat keliru dengan psoriasis.
Sering sangat gatal. Cenderung menyembuh dengan sendirinya.(1)
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
13
Pada pemeriksaan darah didapatkan albumin serum yang rendah dan
peningkatan gammaglobulins, ketidakseimbangan elektrolit, protein fase
akut meningkat, leukositosis, maupun anemia ringan.(11)
2. Histopatologi
Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat
membantu mengidentifikasi penyebab eritroderma pada sampai dengan
50% kasus, biopsi kulit dapat menunjukkan gambaran yang bervariasi,
tergantung berat dan durasi proses inflamasi. Pada tahap akut, spongiosis
dan parakeratosis menonjol, terjadi edema. Pada stadium kronis, akantosis
dan perpanjangan rete ridge lebih dominan. (1,6,11)
Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrasi bisa menjadi semakin
pleomorfik, dan mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostik spesifik,
seperti bandlike limfoid infiltrat di dermis-epidermis, dengan sel
cerebriform mononuklear atipikal dan Pautrier's microabscesses. Pasien
dengan sindrom Sezary sering menunjukkan beberapa fitur dari dermatitis
kronis, dan eritroderma jinak mungkin kadang-kadang menunjukkan
beberapa gambaran tidak jelas pada limfoma.(3,6)
Pemeriksaan immunofenotipe infiltrat limfoid juga mungkin sulit
menyelesaikan permasalahan karena pemeriksaan ini umumnya
memperlihatkan gambaran sel T matang pada eritroderma jinak maupun
ganas. Pada psoriasis papilomatosis dan gambaran clubbing lapisan papiler
dapat terlihat, dan pada pemfigus foliaseus, akantosis superficial juga
ditemukan. Pada eritroderma ikhtisioform dan ptiriasis rubra pilaris, biopsi
diulang dari tempat-tempat yang dipilih dengan cermat dapat
memperlihatkan gambaran khasnya.(6)
G. DIAGNOSIS
Diagnosis agak sulit ditegakkan, harus melihat dari tanda dan gejala
yang sudah ada sebelumnya misalnya, warna hitam-kemerahan di psoriasis
dan kuning-kemerahan di pilaris rubra pityriasis; perubahan kuku khas
psoriasis; likenifikasi, erosi, dan ekskoriasi di dermatitis atopik dan eksema;
menyebar, relatif hiperkeratosis tanpa skuama, dan pityriasis rubra; ditandai
14
bercak kulit dalam eritroderma di pilaris rubra pityriasis; hiperkeratotik skala
besar kulit kepala, biasanya tanpa rambut rontok di psoriasis dan dengan
rambut rontok di CTCL dan pityriasis rubra, ektropion mungkin terjadi.
Dengan beberapa biopsi biasanya dapat menegakkan diagnosis.(4,6)
+
mencari tanda dari etiologi dari
riwayat dan pemeriksaan fisik
pikirkan DD +
lain
Bagan 1. langkah untuk pasien yang dicurigai ED, CBC = pemeriksaan sel
darah, CXR = x-ray thoraks, PCP = pemeriksaan primer(6,11)
15
H. Diagnosis Banding
Ada beberapa diagnosis banding pada eritorderma :
1. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik adalah peradangan kulit kronis yang terjadi di
lapisan epidermis dan dermis, sering berhubungan dengan riwayat
atopik pada keluarga asma bronchial, rhinitis alergi, konjungtivitis.
Atopik terjadi diantara 15-25% populasi, berkembang dari satu
menjadi banyak kelainan dan memproduksi sirkulasi antibodi IgE yang
tinggi, lebih banyak karena alergi inhalasi.(11,14) Dermatitis atopik
adalah penyakit kulit yang mungkin terjadi pada usia berapapun, tetapi
biasanya timbul sebelum usia 5 tahun. Biasanya, ada tiga tahap : balita,
anak-anak dan dewasa. (1)
Dermatitis atopik merupakan salah satu penyebab eritroderma pada
orang dewasa dimana didapatkan gambaran klinisnya terdapat lesi pra-
existing, pruritus yang parah, likenifikasi dan prurigo nodularis,
sedangkan pada gambaran histologi terdapat akantosis ringan,
spongiosis variabel, dermal eosinofil dan parakeratosis.(6)
16
Gambar 8. Dikutip dari pustaka (3)
2. Psoriasis
Eritroderma psoriasis dapat disebabkan oleh karena pengobatan
topikal yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas.
