Anda di halaman 1dari 22

REFLEKSI KASUS

HEMOROID

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Bedah di RSUD Salatiga

Disusun oleh :

Disusun Oleh :

Ade Ayuningsih Utami


20174011030

Dokter Pembimbing

dr. Esdianto S., M. Si. Med. Sp.B

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan, presentasi kasus dengan judul

HEMOROID

Disusun Oleh :

Ade Ayuningsih Utami

20174011030

Telah dipresentasikan

Hari/tanggal: Sabtu, 2 Juni 2018

Disahkan oleh:

Dokter Pembimbing,

dr. Esdianto S., M. Si. Med. Sp.B


BAB I
STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Y
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status pernikahan : Sudah Menikah
Alamat : Kalisari, Tuntang, Semarang
Tanggal masuk RS : 21-5-2018 jam 12.30

ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluar benjolan saat buang air besar.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Bedah RSUD Salatiga dengan keluhan keluar
benjolan saat buang air besar dan tidak dapat dimasukkan kembali dengan
sendirinya ataupun dengan bantuan jari sejak 1 hari SMRS. Pasien mengeluhkan
rasa tidak nyaman dan nyeri pada benjolan (+). Rasa nyeri saat BAB dirasakan
seperti ada yang robek dan perih dibagian anus dan pasien mengatakan skala nyeri
yang dirasakan sesuai dengan VAS yaitu 10. Nyeri dirasakan bertambah saat
menarik nafas dan batuk. Buang air besar terdapat darah (+). Berwarna merah
segar (+). Keluhan lain, seperti mual dan muntah disangkal oleh pasien.
Keluarnya feces di celana dalam (-) dan gatal di daerah perianal (-). Saat buang air
besar, pasien mengatakan jarang untuk mengejan. Dalam sehari-hari, pasien
memang jarang makan sayur dan buah, lebih sering makan goreng-gorengan dan
tidak pernah berolahraga.
Awal mula keluar benjolan sejak bulan Februari 2013 saat hamil anak
pertama, awalnya hanya berupa benjolan kecil dan tiap buang air besar pasti
keluar, tetapi dapat masuk kembali dengan bantuan jari. Sejak 3 bulan terakhir ini,
pasien mengeluhkan setiap buang air besar keluar darah merah segar (+), nyeri (+)
dan benjolan yang keluar semakin membesar, keras dan membengkak, tetapi
masih dapat dimasukkan dengan bantuan jari. Pasien sudah berobat ke dokter di
salah satu puskesmas sejak 1 tahun yang lalu, sudah diberikan obat faktu
ointment. Setelah dioleskan menggunakan salep tersebut, benjolan yang awalnya
keras dan bengkak menjadi lunak.
Riwayat Vertigo sejak September 2017 hingga sekarang. Riwayat
Hipertensi (+), Maag (+), riwayat seperti DM, jantung, dan alergi terhadap obat-
obatan disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat operasi secar tahun 2014
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat penyakit serupa disangkal
- Riwayat HT dan stroke pada ibu pasien, dan DM pada ayah pasien
Riwayat Personal Sosial
- Pasien merupakan Ibu Rumah Tangga dan mengasuh anaknya 
pekerjaan menuntut lebih banyak duduk, aktivitas fisik tidak pernah.
- Pola makan teratur, namun makan sayur jarang serta buah. Lebih sering
makan goreng-gorengan.
- Saat buang air besar, jarang untuk mengejan.
Anamnesis Sistem
 Kepala dan Leher : tidak ada keluhan
 THT : tidak ada keluhan
 Respirasi : tidak ada keluhan
 Kardiovaskular : tidak ada keluhan
 Gastrointestinal : Keluar benjolan saat BAB dan nyeri (+)
 Perkemihan : tidak ada keluhan
 Reproduksi : tidak ada keluhan
 Kulit dan Ekstremitas : tidak ada keluhan
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : sedang
b. Kesadaran : compos mentis
c. GCS : E4V5M6 = 15
d. Vital sign
- Tekanan Darah : 139/90 mmHg
- Denyut Nadi : 80 x/menit
- Pernafasan : 20 x/menit
- Suhu : 36 ° C
e. Status generalis :
- Kepala : normocephal, deformitas (-), tidak ditemukan jejas, tidak
teraba benjolan
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor,
refleks cahaya (+/+)
- Hidung : discharge (-), deformitas (-)
- Telinga: discharge (-), deformitas (-)
- Mulut : bibir tidak kering, lidah tidak kotor
- Leher : pembesaran KGB (-), limfonoduli tidak teraba, JVP tidak
meningkat
- Thorax :
Pulmo
Inspeksi : simetris (+), ketinggalan gerak (-), retraksi intercostae (-)
Palpasi : vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara Dasar = vesikuler (+/+) di kedua lapang paru, suara
ronkhi halus (-/-), ronkhi kasar (-/-), wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Teraba ictus cordis di SIC V linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Tidak ditemukan kardiomegali
Auskultasi : S1S2 reguler, bising (-), gallop (-)
- Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba
Perkusi : Timpani seluruh lapangan abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
- Ekstremitas
Superior: udem (-), vulnus (-), ruam (-), akral hangat (+/+), sianosis (-)
Inferior : udem (-), vulnus (-), ruam (-), akral hangat (+/+), sianosis (-)
f. Status Lokalis (Regio Anorektum)
Inspeksi : tampak massa yang keluar dari anus
Palpasi : teraba konsistensi massa lunak, batas tegas,
nyeri tekan (-)
Pemeriksaan colok dubur : tonus muskulus sfingter ani eksternus
mencengkram,teraba massa yang menonjol
keluar anus pada arah jam 12 dan 6, massa
tidak dapat dimasukkan dengan bantuan

