“TINEA KORPORIS”
Disusun Oleh :
Moh. Reza Aulia
2013730069
Pembimbing :
dr. Bowo Wahyudi, Sp.KK
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis ucapkan karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus yang berjudul “Tinea
Korporis” ini tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini penulis susun untuk memenuhi tugas pada kepaniteraan klinik
stase Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu
tersusunnya laporan ini terutama dr. Bowo Wahyudi Sp.KK selaku pembimbing di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Banjar.
Semoga dengan adanya laporan kasus ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan berguna bagi penulis maupun peserta didik lainnya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak yang membaca ini agar kedepannya penulis dapat membuat
laporan kasus yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Pengobatan dermatofitosis sering tergantung pada klinis. Sebagai contoh lesi
tunggal pada kulit dapat diterapi secara adekuat dengan antijamur topikal. Walaupun
pengobatan topikal pada kulit kepala dan kuku sering tidak efektif dan biasanya
membutuhkan terapi sistemik untuk sembuh. Pilihan terapi oral yaitu griseofulvin atau
itrakonazol atau ketokonazol bila terdapat resistensi terhadap griseofulvin. Lama
penggunaan juga disesuaikan dengan keadaan klinis.
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai Tinea
Korporis.
2
BAB II
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
Berikut adalah identitas dari pasien yang berobat ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD
Banjar:
Nama : Ny. W
Usia : 65 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Lembur Balong
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Tanggal MRS : 25 April 2018
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Bercak kemerahan bersisik halus, semakin gatal saat berkeringat pada perut, pinggang
dan punggung sejak 2 minggu SMRS.
Seorang wanita datang ke Poli klinik Kulit Kelamin RSUD Banjar dengan keluhan
timbul bercak-bercak kemerahan dan bersisik halus pada perut, pinggang dan
punggung yang dirasakan 2 minggu belakangan ini semakin bertambah gatal terutama
saat berkeringat, sehingga pasien datang untuk berobat ke Poli Klinik Kulit Kelamin di
RSUD Banjar.
Keluhan pertama kali dirasakan sejak 1 bulan yang lalu, awalnya berupa bercak
kemerahan kecil dengan sisik halus di tepinya sebesar uang logam, timbul pertama
kali di perut kemudian karena digaruk bercak semakin melebar dan banyak serta
menyebar hingga ke pinggang dan punggung. Pasien merasa sangat gatal terutama saat
berkeringat dan tersentuh. Selain itu juga terasa perih jika terkena gesekan, namun
3
terasa panas seperti terbakar disangkal. Pasien sering menggaruk bercak tersebut
dengan tangan, sehingga terdapat beberapa luka bekas garukan dan perubahan warna
menjadi kehitaman. Pasien belum mengobatinya.
Tidak ada keluhan lain yang pasien keluhkan. Pasien mengaku belum pernah
mengalami keluhan yang sama sebelumnya dan menyangkal karena gigitan serangga.
Pasien menyangkal memelihara hewan peliharaan. Tidak sehabis terpapar bahan kimia
sebelumnya. Tidak menggunakan obat-obatan jangka panjang. Pasien merupakan ibu
seorang rumah tangga yang aktivitas sehari-harinya dilakukan di ruma. Pasien
mengaku membersihkan rumah setiap hari, namun jarang membuka jendela rumah.
Sehingga pasien mengaku rumahnya terasa panas yang membuat pasien sering
berkeringat jika melakukan aktifitas sehari-hari. Pasien menyangkal memiliki alergi.
Pasien tidur 1 kasur bersama suami. Menurut pasien kasur jarang dijemur. Seprei
yang digunakan sering diganti. Handuk pasien digunakan sendiri dan jarang dijemur
setelah dipakai dan biasanya menggunakan handuk yang sama untuk mengelap badan
pada saat pasien mengeluarkan keringat. Pasien mengaku mandi hanya satu kali sehari
namun akan mandi 2 kali jika terasa sangat gatal, mengganti pakaiannya 2x sehari
termasuk pakaian dalam.