Ketika psoriasis menjadi eritroderma biasanya lesi yang khas untuk
psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat menghilang dimana plak-
plak psoriasis menyatu, eritema dan skuama tebal universal.(1,3)
Psoriasis mungkin menjadi eritroderma dalam proses yang
berlangsung lambat dan tidak dapat dihambat atau sangat cepat. Faktor
genetik berperan. Bila orang tuanya tidak menderita psoriasis resiko
mendapat psoriasis 12 %, sedangkan jika salah seseorang orang
tuanya menderita psoriasis resikonya mencapai 34 – 39%.
Psoriasis ditandai dengan adanya bercak-bercak, eritema
berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan
transparan disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner. (1)
17
Gambar 9. Dikutip dari pustaka(6)
3. Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang kronis
ditandai dengan plak eritema yang sering terdapat pada daerah
tubuh yang banyak mengandung kelenjar sebasea seperti kulit
kepala, alis, lipatan nasolabial, belakang telinga, cuping hidung,
ketiak, dada, antara skapula. Dermatitis seboroik dapat terjadi pada
semua umur, dan meningkat pada usia 40 tahun.(12) Biasanya
lebih berat apabila terjadi pada laki-laki daripada wanita dan lebih
sering pada orang-orang yang banyak memakan lemak dan minum
alcohol.
Biasanya kulit penderita tampak berminyak, dengan kuman
pityrosporum ovale yang hidup komensal di kulit berkembang
lebih subur. Pada kepala tampak eritema dan skuama halus sampai
kasar (ketombe). Kulit tampak berminyak dan menghasilkan
skuama putih yang berminyak pula. Penderita akan mengeluh rasa
gatal yang hebat.(5)DS dapat diakibatkan oleh ploriferasi epidermis
yang meningkat seperti pada psoriasis. Hal ini dapat menerangkan
mengapa terapi dengan sitostatik dapat memperbaikinya. Pada
orang yang telah mempunyai faktor predisposisi, timbulnya DS
18
dapat disebabkan oleh faktor kelelahan sterss emosional infeksi,
atau defisiensi imun.(1,6)
I. Penatalaksanaan
Prinsip prinsip :
19
J. Prognosis
1. Prognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang
mendasarinya.
2. Kasus karena penyebab obat dapat membaik setelah obat penggunaan
obat dihentikan dan diberikan terapi yang sesuai.
3. Prognosis kasus akibat gangguan sistemik yang mendasarinya seperti
limfoma akan tergantung pada kondisi keberhasilan pengobatan .
4. Eritroderma disebabkan oleh dermatosa akhirnya dapat diatasi dengan
pengobatan, tetapi mungkin timbul kekambuhan.
5. Kasus idiopatik adalah kasus yang tidak terduga,dapat bertahan dalam
waktu yang lama, sering kali disertai dengan kondisi yang lemah.
6. Eritroderma yang termasuk golongan I, yakni karena alergi obat secara
sistemik, prognosisnya baik. Penyembuhan golongan ini ialah yang
tercepat dibandingkan dengan golongan lain.
7. Pada eritroderma yang belum diketahui sebabnya, pengobatan dngan
kortikosteroid hanya mengurangi gejalanya, pasien akan mengalami
ketergantungan kortikosteroid.(6,11)
K. Komplikasi
Banyak sistem organ selain epidermis dan dermis juga terlibat pada
eritroderma. Limpadenopati terjadi pada 60% dari sebagian besar kasus.
Hepatomegali ditemukan pada 20% kasus (Abrahams et al.). spenomegali
ditemukan pada 3% kasus (kesemuanya mengalami limpoma) baik pada
stadium awal dan pada hampir 20% stadium akhir.