jari (-), diameter massa ± 1,5 cm,


konsistensi lunak, batas tegas, mukosa
licin, nyeri tekan (-); handschoen: darah
(-), lendir (-), feses (-).

ASSESMENT AWAL
DIAGNOSIS UTAMA
Hemoroid Interna Derajat IV
DIAGNOSIS BANDING
Karsinoma kolorektal, divertikel, dan polip
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium (21-5-2018)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Lekosit 8.32 4,5-11 10^3/Ul
Eritrosit 4,26 4,50-6,5 10^6/Ul
Hemoglobin 10.3 11.5-16.5 g/Dl
Hematokrit 32.8 37-47 %
Trombosit 411 150-450 10^3/uL
MCV 76.9 85-100 fL
MCH 24.2 28-31 Pg
MCHC 31.4 30-35 g/dL
Golongan darah ABO O
Hitung Jenis
Neutrofil% 63.6 40-75 %
Limfosit% 30.4 20-45 %
Monosit% 5.2 2-8 %
Eosinofil% 0,5 1-6 %
Basofil% 0,3 0,0-1,0 %
Kimia
Gula Darah Sewaktu 145 <140 mg/dl
Ureum 19 10-50 mg/dl
Kreatinin 1.0 0.6-1.1 mg/dl
SGOT 15 <31 U/L
SGPT 14 <32 U/L

ASSESMENT AKHIR
Hemoroid Interna Grade IV
PENATALAKSAAN/PLANNING
 Infus RL 20 tpm

 Injeksi Ketorolac 3x1 amp (30mg)

 Injeksi Ranitidin 3x1 amp (50 mg)

 PO Dios 3x2 tab

 Kompres dengan MgSO4

 Ketoprofen suppositoria

 Program Hemoroidektomi (pasien menolak)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Hemoroid adalah jaringan normal yang terdapat pada semua orang, yang
terdiri atas pleksus arteri-vena, berfungsi sebagai katup di dalam saluran
anus untuk membantu sistem sfingter anus, mencegah inkontinensia flatus
dan cairan. Apabila hemoroid ini menyebabkan keluhan atau penyulit, baru
dilakukan tindakan.

