Anda di halaman 1dari 31

L AP OR AN KAS US

HEMOROID
Disusun Oleh : Kelompok C

Dadi Satrio Wibisono Rachmat (C1) 1102013067


Danti Fadhila (C2) 1102016046
Deshe Karunia Astuti (C3) 1102016049

Pembimbing :
dr. Kamal Anas, Sp.B

PEMBELAJARAN JARAK JAUH


KEPANITERAAN KLINIK BEDAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS
YARSI
PERIODE 29 MARET – 25 APRIL 2021
IDENTITAS
Nama : Tn C
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Tangerang
Pekerjaan : Pegawai Negri
Agama : Islam
Masuk rumah sakit : 8 April 2021
KELUHAN UTAMA
Keluhan BAB berdarah

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan BAB berdarah disertai nyeri 2 hari Sebelum
Masuk Rumah Sakit (SMRS). Pasien mengatakan setiap BAB selalu disertai darah berwarna
merah segar, tidak bercampur dengan feses, dan tidak berlendir. Pasien juga mengeluhkan
adanya benjolan yang selalu keluar saat pasien BAB dirasakan pasien sejak 1 tahun yang lalu,
namun biasanya benjolan dapat masuk kembali dibantu oleh jari. Semenjak 4 hari yang lalu
SMRS, benjolan tersebut menetap dianus pasien dan tidak dapat masuk kembali walaupun
dengan bantuan ibu jari pasien. Ketika ditanya pasien mengaku sering mengejan ketika BAB
karena feses keras. Pasien mengatakan sebelumnya tidak suka mengkonsumsi makanan sayur
dan buah. Keluahan mual (-) dan muntah (-), demam (-), BAK tidak ada keluhan. Perut
kembung dan nyeri pada perut juga disangkal oleh pasien. Pasien tidak merasakan adanya
penurunan berat badan, nafsu makan pasien juga tidak mengalami perubahan
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis, E4M6V5
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit, regular, teraba kuat
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 37,5°C (aksilla)
Berat Badan : 70 kg
Tinggi Badan : 165 cm
IMT : 25,9 kg/m2 (Obesitas)
STATUS
KEPAL
A
Normochepal
GENERALIS
MATA Edema palpebra (-/-), konjungtiva pucat (+/+), Sklera ikterik (-/-), pupil isokor 3mm/3mm, RCL (+/+), RCTL
(+/+)
TELIN Bentuk daun telinga normal, simetris, pendengaran dalam batas normal, serumen (-/-), liang telinga tidak
GA menyempit
HIDUN Septum deviasi (-), sekret (-), darah (-), NCH (-), polip (-)
G
LEHER Pembesaran KGB (-)
THORAKS ABDOMEN
MULU Oral hygiene baik, faring tidak hiperemis
PARU
T I : Datar, Ascites (-), jaringan parut (-), benjolan (-)
I : simetris, retraksi (-/-) P : Nyeri tekan (-)
P : Fremitus taktil dan vokal simetris kanan-kiri, nyeri P : Timpani diseluruh lapang abdomen
tekan (-), massa (-) A : Bising usus (+) Normal
P : Sonor seluruh lapang paru
Paru - paru : ves (+/+), Wheezing (-), Ronkhi (-) EKSTREMITAS : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-)
Jantung : BJ I - II Regular, Murmur (-), Gallop (-) PF ANOGENITAL : lihat Status Lokalis
STATUS
LOKALIS
Pemeriksaan Anogenital
Regio Anal
● Inspeksi : pada posisi jam 3 terdapat benjolan
berbentuk bulat berwarna kemerahan disekitar
anus dengan ukuran 2 x 2 x 2 cm.
● Palpasi : nyeri tekan (-), konsistensi kenyal, tidak
dapat digerakan