Rusaknya barier kulit pada eritroderma menyebabkan peningkatan
extrarenal water lost (karena penguapan air berlebihan melalui barrier
kulit yang rusak). Peningkatan extrarenal water lost ini menyebabkan
kehilangan panas tubuh yang menyebabkan hipotermia dan kehilangan
cairan yang menyebabkan dehidrasi. Respon tubuh terhadap dehidrasi
dengan meningkatkan cardiac output, yang bila terus berlanjut akan
menyebabkan gagal jantung, dengan manifestasi klinis seperti takikardia,
20
sesak, dan edema. Oleh karena itu evaluasi terhadap balans cairan
sangatlah penting pada pasien eritroderma.(6,9)
Pasien dengan eritroderma yang luas dapat ditemukan tanda-tanda
dari ketidakseimbangan nitrogen: edema, hipoalbuminemia, dan hilangnya
masa otot. Pada eritroderma kronik dapat mengakibatkan kakeksia,
alopesia, palmoplantar keratoderma, kelainan pada kuku and ektropion.(3,12)
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Tn. L
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Bumi Maroa, Konawe Selatan
Pekerjaan : Patani
Bangsa : Indonesia
21
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 03 Maret 2020
B. Anamnesis
Keluhan utama:
Gatal dan kemerahan hampir di seluruh tubuh
Perjalanan penyakit :
Pasien datang dengan keluhan gatal dan kemerahan hampir di seluruh
tubuh yang baru dirasakan sekitar 1 tahun sebelum masuk rumah sakit.
Awalnya keluhan dirasakan berupa bitnik-bintik kemerahan yang muncul pada
perut dan dada, kemudian makin menyebar ke punggung, leher, lengan, dan
kedua paha. Pasien sempat memeriksakan diri ke puskesmas dan diberi obat,
namun tak kunjung sembuh. Pasien juga mengatakan 1 minggu terakhir
keluhan gatal, dan kemerahan di kulit semakin memburuk hingga
menyebabkan kulit pasien terkelupas. Keluhan lain: demam (-), batuk(-),
pilek(-), mual(-), muntah(-), BAB & BAK kesan normal.
Riwayat penggunaan obat :
Pasien rutin minum obat griseofulvin
Riwayat penyakit terdahulu:
Keluhan serupa sering berulang.
Riwayat penyakit dalam keluarga:
Disangkal
C. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS (E4M6V5)
Vital sign : - Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 89 kali/menit
- Respirasi : 20x/menit
- Suhu : 37°C
Status General
22
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-), Ikterik (-)
THT : Othorea (-)
Thoraks : Paru dan Jantung dbn
Abdomen : Pembesaran hepar (-), Pembesaran Limfa (-)
Ekstremitas : dbn
Status Dermatologis
Lokasi : Regio colli lateral, et thorakal, et abdomen, et truncal, et
extremitas superior, et extremitas inferior.
Distribusi : Generalisata
Ukuran : Miliar - Plakat
Effloresensi : Tampak makula eritema yang berbatas tidak tegas disertai erosi-
ekskoriasi, tampak krusta dan skuama halus di sekitarnya.
23
Gambar 7. Gambaran lesi pada pasien
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Rutin
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
WBC 6,32 [10^3/µL] (4.00 – 10.00)
RBC 4,05 [10^6/µL] (4.50 – 6.00)
HGB 10,8 [g/dL] (12.0 – 16.0)
HCT 32,1 [%] (37.0 – 48.0)
MCV 83,2 [fL] (80.0 – 97.0)
MCH 28,1 [pg] (26.5 – 33.0)
MCHC 33.1 [g/dL] (31.5 – 35.0)
PLT 376 [10^3/µL] (150 – 400)
RDW 12,4 [fL] (15.0 – 18.0)
RDW-SD 40,7 [fL] (37.0 – 54.0)
RDW-CV 12,3 [%] (10.0 – 15.0)
24
PDW 10,9 [fL] (10.0 – 18.0)
MPV 9,9 [fL] (9.0 – 13.0)
P-LCR 23,8 [%] (13.0 – 43.0)