Gambar 1. Hemoroid interna dan hemoroid eksterna

B. Anatomi dan Fisiologi Anorektum


Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi
ektoderm sedangkan rektum berasal dari entoderm. Rektum dilapisi oleh
mukosa glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh anoderm yang
merupakan lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar. Daerah batas rektum
dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel. Kanalis analis dan
kulit luar di sekitarnya kaya akan persarafan sensoris somatik dan peka
terhadap rangsangan nyeri, sedangkan mukosa rektum mempunyai
persarafan otonom dan tidak peka terhadap nyeri. Darah vena di atas garis
anorektum mengalir melalui ssstem porta, sedangkan yang berasal dari anus
dialirkan ke sistem kava melalui cabang vena iliaka. Sistem limfe dari
rektum mengalirkan isinya melalui pembuluh limfe sepanjang pembuluh
hemoroidalis superior ke arah kelenjar limfe paraaorta melalui kelenjar
limfe iliaka interna, sedangkan limfe yang berasal dari kanalis analis
mengalir ke arah kelenjar inguinal.
Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih 3 cm. Sumbunya
mengarah ke ventrokranial yaitu ke arah umbilikus dan membentuk sudut
yang nyata ke dorsal dengan rektum dalam keadaan istirahat. Pada saat
defekasi sudut ini menjadi lebih besar. Batas atas kanalis analis disebut garis
anorektum, garis mukokutan, linea pektinata, atau linea dentata. Di daerah
ini terdapat kripta anus dan muara kelenjar anus antara kolumna rektum.
Lekukan antar-sfingter sirkuler dapat diraba di dalam kanalis analis sewaktu
melakukan colok dubur, dan menunjukan batas anatar sfingter interna dan
sfingter eksterna (garis Hilton). Cincin sfingter anus melingkari kanalis
analis dan terdiri dari sfingter interna dan sfingter eksterna, sisi posterior
dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter interna, otot longitudinal,
bagian tengah otot levator (puborektalis), dan komponen otot sfingter
eksternus. Otot sfingter internus terdiri atas serabut otot polos, sedangkan
otot sfingter eksternus terdiri atas serabut otot lurik.
Arteri hemoroidalis superior merupakan kelanjutan langsung arteri
mesenterika inferior. Arteri ini membagi diri menjadi dua cabang utama, kiri
dan kanan. Cabang yang kanan bercabang lagi. Letak ketiga cabang terakhir
ini mungkin dapat menjelaskan letak hemoroid dalam yang khas yaitu dua
buah di setiap perempat sebelah kanan dan sebuah di perempat lateral kiri.
Arteri hemoroidalis medialis merupakan percabangan anterior arteri iliaka
interna, sedangkan areteri hemoroidalis inferior merupakan cabang arteri
pudenda interna. Pendarahan di pleksus hemoroidalis merupakan kolateral
luas dan kaya sekali darah sehingga perdarahan dari hemoroid interna
menghasilkan darah segar yang berwarna merah.
Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis
internus dan berjalan ke arah kranial ke dalam vena mesenterika inferior dan
seterusnya melalui vena lienalis ke vena porta. Vena hemoroidalis inferior
mengalirkan darah ke dalam vena pudenda interna danke dalam vena iliaka
interna dan sistem vena kava. Pembesaran vena hemoroidalis dapat
menimbulkan keluhan hemoroid.
Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik.
Serabut simpatik berasal dari pleksus mesenterika inferior dan dari sistem
parasakral yang terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga
dan keempat. Unsur simpatis pleksus ini menuju ke arah struktur genital dan
serabut otot polos yang mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi.
Persarafan parasimpatik (nervi erigentes) berasal dari saraf sakral kedua,
ketiga dan keempat. Serabut saraf ini menuju ke jaringan erektil penis dan
klitoris serta mengendalikan ereksi dengan cara mengatur aliran darah ke
dalam jaringan ini. Muskulus puborektal mempertahankan sudut anorektum;
otot ini mempertajam sudut tersebut bila meregang dan meluruskan usus
bila mengendur.
Pada suasana normal, rektum kosong. Pemindahan feses dari kolon
sigmoid ke dalam rektum kadang-kadang dicetuskan oleh makan, terutama
pada bayi. Isi sigmoid yang masuk ke dalam rektum akan dirasakan oelh
rectum dehingga menimbukan keinginan untuk defekasi. Rektum
mempunyai kemampuan khas untuk mengenal dan memisahkan bahan
padat, cair dan gas. Defekasi terjadi akibat refleks peristalsis rektum,
dibantu mengedan dan relaksasi sfingter anus eksterna. Syarat untuk
defekasi normal ialah persarafan sensible untuk sensasi isi rectum dan
persarafan sfingter anus untuk kontraksi dan relaksasi yang utuh, peristalsis
kolon dan rektum tidak terganggu, dan struktur anatomi organ panggul yang
utuh.