Rectal Toucher : Tonus Spinchter ani (+), ampula


recti tidak kolaps, mukosa licin, masa (+), nyeri (-)
PEMERIKSAAN
DARAH HASIL
PENUNJANG HITUNG
SATUA NILAI RUJUKAN HASIL SATUAN NILAI
RUTIN N JENIS RUJUKAN
Hemogloblin 13,6 g/dL 14-18 Eusinofil 1,7 % 2-4
Hematokrit 47,2 % 40 – 54 Basofil 0,3 % 0-1
Eritrosit 5,10 106/μL 4.3 – 5.6 Limfosit 16,4 % 25-60
Leukosit 8500 /μL 5000 – 10.000 Monosit 3,2 % 2-8
Trombosit 250 /μL 150.000 – 400.000  Neutrofil 78,4 % 50-70
MCV 82,3 Fl 80-86 KIMIA HASIL SATUAN NILAI
MCH 27,9 Pg 27-31 RUJUKAN
MCHC 33,9 g/dl 32-36 GDS 91 mg/dl <140
Ureum 18 mg/dl 20-35
Kratinin 0,9 mg/dl 0,9-1,3
ANJURA
N mukosa rectal dan tingkat
● Anoskopi : untuk menilai
pembesaran hemoroid
● Sigmoideskopi : untuk memastikan tidak adanya
diagnosa banding lain seperti kolitis, polip rektal, dan
kanker.
DIAGNOSIS BANDING
• Prolaps Rectum
DIAGNOSIS KERJA
• Hemorroid Interna grade IV
Abses Anorektal
TATALAKSANA
• Terapi: Ringer Lactate 500 ml solution infus 20 tetesan per menit 
• Terapi konservatif :
o Lebih banyak bergerak, tidak banyak duduk atau tidur
o Makan makanan berserat (dianjurkan sekitar 30 gram/hari)
o Banyak minum 30-40 cc/KgBB/hari
o Perbaikan defekasi : posisi jongkok dan menjaga kebersihan lokal dengan meredam anus dalam air selama 10-
15 menit 3 kali sehari
• Terapi famakologi 
o Pemberian laksatif (laxadin)
o Pemberian suppositoria untuk mengurangi keluhan gatal dan nyeri
● Terapi pembedahan: Hemorrhoidektomi
PROGNOSIS
Ad vitam :Bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad sanactionam : Dubia ad bonam
IKHTISAR
Pasien laki – laki usia 35 tahun datang dengan keluhan BAB berdarah sejak 2 hari yang lalu Sebelum Masuk
Rumah Sakit (SMRS). Pasien mengatakan setiap BAB selalu disertai darah berwarna merah segar, tidak bercampur
dengan feses, dan tidak berlendir. Pasien juga mengeluhkan adanya benjolan yang selalu keluar saat pasien BAB
dirasakan pasien sejak 1 tahun yang lalu, namun biasanya benjolan dapat masuk kembali dibantu oleh jari. Semenjak 4
hari yang lalu SMRS, benjolan tersebut menetap dianus pasien dan tidak dapat masuk kembali walaupun dengan
bantuan ibu jari pasien. Ketika ditanya pasien mengaku sering mengejan ketika BAB karena feses keras. Pasien
mengatakan sebelumnya tidak suka mengkonsumsi makanan sayur dan buah. Keluahan mual (-) dan muntah (-), demam
(-), BAK tidak ada keluhan. Perut kembung dan nyeri pada perut juga disangkal oleh pasien. Pasien tidak merasakan
adanya penurunan berat badan, nafsu makan pasien juga tidak mengalami perubahan
Pemeriksaan fisik didapatkan pada mata didapatkan konjungtiva anemis dan TD 110/70 mmHg. Pada status lokalis
anorektal terdapat bernjolan pada posisi jam 3 berbentuk bulat berwarna kemerahan di sekitar anus dengan ukuran
2x2x2 cm, tidak nyeri tekan, konsistensi kenyal dan immobile.
Pada pemeriksaan penunjang menunjukkan hemoglobin 13,6g/dL, MCV 82,3 Fl, dan MCH 27,9Pg memberi kesan
adanya anemia.
TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI
Bagian utama usus besar yang terakhir disebut sebagai rektum dan membentang dari kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar
tubuh). Satu inci terakhir dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh otot sfingter ani eksternus dan internus. Panjang
rektum dan kanalis ani adalah sekitar 15cm (5,9 inci).

Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan berdasarkan pada suplai darah yang diterima. Arteria mesenterika
superior mendarahi belahan kanan (sekum, kolon asendens, dan duapertiga proksimal kolon transversum) dan arteria mesenterika
inferior mendarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon asendens, kolon sigmoid dan bagian proksimal rektum).
Suplai darah tambahan ke rectum berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan
aorta abdominalis.

Marcellus SK. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi ke-4. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI. 2006.
Syamsuhidayat R, Jong WD. Buku Ajar Bedah,. 10. Jakarta: EGC. pemeriksaan
penunjang:910 – 91
DEFENISI
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus
hemorrhoidalis. Di bawah atau diluar linea dentate pelebaran vena yang berada di bawah kulit (subkutan) disebut
hemoroid eksterna. Sedangkan diatas atau di dalam linea dentate, pelebaran vena yang berada di bawah mukosa
(submukosa) disebut hemoroid interna (Sudoyo, 2006).
Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia lima puluhan, lima puluh persen individu mengalami berbagai tipe
hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena.