PCT 0,38 [%] (0.17 – 0.35)
NEUT 7,68 [10^3/µL] 45.5 [%] (1.50 – 7.00) (52.0 – 75.0)
LYMPH 0,62 [10^3/µL] 46.0 [%] (1.00 – 3.70) (20.0 – 40.0)
MONO 0.52 [10^3/µL] 8.5 [%] (0.00 – 0.70) (2.0 – 8.0)
EO 0.46 [10^3/µL] [%] (0.00 – 0.40) (1.0 – 3.0)
BASO 0.01 [10^3/µL] [%] (0.00 – 0.10) (0.0 – 0.1)
2. Kimia darah
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
Glukosa Sewaktu 99 < 200 mg/dl
SGOT 58 L ≤ 37, P ≤ 31 U/L
SGPT 67 L ≤ 40, P ≤ 35 U/L
E. Resume
Pasien Tn. L 55 tahun, datang dengan keluhan gatal dan kemerahan
hampir di seluruh tubuh yang baru dirasakan sekitar 1 tahun sebelum
masuk rumah sakit. Awalnya keluhan dirasakan berupa bitnik-bintik
kemerahan yang muncul pada perut dan dada, kemudian makin menyebar
ke punggung, leher, lengan, dan kedua paha. Pasien sempat memeriksakan
diri ke puskesmas dan diberi obat, namun tak kunjung sembuh. Pasien
juga mengatakan 1 minggu terakhir keluhan gatal, dan kemerahan di kulit
semakin memburuk hingga menyebabkan kulit pasien terkelupas. Keluhan
lain: demam (-), batuk (-), pilek (-), mual (-), muntah (-), BAB & BAK
kesan normal. Hasil pemeriksaan fisik keadaan umum sakit sedang dan
kesadaran composmentis. Status generalisata dalam batas normal. Status
dermatologi : Regio colli lateral, et thorakal, et abdomen, et truncal, et
extremitas superior, et extremitas inferior. Tampak makula eritema yang
berbatas tidak tegas disertai erosi-ekskoriasi, tampak krusta dan skuama
halus di sekitarnya. Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan penurunan
25
jumlah eritrosit, RDW dan Limfosit count serta peningkatan jumlah
neutrophil count, leukosit urin dan enzim hati (SGOT & SGPT).
F. Diagnosis kerja
Eritroderma
G. Diagnosis Banding
1. Eritroderma e.c Psoriasis Vulgaris
2. Eritroderma e.c Dermatitis Atopi
3. Eritroderma e.c Dermatitis Seboroik
H. Penatalaksanaan
1. Terapi non medikamentosa
a. Menjaga hygiene
b. Edukasi agar pasien tidak menggaruk luka
c. Rawat pasien diruangan yang cukup sinar matahari.
2. Terapi medikamentosa
a. IVFD RL 20 tpm
b. Cetriaxone 1 gr/24 jam IV
c. Methylprednisolon 125 mg/12 jam IV
d. Pantoprazole 40 mg/12 jam IV
e. Cetrizine 10 mg 2x1 tab
f. Gentamicyn Salf u.e
I. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia
Quo ad sanactionam : dubia
J. FOLLOW UP
Tanggal Keluhan Intruksi Dokter
04/03/2020 S: Gatal dan kemerahan IVFD RL 20 tpm
hampir di seluruh tubuh. Cetriaxone 1 gr/24 jam IV
O: TD : 120/80mmHg Methylprednisolon 125
26
HR : 82x/m mg/12 jam IV
P : 20x/m Pantoprazole 40 mg/12 jam
S : 36.7° C IV
SD : Tampak makula Cetrizine 10 mg 2x1 tab
eritema yang berbatas tidak Gentamicyn Salf u.e
tegas disertai erosi-
ekskoriasi, tampak krusta
dan skuama halus di
sekitarnya. Pada Regio colli
lateral, thorakal, abdomen,
truncal, extremitas superior,
extremitas inferior.
A: Eritroderma
05/03/2020 S: Gatal (+), Nyeri (+) IVFD RL 20 tpm
kemerahan (+) Cetriaxone 1 gr/24 jam IV
O: TD : 110/80mmHg Methylprednisolon 125
HR : 70x/m mg/12 jam IV
P : 18x/m Pantoprazole 40 mg/12 jam
S : 36.5° C IV
SD : Tampak makula Cetrizine 10 mg 2x1 tab
eritema yang berbatas tidak Gentamicyn Salf u.e
tegas disertai erosi-
ekskoriasi, tampak krusta
dan skuama halus di
sekitarnya. Pada Regio colli
lateral, thorakal, abdomen,
truncal, extremitas superior,
extremitas inferior.