Gambar 2. Anatomi Anorektum


C. Klasifikasi Hemoroid
1) Hemoroid Interna
Hemoroid interna adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas
garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini
merupakan bantalan vascular di dalam jaringan submukosa pada rektum
sebelah bawah. Hemoroid sering dijumpai pada tiga posisi primer, yaitu
kanan-depan, kanan-belakang, dan kiri-lateral. Hemoroid yang lebih
kecil terdapat di antara ketiga letak primer tersebut.
2) Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus
hemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam
jaringan di bawah epitel anus.

Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus saling


berhubungan secara longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang
kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid
internus mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan selanjutnya
ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke
peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke vena iliaka.

D. Derajat Hemoroid
Hemoroid interna dikelompokkan dalam empat derajat yaitu sebagai
berikut:
Derajat I : Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa
nyeri pada waktu defekasi. Pada stadium awal seperti ini
tidak terdapat prolaps, dan pada pemeriksaan anoskopi
terlihat hemoroid yang membesar menonjol ke dalam
lumen.
Derajat II : Hemoroid menonjol melalui kanalis analis pada saat
mengedan ringan tetapi dapat masuk kembali secara
spontan.
Derajat III : Hemoroid menonjol saat mengedan dan harus didorong
kembali sesudah defekasi.
Derajat IV : Hemoroid yang menonjol ke luar dan tidak dapat didorong
masuk kembali.
Gambar 3. Derajat Hemoroid Interna