Pasien tinggal dengan suami, anak dan cucu. suami pasien tidak memiliki gejala
yang sama. Namun anak dan cucu memiliki gejala yang sama tetapi tidak diobati.
Pasien tinggal di rumah dengan ukuran 9 x 7 meter. Rumah pasien memiliki 3 jendela
dan jarang dibuka, lantai beralaskan keramik. Pasien tinggal di lingkungan padat
penduduk, dimana jarak antar rumah saling berdekatan, lingkungan tempat tinggal
panas. Pasien mengaku tidak mengetahui bahwa tetangganya ada yang memiliki gejala
yang serupa dengan pasien.
4
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Status Generalis :
5
Status Dermatologis :
• Distribusi : Regional
• A/R : Perut, pinggang dan punggung.
• Lesi : Multipel, diskret, sebagian berbentuk bulat berbatas tegas, sebagian
irreguler, lesi kering, permukaan tidak timbul, dengan ukuran terkecil 0.6 x 0.4
cm hingga terbesar 10 x 5 cm
• Efloresensi : Makula eritematous, makula hiperpigmentasi, skuama halus
6
Gambar 2. Lesi pada pinggang dan punggung
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 20% diambil dari kerokan kulit di bokong
dengan preparat object glass, lalu ditutup dengan cover glass dan dilihat dengan
mikroskop pada pembesaran 40x. Hasil: ditemukan hifa panjang, bercabang, bersepta,
serta double contour pada pemeriksaan mikroskopis.
Gambar 2. Ditemukan hifa panjang, bercabang, bersepta, serta double contour pada
pemeriksaan kerokan kulit KOH 20%
7
E. RESUME
Wanita usia 65 tahun datang ke poli Kulit dan Kelamin RSUD Kota Banjar dengan
keluhan timbul bercak-bercak kemerahan dan bersisik halus yang dirasa semakin
bertambah gatal terutama saat berkeringat yang terdapat di perut, pinggang dan
punggung sejak 2 minggu SMRS.
Keluhan pertama kali dirasakan sejak 1 bulan yang lalu, awalnya berupa bercak
kemerahan kecil dengan sisik halus di tepinya sebesar uang logam, timbul pertama
kali di perut kemudian karena digaruk bercak semakin melebar dan banyak serta
menyebar hingga ke pinggang dan punggung. Bercak dirasa sangat gatal terutama bila
berkeringat dan tersentuh. Pasien merasa perih juga pada bercaknya jika terkena
gesekan. Pasien sudah berobat sebelumnya namun tidak ada perubahan.
Pasien tidur 1 kasur bersama suami, kasur tersebut jarang dijemur. Handuk setelah
dipakai jarang dijemur dan menggunakan handuk yang sama untuk mengelap badan
pada saat berkeringat. Mandi hanya sekali sehari kadang 2 kali jika terasa sangat gatal.
Mengganti pakaian 2x sehari dan sering pakai celana ketat seperti celana lejing.
Pasien tinggal di rumah dengan ukuran 9 x 7 meter. Memiliki 3 jendela dan jarang
dibuka. Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk dan lingkungan yang panas.
Status Dermatologis :
• Distribusi : Regional
• A/R : Perut, pinggang, dan punggung
• Lesi : Multipel, diskret, sebagian berbentuk bulat berbatas tegas sebagian
irreguler, lesi kering, permukaan tidak timbul, dengan ukuran terkecil 2 x 3 cm
hingga terbesar 10 x 5 cm
• Efloresensi : Makula eritematous, makula hiperpigmentasi, skuama halus
8
Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 20%
ditemukan hifa panjang, bercabang, bersepta, serta double contour.
F. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding
o Tinea Korporis e.c Trichopyton
o Tinea Korporis e.c Epidermophyton
o Tinea Korporis e.c Microsporum
Diagnosis Kerja
o Tinea Korporis e.c Tricophyton
G. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
H. PENATALAKSANAAN
Non-Medikamentosa :
o Menerangkan bahwa penyakit yang diderita pasien adalah infeksi jamur dan
mudah menular
o Menyarankan untuk mengganti baju dan celana dalam yang basah sesering
mungkin
o Menggunakan pakaian dalam yang mudah menyerap keringat
9
o Menjaga kulit agar tetap bersih dan kering serta menyarankan pasien untuk
mandi, minimal 2x sehari terutama setelah beraktivitas dan mengeringkan
tubuh seluruhnya
o Mencuci dan menjemur handuk di luar ruangan agar terkena sinar matahari
sesering mungkin
o Menghindari garukan
Medikamentosa :.
Topikal :
Ketokonazol cream 2% dioleskan pada bagian yang gatal, sehari
digunakan 2x selama 10 hari
Sistemik :
Ketokonazol tabet 200 mg 1x1 selama 14 hari
I. PROGNOSIS
10
BAB III
ANALISA KASUS
11
skuama diatasnya dan disertai likenifikasi. Garukan kronis dapat
menimbulkan gambaran likenifikasi.1.2,6,7
12
C. Analisis pemeriksaan penunjang pada kasus
Berdasarkan teori
Untuk menegakkan Tinea korporis, dibutuhkan penilaian asosiasi gambaran
klinis dengan uji diagnostik untuk mengisolasi dan mengidentifikasi jamur.
Bahan yang diperiksa berupa kerokan kulit. Pemeriksaan mikroskopik
secara langsung menunjukkan hifa, yang nampak sebagai dua garis sejajar
dengan sekat dan cabang, atau spora berderet (artospora) pada kelainan kulit
yang lama dan / atau sudah diobati.1,4
13
F. Analisis penatalaksanaan pada kasus
Non-medikamentosa
o Menerangkan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita pasien adalah
infeksi jamur dan mudah menular
o Menyarankan kepada pasien untuk mengganti baju dan celana dalam
yang basah dan menyerap keringat
o Menggunakan pakaian dalam yang mudah menyerap keringat
o Menjaga kulit agar tetap bersih dan kering dan menyarankan pasien
untuk mandi, minimal 2x sehari terutama setelah beraktivitas dan
mengeringkan tubuh seluruhnya
o Mencuci dan menjemur handuk di luar ruangan agar terkena sinar
matahari sesering mungkin
o Menghindari garukan
Medikamentosa :
Topikal :
Ketokonazol cream 2% dioleskan pada bagian yang gatal, sehari
digunakan 2x selama 14 hari
Sistemik :
Ketokonazol tabet 200 mg 1x1 selama 14 hari
Berdasarkan teori
o Terapi nonmedika mentosa berujuan untuk menghilangkan faktor
predisposisi. Sehingga hygiene pasien harus dijaga, pemakaian
handuk/pakaian secara bersama dihindari, dan menjaga lipatan-
lipatan tubuh tetap kering1,2
o Golongan azol merupakan pilihan pertama yang digunakan dalam
pengobatan tinea korporis karena bersifat broad spektrum antijamur
yang mekanismenya menghambat sintesis ergosterol sehingga
komponen sel jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati,
contohnya pada Ketokonazol. Pengobatan dengan ketokonazole
krim 2% dapat dilakukan selama 2-4 minggu. Efek samping dari
ketokonazol krim adalah iritasi kulit yang terlokalisir, jika terjadi
iritasi penggunaan obat harus dihentikan. Tidak dianjurkan pada
14
pasien yang menunjukkan hipersensitivitas, hindari kontak dengan
mata. Dapat diberikan ketokonazol tablet 200 mg sekali sehari
untuk pengobatan antifungal sistemik4,10,12
.
Berdasarkan teori:
Perkembangan penyakit dermatofitosis dipengaruhi oleh bentuk klinik dan
penyebab penyakitnya disamping faktor-faktor yang memperberat atau memperingan
penyakit. Apabila faktor-faktor yang memperberat penyakit dapat dihilangkan,
umumnya penyakit ini dapat hilang sempurna.1,4,5,6
15
DAFTAR PUSTAKA
16