Marcellus SK. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi ke-4. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
2006.
EPIDEMIOLOGI
• Pada kedua jenis kelamin, puncak angka kejadian muncul pada usia diantara 45-65 tahun dan timbulnya
hemoroid sebelum usia 20 tahun merupakan hal yang tidak biasa.
• Di Amerika Serikat, pada tahun 1990 menunjukkan 10 juta individu menderita hemoroid, sesuai dengan
angka prevalensi sebesar 4,4 %. Di Inggris, angka kejadian hemoroid dilaporkan sebesar 13-36% dari
seluruh populasi umum.
• Lebih sering terjadi pada ras kulit putih dan cenderung terjadi pada populasi dengan status sosioekonomi
keatas.

Riss S, Weiser FA, Schwameis K, et al. The prevalence of hemorrhoids in adults. Int J Colorectal Dis. 2012;27(2):215–220.
U.S. Department of Health and Human Services; National Institutes of Health; National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Hemorrhoids. NIH publication no. 11–
3021. November 2010. https://www.niddk.nih.gov/health-information/health-topics/digestive-diseases/hemorrhoids/Documents/Hemorrhoids_508.pdf . Accessed April 8, 2021.
KLASIFIKASI
● Hemoroid Interna  ialah pelebaran dan penonjolan vena hemoroidalis superior dan media yang timbul di sebelah proksimal dari
musculus sphincter ani. Hemoroid interna dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu:
a. Derajat I, hemoroid mencapai lumen anal canal.
b. Derajai II, hemoroid mencapai sfingter eksternal dan tampak pada saat pemeriksaan tetapi tidak dapat masuk kembali secara spontan.
c. Derajat III, hemoroid telah keluar dari anal canal dan hanya dapat masuk kembali secara maual oleh pasien.
d. Derajat IV, hemoroid selalu keluar dan tidak dapat masuk ke anal canal meski dimasukkan secara manual.

• Hemoroid Eksterna dapat dibagi kedalam 2 bentuk, yaitu:


a. Bentuk Akut : Bentuk akut dapat berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus yang sebenarnya merupakan suatu hematoma.
Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
b. Bentuk Kronik : Hemoroid eksterna kronis atau skin tag biasanya merupakan sequele dari hematoma akut, berupa satu atau lebih lipatan
kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah

Jacobs D. Clinical practice. Hemorrhoids. N Engl J Med. 2014;371(10):944–951.


Pong JC, Lam DK, Lai JS. Spontaneous subconjunctival haemorrhage secondary to acrotid-cavernpus fistula. Clin Experiment Ophtamol. 2008 Jan-Feb. 36(1):90-1.
Cronau H, Kankanala RR, Mauger T. Diagnosis and management of red eye in primary care. Am Fam Physician. 2010;81:137–144.
Simadibrata,M.Hemoroid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009. hal 587-90.
Jong WD, Sjamsuhidayat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005. hal 672-75.
PATOFISIOLO
GI
Efek degenerasi akibat penuaan dapat memperlemah jaringan penyokong dan bersamaan dengan usaha
pengeluaran feses yang keras secara berulang serta mengedan akan meningkatkan tekanan terhadap
bantalan tersebut yang akan mengakibatkan prolapsus. Bantalan yang mengalami prolapsus akan
terganggu aliran balik venanya. Bantalan menjadi semakin membesar dikarenakan mengedan, konsumsi
serat yang tidak adekuat, berlama-lama ketika buang air besar, serta kondisi seperti kehamilan yang
meningkatkan tekanan intra abdominal. Perdarahan yang timbul dari pembesaran hemoroid disebabkan
oleh trauma mukosa lokal atau inflamasi yang merusak pembuluh darah di bawahnya. Pada tahap
selanjutnya hemoroid yang mengalami trombosis akan mengalami rekanalisasi dan resolusi. Proses ini
dipengaruhi oleh kandungan granul sel mast.