E. Etiologi dan Faktor Risiko


Hemoroid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor
yang memegang peranan kausal ialah mengedan pada waktu defekasi,
konstipasi menahun,kurang makan makanan berserat (sayur dan buah),
kurang olahraga atau imobilisasi, kehamilan(disebabkan tekanan janin
pada abdomen dan perubahan hormonal), dan obesitas.
F. Patofisiologi
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi
vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko atau pencetus.
Sebagian besar gejala muncul dari pembesaran hemoroid interna.
Pembengkakan abnormal dari bantalan anal menyebabkan dilatasi dan
pembengkakan pleksus arteriovenosus. Hal ini menyebabkan peregangan
otot suspensorium dan pada akhirnya terjadi prolaps dari jaringan rektal
melalui kanalis analis. Mukosa anal yang telah mengalami pembengkakan
akan mudah trauma yang mengakibatkan perdarahan rektal dengan ciri
khas merah terang karena mengandung darah kaya oksigen.
Hemoroid interna tidak dapat menyebabkan nyeri kutaneus, karena
letaknya di atas linea dentata atau garis mukokutan dan tidak diinervasi
oleh nervus kutaneus. Namun hemoroid interna dapat menyebabkan
perdarahan, prolaps, dan sebagai hasilnya adalah terjadi iritasi pada kulit
perianal. Hemoroid interna dapat mengakibatkan nyeri perianal
dikarenakan prolaps dan menyebabkan spasme kompleks sfingter disekitar
hemoroid. Spasme ini menyebabkan ketidaknyamanan disaat hemoroid
telah prolaps.
G. Tanda dan Gejala
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna
akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah
segar dan tidak bercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada
feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes
atau mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah
yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan asam.
Terkadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat
menyebabkan anemia berat. Hemoroid yang membesar secara perlahan
akhirnya dapat menonjol ke luar dan menyebabkan prolaps. Pada tahap
awal, penonjolan ini hanya terjadi sewaktu defekasi dan disusul oleh
reduksi spontan sesudah selesai defekasi. Pada stadium lebih lanjut,
hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah defekasi agar masuk
ke dalam anus. Akhirnya, hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang
mengalami prolapse menetap dan tidak dapat didorong masuk lagi.
Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan
ciri hemoroid yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat
menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus, dan ini
disebabkan oleh kelembapan yang terus menerus dan rangsangan mucus.
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna,
dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis yang
luas dengan udem dan radang.
H. Diagnosis
a) Anamnesis
Anamnesis bertujuan untuk mengidentifikasi identitas pasien,
faktor risiko, perjalanan penyakit, tanda dan gejala, riwayat pengobatan,
dan riwayat penyakit yang pernah diderita. Keluhan utama dari
hemoroid berupa perdarahan pada anus setiap buang air besar
(defekasi).Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak
bercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses sampai
pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi
merah. Ada kalanya terdapat benjolan yang menonjol keluar pada anus
(hemoroid prolaps) baik yang dapat masuk kembali secara spontan
maupun tidak(yang harus didorong kembali).
b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dikerjakan setelah anamnesis yang baik dan
terstruktur selesai dilakukan. Pemeriksaan fisik ditujukan untuk
mendapatkan tanda-tanda kelainan yang diperkirakan melalui
anamnesis atau yang langsung didapat.
Pada pemeriksaan fisik, apabila hemoroid mengalami prolaps,
lapisan epitel penutup bagian yang menonjol ke luar ini mengeluarkan
mukus yang dapat dilihat apabila penderita diminta mengedan. Pada
pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Penilaian dengan anoskop diperlukan untuk melihat hemoroid
interna yang tidak menonjol ke luar. Anoskop dimasukkan dan diputar
untuk mengamati keempat kuadran. Hemoroid interna terlihat sebagai
struktur vaskular yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengedan sedikit, ukuran hemoroid akanmembesar dan
penonjolan prolaps akan lebih nyata.
c) Pemeriksaan penunjang
 Laboratorium
Terkadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat
menyebabkan anemia berat. Hal ini dapat dibuktikan dengan
pemeriksaan laboratorium, yaitu berupa pemeriksaan darah rutin
secara lengkap.
I. Tata Laksana
Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong
dengan tindakan lokal yang sederhana disertai nasehat tentang makan.
Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi, yang membuat
gumpalan isi usus besar dan lunak, sehingga mempermudah defekasi dan
mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan.
Hemoroid interna yang mengalami prolaps karena udem umumnya dapat
dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan
kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan
cairan hangat juga dapat meringankan nyeri. Pilihan penatalaksanaan
untuk hemoroid adalah sebagai berikut:
a. Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang
merangsang, misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan
diberikan ke submukosa di dalam jaringan areolar yang longgar di
bawah hemoroid interna dengan tujuan menimbulkan peradangan
steril yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan parut.
Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan dengan
jarum yang panjang melaui anuskop. Penyuntikan yang dilakukan di
tempat yang tepat tidak akan menimbulkan nyeri. Terapi suntikan
bahan sklerotik bersama dengan nasehat tentang makanan merupakan
terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II.
b. Ligasi dengan Gelang Karet
Hemoroid yang besar atau mengalami prolapse dapat ditangani
dengan ligasi (pengikatan keliling) gelang karet menurut Barron.
Dengan bantuan anuskop, mukosa di atas hemoroid yang menonjol
dijepit dan ditarik atau diisap ke dalam tabung ligator khusus. Gelang
karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat di sekeliling
mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Nekrosis karena iskemia
terjadi dalam beberapa hari. Mukosa bersama karet akan lepas sendiri.
Fibrosis dan parut akan terjadi pada pangkal hemoroid tersebut. Pada
satu kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi
berikutnya dilakukan dalam jarak waktu dua sampai empat minggu.
c. Bedah Beku
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu
yang rendah sekali. Bedah beku atau bedah krio (awalan dingin) ini
tidak dipakai secara luas oleh karena mukosa yang nekrotik sukar
ditentukan luasnya. Bedah krio ini lebih cocok untuk terapi paliatif
karsinoma rektum yang inoperabel.
d. Hemoroidektomi
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan
menahun dan pada penderita hemoroid derajat III atau IV. Terapi
bedah juga dapat dilakukan pada penderita dengan perdarahan
berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan cara terapi lainnya
yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami
trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan
hemoroidektomi.
Prinsip yang harus diperhatikan pada hemoroidektomi adalah
eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan.
Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang
normal dengan tidak mengganggu sfingter anus.
e. Hemoroidopeksi dengan Stapler
Karena bantalan hemoroid merupakan jaringan normal yang
berfungsi sebagai katup untuk mencegah inkontinensia flatus dan
cairan, pada hemoroid derajat III dan IV tidak usah dilakukan
hemoroidektomi, tetapi cukup menarik mukosa dan jaringan
submukosa rectum distal ke atas (arah aboral) dengan menggunakan
sejenis stapler, sehingga hemoroid akan kembali ke posisi semula
yang normal. Nyeri pasca bedah pada tindakan ini sangat minimal.
J. Diagnosis Banding
Perdarahan rektum yang merupakan manifestasi utama hemoroid
interna juga terjadi pada karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip,
colitis ulserosa, dan penyakit lain yang tidak begitu sering terdapat di
kolorektum. Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium
kolon dan kolonoskopi perlu dipilih secara selektif bergantung pada
keluhan dan gejala penderita. Prolapsrektum harus juga dibedakan dari
prolapse mukosa akibat hemoroid interna.
Kondiloma perianal dan tumor anorektum lainnya biasanya tidak
sulit dibedakan dari hemoroid yang mengalami prolaps. Lipatan kulit luar
yang lunak akibat thrombosis hemoroid eksterna sebelumnya juga mudah
dikenali. Adanya lipatan kulit sentinel pada garis tengah dorsal, yang
disebut umbai kulit, dapat menunjukkan adanya fisura anus.
K. Komplikasi
Sekali-sekali hemoroid interna yang mengalami prolaps akan
menjadi ireponibel sehingga tak dapat terpulihkan oleh karena kongesti
yang mengakibatkan udem dan trombosis. Keadaan yang agak jarang ini
dapat berlanjut menjadi trombosis melingkar pada hemoroid interna dan
hemoroid eksterna secara bersamaan. Keadaan ini menyebabkan nyeri
hebat dan dapat berlanjut, menyebabkan nekrosis mukosa dan kulit yang
menutupinya. Emboli septik dapat terjadi melalui sistem portal dan dapat
menyebabkan abses hati.Anemia dapat terjadi karena perdarahan ringan
yang lama.
Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada
hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami
perdarahan, darah yang keluar dapat sangat banyak.
L. Prognosis
Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simtomatis dapat
menjadi asimtomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan
terlebih dahulu pada semua kasus. Hemoroidektomi pada umumnya
memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus diajari untuk
menghindari obstipasi dengan makan makanan berserat agar dapat
mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid.