A: Eritroderma
06/03/2020 S: Gatal (+), Nyeri (+) IVFD RL 20 tpm
kemerahan (+). Cetriaxone 1 gr/24 jam IV
27
O: TD : 120/70mmHg Methylprednisolon 125
HR : 76x/m mg/12 jam IV
P : 18x/m Pantoprazole 40 mg/12 jam
S : 36.9° C IV
SD : Tampak makula Cetrizine 10 mg 2x1 tab
eritema yang berbatas tidak Gentamicyn Salf u.e
tegas disertai erosi-
ekskoriasi, tampak krusta
dan skuama halus di
sekitarnya. Pada Regio colli
lateral, thorakal, abdomen,
truncal, extremitas superior,
extremitas inferior.
A: Eritroderma
07/11/2017 S: Gatal (-), Nyeri (-) pada Aff infus pasien boleh
punggung, kemerahan (-). pulang
O: TD : 110/70mmHg
HR : 82x/m
P : 20x/m
S : 36.7° C
SD : Tampak skuama halus
pada Regio colli lateral,
thorakal, abdomen, truncal,
extremitas
superior,extremitas inferior.
A: Eritroderma
28
BAB IV
DISKUSI KASUS
29
lipatan, kemudian menyeluruh. Dapat juga mengenai membran mukosa, terutama
yang disebabkan oleh obat. Bila kulit kepala sudah terkena, dapat terjadi alopesia,
perubahan kuku, dan kuku dapat lepas. Dapat terjadi limfadenopati dan
hepatomegali. Skuama timbul setelah 2-6 hari, sering mulai di daerah lipatan.
Skuamanya besar pada keadaan akut, dan kecil pada keadaan kronis. Warnanya
bervariasi dari putih sampai kuning. Kulit merah terang, panas, kering dan kalau
diraba tebal. (3,6,11)
Pasien sempat memeriksakan diri ke puskesmas dan diberi obat, namun
tak kunjung sembuh. Sesuai kepustakaan bahwa patofisiologi yang terjadi pada
eritoderma belum jelas tetapi dapat diketahui akibat proses alergi-imunologi dan
keganasan, maka tubuh bereaksi berupa pelebaran pembuluh darah kapiler
(eritema) yang universal. Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke kulit meningkat sehingga kehilangan panas
bertambah, berbeda dengan psoriasis vulgaris, umumnya alergi timbul akut dalam
waktu 10 hari. Pada mulanya kulit hanya eritem saja, setelah penyembuhan
barulah timbul skuama.
Hasil pemeriksaan penunjang ditemukan penurunan jumlah eritrosit, RDW
dan Limfosit count serta peningkatan jumlah neutrophil count dan enzim hati
(SGOT & SGPT). Sesuai teori pada eritroderma dapat terjadi albumin serum yang
rendah dan peningkatan gammaglobulins, ketidakseimbangan elektrolit, protein
fase akut meningkat, leukositosis, maupun anemia ringan.(11) Kehilangan skuama
dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih sehari sehingga
menyebabkan kehilangan protein. Hipoproteinemia dengan berkurangnya albumin
dan peningkatan relative globulin terutama globulinᵧ merupakan kelainan yang
khas. Edema sering terjadi, kemungkinan disebabkan oleh pergeseran cairan ke
ruang ekstravaskuler. Eritoderma akut dan kronis dapat mengganggu mitosis
rambut dan kuku berupa rontokan rambut difus dan kehilangan kuku. Pada
eritoderma yang telah berlangsung berbulan – bulan dapat terjadi perburukan
keadaan umum yang progresif.(1)
30
Pada kasus ini di diagnosis banding dengan dermatitis atopi, psoriasis dan
dermatitis seboroik karena sesuai teori ketiga penyakit ini paling sering
menyebabkan gambaran klinis eritroderma.
31
karena eritoderma bila ringan tidak mempengaruhi fungsi dari tubuh yang terkena
namun bila berat akan membuat pasien kehilangan fungsi anggota tubuhnya. Quo
ad sanationam adalah dubia karena penyakit ini dapat sembuh atau residif.
DAFTAR PUSTAKA
32
10. Rianova E. Sezary Syndrome Mimicking Generalized Psoriasis. Indones J
Trop Infect Dis. 2016;6(3):59–62.
11. Dobson JS. Erythroderma Key points. Elsevier. 2017;1–5.
33