Riwanto Ign. Usus halus, apendiks, kolon, dan anorektum. Dalam: Sjamsuhidajat R, Jong WD, penyunting. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2010. hal. 788-792.
Degenerasi akibat penuaan, mengedan keras berulang , kurangnya konsumsi serat, kondisi
kehamilan

Memperlemah jaringan peyokong dan meningkatkan tekanan pada bantalan


(cushion) anal canal yang mengakibatkan prolaps pada bantalan tersebut.

terjadi pelebaran dan inflamasi arterivena


hemoroidalis

hemoroid
GEJALA KLINIS
Hemoroid
Hemoroid eksternal
internal
• Prolaps dan keluarnya mukus. • Rasa terbakar.
• Perdarahan. • Nyeri ( jika mengalami trombosis).
• Rasa tak nyaman.
• Gatal. • Gatal.

Arullani A and Capello G. Diagnosis and Current Treatment of Hemorrhoidal Disease. Angiology. 1994;45:560-565
FAKTOR RESIKO DAN
ETIOLOGI
Hemorroid interna merupakan bantalan vaskular dijaringan submucosa pada rektum.

Etiologi
• Penurunan aliran balik vena • Hipertensi portal dan anorektal
• Konstipasi varises
• Kehamilan • Melakukan Hubungan seks perianal

Faktor resiko
• Tendensi familial • Peningkatan tekanan anal
• Diare kronik • Spinal cord injury
• Malignansi kolon • Riwayat operasi rektal sebelumnya
• Penyakit hepar • Episiotomi
• Obesitas • Inflammatory bowel disease

Davis BR, et al. The American Society of Colon and Rectal Surgeons clinical practice guidelines for the management of hemorrhoids. Diseases of the Colon and Rectum. 2018;61:284.
Perry, Kyle R. 2019. Hemorrhoids. Medscape Diakses 8 April 2021 https://emedicine.medscape.com/article/775407-overview#a6
DIAGNOS
IS
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
• Adanya darah segar pada saat buang air • Inspeksi
besar Dilihat kulit di sekitar perineum dan dilihat secara teliti adakah jaringan/tonjolan
yang muncul.
• Mengeluhkan adanya gatal-gatal pada
daerah anus • Palpasi
Diraba akan memberikan gambaran yang berat dan lokasi nyeri dalam anal kanal.
Dinilai juga tonus dari spicter ani.. Bisanya hemorrhoid sulit untuk diraba, kecuali
• Pasien akan mengeluhkan nyeri pada jika ukurannya besar.
hemoroid derajat IV yang telah mengalami
thrombosis. (pendarahan disertai nyeri) • Colok Dubur
Pemeriksaan colok dubur diperlukan menyingkirkan adanya karsinoma rectum.
• Prolapsus sehingga terjadi ulserasi, Jika sering terjadi prolaps, maka selaput lendir akan menebal, bila sudah terjadi
perdarahan, atau trombosis. jejas akan timbul nyeri yang hebat pada perabaan.

Clyde M. Stauffer; Christopher Pfeifer. Colonoscopy, publish February, 26 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559274/ diakses pada tanggal 9 april 2021 pkl : 10.00 WIB
Riwanto Ign. Usus halus, apendiks, kolon, dan anorektum. Dalam: Sjamsuhidajat R, Jong WD, penyunting. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2010. hal. 788-792.
Syamsuhidayat R, Jong W.D, Buku Ajar Bedah, EGC, Jakarta, pemeriksaan penunjang: 910-912
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Endoskopi :
Pemeriksaan Laboratorium :
 Proktoskopi  Deteksi kelainan 8 – 10 cm dari anus
 Hemoglobin
 Rektosigmoidoskopi Deteksi kelainan 20 – 25 cm dari anus
 Test darah samar
 Kolonoskopi  Dapat mencapai seluruh kolon
 Kolon albumin
 Carcino embryonic
antigen ( CEA ) Indikasi pemeriksaan kolonoskopi yaitu:
 Menyelidiki penyebab darah dalam tinja,
 Nyeri perut,
Pemeriksaan Radiologi :  Diare atau adanya perubahan kebiasaan bab
 Adanya suatu kelainan yang ditemukan pada sinar-X kolon atau tomografi
 Foto polos abdomen terkomputerisasi (CT scan).
 Foto kontras barium  Pasien dengan riwayat polip atau kanker usus besar
 Riwayat keluarga dengan beberapa jenis masalah kolon yang mungkin terkait dengan
 Foto barium kontras ganda kanker usus besar (seperti ulcerative colitis dan polip kolon)