BAB III
PEMBAHASAN

Penegakan diagnosis pasien ini berdasarkan:


1. Anamnesis
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan keluar benjolan setiap buang
air besar dan tidak dapat dimasukkan dengan jari serta dirasakan nyeri
menetap (+) dan keluar darah segar menetes (+) sejak 1 hari SMRS. Pasien
memiliki riwayat keluhan serupa sejak Februari 2013 hingga sekarang.
Dalam keseharian pasien, pasien tidak pernah berolahraga, lebih banyak
melakukan aktivitas duduk, dan jarang makan sayuran serta buah.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan di region anorektum, tampak benjolan yang keluar.
Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan tonus muskulus sfingter ani
eksternus mencengkram,teraba massa yang menonjol keluar anus pada
arah jam 12 dan 6, massa tidak dapat dimasukkan dengan bantuan jari (-),

diameter massa ± 1,5 cm, konsistensi lunak, batas tegas, mukosa licin,
nyeri tekan (-); handschoen: darah (-), lendir (-), feses (-).
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
 Pada hasil laboratorium didapatkan kadar hemoglobin
mengalami penurunan yaitu 9,2 g/dL (nilai rujukan untuk
perempuan 11.5-16.5 g/dL). Berdasarkan pedoman interpretasi
data klinik menurut KEMENKES 2011, penurunan nilai Hb
dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena kekurangan
zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan
asupan cairan dan kehamilan.
 Kadar hematokrit mengalami penurunan yaitu 31,4% (nilai
rujukan perempuan 37-47%). Penurunan nilai hematokrit
merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab), reaksi
hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah dan
hipertiroid.
 MCV, MCH dan MCHC juga mengalami penurunan, yaitu MCV
76.9 fl (nilai rujukan 85-100 fl), MCH 24.2 pg (nilai rujukan 28-
31 pg), dan MCHC 31.4 g/dL (nilai rujukan 30-35 g/dL).
Penurunan nilai MCV terlihat pada pasien anemia kekurangan
besi, anemia pernisiosa dan talasemia, disebut juga anemia
mikrositik. Penurunan MCH mengindikasikan anemia
mikrositik. Sementara MCHC menurun pada pasien kekurangan
besi, anemia mikrositik, anemia karena pridoksin, talasemia dan
anemia hipokromik.
 Angka eosinofil juga cenderung mengalami penurunan yaitu
0,5% (nilai rujukan 1-6%). Penurunan eosinofil dapat terjadi
pada saat tubuh merespon stress (peningkatan produksi
glukokortikoid).
4. Tata laksana
Dilakukan terapi simptomatik dan tindakan memasukkan kembali
benjolannya dengan bantuan jari dan obat ketoprofen ointment serta
pengkompresan dengan menggunakan MgSO4