Clyde M. Stauffer; Christopher Pfeifer. Colonoscopy, publish February, 26 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559274/ diakses pada tanggal 9 april 2021 pkl : 10.00 WIB
Riwanto Ign. Usus halus, apendiks, kolon, dan anorektum. Dalam: Sjamsuhidajat R, Jong WD, penyunting. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2010. hal. 788-792.
Syamsuhidayat R, Jong W.D, Buku Ajar Bedah, EGC, Jakarta, pemeriksaan penunjang: 910-912
TATALAKSANA
• Terapi Non Farmakologi • Terapi Farmakologi
Pada semua kasus hemoroid terutama hemoroid interna derajat 1, • Salep anastetik lokal dan suppositoria
disebut juga terapi konservatif :
• Kortikosteroid
• Laksatif
• Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat
• Suplemen flavonoid, membantu mengurangi tonus vena dan
Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari) mengurangi hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi
• Menghindari mengejan saat buang air besar, menyegerakan >> Kombinasi Diosmin dan Hesperidin (ardium) yang bekerja
BAB pada vascular dan mikro sirkulasi  menurunkan desensibilitas
dan stasis pada vena dan memperbaiki permeabilitas kapiler.
• Rendam duduk dengan air hangat yang bersih dapat dilakukan
rutin dua kali sehari selama 10 menit pagi dan sore selama 1–2
Ardium diberikan 3x2tab selama 4 hari kemudian 2x2 selama 3
minggu, karena air hangat dapat merelaksasi sfingter dan
hari dan selanjutnya1x1tab.
spasme.

• Tirah baring
Syamsuhidayat R, Jong W.D, Buku Ajar Bedah, EGC, Jakarta, pemeriksaan
penunjang: 910-912.
Internal Hemorrhoids: Goligher Grading and Management
• Terapi Pembedahan

Hemoroid Institute of South Texas (HIST) menetapkan indikasi tatalaksana


pembedahan hemoroid antara lain:
• Hemoroid interna derajat II berulang.
• Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala.
• Mukosa rektum menonjol keluar anus.
• Hemoroid interna derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti
fisura.
• Kegagalan penatalaksanaan konservatif.
• Permintaan pasien.

Schwartz, Seymour I, Principles of Surgery, 2 vol, Ed. 6, New York, Mc Graw-Hill Publishing
Company
Way, Lawrence W, Current Surgical Diagnosis and Treatment, Lange Medical Publications
Jenis pembedahan yang sering dilakukan yaitu:

●Skleroterapi

o Ligasi dengan gelang karet (Rubber band ligation)

o Krioterapi/Bedah beku

●Hemoroidektomi

Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada penderita
hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan perdarahan berulang
dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana.

●Hemorroidal Arteri Ligation ( HAL )

●Infra Red Coagulation (IRC) / Koagulasi Infra Merah

●Bipolar Coagulation / Diatermi bipolar

Schwartz, Seymour I, Principles of Surgery, 2 vol, Ed. 6, New York, Mc Graw-Hill Publishing
Company
Way, Lawrence W, Current Surgical Diagnosis and Treatment, Lange Medical Publications
KOMPLIKASI
Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid
dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami
perdarahan maka darah dapat sangat banyak.
Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah
eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak
menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid
keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan
bisa mengakibatkan kematian.

Clyde M. Stauffer; Christopher Pfeifer. Colonoscopy, publish February, 26 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559274/ diakses pada tanggal 9 april 2021 pkl : 10.00 WIB
Riwanto Ign. Usus halus, apendiks, kolon, dan anorektum. Dalam: Sjamsuhidajat R, Jong WD, penyunting. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2010. hal. 788-792.
Syamsuhidayat R, Jong W.D, Buku Ajar Bedah, EGC, Jakarta, pemeriksaan penunjang: 910-912
PENCEGAHA
N
Pencegahan hemoroid dapat dilakukan dengan:
1. Konsumsi makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayur-mayur, dan kacang-kacangan menyebabkan
feses menyerap air di kolon. Hal ini membuat feses lebih lembek dan besar, sehingga mengurangi
proses mengedan dan tekanan pada vena anus.
2. Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari.
3. Mengubah kebiasaan buang air besar. Segera ke kamar mandi saat merasa akan buang air besar, jangan
ditahan karena akan memperkeras feses. Hindari mengedan.
PROGNOSIS

Pada umumnya prognosis hemorrhoid interna baik apabila ditangani dengan tepat. Dengan terapi yang
sesuai, semua hemorrhoid simptomatis dapat dibuat menjadi asimptomatis. Pendekatan konservatif
hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua kasus. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan
hasil yang baik. Setelah terapi penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan
makanan berserat.

Marcellus SK. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi ke-4. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
2006.

Anda mungkin juga menyukai