Perdarahan yang keluar terutama saat buang air besar merupakan tanda
pertama terjadinya hemoroid interna. Pada pasien ini hemoroid yang terjadi
termasuk ke dalam hemoroid interna derajat IV, dikarenakan sudah terdapat massa
yang menonjol keluar dari anus atau hemoroid yang prolaps yang tidak dapat
masuk kembali dengan bantuan jari. Pasien mengatakan jika aktivitas
pekerjaannya sehari-hari lebih banyak untuk duduk. Selain itu, pasien juga jarang
untuk makan sayur-sayuran dan buah. Hal tersebut merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya penyakit hemoroid.
Pada perdarahan hemoroid yang berulang dapat menyebabkan anemia
berat. Pada pasien ini terjadi anemia, dibuktikan dengan hasil laboratorium yang
mengarah ke anemia. Terkait kondisi pasien dan derajat hemoroid interna yang
sudah masuk ke dalam derajat IV, maka seharusnya dilakukan penatalaksanaan
melalui pembedahan berupa hemoroidektomi, guna mencegah perburukan
penyakit yang lebih berat. Tetapi, pada pasien ini menolak untuk melakukan
operasi. Untuk itu, dilakukan tindakan terapi simptomatik dan dan tindakan
memasukkan kembali benjolannya dengan bantuan jari dan obat ketoprofen
ointment serta pengkompresan dengan menggunakan MgSO4.
BAB IV
KESIMPULAN

Hemoroid adalah jaringan normal yang terdapat pada semua orang, yang
terdiri atas pleksus arteri-vena, berfungsi sebagai katup di dalam saluran anus.
Apabila hemoroid ini menyebabkan keluhan atau penyulit, baru dilakukan
tindakan.Faktor yang memegang peranan kausal ialah mengedan pada waktu
defekasi, konstipasi menahun, kehamilan, dan obesitas. Keluhan utamanya berupa
buang air besar yang disertai darah.
Pada hemoroid diperlukan penegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang secara lengkap. Pada pasien ini
didiagnosis menderita hemoroid interna derajat IV, dimana hemoroid sudah
prolapse secara permanen dan tidak dapat dimasukkan dengan bantuan jari. Hal
ini diperlukan terapi pembedahan berupa hemoroidektomi dengan tujuan untuk
menghentikan perburukan penyakit atau akibat yang lebih lanjut dari penyakit
hemoroid ini yaitu salah satunya anemia dikarenakan perdarahan yang keluar
setiap defekasi.
DAFTAR PUSTAKA

Brown, John Stuart, Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor, alih Bahasa, Devi H,
Ronardy, Melfiawati, Jakarta, Penerit Buku Kedokteran EGC, 1995.
Caemron, John L, Terapi Bedah Mutakhir, Ed. 4, Jilid 1, alih Bahasa, Widjaya
Kusuma, Lyndon Saputra, Jakarta, Binarupa Aksara, 1997.
Dudley, Hug A.F, Hamilton Bailey, Ilmu Bedah Gawat Darurat, Ed. 11, alih
Bahasa, Samik Wahab, Soedjono Aswin, Yogyakarta, Gajah Mada
University press, 1992.
Glenn S. Parker, MD, FACS, FASCRS, Journal of family practice supplement,
A new treatment option for grades III and IV hemorrhoids, October
2004
Gouda m. ellabban, World Journal of Colorectal Surgery, Stapled
Hemorrhoidectomy versus Traditional Hemorrhoidectomy for the
Treatment of Hemorrhoids, 2010

http: //www.emedicine.medscape.com
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah Staf Pengajar Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Binarupa Aksara, 1995.
Schwartz, Seymour I, Principles of Surgery, 2 vol, Ed. 6, New York, Mc Graw-
Hill Publishing Company, 1994.

Sjamsuhidajat, R.,& De Jong, W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi III.


Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.
Sudoyo, A. W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
Thornton, S.C. Hemorrhoids: Background, Anatomy, Etiology and
Pathophysiology. Americam Society of Colon and Rectal Surgeons.
Way, Lawrence W, Current Surgical Diagnosis and Treatment, Lange Medical
Publications, 1981.

Anda mungkin juga menyukai